Print this page

Tetangga Hasut

Rate this item
(0 votes)
Tetangga Hasut

Di zaman khalifah Musa al-Hadi Abbasi saudara Harun Rasyid, ada seorang lelaki kaya dan salah satu tetangganya hasut padanya.

Dengan segala kekuatan, penghasut ini berusaha untuk menghancurkan tetangganya yang kaya ini. Namun usahanya tidak berhasil. Sampai akhirnya ia membeli seorang budak kecil dan mengasuhnya sampai besar dan kuat. Suatu hari ia berkata kepada budaknya, “Demi urusan penting aku sudah banyak mengasihimu dan berbuat baik kepadamu, apakah engkau mau membantuku?”

Sang budak berkata, “Saya akan melakukan apa saja yang Anda perintahkan.”

Lelaki hasut ini menjelaskan keinginannya, “Aku memiliki tetangga yang kaya. Aku memusuhinya. Sejak awal aku ingin memusnahkannya, namun usahaku tidak menuai hasil. Sampai akhirnya aku membelimu dan aku besarkan engkau. Pada suatu malam aku akan membangunkanmu dan membawamu ke atas rumahmu. Kemudian bawalah aku ke atas rumah tetanggaku dan sembelihlah leherku dan ambillah uang tiga ribu dirham ini, lalu pergilah ke salah satu kota dan hiduplah di sana dengan baik sampai akhir hidupmu dan jangan sampai engkau beritahukan masalah ini kepada siapapun, sehingga membuatku tidak rela padamu.”

Sang budak berkata, “Lalu bagaimana akibatmu?”

Lelaki hasut itu berkata, “Akibatku adalah aku mati. Tapi lelaki kaya itu akan ditangkap dan dia akan dibunuh karena kejahatan ini.”

Sang budak benar-benar keheranan dan berusaha melarang lelaki ini dari niatnya. Tapi tidak ada pengaruhnya sama sekali pada lelaki penghasut ini. lelaki hasut ini memaksanya sehingga sang budak menerima permintaannya.

Pada pertengahan malam, lelaki penghasut ini membangunkan budaknya dan pelan-pelan menuju ke atas rumah tetangganya. Ia berbaring menghadap kiblat dan memberikan pisau kepada budaknya. Kemudian, atas kebodohannya, sang budak memisahkan kepala menyembelih kepala majikannya dan matilah si penghasut ini.

Malam pun berlalu. Ketika mendekati maghrib, para tetangga tahu akan kejadian ini. Karena jasad berada di atas rumah orang kaya, maka orang kaya itu ditangkap dan dipenjara. Setelah beberapa hari, sang budak dibawa menghadap kepada khalifah dan dia menjelaskan kejadiannya dari awal sampai akhir. Hadi Abbasi pun terheran-heran menyaksikan kejadian menakjubkan ini. Setelah itu, atas perintah khalifah, budak dan orang kaya itu di bebaskan. Dan rencana ini hanya berakhir dengan kemusnahan sang penghasut dengan tanpa merugikan orang lain. (Safinatul Baharij, jilid 1, hal 251 dan Namuneh Maarif Islam, jilid 4, hal 262)

Kebutaan Mata Karena Membutakan Sumber Mata Air

Salah seorang ulama yang bertakwa menceritakan bahwa salah satu keluarganya di akhir usianya membeli sebuah pekarangan dan menjalani hidupnya dengan memanfaatkan hasil pekarangan itu.

Setelah kematiannya, dia bermimpi bertemu dengannya dalam keadaan buta. Kemudian dia ditanya tentang sebab kebutaannya di alam barzakh.

Dia menjawab, “Aku membeli sebuah pekarangan dan di tengah-tengahnya ada sumber mata air yang jernih dan para tetangga datang mengambilnya untuk minum dan memberikannya kepada binatang-binatang ternaknya. Karena mereka sering datang dan pergi, sehingga tanamanku rusak. Akhirnya, aku menutup sumber mata air itu dengan tanah, batu dan gamping, agar mereka tidak lagi datang dan pergi yang menyebabkan keuntunganku berkurang. Sumber mata air itu aku tutup dan kering sehingga para tetangga pergi mengambil air ke tempat yang jauh. Kebutaanku ini karena aku membutakan sumber mata air itu.

Aku berkata kepadanya, “Apakah ada jalan keluarnya?”

Dia menjawab, “Bila para pewarisku mengasihi aku. Maka hendaknya mereka membuka kembali sumber mata air itu sehingga bisa di gunakan oleh para tetangga. Maka pada saat itu akan kondisiku akan membaik.”

Sang ulama ini berkata, “Aku datang menemui para ahli warisnya dan mereka menerima dan membuka kembali sumber mata air itu. beberapa lama kemudian, almarhum itu saya temui kembali dalam mimpi dalam kondisi bisa melihat dan mengucapkan terima kasih.”

Tetangga Pengganggu Tidak Beriman

Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pada suatu hari berkata sebanyak tiga kali “Wallahu La Yu’minu” Demi Allah orang seperti ini tidak beriman.

Ada yang bertanya, “Siapakah?

Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya”. (Man La Yahdhurul Fakih, bab Hukmul Tahrim) (Emi Nur Hayati)

Read 1808 times