Print this page

Surat al-Zumar ayat 46-50

Rate this item
(0 votes)
Surat al-Zumar ayat 46-50

 

قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (46)

Katakanlah, "Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya." (39: 46)

Ayat sebelumnya berbicara tentang kekesalan kaum musyrik ketika disebut nama Allah Swt dan ketergantungan mereka pada berhala. Ayat 46 ini berpesan kepada Rasulullah Saw, "Berpalinglah dari mereka ke sisi Allah Yang Maha Esa, yang menciptakan langit dan bumi, dan yang mengetahui barang ghaib dan yang tampak. Di hari kiamat, Dia akan memutuskan perkara yang diperselisihkan di antara hamba-hamba-Nya."

Di hari kiamat, hakim mutlak adalah Tuhan dan Dia mengetahui semua rahasia. Semua perselisihan berakhir dengan putusannya. Di pengadilan akhirat, orang-orang sesat tidak punya jalan untuk mengingkari hakikat dan mereka mengakui kesesatannya. Namun, pengakuan ini tidak lagi berguna bagi mereka.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Fokuslah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan berpalinglah dari selain Dia.

2. Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi, juga mengetahui seluruh urusan makhluknya baik yang tampak maupun yang ghaib.

3. Putusan Tuhan atas urusan manusia didasari oleh pengetahuan, pengetahuan-Nya atas perkara yang tampak dan tersembunyi.

وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ (47) وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (48)

Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. (39: 47)

Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya. (39: 49)

Orang-orang yang berbuat zalim di dunia, menerima azab yang amat pedih di akhirat dan jenis azab ini belum pernah terlintas di benak mereka.

Kata Zhulm menurut al-Quran mencakup kezaliman pikiran dan akidah seperti syirik dan kufur, juga mencakup penindasan terhadap orang lain. Namun, jelas bahwa kezaliman pikiran dan akidah jauh lebih berbahaya daripada kezaliman sosial. Karena dalam banyak kasus, kezaliman sosial bisa ditebus, tetapi kezaliman akidah akan menyeret generasi manusia pada kesesatan dan menciptakan bencana. Untuk itu, kezaliman jenis ini sangat sulit diperbaiki dan dipulihkan.

Orang-orang zalim menerima balasan berlandaskan keadilan Tuhan, dan Dia bahkan tidak akan menzalimi mereka sedikit pun. Siksaan ini merupakan manifestasi dari keburukan mereka di dunia, di mana kini muncul dalam bentuk api neraka.

Selama di dunia, mereka disibukkan untuk mengumpulkan harta dan mengira akan meraih kebahagiaan dengan harta yang dimilikinya. Oleh sebab itu, mereka menertawakan dan mengolok-olok setiap kabar tentang hari kiamat. Mereka menganggap peringatan yang diberikan nabi dan orang saleh sebagai halusinasi orang-orang bodoh dan tidak berperadaban.

Namun ketika sudah dikumpulkan di Mahsyar, mereka mulai menyadari bahwa harta tidak berguna di akhirat dan pembangkangannya telah mendatangkan azab yang pedih.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Harta dan takhta tidak berguna di akhirat, meskipun ia memiliki seluruh kekayaan di bumi ini.

2. Azab neraka adalah manifestasi dari perbuatan buruk yang dilakukan manusia di dunia.

3. Hari kiamat adalah hari tersingkapnya semua tabir dan rahasia. Di sana, hakikat surga dan neraka tampak bagi manusia.

4. Jangan pernah menertawakan hukum syariat, akidah, dan nilai-nilai agama, sehingga membuat manusia menyesal di hari kiamat.

فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (49) قَدْ قَالَهَا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (50)

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (39: 49)

Sungguh orang-orang yang sebelum mereka (juga) telah mengatakan itu pula, maka tiadalah berguna bagi mereka apa yang dahulu mereka usahakan. (39: 50)

Ayat ini menyinggung salah satu watak manusia yang tidak tahu terima kasih. Banyak dari mereka mengingat dan menyeru Allah saat dalam kesulitan dan musibah. Namun ketika kelapangan datang, mereka kembali melupakan Tuhan dan berkata, "Ilmu dan kepintaranku telah membuat masalah teratasi dan aku diberi nikmat karena kepintaran ini."

Al-Quran mengingatkan orang-orang yang sombong ini dan berkata, "Apa yang diberikan kepada kalian adalah sebuah ujian sehingga tampak jelas apakah kalian mensyukuri nikmat Tuhan atau mengingkarinya."

Kesombongan seperti ini sudah banyak contohnya dalam sejarah dan orang-orang yang memperoleh harta dan takhta, telah melupakan Tuhan. Mereka berpikir bahwa apa yang dimilikinya akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat. Padahal, harta dan takhta tidak dapat mencegah kehendak Tuhan atas mereka dan juga tidak membebaskan mereka dari azab akhirat.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia menyadari kelemahannya dalam menghadapi kesulitan dan musibah. Tekanan ini membuat fitrah mereka bangkit untuk mencari Tuhan. Akhirnya mereka menyeru Tuhan dan meminta pertolongan-Nya.

2. Kekayaan dan kedudukan berpotensi membuat manusia melupakan Tuhan dan menjadi sombong.

3. Kesulitan dan nikmat adalah sama-sama ujian untuk manusia sehingga watak aslinya terlihat. Ujian ini akan menunjukkan siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar nikmat.

Read 992 times