
کمالوندی
Ahli Tafsir: Manusia Harus Tahu Dunia Hanya Tempat Ujian
Menurut Mohammad Ali Ansari, Ahli Tafsir Al-Quran, Allah SWT dalam ayat 35 surah Al-Anbiya berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
"کُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوکُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَیْرِ فِتْنَةً وَإِلَیْنَا تُرْجَعونَ"
Dalam ayat tersebut terdapat poin-poin yang dapat diambil hikmahnya sebagai berikut:
Ayat 35 menyatakan hukum umum kematian bagi semua jiwa tanpa kecuali.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati."
"کُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ"
Setelah menyebutkan hukum umum kematian, timbul pertanyaan, apa tujuan dari kehidupan yang tidak berkelanjutan ini dan apa gunanya?
Al-Qur'an melanjutan ucapan ini dengan mengatakan, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
"وَ نَبْلُوکُمْ بِالشَّرِّ وَ الْخَیْرِ فِتْنَةً وَ إِلَیْنا تُرْجَعُونَ"
Sebenarnya, jawaban Al-Qur'an adalah bahwa tempat utama manusia bukanlah di dunia ini, tetapi di tempat lain. Manusia hanya datang ke sini untuk mengikuti ujian, dan setelah menyelesaikan ujian dan mendapatkan kesempurnaan yang diperlukan, manusia akan pergi ke tempat utamanya, yang merupakan tempat tinggal di akhirat.
Upaya Nabi SAW Luruskan Pemikiran Keliru dan Meremehkan Perempuan
Mohammad Ali Anshari, salah seorang penafsir Al Quran, sekaligus ahli agama mengatakan, Nabi Muhammad SAW, telah berusaha keras meluruskan pemikiran-pemikiran keliru bangsa Arab, terkait anak perempuan.
Ia mengutip sebuah hadis dari Rasulullah SAW yang bersabda, «نِعمَ الوَلَدُ البَنَاتُ مُلَطِّفَاتٌ مُجَهِّزَاتٌ مُؤمِنَاتٌ مُبَارَکاتٌ مُفَلَّیَاتٌ» "Betapa baiknya anak perempuan, penuh kelembutan dan kasih sayang, siap melayani, membantu dan menghilangkan kesedihan, penuh berkah dan kesucian."
Ali Anshari menambahkan, Nabi Muhammad SAW menyebarluaskan budaya ini di tengah masyarakat Arab, sehingga pemikiran keliru terkait anak perempuan bisa disingkirkan, dan pemikiran jahiliyah yang merasuk dalam benak manusia bisa dicerabut.
Ia melanjutkan,
"Nabi Muhammad SAW bersabda, betapa baiknya anak perempuan, mereka lebih lembut dari anak laki-laki, dan memainkan peran lebih besar dalam mempersiapkan kehidupan, mereka orang yang supel, berkah Tuhan, ada di dalam wujud mereka, dan memiliki kesucian-kesucian yang terkadang tak dimiliki anak laki-laki."
Kata-kata indah ini disampaikan Nabi Muhammad SAW, untuk menegaskan kepada masyarakat bahwa anak-anak perempuan kalian punya nilai khusus di sisi Allah SWT.
Anshari mengutip hadis lain dari Nabi Muhammad SAW yang bersabda, «رحم الله اب البنات» "Semoga Allah SWT, merahmati mereka yang memiliki anak perempuan." Karena anak perempuan penuh berkah, dan menyenangkan.
«و هن الباقیات الصالحات» دختران برای پدر و مادر میراث نیک و صالحی هستند. "Anak perempuan adalah warisan kebaikan dan kesalehan bagi ayah dan ibunya."
Pada hadis yang lain, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa pun yang memiliki dua anak perempuan, maka di hari kiamat, ia akan bersamaku."
Menurut Mohammad Ali Anshari, ini adalah perkataan yang sangat lembut dari Nabi Muhammad SAW tentang anak perempuan.
"Di hadis yang lain Rasululullah SAW bersabda, 'Allah SWT lebih menyayangi anak-anak perempuan kalian, dan setiap manusia yang menciptakan kegembiraan bagi anak perempuan, dan perempuan dewasa, maka hatinya akan gembira'," imbuhnya.
Pengajar Al Quran ini juga menyinggung sebuah peristiwa sejarah dan menuturkan, "Nabi Muhammad SAW menerima kabar gembira telah mendapatkan seorang anak perempuan di masjid, dan orang-orang berkata anak beliau perempuan. Nabi Muhammad SAW menyaksikan wajah orang-orang Arab, yang tidak menganggap anak perempuan mulia, dan berkata, «ریحانه اشمها» "Ia adalah seorang anak perempuan seharum bunga yang diberikan Allah SWT kepadaku."
Doa Hari ke-8 Ramadan, Perhatikan Anak Yatim dan Beri Makan Orang Lapar
Doa hari ke-8 bulan suci Ramadan, mengandung ajaran-ajaran luhur Islam, terkait kasih sayang terhadap anak-anak yatim, memberi makan orang-orang lapar, memberikan salam, dan bersahabat dengan orang-orang dermawan.
Bulan suci Ramadan, adalah bulan diturunkannya kitab suci Al Quran, dan merupakan salah satu bulan terpenting untuk menjalin hubungan erat dengan Allah SWT.
Orang-orang yang berpuasa, karena berjuang menyucikan jiwanya dengan mengikuti perintah Allah SWT, memiliki kedekatan dengan Tuhan, dan kemungkinan terkabulnya doa semakin besar.
Oleh karena itu jenis doa, dan cara menyampaikan permohonan kepada Allah SWT, menjadi masalah yang sangat penting.
Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW, mereka yang paling sempurna meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah SAW, mengajarkan doa-doa bulan suci Ramadan, yang merupakan metode terbaik untuk mewujudkan keinginan di dunia dan akhirat.
Syarah doa hari ke-8 bulan suci Ramadan, sebagai berikut,
Bismillahirahmanirahim
«اللهمّ ارْزُقنی فیهِ رحْمَةَ الأیتامِ وإطْعامِ الطّعامِ وإفْشاءِ السّلامِ وصُحْبَةِ الکِرامِ بِطَوْلِکَ یا ملجأ الآمِلین.»
"Ya Allah berilah kesempatan kepadaku di bulan ini untuk menyayangi anak yatim, memberi makan orang-orang lapar, menebarkan salam, dan bersahabat dengan orang-orang dermawan atas rahmat dan karunia-Mu Wahai yang melindungi mereka yang berharap."
Tafsir doa hari ke-8 bulan suci Ramadan,
1. Perhatian pada anak-anak yatim
«اللَّهُمَّ ارْزُقْنِی فِیهِ رَحْمَهَ الْأَیْتَامِ»
Di dalam agama Islam, begitu juga di agama-agama lain di masa lalu, masalah anak yatim, dan berkasih sayang terhadap mereka, merupakan hal yang sangat dianjurkan.
Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 83 berfirman,
«وَإِذْ أَخَذْنَا مِیثَاقَ بَنِی إِسْرَائِیلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَیْنِ إِحْسَانًا وَذِی الْقُرْبَی وَالْیَتَامَی وَالْمَسَاکِینِ»
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling."
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam memperlakukan anak yatim,
Rasulullah SAW bersabda, کُن لِلیَتیم کَالاَبِ الرّحیم berlakulah terhadap anak-anak yatim seperti ayah yang penuh dengan kasih sayang.
اِنّ فی الجَنَّهِ داراً یقالُ لَها دارُ الفَرَحِ لایَدخُلهَا اِلاّ مَن فَرَّحَ یَتامَی المؤمنین
"Di surga kelak akan dibangun sebuah rumah yang dikenal sebagai rumah kegembiraan, dan hanya orang-orang Mukmin, yang menggembirakan anak yatim yang bisa memasuki rumah itu."
Menggembirakan anak yatim tidak hanya terbatas pada pemberian bantuan finansial semata, ini hanya sebagian saja. Membantu anak yatim untuk melewati beragam krisis di berbagai jenjang usia sehingga dapat mencapai stabilitas kepribadian bermartabat, bernilai dan efektif di tengah masyarakat, merupakan kebutuhan penting anak yatim.
2. Memberi makan orang-orang lapar
«وَ إِطْعَامَ الطَّعَامِ»
Orang-orang yang berpuasa merasakan kelaparan, maka dari itu bisa lebih memahami penderitaan yang dirasakan orang-orang lapar. Karenanya agama mengajarkan supaya kita berusaha untuk mengenyangkan orang-orang lapar.
Imam Jafar Shadiq as menyebut memberi makan orang-orang lapar sebagai amal terpuji dan menunjukkan keimanan seseorang.
«مِن الایمانِ حُسنُ الخُلقِ و اطعامُ الطّعامِ»
"Salah satu tanda iman adalah berakhlak mulia, dan mengenyangkan orang-orang lapar."
Di dalam hadis Imam Ridha as, mengenyangkan orang-orang lapar disebut dapat mendatangkan pengampunan Allah SWT.
«مِن موجباتِ المَغفِرهِ اطعامُ الطّعامِ»
"Mengenyangkan orang-orang lapar dapat menyebabkan diampuninya dosa-dosa."
3. Menebarkan salam
«وَ إِفْشَاءَ السَّلامِ»
Mengucapkan salam adalah satu satu akhlak Islam, dan merupakan sunah Nabi Muhammad SAW, serta menyebabkan terhubungnya hati setiap orang.
Mengucapkan salam membawa dua pesan,
a. Harapan kesehatan bagi orang yang menerima salam
b. Mengandung pesan bahwa pemberi salam tidak akan menyakiti penerima salam.
Maka dari itu dapat dipastikan setiap anggota masyarakat menciptakan ikatan batin di antara mereka, dan memperluasnya dengan mengucapkan salam.
Imam Jafar Shadiq as, salah satu cucu Nabi Muhammad SAW berkata, «السَّلامُ قَبلَ الکلام» pertama ucapkan salam sebelum berbicara.
Di hadis lain, beliau mengatakan, «البخیلُ مَن بَخِلَ بالسَّلام» orang kikir adalah mereka yang pelit memberikan salam kepada orang lain.
Jika seseorang tidak mengucapkan salam maka Imam Jafar Shadiq as menyebutnya sebagai orang kikir, dan kikir adalah salah satu akhlak buruk.
Lalu apa yang dimaksud dengan menebarkan salam?
Rasulullah SAW bersabda, «افشاءُ السَّلامُ اَن لا یَبخُلَ بالسَّلام علی اَحَدٍ من المسلمین» menebarkan salam adalah tidak kikir dalam memberikan salam.
Maka dari itu menebarkan salam bukan berarti mengucapkan salam dengan suara keras, akan tetapi mengucapkan salam kepada semua orang yang ditemuinya.
4. Bersahabat dengan orang-orang baik
«وَ صُحْبَهَ الْکِرَامِ»
Manusia secara substansi adalah makhluk sosial, dan selalu akan berinteraksi dengan setiap orang di tengah masyarakat tempat ia berada.
Menurut hadis-hadis Imam Maksum as, salah satu hal yang dipertanyakan kepada manusia di Hari Kiamat, adalah teman-temannya selama hidup. اِنَّ اوَّلَ ما یُسئَلُ عنه العَبدُ یومَ القیامَهِ عن جُلَسائه
Nabi Muhammad SAW bersabda, «المَرءُ عَلی دینِ خَلیلِه و قَرینِه» kawan dalam agama akan menjadi sahabat dan pendamping manusia.
Oleh karena itu penting dengan siapa seseorang berkawan dan berinteraksi. Anjuran dan perintah agama dalam hal ini adalah berkawan dengan orang-orang baik.
Rasulullah SAW bersabda, اَسعَدُ النَّاسِ مَن خالَطَ کِرامَ النّاس sebahagia-bahagianya manusia adalah yang berkawan dengan orang-orang baik, dan mulia.
Karena hal ini dapat memperindah perilaku seseorang. «بِطَوْلِکَ یَا مَلْجَأَ الْآمِلِینَ» Semua permohonan ini hanya dapat dikabulkan berkat bantuan Ilahi, Tuhan, tempat berlindung orang-orang yang berharap.
Agama untuk Memperkuat Akal/Pemikiran Ayatullah Khamenei
Sepanjang sejarah, manusia mengerahkan segenap usahanyauntuk memenuhi kebutuhannya, karena manusia pada dasarnya makhluk yang membutuhkan saat diciptakan.
Bahaya fatal yang mengintai manusia, di satu sisi, salah mendiagnosis kebutuhannya, dan di sisi lain, memberikan jawaban yang salah terhadap kebutuhan tersebut.
Karunia para nabi ilahi untuk membimbing orang-orang melewati jalur berbahaya ini tidak lain adalah ajaran wahyu ilahi; Al-Qur'an adalah anugerah unik, berharga, menyembuhkan dan membimbing yang dikirimkan kepada umat manusia oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui Nabi Muhammad (SAW).
Manusia tidak akan mencapai tujuan kedamaian, kepastian dan kepuasan di dunia ini kecuali mengacu dan memanfaatkan secara praktis kitab agung ini.
Al-Qur'an mengajarkan kepada manusia kebenaran-kebenaran yang manusia abad ke-21, terlepas dari semua kemajuan material yang telah dicapainya, tidak pernah mempunyai kemampuan atau kemungkinan untuk mengetahuinya. Kebenaran-kebenaran yang jika terungkap kepada manusia dan dia bertindak berdasarkan hal-hal tersebut, akan menyebabkan mereka menjadi kuat dan selamat.
Oleh karena itu, hanya mereka yang telah diajari Kitab Allah yang dapat keluar dari kesesatan yang nyata dan tidak menuju kebinasaan.
Memanfaatkan Al-Qur'an hanya dapat dicapai melalui komunikasi terus menerus dengan sumber cahaya ini.
Selanjutnya apa yang Anda baca di bawah ini diambil dari buku Garis Besar Pemikiran Islam dalam Al-Qur'an karya Ayatullah Khamenei:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِیمِ الر ۚ کِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَیْکَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَی النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَیٰ صِرَاطِ الْعَزِیزِ الْحَمِیدِ
Terjemahan bijaksana dan perenungan ayat 1 Surat Ibrahim.
کِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَیۡکَ :
sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu
لِتُخۡرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَی ٱلنُّورِ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ
: Sehingga dengan ijin dan bantuan Tuhan manusia in, kamu dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan kebodohan dan membimbing mereka ke cahaya. Fungsi dari cahaya adalah memberi penerangan jalan dan hasil dari kegelapan adalah manusia tidak mengetahui apa yang harus diperbuat dan kemana mereka menuju!
Benih dan biji ada di bawah tanah, ada kegelapan di dalam kegelapan. Yang membuat benih-benih ini menjadi hidup dan keluar dari hati dari segala kegelapan dan kesempitan serta mencapai angkasa terang adalah tetesan air hujan yang jatuh dari langit.
Kini kisah kita manusia adalah kisah tentang benih-benih yang sama yang ditawan oleh dunia yang bersahaja dan gelap ini. Dan ayat-ayat Al-Qur'an adalah tetesan air hujan yang sama yang muncul dari lautan ilmu ilahi dan jatuh di hati surgawi Nabi untuk memberi kehidupan pada benih-benih keberadaan manusia dan menariknya keluar dari kegelapan kebodohan, kekafiran, kezaliman, kerusakan, dosa dan ketercerabutan dan membawanya ke dunia cahaya, yakni cahaya ilmu, cahaya keimanan, cahaya kebaikan dan cahaya persatuan dan kesatuan.
Mengapa dia harus seorang nabi? Mengapa seseorang dari Tuhan harus mengikat dirinya untuk membimbing manusia? Tidak bisakah manusia sendiri? Bukankah pengetahuan manusia dan pemikiran manusia saja sudah cukup? Kenapa harus Nabi? Mengapa pesannya berada di antara yang gaib dan intuisi?
Kami tidak banyak bicara tentang filsafat kenabian. Hanya satu kata, dan satu kata itu adalah bahwa indra manusia, naluri manusia, dan kebijaksanaan manusia tidak cukup untuk membimbing manusia.
Serangkaian makhluk dengan indranya mungkin bisa diatur. [Tetapi manusia membutuhkan] kekuatan yang lebih tinggi, bimbingan yang lebih kuat dan lebih dalam daripada bimbingan panca indra, daripada bimbingan naluri, daripada bimbingan akal. Apa fungsi panduan ini? Apakah itu bersaing dengan indra Anda? Apakah itu bertentangan dengan naluri Anda? Apakah akal sehatnya akan terbentur batu? Sama sekali tidak.
Dia datang untuk membimbing akal, untuk memelihara akal, untuk mengeluarkan akal yang terpendam dari bawah debu.
Firaun tidak suka manusia mempunyai akal, mereka tidak suka manusia memahami; Sebab jika mereka mengetahuinya maka keberadaan mereka akan menjadi tidak sah dan melegenda.
Jadi agama datang untuk apa? Untuk membimbing kecerdasan. Ada alasan untuk memanfaatkan akal, tetapi ketika nafsu berada di sisinya, ia tidak dapat menilai dengan benar. Ada alasannya, tetapi ketika keserakahan ada di sisinya, ia tidak dapat melihat dengan baik. Ketika motif menguasainya, dia tidak bisa mengerti dengan baik. Agama datang dan mengambil keinginan, suasana hati, keserakahan, ketakutan dan motif dari akal. Ini memperkuat pikiran sehat yang sempurna, menegaskannya sehingga dapat memahami dengan baik.
Wajah Manusia tapi Hati Binatang, Mayat Hidup Menurut Al Quran
Hujatulislam Naser Rafiei, salah seorang pakar agama, membahas tafsir ayat-ayat Surah Ar Rum, bertepatan dengan bulan suci Ramadan kali ini.
Ia mengatakan, "Allah SWT, di dalam Al Quran, berfirman sebagian manusia ketika mendapatkan kenikmatan akan melampaui batas, dan membangkang, dan ketika kenikmatan itu dicabut, mereka akan mengingkari Tuhan. Dunia terkadang berpihak kepada kita, dan terkadang merugikan kita, maka tidak benar ketika ia menguntungkan lalu kita tidak bersyukur, dan ketika merugikan, maka kita ingkar."
Hujatulislam Rafiei, menerangkan, "Alama semesta ini mengalami naik-turun, dan pasang-surut. Berdasarkan keterangan ayat-ayat suci Al Quran, Nabi Ayub as, Nabi Yahya as, dan Nabi Zakaria as, menanggung derita yang sangat berat, tapi tetap bersabar."
Di bagian lain paparannya, Hujatulislam Rafiei, menjelaskan ayat lain dari Al Quran, "Allah SWT berfirman kepada Nabi, Engkau tidak bisa berbicara dengan orang-orang mati, beberapa ahli tafsir meyakini bahwa maksudnya adalah mereka yang mati hati dan nuraninya."
Menurutnya, Allah SWT di dalam Al Quran berfirman, setiap orang yang melakukan amal saleh maka ia akan dianugerahi hidup yang bersih yaitu hatinya hidup.
"Imam Ali bin Abi Thalib as, berkata, sebagian orang mati, bergerak, wajah mereka, wajah manusia, tapi hati mereka, hati binatang, hidup mereka seperti binatang. Di dalam Al Quran, hidup juga diartikan sebagai kiamat. Al Quran berfirman, di akhirat sebagian manusia berkata, seandainya saja kami mengirim sesuatu untuk hidup," imbuhnya.
Hujatulislam Rafiei melanjutkan, sebagian orang memiliki mata tapi tidak melihat, memiliki telinga tapi tidak mendengar, artinya mereka tidak memahami apa yang engkau katakan.
Pakar agama ini menuturkan, Allah SWT di dalam Al Quran, mengucapkan salam kepada Nabi Nuh as, dan Nabi Ibrahim as, sementara Tuhan tidak mengucapkan salam kepada orang mati. Ini membuktikan bahwa nabi-nabi hidup di alam barzakh.
"Selepas Perang Badar, Nabi Muhammad SAW, berbicara dengan mayat-mayat musuh, dan bersabda, apakah kalian menyaksikan janji Ilahi ? Sebagian orang memprotes dan berkata, tidak mungkin berbicara dengan orang mati. Nabi Muhammad SAW bersabda, saat ini mereka lebih memahami apa yang aku katakan daripada kalian," paparnya.
Guru akhlak ini kemudian mengutip Hikmah 130 dari buku Nahjul Balaghah, Imam Ali, dan mengatakan, "Di perang Shifin, saat kembali dari perang, Imam Ali, berdiri di depan pekuburan Kufah, dan di hadapan orang-orang mati berkata, wahai penduduk tanah kesendirian dan ketakutan, jika ingin mendengar kabar dari saya, Ali, saya punya tiga kabar untuk kalian, tidak ada yang tinggal di rumah-rumah kalian, harta kekayaan kalian sudah dibagi-bagi, dan istri-istri kalian menjalani hidupnya masing-masing."
Kemudian Imam Ali as, menghadap kepada para sahabatnya, dan berkata, jika Allah SWT, mengizinkan orang-orang mati ini berbicara, maka semua akan berkata, satu-satunya yang bermanfaat bagi kami di sini adalah takwa, dan menahan diri.
Hormati Ibumu, Pandangan Agama atas Keagungan Ibu
Dalam pandangan semua agama Tuhan, ibu dianggap memiliki kedudukan tinggi dan agung. Semua orang menghormatinya, dan selalu mengingat keagungan dan keluhurannya. Di dalam agama Islam, hal ini lebih kentara.
Para Nabi, sebelum menyarankan orang lain untuk menghormati ibu, mereka sendiri terlebih dahulu melakukannya, dan mendoakan rahmat serta ampunan Tuhan bagi ibu mereka.
Nabi Ibrahim as, mendoakan ayah dan ibunya, beliau memohon kepada Allah SWT, untuk mengampuni dan memaafkan orangtuanya. «ربّنا اغفرلی و لوالدیَّ و للمؤمنین یومَ یَقومُ الحساب» "Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
Nabi Musa, dan Orang yang Bersamanya di Surga
Dalam ajaran Nabi Musa as, kedudukan ibu sangat tinggi dan agung. Nabi Musa, ketika bermunajat kepada Tuhan, beliau memohon kepada-Nya, untuk mengenalkan orang-orang yang akan bersamanya di surga kelak. Tuhan berfirman, wahai Musa, pergilah ke tempat dan toko itu, orang yang bekerja di sana, ialah yang akan bersamamu di surga kelak.
Setelah mencari tahu tentang anak muda yang bekerja di toko itu, Nabi Musa, memahami bahwa pemuda itu melakukan semua pekerjaan ibunya yang lumpuh, dan ibunya selalu berdoa kepada Tuhan, agar anaknya menjadi orang yang bersama Nabi Musa, di surga.
Pandangan Nabi Isa terhadap Ibu
Kedudukan ibu dalam pandangan Nabi Isa as, begitu tingginya sehingga di awal kehidupannya ia bersyukur kepada Tuhan, mengingatkan masalah ini, dan bersyukur kepada Tuhan, karena telah diberikan kesempatan berbuat baik kepada ibunya. Pasalnya beliau mengetahui perbuatan baik kepada ibu adalah sesuatu yang paling berharga. «و برّا بوالدتی و لم یجعَلنی جبّارا شقِیّا» "dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."
Surga Berada di Bawah Telapak Kaki Ibu
Meskipun seluruh agama Ilahi, menghormati kedudukan tinggi ibu, tapi Islam, dibandingkan ajaran lain lebih memperhatikan masalah ini, dan sangat menghargai nili luhur seorang ibu.
Allah SWT di dalam Al Quran, mengingatkan keagungan dan keluhuruan ibu, dan dalam bentuk tertentu memujinya. Allah SWT, dalam Surah Luqman, dan Al Ahqaf, setelah menasihati untuk berbuat baik kepada kedua orangtua, menjelaskan penderitaan dan susah payah ibu.
Di banyak hadis dan ajaran Nabi Muhammad SAW, juga dijelaskan dengan baik pemenuhan hak-hak ibu, kepribadian, dan kedudukannya. Nabi Muhammad SAW, saat menjelaskan kedudukan ibu, bersabda, الجنّةُ تحتَ اقدامِ الامّهات "surga berada di bawah telapak kaki ibu."
Hadis Nabi Muhammad SAW ini menunjukkan bahwa tanpa keridhaan ibu, seseorang tidak akan mungkin bisa mendapatkan surga beserta kenikmatan-kenikmatannya.
Seperti Ini Imam Sajjad Menggambarkan Ibu
Imam Ali Zainal Abidin, atau Imam Sajjad, Imam Keempat Syiah, salah satu cucu Nabi Muhammad SAW, terkait hak seorang ibu, dan keagungan serta kedudukannya berkata, "Hak ibu dari Anda, ketahuilah bahwa ia yang mengandungmu, karena tidak ada seorang pun yang mengandung orang lain. Ia memberikan buah hatinya kepadamu karena tidak ada seorang pun yang memberikan itu. Ia memelukmu dengan segenap anggota badan dan jiwanya, ia tidak takut lapar saat melindungimu, tidak peduli ia berada di bawah sengatan sinar matahari supaya engkau terhindar dari panas. Ia meninggalkan kenikmatan tidur demi dirimu, dan melindungimu dari dingin dan panas. Di hadapan semua pelayanan ibu ini di mana engkau bisa membalasnya, selain dengan bantuan, dan pertolongan Tuhan."
Perkataan Imam Ali Zainal Abidin yang menjelaskan hak-hak ibu ini menunjukkan keagungan, dan keluhuran kedudukan seorang ibu.
Jelas semua cinta dan kasih sayang kepada anak, serta menanggung seluruh kesulitan besar dalam mendidik anak, menyimpan tanggung jawab besar bagi sang anak yang harus berusaha menunaikannya. Oleh karena itu Allah SWT di dalam Al Quran berfirman, فلا تقُل لهما اُفَّ maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah".
Jangan sampai engkau melukai hati ibu, dan membuat hatinya tersiksa, karena engkau akan dimurkai Tuhan, murka ibu adalah murka Tuhan.
Ajaran Nabi Muhammad SAW dan Ahlul Bait, perilaku mereka terhadap ibu, dan menghormati ibu, menjelaskan keluhuran kedudukan ibu. Kedudukan ibu dalam pandangan agama adalah kedudukan yang tinggi yang disebut Al Quran, setara dengan ketaatan dan ibadah kepada Tuhan.
11 Pesan Moral dan Sosial Imam Shadiq
Imam Sadiq, Imam keenam Syiah memberikan nasihat penting dengan mengatakan, "Barang siapa yang mengurus urusan orang lain, menegakkan keadilan, membukakan pintu rumahnya bagi orang, tidak merugikan orang lain, dan melayani kebutuhan umat, maka segala puji bagi Allah SWT yang telah memberinya keselamatan dari ketakutan di hari kiamat dan mengangkatnya ke surga,".
Jafar bin Muhammad yang dikenal dengan sebutan Imam Jafar Shadiq (83-148 H) adalah Imam keenam dari Dua Belas Imam Syiah setelah ayahnya Imam Baqir syahid. Selama 34 tahun (114 hingga 148 H), beliau memimpin Imamah Syi'ah, yang merupakan periode yang sama dengan masa kekhalifahan lima khalifah Bani Umayyah terakhir, yaitu dari Hisham bin Abdul Malik dan seterusnya, serta dua khalifah Abbasiyah pertama, Safah dan Mansur Dawanighi.
Di tengah kondisi pemerintahan Bani Umayyah yang melemah, Imam Shadiq memiliki aktivitas ilmiah yang jauh lebih banyak dibandingkan para imam Syiah lainnya. Jumlah murid dan perawinya mencapai 4000 orang. Sebagian besar hadis Ahlul Bait berasal dari Imam Sadiq. Oleh karena itu, mazhab Syiah Imamiyah sering juga disebut sebagai mazhab Jafari.
Imam Sadiq mempunyai kedudukan yang tinggi di antara para pemimpin mazhab fiqih Sunni. Abu Hanifah dan Malik bin Anas meriwayatkan dari Imam Sadiq. Abu Hanifah menganggap imam sadiq sebagai orang yang paling alim di kalangan umat Islam.
Imam Shadiq berkata:
Kami keluarga keluarga Nabi adalah keluarga yang kekesatriannya melampuai orang yang menganiaya kami.
Sheikh Sadouq menyatakan bahwa Imam Shadiq syahid akibat racun atas perintah Mansour Dawanighi.
Di sini, dalam rangka peringatan kesyahidan Imam Shadiq, kita menelisk 11 pesan moral dan sosial dari imam keenam ini:
1. Sibuklah dengan kesalahanmu
قالَ الاِمامُ الصّادِقُ عليه السلام: لاتَنْظُرُوا في عُيُوبِ النّاسِ كَالْأرْبابِ وَانْظُرُوا في عُيُوبِكُمْ كَهَيْئَةِ الْعَبـْدِ. [تحف العقول/ 295.]
Imam Shadiq berkata: Jangan melihat kesalahan orang lain seperti seorang tuan, tapi periksalah kesalahanmu sendiri sebagai seorang hamba yang rendah hati.
2. Jauhi kebohongan, ingkar janji, dan pengkhianatan
قالَ الاِمامُ الصّادِقُ عليه السلام: ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فيهِ فَهُوَ مُنافِقٌ وَاِنْ صامَ وَصَلّى: مَنْ اِذا حَدَّثَ كَذِبَ وَاِذا وَعَدَ اَخْلَفَ وَ اِذَا ائْتـُمِنَ خـانَ. [تحف العقول/ 229.]
Imam Shadiq berkata: Ada tiga ciri yang menjadi tanda kemunafikan meskipun pemiliknya adalah orang yang shalat dan berpuasa, yaitu: berdusta, mengingkari janji, dan menghianati amanah.
3. Jadi Ulama atau pencari ilmu
قالَ الاِمامُ الصّادِقُ عليه السلام: لَستُ اُحِبُّ أنْ أرَى الشّابَّ مِنْكُمْ اِلاّغادِياً فى حالَيْنِ: إمّا عالِماً أوْ مُتَعَلِّماً. [امالى طوسى، 303 ـ 604.]
Imam Shadiq berkata: Saya tidak suka melihat seorang pemuda dari kalian, kecuali dalam salah satu dari dua keadaan ini: dia berilmu atau dia belajar.
4. Bersikaplah pemaaf dan baik hati
قالَ الاِمامُ الصّادِقُ عليه السلام: عَلَيكَ بِالسَّخاءِ وَ حُسْنِ الخُلقِ فَإنَّهُما يَزينانِ الرَّجُلَ كَما تَزينُ الواسِطَةُ الْقِلادَةَ. [ميزان الحكمه ص 2300 ح 8010 به نقل از بحار ج 71 ص 391]
Imam Shadiq berkata: selamat bagimu wahai pemaaf dan baik hati, karena sebagaimana permata besar di tengah kalung menjadi penyebab keindahannya, kedua kualitas ini juga merupakan perhiasan manusia.
5. Bersikap adil dan mengurus urusan orang lain
قالَ الاِمامُ الصّادِقُ عليه السلام: مَنْ تَوَلّى أمْراً مِن اُمُورِالنّاسِ فَعَدَلَ وَ فَتَحَ بابَهُ وَ رَفَعَ شَرَّهُ وَ َنَظَرَ فى اُمُورِ النّاسِ كانَ حَقّاً عَلَى اللّه ِ عَزَّوَجَلَّ أَن يُؤَمِّنَ رَوْعَتَهُ يَومَ القِيامَةِ وَ يُدْخِلَهُ الجَنَّةَ. [ميزان الحكمه ح 2773 ص 7122 به نقل از بحار ج 75 ص 340]
Imam Shadiq berkata: Barang siapa yang mengurus urusan orang lain, menegakkan keadilan, membukakan pintu rumahnya bagi orang, tidak merugikan orang lain, dan melayani kebutuhan umat, maka segala puji bagi Allah SWT yang telah memberinya keselamatan dari ketakutan di hari kiamat dan mengangkatnya ke surga.
6. Jangan lelah berdoa
عَن أبى عَبدِاللّه جَعْفَر بن مُحَمَّد عليهماالسلام قالَ سَمِعتُهُ يَقُولُ: عَلَيْكُمْ بِالدُّعاءِ فَاِنَّكُمْ لاتَتَقَرَّبُونَ بِمِثْلِهِ وَ لاتَتْرُكُوا صَغيرَةً لِصِغَرِها أَنْ تَسأَلُوها فَإِنَّ صاحِبَ الصِّغارِ هُوَ صاحِبُ الكِبارِ. [امالى مفيد، مجلس دوم ح 9 ص 31]
Seif Tammar menukil bahwa dirinya mendengar Imam Shadiq yang berkata: Jangan pernah berhenti berdoa, karena kamu tidak akan bisa dekat dengan Tuhan dengan cara apapun, dan jangan pernah meninggalkan permintaan untuk suatu kebutuhan walaipun itu kecil, karena Tuhanlah yang mengabulkan semua hajat, baik kecil maupun besar.
7. Berjabat tanganlah dengan tulus
قالَ الصّادِقُ عليه السلام: ما صافَحَ رَسُولُ اللّه صلي الله عليه و آله رَجُلاً قَطُّ فَنَزَعَ يَدَهُ حَتّى يَـكُونَ هُوَ الَّـذى يَنْـزِعُ يَدَهُ منْهُ. [بحـار الانوار، ج 16،ص 269]
Imam Shadiq berkata: Rasulullah Saw tidak pernah berjabat tangan dengan seseorang dan menarik tangannya mendahului yang lain, kecuali pihak lain yang menarik tangannya terlebih dahulu.
8. Bercandalah, namun sampaikan dengan benar
قـالَ الصّـادِقُ عليه السلام: كانَ رَسُولُ اللّهِ صلي الله عليه و آله يُداعِبُ وَ لايَقُـولُ اِلاّحَـقّـا. [بحـار الانوار، ج 16،ص 244]
Imam Shadiq berkata: Rasulullah Saw sering bercanda, tetapi beliau tidak mengatakan apa pun kecuali kebenaran.
9. Bicaralah dengan cara yang dipahami orang
قـالَ الصّـادِقُ عليه السلام: ما كَلَّمَ رَسُولُ اللّهِ صلي الله عليه و آله الْعِبادَ بِكُنْهِ عَقْلِهِ قَطُّ، قـالَ رسُـولُ اللّهِ صلي الله عليه و آله: اِنّا مَعـاشِرَ الاَْنْبِـياءِ اُمِرْنا اَنْ نُكَلّـِمَ النّاسَ عَلى قَدْرِ عُقُولِهِمْ. [سُنَنُ النَّبى،ص 57]
Imam Shadiq berkata: Rasulullah Saw berbicara kepada orang-orang sesuai tingkat kecerdasannya, dan berkata: Kami, para Nabi ditugaskan untuk berbicara kepada orang-orang secara langsung sesuai kecerdasan dan pemahaman mereka.
10. Selalu wangi dan harum
قالَ الصّادِقُ عليه السلام: كانَ رَسُولُ اللّهِ صلي الله عليه و آله يُنْفِقُ عَلَى الطّيبِ اَكْثَرَ مِمّا يُنْفِـقُ عَلَى الطَّـعامِ. [بحـار الانوار، ج 16،ص 248]
Imam Shadiq berkata: Rasulullah Saw membelanjakan uangnya untuk wewangian melebihi makanan.
11. Bersikaplah sederhana, tetapi perlakukan tamu Anda dengan sangat baik
الْخِلَّ وَ الزَّيْتَ وَ يُطْعِمُ النّاسَ الْخُبْزَ وَ اللَّحْمَ. [الكافى 6: 328]
Imam Shadiq berkata: Amirul Mukminin adalah orang yang paling mirip dengan Nabi Muhammad saw, dalam hal makanan. Beliau sendiri makan roti, cuka dan minyak zaitun serta memberikan roti dan daging kepada orang lain, terutama tamunya.
Qaraati Berbagi Tips Bagaimana Menjaga Lisan
Islam mengatakan bahwa orang yang paling buruk adalah orang yang lisannya ditakuti orang. Menurut Qaraati, “Manusia tidak boleh membiarkan lidahnya terbuka untuk mengucapkan kata-kata buruk.”
Hujjatul Islam Walmuslimin Mohsen Qaraati, ahli tafsir Al-Qur’an mengatakan:
“Dalam risalah Imam Sajjad as tentang hak disebutkan lima puluh hak, salah satunya berkaitan dengan lisan.”
Menurut Qaraati, Salah satu hak lisan adalah anggota badan ini tidak mengumpat, memaki, atau menghujat. Al-Qur'an memerintahkan agar lidahmu berbicara dengan sopan. Imam Sajjad mengatakan, Jika berbicara, kendalikan dulu lisannya, bicaralah kapan pun diperlukan. Menurut riwayat-riwayat Syiah yang jelas, lisan mengungkapkan pikiran manusia.
Qaraati menjelaskan bagaimana para pemimpin agama berurusan dengan orang-orang yang suka mengumpat:
“Seseorang tidak boleh mengumpat dan mencaci. Allah menilai buruk cacian dan begitu juga dengan orang yang mencaci dan orang yang suka mendengar cacian. Sayangnya, sebagian orang tidak bisa berbicara tanpa mengumpat. Beberapa orang menganggap mengumpat sebagai sebuah kepribadian, dan menganggap orang yang mengumpat itu kuat.”
Diriwayatkan bahwa Imam Shadiq as ditanya oleh seseorang bernama Sama’ah, Dulu kamu mengumpat penjaga ontamu, bagaimana ceritanya? Dia mengatakan, Dia menindasku. Memang benar dia miskin, penjaga onta, tapi dia menindasku. Karena menindasku, aku mengumpatnya.
Imam Shadiq mengatakan:
“Dia menganiaya Anda, tetapi apa yang Anda katakan lebih buruk. Kalau ada yang berkata buruk, maka Allah akan mengambil keberkahan dari umurnya. Umurnya tidak diberkati.”
Seraya menekankan bahwa seseorang tidak boleh membalas dengan ucapan yang buruk, Qaraati mengatakan, Imam Ali as, Imam Pertama Syiah, mendengar bahwa seseorang mengumpat salah satu sahabatnya bernama Qanbar. Qanbar pun pergi untuk membalas. Imam Ali mengatakan, Berhenti!, Biarkan saja. Jangan bicara. “Namun, Imam, ia mengumpatku,” kata Qanbar. Imam menjawab, Ia mengumpatmu, engkau tidak boleh mengumpat. Bila engkau marah dan ingin mengumpat, tahan dirimu. Dalam kondisi seperti ini, Allah rela dengan manusia dan setan akan murka.
Hujjatul Islam Walmuslimin Mohsen Qaraati
Penafsir Al-Qur’an ini menekankan agar kita menghindari mengutip kata-kata buruk orang lain.
Menurutnya, Siapa pun yang mendengar sesuatu yang buruk dan mengirimkan pesan kepada orang lain, bahwa orang ini berkata ini dan itu, maka ia seperti pelakunya. mengatakan ini dan itu kepada ini dan itu, maka seolah-olah dirinya juga melakukan hal yang sama. Kita tidak berhak mengutip kata jelek, seperti berbagi kuman yang mendatangkan penyakit.
Kita punya berbagai riwayat agama yang menyebutkan, Jika menceritakan makian seseorang kepada orang lain, penukilan itu sendiri adalah dosa.
Islam mengatakan bahwa orang yang paling buruk adalah yang lisannya ditakuti orang. Seorang istri tidak boleh takut terhadap suaminya, dan seorang suami tidak boleh takut terhadap istrinya.
Mengingatkan bahwa seseorang harus melatih lisannya, Qaraati mengatakan, Manusia tidak boleh membiarkan lidahnya terbuka untuk mengucapkan kata-kata buruk.
Menyinggung ayat-ayat Al-Qur'an yang menunjukkan tata krama berbicara, Qaraati mengatakan, Al-Qur'an menyebutkan tata krama berbicara dan tata krama berbicara dengan orang tua, ucapan harus lugas, berbicara harus lembut, berbicara baik, menggunakan kalimat yang baik … Imam Sajjad as mengatakan, Ya Allah! Setiap kata buruk yang akan keluar dariku, ubahlah itu menjadi menjadi kalimat terbaik. Ya, seseorang harus menghindari bahasa yang buruk.
Sebuah Perbincangan tentang Ayat Quran Paling Penuh Harapan
Salah seorang ustaz di Hauzah Ilmiah Qom, mengutip sebuah hadis yang menyebutkan ayat 114 Surah Hud, adalah ayat paling penuh harapan. Menurutnya, ayat ini menjelaskan dampak amal baik dalam menghapus amal-amal buruk, serta dosa.
Di setiap penggalan sejarah kehidupan manusia, harapan dan ketenangan adalah fondasi pertama kehidupan. Jika harapan tidak ada, manusia tidak akan pernah punya motivasi untuk melanjutkan hidup.
Nabi Muhammad SAW bersabda, «الْأَمَلُ رَحْمَةٌ لِأُمَّتِی وَلَوْلَا الْأَمَلُ مَا رَضَعَتْ وَالِدَةٌ وَلَدَهَا وَلَا غَرَسَ غَارِسٌ شَجَرا» "Harapan dan cita-cita bagi umatku adalah kebaikan dan rahmat Ilahi. Jika harapan dan cita-cita tidak ada, maka tidak ada seorang ibu pun yang akan memberikan susu kepada anaknya, dan tidak ada seorang tukang kebun pun yang menanam pohon." (Bihar Al Anwar, jilid 77, halaman 175)
Suatu hari Imam Ali bin Abi Thalib as, berkata kepada masyarakat, "Menurut kalian ayat Al Quran mana yang paling penuh harapan? Setiap orang menyampaikan jawabannya masing-masing. Sebagian orang berkata ayat 48 Surah An Nisa, «إِنَّ اللَّهَ لَا یَغْفِرُ أَنْ یُشْرَکَ بِهِ وَیَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِکَ لِمَنْ یَشَاءُ» Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya."
Imam Ali berkata, "Bagus, tapi bukan itu maksud saya." Sebagian orang berkata, ayat 110 Surah An Nisa, "وَمَنْ یَعْمَلْ سُوءًا أَوْ یَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ یَسْتَغْفِرِ اللَّهَ یَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِیمًا" Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Imam Ali berkata, "Bagus, tapi bukan itu maksud saya." Sebagian orang lalu berkata, ayat 53 Surah Az Zumar, «قل یا عِبادِیَ الَّذینَ أَسْرَفُوا عَلی أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ یَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمیعاً» Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sebagian orang yang lain menyebutkan ayat-ayat yang lain, tapi Imam Ali, membantahnya, dan mengatakan,
Aku mendengar dari kekasihku Rasulullah SAW, ayat Al Quran yang paling penuh harapan adalah ayat 114 Surah Hud, Allah SWT berfirman, «وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَیِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّیْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ یُذْهِبْنَ السَّیِّئَاتِ» Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.
Mengapa disebut paling penuh harapan karena di ayat-ayat sebelumnya dijelaskan, Allah SWT mengampuni dosa-dosa, tapi di ayat ini disebutkan, perbuatan baik menghapus keburukan, dan menghapus dampak-dampak perbuatan maksiat serta dosa seolah-olah pelakunya tidak melakukan dosa apa pun.
Ayat ini menjelaskan bahwa perbuatan baik dapat menghapus dampak-dampak perbuatan buruk dan dosa. Perbuatan baik menyebabkan terhapus, dan tertutupinya perbuatan buruk, sehingga menumbuhkan harapan dan motivasi di dalam diri manusia.
Oleh karena itu manusia akan terdorong untuk lebih melakukan perbuatan baik, dan mencegahnya berbuat buruk serta dosa. Perbuatan baik yang paling jelas adalah salat lima waktu yang disinggung dalam ayat di atas, karena salat selain menghapus dampak-dampak dosa, juga menciptakan ketenangan dan harapan.
Perlakukanlah Mereka dengan Lemah Lembut
Imam Ali Zainal Abidin as, atau yang lebih dikenal Imam Sajjad, Imam Keempat Syiah berkata, "Hormatilah orang tua karena usianya yang telah senja. Berlakulah lemah lembut, tenang dan perlahan terhadap mereka, serta tinggikanlah harga diri, dan kedudukan mereka."
Dalam ajaran akhlak Islam, selain nilai-nilai, dan kriteria untuk memuliakan serta menghormati orang tua, faktor usia yang lebih tua dan kedewasaan, merupakan salah satu ukuran, dan standar penting untuk menghormati martabat manusia.
Pertumbuhan jumlah orang lanjut usia atau lansia di dunia telah menyebabkan masalah penuaan penduduk, dan telah mengubah cara berperilaku terhadap lansia menjadi salah satu masalah penting umat manusia.
Maka dari itu, saat ini semakin dirasakan penting untuk mengkaji ajaran-ajaran agama terkait cara memperlakukan lansia sebagai aset masyarakat ini.
Budaya Barat dalam Memperlakukan Orang Tua
Tingkat penghormatan, dan perhatian terhadap orang tua dalam budaya masyarakat Barat, jika dibandingkan dengan budaya Islam, terpaut cukup jauh. Keberadaan banyaknya panti jompo di Barat, membuktikan posisi yang sedemikian goyah, dan ringkih dari para lansia di sana.
Sungguh disesalkan, seiring dengan lahirnya komunikasi luas era modern, dan saling berhadapannya budaya-budaya satu sama lain, maka tidak hanya di Barat, budaya ini juga menjangkiti masyarakat Islam, salah satu buktinya jumlah panti jompo yang semakin banyak.
Sementara berdasarkan anjuran-anjuran tegas dalam budaya Islam, anak-anak berkewajiban untuk mengurus orang tua secara total.
Kedudukan Lansia dalam Hadis Nabi Muhammad SAW dan Ahlul Bait
Nabi Muhammad SAW, dan Ahlul Bit, menganggap dukungan terhadap orang tua sebagai nilai Ilahi, agama, dan moral, dan orang tua harus dihormati.
Menurut mereka, memperlakukan orang tua dengan akhlak terpuji akan meningkatkan kesehatan mental, dan psikologi manusia sehingga menambah kemuliaan diri.
Imam Sajjad as berkata,
"Hormatilah orang tua karena usia mereka yang sudah senja. Berlakulah kepada mereka dengan lemah lembut, tenang, dan perlahan, dan tinggikanlah kedudukan, dan martabat mereka."
Dalam pandangan Ahlul Bait, bertambahnya usia manusia akan memperbanyak turunnya rahmat Ilahi kepadanya. Imam Jafar Shadiq as, Imam Keenam Syiah berkata, "Ketika seorang mukmin menginjak usia 50 tahun, Allah SWT, meringankan perhitungan terhadapnya, dan ketika menginjak usia 60 tahun, Allah SWT, menganugerahkan kesempatan bertobat kepadanya, ketika menginjak usia 70 tahun, Allah SWT, dan penduduk langit menyayanginya, ketika menginjak usia 80 tahun, Allah SWT, memerintahkan supaya kebaikannya ditulis, dan keburukannya dihapus, dan ketika menginjak usia 90 tahun, Allah SWT, mengampuni dosa-dosanya di masa lalu, dan masa depan."
Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Orang tua adalah pembesar kalian, memuliakan orang tua berarti memuliakan Allah SWT, dan barangsiapa tidak memuliakan mereka, berarti bukan bagian dari kami."
Imam Shadiq juga dalam hadis lain mengatakan, "Memuliakan mukmin yang sudah lanjut usia berarti memuliakan Allah SWT, dan siapa pun yang memuliakan seorang mukmin, pada dasarnya telah memuliakan Tuhan, dan siapa pun yang menghinakan seorang mukmin, maka Tuhan akan mengirim seseorang untuk menghinakannya."
Lebih Dulu Mengucapkan Salam kepada Orang Tua
Imam Shadiq berkata, "Ucapkan salam kepada orang yang lebih kecil, dan lebih besar dari kalian." Selain itu, beliau juga menganggap tidak berbicara sebelum orang tua adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap mereka.
"Suatu hari dua laki-laki, dan pemuda mendatangi Nabi Muhammad SAW, dan pemuda berbicara mendahului orang tua, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang tua lebih dulu."
Memperhatikan Kondisi Orang Tua dalam Salat
Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Setiap kali salah satu dari kalian memimpin salat untuk masyarakat, maka pendekkanlah salat kalian, karena di antara mereka ada anak-anak, orang tua, mereka yang punya keterbatasan fisik, dan orang sakit."
Tidak Mendahului Orang Tua
Ketika Nabi Muhammad SAW dibawakan air minum, beliau bersabda, "Mulailah dari para pembesar."