Print this page

Islam dan Gaya Hidup (28)

Rate this item
(0 votes)
Islam dan Gaya Hidup (28)

 

Manusia sesuai dengan tuntutan fitrahnya mencintai kebersihan dan keindahan, mereka juga ingin mempercantik penampilan dan menghias diri. Dan mereka membenci kekotoran dan kesemrawutan. Berhias bermakna mempercantik penampilan, memperindah, dan merapikan diri. Hal ini kadang juga disebut dengan keserasian, kerapian, dan kesiapan. Makna-makna itu tentu saja saling terkait, karena memperindah penampilan juga menuntut kerapian dan keserasian.

Dapat dikatakan bahwa kecenderungan untuk mempercantik penampilan berakar dari kecintaan manusia akan keindahan. Sebab, manusia mencintai dan menerima keindahan, dan mereka juga terpesona dengan keindahan. Daya tarik internal ini membuat manusia memilih mempercantik penampilan, karena kegiatan ini merupakan manifestasi dari keindahan.

Mempercantik penampilan merupakan sebuah perilaku baik yang senantiasa mendapat perhatian dalam sejarah umat manusia dan mempengaruhi sebagian besar dari aspek kehidupan mereka. Pengaruh ini sangat luas mulai dari model pakaian dan tampilan luar sampai aspek-aspek kehidupan manusia seperti, polar pikir dan keyakinan.

Wanita muslimah
Ketika manusia tampil indah dan rapi, mereka menemukan dirinya serasi dengan alam semesta, karena dunia ini indah dan penuh pesona. Allah Swt menciptakan alam semesta penuh dengan lukisan dan panorama yang indah dan kemudian semua keindahan itu dihadirkan untuk manusia. Mereka menganggap sebagian dari kecenderungan manusia akan keindahan terpengaruh oleh keindahan alam dan kemegahan, yang menjelma di lingkungan sekitar atau yang berkilau di angkasa. Keindahan ini sejak dulu membuat manusia terpesona dan takjub dengan alam penciptaan.

Kitab suci al-Quran di sejumlah ayatnya berbicara tentang penampakan lahiriyah alam dan menyebutkan berbagai dimensi penampakan dan keindahan-keindahannya. Kebanyakan ayat al-Quran mengajak kita untuk mempelajari lembaran alam serta memperhatikan pesona dan keindahannya.

Sebut saja dalam surat as-Saffat ayat 6, Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” Dia juga telah menghiasi alam dengan taman dan kebun, sungai, dan laut. Surat al-Kahf ayat 7 menyebutkan, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya…”

Manusia tidak hanya mencintai keindahan, tapi juga – dengan membeli berbagai keperluan dan mengeluarkan biaya yang relatif besar – berusaha menghiasi diri dan mempercantik penampilan dan lingkungan kehidupannya. Pada dasarnya, aspek penting dari pengeluaran hidup banyak orang dan juga salah satu dari pekerjaan yang banyak menyita waktu mereka adalah memenuhi perlengkapan untuk berhias dan mempercantik penampilan.

Kecenderungan ini tercermin dari kebanyakan karya seni dan produk budaya umat manusia. Mencintai keindahan selalu menyertai sejarah kehidupan manusia. Sama sekali tidak ditemukan kepingan tertentu dari sejarah kehidupan mereka yang vakum dari manifestasi cinta keindahan ini.

Fenomena itu mengindikasikan bahwa cinta keindahan sudah tertanam dalam zat dan fitrah manusia. Mereka secara fitrah condong pada kebaikan dan keindahan, dan perasaannya akan tergugah dengan menyaksikan objek-objek yang indah. Manusia sangat menikmati panorama yang indah dan mereka terlihat sumringah. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan makhluk-makhluk yang menakjubkan di dunia merupakan sebuah jawaban terhadap tuntutan fitrah dan sebuah nikmat dari nikmat-nikmat Allah Swt Yang Maha Bijaksana.

Manusia tidak hanya mencintai keindahan, tapi juga sangat tertarik untuk memperindah penampilannya. Mereka mencintai keindahan lahiriyah dan perilaku baik dalam dirinya maupun dalam diri orang lain. Untuk itu, mereka selalu berupaya untuk mencapai keindahan itu dan seni merupakan sebuah fenomena unik yang muncul dari upaya berkelanjutan tersebut.

Penelitian sejarah dan sosiologi menunjukkan sebuah fakta bahwa salah satu parameter keunggulan peradaban dan budaya bangsa-bangsa, terletak pada tingkat kemegahan manifestasi keindahan di tengan masyarakat tersebut. Bukti atas fakta ini adalah keberadaan unsur-unsur seni dan budaya yang sangat luas di tengah bangsa-bangsa besar seperti, Cina, India, Romawi, Mesir, dan Iran.

Wanita muslimah
Lalu, apakah esensi keindahan itu sehingga manusia tergila-gila dengannya? Tentu saja sangat sulit untuk mendefinisikan keindahan, namun manusia akan menyatakan cinta dan ketertarikannya saat menemukan objek-objek yang indah. Ketika menyaksikan keserasian antara gemericik air terjun, tiupan angin, dan kicauan burung, mereka akan berkata, “Ini adalah pemandangan yang indah.” Dengan kata lain, keserasian antara unsur-unsur dari sebuah fenomena mendorong manusia memuji fenomena tersebut dan pada tingkat yang lebih tinggi, mereka memuji Dzat yang menciptakan keindahan itu.

Oleh karena itu, keserasian telah menghadirkan keindahan yang menakjubkan bagi alam. Manusia – sebagai ciptaan Tuhan – juga tertarik untuk menghiasi dan mempercantik dunia di dalam dan luar dirinya. Untuk itu, kecantikan dan keindahan merupakan sebuah realitas yang punya hubungan erat. Dari satu sisi, manusia adalah makhluk Tuhan yang mencintai keindahan. Dan dari sisi lain, dengan bantuan perhiasan dan sentuhan, mereka berusaha untuk menghiasi dirinya dan lingkungan sekitar dan mereka menikmati keindahan itu.

Mengingat ajaran Islam selaras dengan tuntutan-tuntutan fitrah yang ditanam dalam wujud manusia oleh Allah Swt, maka kita menemukan banyak hal dalam ajaran Islam yang berbicara tentang pentingnya mempercantik penampilan. Dalam surat al-A'raf ayat 31, Allah Swt berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…”

Anjuran al-Quran tentu saja tidak terbatas pada hiasan lahiriyah, tapi juga mencakup perhiasan maknawi seperti kesucian dan ketakwaan. Surat al-A’raf ayat 32 memberikan perintah yang lebih umum dan menganggap orang-orang yang menghias diri dengan keliru sebagai perbuatan yang bertentangan dengan agama dan ajaran Islam.

Allah Swt berfirman, “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”

Rasulullah Saw dalam sebuah ucapannya bersabda, “Allah membenci orang yang kotor dan bernoda.” Beliau selalu meminta para sahabatnya untuk menyingkirkan pemandangan kotor dan semrawut dari dirinya dan lingkungan kehidupan mereka. Rasul Saw selalu tampil menarik dan bersih khususnya ketika hadir di hadapan publik dan menerima kunjungan orang-orang.

Dalam sirah Rasulullah Saw disebutkan bahwa setiap kali beliau ingin keluar dari rumah atau menerima tamu, beliau merapikan dan menyisir rambutnya, memperindah penampilan, dan melihat ke dalam bejana berisi air sebagai cermin. Ketika ditanya tentang alasan berbuat demikian, Rasul Saw bersabda, “Allah senang terhadap hamba-Nya yang bersiap dan merapikan dirinya ketika hendak menemui saudara-saudaranya.”

Keseharian masyarakat Iran
Dalam ajaran para pemuka agama, terdapat banyak anjuran yang berbicara tentang pentingnya memperindah penampilan lahiriyah. Mereka menganjurkan kita untuk memakai pakaian yang bersih dan rapi, menyisir rambut dan merapikan jenggot, membersihkan badan, dan menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh orang lain seperti, bau mulut dan bau badan.

Berdasarkan riwayat, Rasul Saw tidak menginginkan seorang Muslim membiarkan dirinya berpakaian kotor dan lusuh, apalagi dia memiliki sarana untuk membersihkannya. Sejumlah hadis menyebutkan bahwa Rasul Saw tak sekadar menjaga kebersihan pakaiannya, tetapi juga memakai wewangian.

Islam menekankan pada umatnya untuk memperindah penampilan sebagaimana mempercantik dimensi batin mereka. Oleh sebab itu, jika seorang Muslim hadir di tengah publik dengan kondisi yang tidak rapi, lusuh, dan kotor, sikap ini tentu saja akan merugikan Islam sendiri. Berlepas diri dari simbol-simbol lahiriyah bukan berarti seseorang tidak peduli dengan penampilannya dan dengan cara ini ingin menunjukkan kerendahannya di hadapan orang lain.

Read 775 times