Print this page

Apakah Rahmat Rasulullah Mencakup Orang Kafir?

Rate this item
(3 votes)

Hujjatul Islam Mohammad Sadegh Yousefi Moghaddam, Direktur Pusat Budaya dan Maarif al-Quran di bagian dari buku "Barresi Ekhtesasat-e Peyambar Khatam Saw az Negah Quran" (Studi Keistimewaan Nabi Saw Menurut Al-Quran), menjelaskan keistimewaan pribadi dan akhlak Nabi Muhammad Saw.

Allamah Thabathabai mengatakan, "Termasuk keistimewaan Nabi Saw adalah pribadi beliau menjadi rahmat bagi semua manusia hingga Hari Kiamat."

Menyikapi masalah ini, Syeikh Thusi percaya bahwa orang-orang Kafir juga mendapat manfaat dari rahmat Nabi Saw. Syeikh Thusi bersandarkan pada ayat al-Quran dimana Allah Swt berfirman, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."(QS. al-Anbiya: 107)

Rahmat dalam ayat ini berarti nikmat dan makna keseluruhan ayat itu, "Kami menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai nikmat bagi seluruh alam, sehingga mereka meraih kelayakan dan kebahagiaan. Dalam al-Quran, kata rahmat mencakup nikmat takwini dan tasyri'i .

Al-Quran menyebut nikmat tasyri'i Allah Swt dengan kata rahmat sebagaimana "Hudan wa Rahmatan. Sementara hujan sebagai nikmat takwini ilahi juga disebut dengan rahmat dalam al-Quran. "Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji." (QS. as-Syura: 28)

Allamah Thabathabai mengatakan, "Pada hakikatnya, kata rahmat berarti menyampaikan nikmat kepada seseorang yang layak mendapatkannya agar dengan itu ia dapat meraih kebahagiaan yang layak dimilikinya."

Berdasarkan penjelasan ini, rahmat bukan berarti kelembutan hati, kasih sayang dan kebaikan. Karena Rahim dan Rahman merupakan sifat Allah dan sudah barang tentu kelembutan hati tidak berarti bagi Allah Swt. Dari sini, sebagaimana yang disampaikan Syeikh Shaduq, Ibn Fahd al-Hilli dan Allamah Majlisi, Bila manusia memiliki hati yang lembut disebut Rahim, maka pemaknaan ini berasal dari kelembutan hati yang dihasilkan dari mendapatkan rahmat dan nikmat.

Kata al-Alamin dalam ayat Rahmatan Lil Alamin merupakan bentuk plural yang mendapat alif dan lam yang menjadi bukti bahwa rahmat Nabi Muhammad Saw bersifat umum. Keberadaan Nabi Saw sebagai rahmat bagi semua manusia bermakna Allah Swt dengan perantara Rasul-Nya mengirim ajaran yang bukan hanya dapat dimanfaatkan oleh mereka yang meyakininya, tapi juga mencakup orang mereka yang belum meyakininya. Karena Rasulullah Saw bagaikan mentari yang menyinari seluruh alam, sekalipn sebagian dapat memanfaatkan banyak, sementara sebagian lainnya hanya sedikit.

Bila ada yang hanya dapat memanfaatkan sedikit dari sinar mentari, dengan alasan apapun, tetap saja hal itu tidak merusak makna sinar mentari. Karena matahari memiliki unsur sebagai pelaku yang sempurna dan umum. Sementara siapa atau apa saja yang tidak memiliki potensi memanfaatkannya, maka ia tidak dapat memanfaatkannya secara luas.

Dari sini, keberadaan Nabi Muhammad Saw sebagai rahmat bagi seluruh alam berada pada posisi di atas keimanan mereka yang mempercayainya. Sebagai contoh, perilaku Rasulullah Saw begitu berpengaruh dalam jiwa manusia, sehingga banyak para pemimpin masyarakat yang meneladani beliau dalam perbuatan mereka.

Menurut Mulla Saleh Mazandarani, Nabi Saw dalam perang yang diikutinya melawan para musuhpun menunjukkan rahmatnya dan memberikan keamanan bagi mereka. Beliau bahkan menyebarkan perilaku baik ini kepada para pengikutnya bahwa bila ada seorang muslim menjamin keamanan orang-orang Kafir, maka jaminan itu harus dihormati oleh orang muslim lain dan tidak boleh melanggar hak orang kafir itu.

Mulla Saleh Mazandarani mengatakan, "Nabi Saw mengambil pajak (jizyah) dari Ahli Kitab sama seperti yang dilakukan beliau kepada umat Islam agar mendapat kesejahteraan dan keamanan yang sama dengan umat Islam."

Dengan ungkapan yang lebih tepat, dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad Saw menyampaikan ajaran yang menjadi perhatian manusia dalam kehidupannya di setiap masa. Ajaran yang dibangun berdasarkan meraih maslahat dan menjauhkan mafsadah. Dari sisi ini, seorang mukmin dan kafir yang hidup dengan ajaran Nabi Muhammad Saw dapat hidup berdampingan secara damai. Karena beliau adalah rahmat bagi seluruh umat manusia.

Penulis buku Majma al-Bayan mengatakan, "Dikatakan bahwa pribadi Rasulullah Saw disebut rahmat bagi seluruh alam dikarenakan beliau menawarkan keimanan dan kebahagiaan, bahkan kepara orang kafir, sekalipun mereka tidak menerimanya. Sama seperti seseorang yang memberikan makanan kepada orang yang lapar, tapi ia tidak mau menerimanya. Sang pemberi makanan itu adalah pemberi nikmat, sekalipun orang yang lapar tidak mau menerima pemberian makanannya."

Apa yang disampaikan oleh penulis buku Majma al-Bayan pada awalnya adalah benar, tapi tidak boleh lupa dari satu hakikat bahwa bahkan orang yang tidak beriman juga menikmati buah dari perintah dan ajarah Rasulullah Saw.

Dengan demikian, Nabi Saw sebagai rahmat bagi seluruh alam mencakup semua manusia. Mereka semua memanfaatkan rahmat Nabi Saw di bawah pancaran syariat. Pada hakikatnya, rahmat Nabi Saw berada dalam kerangka risalahnya yang diperuntukkan kepada semua manusia dan juga jin, sekalipun sebagian tidak beriman kepadanya.

Tapi tentu saja, berdasarkan ayat-ayat al-Quran seperti "... Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. at-Taubah: 128) dan "... Dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu ..." (QS. at-Taubah: 61), menunjukkan Nabi Muhammad Saw memiliki rahmat khusus yang diperuntukkan hanya bagi orang-orang yang beriman.

Dengan mencermati apa yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagian ulama seperti Mulla Saleh Mazandarani menyebutkan kasus khusus terkait makna pribadi Rasulullah Saw sebagai rahmat. Beliau menyebut syafaat Nabi Saw kepada umatnya di Hari Kiamat atau lebih mudahnya kewajiban syariat beliau dibanding syariat para nabi terdahulu. Pandangan beliau ini tidak benar. Karena kasus yang disebutkan itu terkait dengan rahmat khusus beliau yang hanya mencakup orang-orang mukmin. Sementara ayat yang telah dijelaskan sebelumnya (al-Anbiya: 107) menjelaskan rahmat Nabi Saw dalam dua bentuknya; Rahman dan Rahim.

Read 4127 times