Tafsir Al-Quran, Surat At-Taubah Ayat 100-103

Rate this item
(36 votes)

Ayat ke 100

 

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (100)

 

Artinya:

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (9: 100)

 

Sebelumnya telah disinggung kondisi orang-orang Munafik Madinah serta ketidaksopanan mereka terhadap Nabi dan kaum Mukmin. Ayat tadi menyatakan bahwa Allah Swt rela terhadap orang-orang Mukmin di Madinah. Para Muhajirin yang sebelumnya telah memeluk Islam di Mekah diperintahkan oleh Nabi untuk berhijrah ke Madinah. Sementara kaum Anshar di Madinah memberikan sebagian tempat tinggal mereka kepada kaum Muhajirin, serta membantu Nabi Muhammad Saw dalam menghadapi kaum Musyrik Mekah. Wanita muslim pertama, Sayidah Khadijah as, istri Nabi, meski telah menanggung berbagai kesulitan dan melepaskan status sosialnya yang tinggi, namun beliau tetap komitmen dan tidak pernah lengah dalam membantu Nabi dan kaum Mukminin. Begitu pula dengan laki-laki muslim pertama, Ali bin Abi Thalib as, yang selalu menyertai Nabi dan bersedia tidur di pembaringan Nabi, sehingga musuh tidak menduga Rasulullah keluar dari Mekah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Berlomba-lomba dalam perbuatan baik merupakan kemuliaan, dan para pelopor perbuatan tersebut harus dihormati.

2. Berhijrah, menolong, dan mengikuti perbuatan baik, akan mendatangkan keridhaan dan pahala dari Allah Swt.

 

Ayat ke 101

 

وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ (101)

 

Artinya:

Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.

 

Ayat ini kembali menyinggung bahaya orang-orang Munafik dalam masyarakat Islam. Dengan kata lain, di antara kaum Muslimin kota Madinah dan sekitarnya, terdapat orang-orang yang mengklaim beriman kepada Allah dan dikenal sebagai orang-orang Mukmin. Namun pada hakikatnya, mereka adalah orang-orang Munafik, mereka tidak beriman kepada Allah dan Hari kiamat. Meski tidak ada yang menyadari hal itu, namun Allah Swt mengetahui batin mereka. Allah akan menjerumuskan mereka ke jurang kehinaan dan musibah di dunia, dan di akhirat nanti mereka akan menerima azab yang amat pedih.

 

Penjelasan dari dua azab tersebut; pertama adalah terungkapnya kemunafikan mereka dan keterhinaan mereka di tengah masyarakat. Dan yang kedua adalah kesulitan dahsyat sewaktu ajal menjemput mereka, seperti yang telah disebutkan dalam surat al-Anfal ayat 50.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kemunafikan memiliki beberapa tahap. Ada yang bersifat sederhana dan lahiriah saja, dan ada yang sangat pelik dan telah mengakar. Semakin lama seseorang bergelut dengan kemunafikan tersebut, maka bahaya dan siksaannya juga semakin besar dan pedih.

2. Meski berprasangka buruk kepada orang lain dilarang. Akan tetapi waspada dan berhati-hati juga perlu dilakukan, karena orang-orang Munafik menyamar sebagai orang-orang Mukmin.

 

Ayat ke 102

 

وَآَخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآَخَرَ سَيِّئًا عَسَى اللَّهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (102)

 

Artinya:

Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (9: 102)

 

Berdasarkan beberapa riwayat sejarah, sebagian sahabat Rasulullah menolak untuk berpartisipasi dalam perang Tabuk karena mereka telah tergiur oleh gemerlap dunia. Kemudian turunlah ayat-ayat yang mengecam mereka dan akhirnya mereka menyesali perbuatan mereka serta bertaubat kepada Allah. Taubat dan permohonan ampun mereka ungkapkan dengan mengikat tubuh mereka ke tiang-tiang masjid Nabawi. Allah Swt pun menerima taubat mereka dan Rasulullah membuka tali pengikat tubuh mereka seraya menyampaikan kabar gembira atas dikabulkannya taubat mereka oleh Allah Swt.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam introspeksi diri, kita jangan hanya melihat sisi positif pada diri kita, melainkan kita juga berusaha mengoreksi sisi negatif dan kesalahan yang telah kita perbuat.

2. Penyesalan adalah satu-satunya jalan untuk memperoleh ampunan Ilahi, dan Allah selalu membuka pintu taubatnya bagi para hamba-Nya.

 

Ayat ke 103

 

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (103)

 

Artinya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (9: 103)

 

Islam bukanlah agama ibadah, zikir dan doa saja melainkan agama kepedulian terhadap fakir miskin dan pendanaan kepentingan-kepentingan sosial. Bahkan salah satu dari kewajiban setiap orang muslim adalah membagikan sebagian dari harta kekayaan mereka kepada fakir miskin atau yang dikenal dengan zakat. Mengeluarkan zakat hukumnya wajib, selain itu bersedekah juga merupakan perbuatan mustahab yang berulang kali ditekankan oleh para nabi.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengeluarkan zakat, merupakan bukti kejujuran seseorang atas pengakuan imannya kepada Allah Swt.

2. Dalam menilai perbuatan baik orang lain, kita dituntut untuk bersyukur kepada Allah dan termotivasi untuk melakukan perbuatan yang baik. Bahkan Rasulullah Saw mengucapkan salam dan mendoakan orang-orang mengeluarkan zakat.

Read 35933 times