Print this page

Antara Facebook, Israel dan Shimon Peres

Rate this item
(0 votes)

Facebook adalah layanan media sosial yang saat ini paling diminati di dunia. Pertama kali didirikan oleh Mark Zuckerberg dan mitranya pada Februari 2004. Berbagai kalangan, termasuk Julian Assange, pendiri situs pembocor kawat intelejen Wikileaks, mengungkapkan bahwa Facebook adalah alat spionase paling dibenci yang dibuat sekarang.

Dewasa ini Facebook memiliki harta karun informasi yang sangat melimpah dari para penggunanya yang memberikan informasi pribadi secara sukarela. Padahal informasi tersebut dipergunakan oleh dinas keamanan dan intelejen AS untuk kepentingan tertentu.

Meskipun jejaring sosial semacam Facebook dipergunakan untuk menjalin hubungan sosial antarindividu dengan yang lain. Tapi, tidak luput dari ancaman bahaya yang mengintai setiap saat. Salah satu alasannya adalah besarnya konten rahasia yang bercampur dengan konten umum di dalamnya. Semua bercampur menjadi satu, dan tidak ada pemisahan antara keduanya.

Berdasarkan data yang dirilis pusat statistik internet global, masyarakat dunia menggunakan 500 miliar menit setiap bulan dari waktunya Facebook. Di kawasan Timur Tengah, Uni Emirat Arab dan Israel merupakan pengguna tertinggi Facebook.

Kini, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg dinobatkan sebagai pemuda terkaya di dunia, dan orang terkaya ke-35 di dunia. Situs Jew or Not Jew memberikan parameter untuk menentukan seorang tokoh dunia, apakah dia Yahudi atau bukan. Situs ini memberikan nilai 13 dari 15 kepada  Mark Zuckerberg, yang menunjukkan bahwa pendiri Facebook ini adalah seorang Yahudi. Koran Zionis, Jerusalem Post menempatkan Mark Zuckerberg dalam deretan ranking keempat dari 50 orang Yahudi paling berpengaruh di dunia.

Presiden rezim Zionis ke-9 yang belum lama ini meninggal pernah menyampaikan pujian besar terhadap Facebook. Shimon Peres dalam kunjungannya ke kantor Facebook di California tahun lalu menyebut jejaring sosial ini sebagai media untuk melakukan perubahan sosial. Menurut pengakuan Peres sendiri sebelum meninggal, tujuan kunjungannya ke kantor Facebook untuk menemui pemuda Yahudi yang baik, yaitu Mark Zuckerberg.

Dalam sebuah wawancara langsung dengan Facebook, Peres menjawab berbagai pertanyaan. Salah satunya, apa yang bisa dilakukan Facebook untuk meningkatkan perdamaian di Timur Tengah ? “Kalian bisa meyakinkan masyarakat supaya percaya tidak ada alasan untuk membenci !”, jawabnya.

Titik penting ini menunjukkan posisi Facebook sebagai alat untuk memperluas gerakan perdamaian ala Zionis. Tapi ironisnya, Facebook menutup laman yang berkaitan dengan Palestina, Lebanon, Iran dan gerakan anti-Zionis di dunia. Misalnya, Facebook menutup laman Intifadha Ketiga Palestina yang telah memiliki anggota hampir setengah juta.

Pada September lalu, rezim Zionis meminta Facebook mengirimkan delegasinya ke Israel supaya Tel Aviv bisa mewujudkan tujuannya melalui jejaring sosial itu. Rai Alyoum memberitakan sejak delegasi Facebook tiba di wilayah Palestina pendudukan langsung bertemu dengan menteri intelejen dalam negeri dan urusan peradilan rezim Zionis.

Dalam pertemuan tersebut hadir dua orang perwakilan dari pengadilan dan kepolisian Israel. Facebook menerima seluruh syarat yang diajukan rezim Zionis dan diakhir penandatangan kesepakatan bersama mengenai penguatan kerjasama antara dinas keamanan Israel dan Facebook.

Di akhir pertemuan, menteri kehakiman rezim Zionis yang memimpin delegasi Israel menyatakan, dua jejaring sosial, Facebook dan Twitter menerima permintaan rezim Zionis supaya menghapus konten anti-Israel yang telah dilakukan selama beberapa bulan belakangan ini.

Sebelumnya, Israel membentuk sebuah komite untuk menentukan “Aturan Facebook”. Tujuannya, untuk mengarahkan jejaring sosial ini demi kepentingan rezim Zionis. Dengan aturan ini, Tel Aviv bisa mendikte Facebook untuk menghapus konten yang tidak sesuai dengan kepentingan Israel.

Sebelum penandatangan kesepakatan antara Israel dan Facebook, sudah diprediksi akan ada penutupan secara besar-besaran akun-akun yang dinilai mengancam rezim Zionis. Benar saja, tidak lama setelah penandatangan tersebut, ribuan akun yang berkaitan dengan Palestina ditutup.

Belum lama ini, akun resmi Hamas dan sejumlah tokoh Palestina juga ditutup dari laman Facebook. Hingga kini penutupan akun pribadi dan fan page mengenai Palestina terus berlanjut. Bahkan fan page universitas Palestina seperti Universitas al-Khalil, universitas Al-Najah dan lainnya ditutup.

Tidak hanya itu, Aljazeera baru-baru ini melaporkan empat orang editor kantor berita Shehab dan akun tiga manajer kantor berita Quds dinonaktifkan. Dua kantor berita tersebut selama ini meliput perkembangan terbaru di Palestina pendudukan, dan laman Facebooknya diikuti oleh sekitar lima hingga enam juta orang.

Menyikapi sepak terjang Facebook tersebut, jutaan orang di dunia maya melancarkan kampanye boikot Facebook sebagai bentuk perlawanan terhadap tindakan perusahaan milik Mark Zuckerberg terhadap penutupan akun pro-Palestina.

Salah satu hashtag kampanye boikot Facebook adalah #FBcensorspalestine menjadi hit dalam waktu yang relatif singkat. Hanya dalam waktu dua jam, lebih dari 266 juta orang dari seluruh dunia mengikuti tagar boikot Facebook, dan lebih dari 40.000 orang memberikan komentar di tagar tersebut. Tagar Facebook menyensor Palestina menempati posisi tertinggi kelima di Twitter.

Keberpihakan jejaring sosial semacam Facebook terhadap rezim Zionis tidak bisa lagi ditutup-tutupi. Lebih dari 10.000 laman milik Israel di dalam Facebook. Sejumlah kalimat seperti “Bunuh orang-orang Palestina” mendekati 3.000 kali terulang di akun milik Israel. Sedangkan kalimat “Usir orang-orang Palestina” terulang sekitar 12.000 kali.

Terkait hal ini, menteri kehakiman rezim Zionis, Ayelet Shaked di laman pribadinya menyerukan pembunuhan massal warga Gaza. Ironisnya, statemen bersifat intimidatif ini tidak disensor oleh Facebook. Pada saat yang sama, jika itu dilakukan oleh orang-orang Palestina, maupun bangsa lainnya terhadap Israel maka Facebook pasti akan memblokirnya.

Contoh lainnya, sebuah akun memposting foto perempuan tua disertai tulisan singkat, “Usia nenek ini lebih tua dari Usia Israel”. Tidak berapa lama setelah diposting, Facebook segera menghapusnya. Foto perempuan tua itu adalah gambar Fatimah Ali salim Abu Husyiah, yang dilahirkan pada tahun 1910 di wilayah Qathana Palestina. Situs Al-Alam melaporkan, manajemen Facebook menjustifikasi keputusan tidak profesionalnya dengan menyebut “konten ini rasis !” yang ditujukan kepada siapa saja yang memposting sesuatu yang tidak sejalan dengan kepentingan rezim Zionis.

Mark Zuckerberg terkadang mengenakan pakaian dengan penutup kepala khas Yahudi di hadapan khalayak ramai. Kostum tersebut menimbulkan pertanyaan banyak orang mengenai sosok Mark Zuckerberg. Tidak bisa dipungkiri bagaimana ia mengarahkan Facebook untuk kepentingan rezim Zionis.

Jika sedikit menelisik simbol bintang Dawud yang ada di tengah bendera Israel dan slogan “membangun dunia” dalam bendera dan slogan rezim Zionis Israel, kita bisa menilai bagaimana ambisi Zionisme internasional menguasai dunia, dan memfungsikan potensi-potensi besar seperti Facebook yang didirikan oleh anak muda berbakat seperti Mark Zuckerberg.

Pada Februari 2008, Mark Zuckerberg diundang datang ke Jerusalem untuk menghadiri konferensi internasional hari berdirinya rezim Zionis. Tema yang diusung dalam konferensi tersebut adalah “Masa Depan Teknologi di dunia”, termasuk membahas masyarakat Yahudi global dan Israel, serta pengaruhnya di dunia. Pada konferensi tersebut Shimon Peres menyebut Mark Zuckerberg sebagai teknokrat yang mengubah kehidupan dunia yang kita tempati saat ini.

Read 1687 times