Print this page

Selamat Hari Bahagia Wiladah Imam Musa Al-Kadhim as

Rate this item
(0 votes)
Selamat Hari Bahagia Wiladah Imam Musa Al-Kadhim as

Diriwayatkan bahwa suatu hari Imam Musa bin Jakfar memanggil anak-anaknya dan berkata, “Anak-anakku! Aku berpesan kepada kalian, barang siapa yang mengingatnya, maka dia tidak akan celaka.

Yakni, bila ada seseorang datang dan mengucapkan kata-kata yang jelek di telinga kanan kalian, kemudian dia meminta maaf di telinga bagian kiri kalian, dan mengatakan bahwa dia tidak berkata apa-apa, maka terimalah permintaan maafnya.

Pengetahuan Manusia Dalam Empat Perkara

Imam Musa bin Jakfar mengatakan, “Aku mendapati pengetahuan masyarakat dalam empat perkara:

Pertama, kenalilah Tuhanmu.

Kedua, kenalilah apa yang dilakukan-Nya untukmu.

Ketiga, Kenalilah apa yang dimaukan darimu.

Keempat, Ketahuilah apa yang mengeluarkanmu dari agamamu.

Nasihat Dan Hikmah

1. Banyaknya kesedihan menyebabkan ketuaan.

2. Tergesa-gesa adalah kebiasan yang buruk.

3. Sedikit istri dan anak merupakan separuh dari kemudahan.

4. Barang siapa yang membuat ayah dan ibunya sedih, berarti dia tidak bersyukur.

5. Bukan sebuah musibah, musibah yang menyebabkan diberikannya pahala kepada penderitanya.

6. Berbuat baik selain kepada orang-orang yang beragama dan orang mulia adalah tidak pada tempatnya.

7. Barang siapa yang bersikap sedang-seang dan qanaah, maka nikmat akan tinggal bersamanya, dan orang yang bersikap berlebihan, maka nikmat akan hilang darinya.

8. Mengembalikan amanat dan jujur mendatangkan rezeki dan khianat dan bohong menyebabkan kemiskinan dan kemunafikan.

Gelar Dan Julukan Imam Musa bin Jakfar

Imam ketujuh adalah Musa, dan julukannya adalah Abu al-Hasan awal. Abu al-Hasan Madhi, Abu Ali, Abu Ibrahim, dan sebagian orang menilai bahwa julukan beliau adalah Abu Ibrahim dan gelarnya adalah Kazhim, Shabir, Shaleh, Amin, Abdu Shaleh, Waffi, Nafsu Zakiyah dan Zainul Mujtahidin.

Nama ayahnya adalah Imam Jakfar Shadiq dan nama ibunya adalah Hamidah. Sebagian orang menilainya sebagai barbariyah dan sebagian yang lain menilainya Andalusiyah. Imam Shadiq as menyebut ibunya Imam Musa bin Jakfar, “Hamidah tersucikan dari segala ketidaksucian dan noda. Seperti lempengan emas, malaikat senantiasanya menjaganya sampai ketika bertemu dengan aku karena kemuliaan dari Allah yang diberikan kepadaku dan hujja setelahku.

Kasih Sayang Musuh

Ibnu Syahr Asyub meriwayatkan, “Masyarakat untuk hadir ke majlisnya Harun Rasyid harus meminta izin terlebih dahulu dan orang terakhir yang mendapatkan izin masuk adalah Imam Musa bin Jakfar. Karena Harun Rasyid melihat beliau, dia langsung bergerak dan memandang dengan penuh penghormatan sampai ketika beliau masuk di tempat Harun berada. Ketika Imam sudah dekat, Harun bangkit dengan dua lututnya menyambut Imam Musa bin Jakfar dan menanyakan keadaannya dan Imam pun menjawabnya, “Baik...baik”, demikian juga ketika Imam pergi, Harun Rasyid mengiringinya.

Anaknya Harun berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Saya melihat Anda menyambut orang ini, sementara Anda tidak pernah melakukannya kepada siapapun selain orang ini?”

Harun berkata, “Hai anakku! Orang ini adalah pewaris ilmu para nabi dan rasul dan dia adalah Musa bin Jakfar. Bila engkau menginginkan ilmu yang benar, maka belajarlah kepadanya.”

Bacaan Injil

Hisyam bin Hakam meriwayatkan bahwa Imam Musa bin Jakfar bertanya kepada Abrahah Kristen, “Seberapa jauh ilmumu akan kitabmu?”

Abrahah menjawab, “Saya menguasainya dan juga pentakwilannya.”

Kemudian Imam Musa bin Jakfar mulai membaca Injil.

Abrahah berkata, “Al-Masih [Nabi Musa as] juga demikian membacanya. Selain Musa tidak ada orang yang punya bacaan seperti ini dan saya selama lima puluh tahun mencari bacaan seperti ini.”

Akhirnya dia menerima Islam dengan perantara Imam Musa bin Jakfar as. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as

Read 1532 times