کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 18 Juni 2023 22:00

Surah al-Waqi'a ayat 41-56

وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ (41) فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ (42) وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ (43) لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ (44) إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ (45) وَكَانُوا يُصِرُّونَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيمِ (46)

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? (56: 41)

Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih, (56: 42)

dan dalam naungan asap yang hitam. (56: 43)

Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (56: 44)

Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan. (56: 45)

Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar. (56: 46)

Dalam pembahasan sebelumnya telah kami sebutkan bahwa menurut ayat-ayat Surat al-Waqi'a nanti di hari Kiamat manusia dibagi menjadi tiga golongan. Dua golongan adalah hamba yang dekat dengan Tuhan dan diberkati, serta mereka adalah penghuni surga. Kedua golongan ini telah kami bahas diprogram sebelumnya. Kali ini kami akan membahas golongan ketiga dan ayat ini menyatakan, "Mereka yang diberi catatan amalnya melalui tangan kiri, maka mereka adalah penghuni neraka dan tidak ada musibah yang lebih besar ketimbang manusia menjadi ahli neraka."

Berbeda dengan penghuni surga yang mendapat kenikmatan seperti tempat indah dengan air terjun, mata air, sungai yang mengalir serta menikmatan keindahan di bawah naungan pohon yang rindang serta udara yang segar, para penghuni neraka menderita di bawah asap tebal dari api neraka dan air panas yang tidak dapat memuaskan dahaga mereka, tapi malah membuat mereka semakin kehausan.

Kelanjutan ayat ini menyebutkan alasan mereka menjadi ahli neraka dan menyebutkan, "Selama di dunia mereka mabuk kekayaan dan sombong karena jabatan yang membuat mereka menolak seruan para nabi dan kitab samawi. Oleh karena itu, mereka memandang perbuatan buruk sebagai perbuatan baik dan indah, serta bersikeras melanjutkan perbuatan keliru dan dosa besar."

Dari enam ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Kemakmuran dan kenikmatan yang luar biasa, yang menyebabkan manusia mengabaikan Tuhan dan Hari Kebangkitan, menciptakan nasib buruk bagi manusia dan membawanya ke kehancuran dan kesengsaraan.

2. Perbuatan dosa tidak akan membuat manusia menjadi ahli neraka, karena ada pelung untuk bertobat. Tapi sikap keras kepala untuk melanjutkan perbuatan dosa, di mana manusia tidak menyadari keburukan dari dosa dan akhirnya ia tidak bersedia meninggalkan perbuatan dosa.

3. Sombong dan mabuk kekayaan dalam kehidupan membuka peluang perbuatan dosa dan melanjutkan jalan ini akan sangat berbahaya bagi manusia.

وَكَانُوا يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (47) أَوَآَبَاؤُنَا الْأَوَّلُونَ (48) قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآَخِرِينَ (49) لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (50)

Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali? (56: 47)

apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?" (56: 48)

Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian, (56: 49)

benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal. (56: 50)

Faktor lain yang membuat kelompok ini menjadi ahli neraka adalah mereka menertawakan ucapan para nabi ilahi mengenai Hari Kiamat. Mereka mengatakan, "Bagaimana mungkin ayah dan leluhur kami yang tubuhnya tidak lagi ada, daging, kulit dan tulang mereka telah berubah menjadi tanah, serta tersebar ke berbagi tempat, hidup kembali ?"

Al-Quran saat menjabat argumentasi mereka, menyatakan, "Ini sangat mudah bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, dan janji Tuhan ini akan terealisasi. Manusia mulai dari zaman Nabi Adam as hingga manusia terakhir yang hidup di bumi, seluruhnya akan dikumpulkan di satu tempat, dan mereka akan menerima balasan serta pahala dari setiap amal perbuatannya."

Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Para pengingkar hari kiamat tidak memiliki alasan yang pasti dan kuat bagi pengingkaran mereka, dan mereka hanya menilainya sebagai sesuatu yang tidak mungkin.

2. Sekelompok orang berusaha menyebarkan keraguan dan syubhat mereka mengenai Tuhan dan hari Kiamat di tengah masyarakat, dan menyeret orang lain ke jalan kesesatan, di mana hal ini sangat berbahaya. Sementara tugas seorang mukmin adalah memberi jawaban yang tegas dan jelas mengenai syubhat seperti ini.

3. Di hari kiamat, semua manusia berkumpul dalam waktu yang jelas dan tertentu.

ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّونَ الْمُكَذِّبُونَ (51) لَآَكِلُونَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّومٍ (52) فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ (53) فَشَارِبُونَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيمِ (54) فَشَارِبُونَ شُرْبَ الْهِيمِ (55) هَذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّينِ (56)

Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan, (56: 51)

benar-benar akan memakan pohon zaqqum, (56: 52)

dan akan memenuhi perutmu dengannya. (56: 53)

Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. (56: 54)

Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. (56: 55)

Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan". (56: 56)

Melanjutkan ayat sebelumnya yang menyebutkan tempat para pendosa adalah neraka, ayat ini mengisyaratkan makanan dan minuman ahli neraka. Ayat ini menyatakan, "Berbeda dengan penghuni surga yang menikmati beragam buah-buahan manis dan lezat, para penghuni neraka terpaksa memakan buah-buahan yang pahit dan busuk dari pohon neraka untuk mengenyangkan perut mereka, tapi tidak ada gunanya, dan yang ada adalah rasa sakit dan penderitaan."

Saat itu, ketika mereka memenuhi perutnya dengan makanan neraka, maka mereka mulai kehausan, serta dalam kondisi seperti unta yang menderita penyakit kehausan. Mereka meminum air mendidih neraka dengan rakus dan organ dalamnya hangus, tapi rasa haus mereka tidak hilang.

Tentu saja azab ini bagi mereka yang tersesat dan memahami kebenaran, tapi menolak menerima kebenaran karena keras kepala. Begitu juga mereka yang menyesatkan orang lain dengan menyebarkan keraguan dan syubhat.

Dari enam ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Betapa banyak manusia yang tersesat, tapi kemudian mereka menemukan petunjuk. Yang lebih berbahaya adalah kesesatan karena mengingkari dan sikap keras kepala terhadap kebenaran.

2. Tak diragukan lagi, Allah Swt Maha Adil dan tidak akan menindas siapa pun. Sejatinya kesengsaraan dan azab pedih yang diderita penghuni neraka adalah buah dari perbuatan buruk mereka.

Minggu, 18 Juni 2023 21:59

Surah al-Waqi'a ayat 20-40

وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ (20) وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (21) وَحُورٌ عِينٌ (22) كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ (23) جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24) لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا (25) إِلَّا قِيلًا سَلَامًا سَلَامًا (26)

dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, (56: 20)

dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (56: 21)

Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, (56: 22)

laksana mutiara yang tersimpan baik. (56: 23)

Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (56: 24)

Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, (56: 25)

akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. (56: 26)

Di pembahasan sebelumnya kami telah katakan bahwa manusia di hari kiamat terbagi menjadi tiga kelompok, orang yang beruntung dan bahagia, orang yang dekat dengan Tuhan dan orang yang celaka. Sebelumnya kami juga telah singgung sebagian rahmat Tuhan kepada hamba-hamba yang dekat dengan-Nya. Dalam ayat ini melanjutkan pembahasan sebelumnya dan menyatakan, kenikmatan fisik para penghuni surga tidak terbatas dan apapun yang mereka inginkan tersedia bagi mereka tanpa batasan apapun. Di bidang pangan tersedia bagi mereka segala jenis buah-buahan dan daging dari segala jenis hewan terutama burung yang dagingnya lebih enak.

Terkait kenikmatan seksual, Tuhan menempatkan istri-istri yang paling cantik, putih dan suci, seperti mutiara dalam tiram, dan yang jauh dari jangkauan orang lain, sebagai pendampingnya, agar berhasil bergaul dengan mereka.

Karakteristik pesta pora duniawi adalah biasanya pesta seperti ini disertai dengan perbuatan dosa, ucapan sia-sia dan perbuatan buruk, tapi di pesta surgawi, para penghuni surga hanya menggunakan kata-kata indak, baik dan sopan, serta dialog mereka dengan sesamanya akan membuat mereka semakin dekat dan tenang.

Dari tujuh ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat diraih.

1. Semua alasan kebahagiaan dan kesuksesan orang baik disediakan di surga; Mereka mendapat manfaat dari berkat surgawi sesuai dengan perbuatan dan upaya mereka serta motif murni di dunia.

2. Wanita surgawi selain cantik dan sopan, kecantikannya juga disembunyikan dari orang yang bukan mahram.

3. Surga adalah tempat kedamaian dan kesehatan. Tidak ada cara untuk menyakiti orang lain, dan penghuni surga tidak berbicara apapun kecuali kata-kata yang baik dan menyenangkan.

وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ (27) فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ (28) وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ (29) وَظِلٍّ مَمْدُودٍ (30) وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ (31) وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ (32) لَا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ (33) وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ (34) إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (35) فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37) لِأَصْحَابِ الْيَمِينِ (38) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (39) وَثُلَّةٌ مِنَ الْآَخِرِينَ (40)

Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (56: 27)

Berada di antara pohon bidara yang tak berduri, (56: 28)

dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), (56: 29)

dan naungan yang terbentang luas, (56: 30)

dan air yang tercurah, (56: 31)

dan buah-buahan yang banyak, (56: 32)

yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya. (56: 33)

dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (56: 34)

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung (56: 35)

dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (56: 36)

penuh cinta lagi sebaya umurnya. (56: 37)

(Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (56: 38)

(yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. (56: 39)

dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. (56: 40)

Setelah orang-orang yang dekat, yang berada di tempat tertinggi di surga, ada ahli yamin (kelompok kanan), yang menurut ayat-ayat Al-Qur'an lainnya, adalah orang-orang yang diberikan catatan amalnya dengan tangan kanannya, dan ini adalah tanda bahwa mereka akan diberkati pada hari kiamat. Kelompok ini juga mendapat manfaat dari semua jenis kesenangan dan kegembiraan surgawi dalam ukuran mereka sendiri.

Nikmat bagi kelompok ini (Ahli Yamin) adalah beragam tumbuhan dan pohon yang mereka dapat menikmati buahnya dan juga duduk di bawah daun-daunnya yang rindang tanpa ada duri yang mengganggu. Di samping pohon-pohon yang lebat tersebut terdapat aliran air terjun dan mata air yang menambah kelembutan, kesegaran dan keindahan taman tersebut serta menghasilkan jenis buah dan hasil yang sangat beragam.

Karena di hari kiamat sistem keluarga di dunia akan hancur dan hubungan antara suami istri, orang tua dan anak akan terputus, orang akan muncul di hari kiamat jauh dari hubungan relatif dan kausal. Oleh karena itu, Allah menciptakan istri-istri yang sempurna dan cantik bagi penduduk surga, yang akan menjadi pendamping mereka dan memenuhi kebutuhan mereka akan seorang istri.

Dari empat belas ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Secara alami, berkah duniawi memiliki efek samping dan kerusakan, tetapi tidak ada cacat atau efek samping dalam berkah surgawi. Di surga, berkat berlimpah, permanen dan dapat diakses dan tidak memiliki batasan waktu atau tempat.

2. Perkawinan di dunia terkadang menghadapi hambatan dan masalah, dan perbuatan pasangan dapat menyebabkan perceraian dan perpisahan. Tetapi pasangan surgawi itu setara dan proporsional satu sama lain dalam segala hal. Mereka saling mencintai dan tidak pernah ada konflik atau masalah di antara mereka.

3. Mencapai kebahagiaan tidak eksklusif bagi para pendahulu yang mengalami (hidup sezaman) para Nabi dan Imam. Dalam semua periode sejarah, jalan bagi manusia untuk menjadi bahagia telah terbuka, dan di masa sekarang dan di masa depan, jalan keselamatan terbuka bagi umat manusia.

Minggu, 18 Juni 2023 21:57

Surah al-Waqi'a ayat 1-19

إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (1) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (2) خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (3) إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (6)

Apabila terjadi hari kiamat, (56: 1)

tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. (56: 2)

(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), (56: 3)

apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, (56: 4)

dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, (56: 5)

maka jadilah ia debu yang beterbangan, (56: 6)

Surat al-Waqi'a diturunkan di Mekah dan membahas peristiwa Hari Kiamat sebagai sebuah kepastian. Pertama-tama surat ini membahas terjadinya hari Kiamat, dan kemudian pembagian manusia berdasarkan amal perbuatan serta tingkat kedekatannya dengan Tuhan. Kemudian surat ini menyinggung kekuatan Tuhan dalam penciptaan alam semesta dan manusia yang menjadi bukti dan argumentasi bagi terjadinya hari Kiamat.

Prinsip Maad (Hari Kiamat/Kebangkitan) adalah yang diingkari banyak manusia dengan berbagai motif, dan mereka menolak menerimanya. Banyak juga manusia yang menyakini mabda, atau penciptaan, tapi mereka menolak ma'ad dan mengingkarinya. Ayat ini menyatakan, ketika mereka menyaksikan tanda-tanda hari kiamat dengan mata mereka, maka saat itu, mereka tidak akan mengingkarinya, tapi tidak ada lagi gunanya.

Hal ini karena saat itu berkas dan catatan manusia telah ditutup, dan kondisi setiap orang telah ditentukan berdasarkan amal perbuatan baik dan dan buruk mereka. Orang-orang baik memiliki posisi tinggi, dan mereka pergi ke surga. Tapi orang yang berbuat buruk akan dimasukkan ke neraka.

Kelanjutan ayat ini membahas kondisi akhir zaman di dunia dan dimulainya hari kiamat. Ayat ini menyatakan, gempa bumi dahsyat melanda seluruh permukaan bumi, gempa besar yang menghancurkan gunung, menjadikannya bubuk dan melontarkan debu ke udara.

Dari enam ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Kejadian hari kiamat dan gempa keras dan menghancurkan adalah hal yang pasti dan telah diberitakan oleh Tuhan, dan pengingkaran terhadapnya akan merugikan manusia yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat.

2. Sistem hari kiamat berbeda dengan dunia. Betapa banyak manusia yang selama di dunia terhormat, memiliki kekuasaan dan harta benda yang banyak, tapi di hari kiamat mereka hina dan hancur.

3. Menjelang hari kiamat, bumi mengalami gempa hebat dan kacau balau. Gunung-gunung tercabut, hancur dan tercabik-cabik, serta menjadi debu yang terlempar ke udara. Atas kehendak Allah Swt, sistem yang ada di dunia hancur, dan bumi serta langit memiliki sistem baru.

وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ (14)

dan kamu menjadi tiga golongan. (56: 7)

Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. (56: 8)

Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. (56: 9)

Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, (56: 10)

Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. (56: 11)

Berada dalam jannah kenikmatan. (56: 12)

Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, (56: 13)

dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (56: 14)

Ayat ini seperti ayat 32 Surat Fatir, membagi manusia dalam tiga kelompok di hari kiamat. Kelompok pertama adalah mereka yang mencapai kebahagiaan karena iman dan perbuatan baiknya. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang abadi dan tidak ada habisnya.

Kelompok kedua adalah penjahat dan pendosa. Mereka mengalami nasib buruk karena kekafiran, kezaliman dan perbuatan dosanya. Nasib buruk ini tidak dapat digambarkan.

Kelompok ketiga adalah mereka yang terdepan dalam iman dan perbuatan baik, serta menjadi teladan orang-orang baik dan yang beruntung. Oleh karena itu, mereka termasuk orang-orang yang paling dekat dengan Tuhan. Para nabi, para imam dan wali Allah sepanjang sejarah adalah contoh dari kelompok ini.

Iman dari kelompok ketiga ini terhadap Tuhan dan hari Kiamat telah mencapai puncaknya. Mereka memiliki akhlah mulia dan perilaku mereka terhadap masyarakat didasarkan pada keadilan dan pengorbanan. Dalam ibadah, keberanian, keadilan, kedermawanan dan seluruh nilai-nilai ilahi dan manusiawi, mereka berada di puncak, dan banyak dari mereka mencapai puncak kesempurnaan melalui kesyahidan di jalan Tuhan.

Pelopor dalam iman dan kebaikan ini telah ada sejak awal sejarah manusia dan akan ada orang-orang dengan karakteristik seperti itu hingga akhir sejarah manusia. Berapa banyak umat terdahulu yang beriman kepada nabi-nabi pada masanya dan berapa banyak umat nabi terakhir yang menjadi teladan bagi yang lain berdasarkan ajarannya.

Dari delapan ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Kebahagiaan dan kesengsaraan yang nyata dan permanen terkait dengan akhirat. Pada saat itu, kebahagiaan atau ketidakbahagiaan sejati manusia akan terungkap. Mungkin sebagian orang tampak bahagia dan berharga di mata orang-orang di dunia ini, namun di hari kiamat akan terungkap kesengsaraan dan kehinaan mereka, atau sebaliknya.

2. Perbuatan baik sebuah nilai, dan berlomba-lomba dalam perbuatan baik sebuah nilai lain. Mereka yang berlomba-lomba dalam perbuatan baik, pada hari kiamat akan terdepan dari yang lain, dan mereka memiliki posisi unggul.

3. Surga adalah tempat kesuksesan bagi orang beriman. Namun lebih tinggi dari nikmat surga yang merupakan pahala materi bagi para pelopor ini adalah kedekatan dengan Tuhan dan merupakan pahala maknawi bagi penghuni surga, yang dalam ayat-ayat ini didahulukan daripada nikmat materi.

عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ (15) مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ (16) يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ (17) بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ (18) لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُونَ (19)

Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata, (56: 15)

seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. (56: 16)

Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, (56: 17)

dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, (56: 18)

mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, (56: 19)

Ayat ini menceritakan sebagian kehidupan menggembirakan penghuni surga, dan menyatakan, penghuni surga tidak tinggal di sudut yang jauh dari satu sama lain, tetapi mereka memiliki kumpulan orang dan pelayan; Mereka duduk bersebelahan di tempat tidur yang megah dan menikmati mengobrol bersama.

Allah Swt memerintahkan pemuda tampan untuk melayani mereka. Para pelayan tampan ini membawakan beragam hidangan, makanan dan minuman lezat yang tidak membuat mereka mabuk dan juga tidak ada efek samping memabukkan seperti di dunia. Hidangan ini membuat manusia merasakan puncak kelezatan.

Dari lima ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang patut dipetik.

1. Berbeda dengan penghuni neraka yang saling melaknat dan mengutuk, para penghuni surga berkumpul bersama dan saling berbincang di lingkungan yang tenang.

2. Makanan dan minuman dunia terkadang memiliki efek samping yang tidak baik, tapi di surga tidak demikian, dan seluruh hidangannya sangat lezat.

Minggu, 18 Juni 2023 21:57

Surah Ar-Rahman 62-78

وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ (62) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (63) مُدْهَامَّتَانِ (64) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (65) فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ (66) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (67) فِيهِمَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ (68) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (69)

Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi (55: 62)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 63)

Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (55: 64)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 65)

Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar. (55: 66)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 67)

Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima. (55: 68)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 69)

Dalam pembahasan sebelumnya dibicarakan mengenai pahala yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang bertakwa di hari kiamat. Ayat kali ini menyinggung surga lain yang berada di level lebih rendah dari surga para wali Allah dan orang-orang mukmin yang berbuat baik dari jin dan manusia.

Ayat ini saat menyinggung kebun-kebun surga menyebutkan sejumlah karakteristiknya; Kebun-kebun ini sangat indah, subur dan rindang. Di kebun-kebun ini, terdapat banyak air dalam bentuk mata air dan air terjun yang memancar dari kedalaman bumi atau gunung, dan mengalir di antara pohon-pohon. Selain itu, buah-buahan yang dihasilkan tanaman di kebun ini semuanya milik penghuni surga. Di antara tanaman ini, disebutkan secara khusus kurma dan delima karena nilai tinggi keduanya.

Di dunia ini, kurma dan delima memiliki keunggulan gizi dan pengobatan, dan mengindikasikan bahwa surga memiliki empat musim, karena kurma tumbuh di daerah panas dan delima di daerah beriklim sedang. Ketika di dunia, kedua buah-buahan ini memiliki khasiat besar, maka bagaimana di akhirat nanti ? 

Dari delapan ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1.Pohon-pohon di surga senantiasa hijau dan segar.

2. Menikmati pemandangan alam seperti hutan yang hijau dan subur, air terjun dan mata air, serta pohon dengan berbagai buahnya adalah sebagian kecil dari nikmat surga.

3. Kufur dan mendustakan nikmat ilahi di dunia akan membuat manusia tidak dapat menikmati nikmat ilahi di akhirat.

فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (70) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (71) حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ (72) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (73) لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ (74) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (75) مُتَّكِئِينَ عَلَى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ (76) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (77) تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (78)

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. (55: 70)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 71)

(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah. (55: 72)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 73)

Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. (55: 74)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 75)

Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah. (55: 76)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 77)

Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia. (55: 78)

Ayat-ayat terakhir Surah Ar-Rahman ini melanjutkan ayat sebelumnya serta menyebutkan nikmat ilahi lain di surga. Salah satu nikmat ilahi di dunia adalah nikmat memiliki pasangan (suami atau istri) yang diberikan Tuhan sebagai sumber ketenangan jiwa dan mental manusia, serta memanfaatkan naluri seksual dengan cara yang benar dan halal. Tapi banyak manusia yang memenuhi naluri ini melalui jalan haram dan mereka tersesat. Sekelompok manusia juga mengambil jalan pemborosan dan dari sudut pandang mereka, pernikahan adalah hal yang buruk. Mereka juga terancam terjerumus pada penyimpangan dengan cara lain dengan meninggalkan pernikahan.

Ayat-ayat ini menganggap salah satu pahala surgawi adalah keuntungan dari istri yang suci, baik hati, dan cantik yang tinggal di tempat yang mewah, luas, dan didekorasi dengan baik. Pasangan tersebut dari jenis penghuni surga atau dari malaikat berupa manusia dan jin, yang dengan perilaku dan ucapan yang menyenangkan, mereka menjadi pasangan dan teman penghuni surga. Salah satu ciri wanita cantik ini adalah mereka benar-benar perawan dan belum pernah berhubungan dengan orang lain. Mereka hanya milik pasangannya, mereka tersembunyi dari mata orang lain dan jauh dari jangkauan mereka.

Bagian pertama Surah Ar-Rahman membicarakan nikmat dunia dan bagian keduanya membicarakan nikmat ukhrawi/akhirat. Ayat surah ini berulang kali bertanya kepada manusia dan jin, nikmat mana yang kalian ingkari dan mengapa kalian tidak bersedia mensyukuri nikmat ini ? Tak diragukan lagi bahwa seluruh nikmat ini datang dari sisi Tuhan sumber rahmat dan berkah, Tuhan yang agung dan terhormat serta juga menghormati hamba-hamba-Nya.

Dari sembilan ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

1. Naluri alami manusia di hari kiamat sama dengan nalurinya di dunia ini, tetapi di surga kebutuhan naluriahnya terpenuhi dengan cara yang paling tinggi.

2. Pasangan surgawi keduanya tampan dan cantik, serta memiliki kesucian batin dan penutup luar (iffah) yang melindungi mereka dari pandangan orang lain.

3. Tuhan semesta alam, selain memiliki kemuliaan dan keagungan, juga merupakan manifestasi dari kebaikan, rahmat dan belas kasihan.

Minggu, 18 Juni 2023 21:53

Surah Ar-Rahman ayat 46-61

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (47) ذَوَاتَا أَفْنَانٍ (48) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (49) فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ (50) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (51) فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ (52) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (53)

 

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (55: 46)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?, (55: 47)

 

kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. (55: 48)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 49)

 

Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir (55: 50)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 51)

 

Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan. (55: 52)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 53)

 

Di acara sebelumnya, kita membahas tentang hukuman para penjahat di hari kiamat. Ayat-ayat ini merujuk pada pahala surga dan menyebutkan beberapa nikmat surga yang unik dan menarik. Namun alih-alih memperkenalkan iman dan amal saleh sebagai kriteria untuk masuk surga menurut prosedur konvensional ayat-ayat, kali ini menunjukkan hasil dari iman kepada Tuhan, yaitu takut melanggar perintah Tuhan semesta alam.

 

Perlu dicatat bahwa sekelompok orang menyembah Tuhan karena takut neraka dan sekelompok orang dengan harapan masuk surga. Tetapi orang mukmin sejati menaati Tuhan karena Dia adalah Tuhan dan takut untuk tidak menaati-Nya. Tentu saja ini adalah ketakutan akan status dan kedudukan Tuhan, bukan zat-Nya. Karena zat suci Tuhan bukanlah alasan untuk takut. Ketika manusia memikirkan zat tak terbatas dan keagungan tak terbatas itu, ia tidak akan merasa takut.

 

Orang yang takut akan Tuhan karena mereka tahu bahwa Tuhan mengawasi tindakan mereka dan melihat mereka dalam segala situasi dan ketika mereka melakukan hal-hal buruk dan mendengar kata-kata mereka yang tidak pantas. Orang ini seperti anak kecil yang takut ayahnya akan melihatnya ketika dia melakukan sesuatu yang buruk, meskipun dia tidak menghukumnya. Namun, takut akan Tuhan itu sendiri merupakan pencegahan kejahatan dan dosa. Kerendahan hati para wali Allah dari Tuhan semesta alam menyebabkan mereka menjauhkan diri dari pekerjaan yang tidak pantas, bahkan jika pekerjaan itu tidak dianggap sebagai dosa.

 

Wajar jika siapa pun yang mencapai posisi seperti itu, Tuhan akan meningkatkan pahalanya dan memberinya bukan hanya satu taman tetapi dua taman dan mungkin lebih di surga. Kebun yang diairi oleh mata air dan aliran sungai dan menyediakan segala jenis buah-buahan yang dapat dijangkau oleh para penghuni surga.

 

Dari delapan ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Tuhan adalah manifestasi rahmat bagi hamba-hamba-Nya, dan zat suci-Nya bukan penyebab ketakutan. Tapi pengetahuan akan posisi dan kedudukan Tuhan sebagai pencipta dan Tuhan dunia ini dengan keagungan-Nya, membuat orang-orang beriman menjaga perilaku dan ucapannya serta takut akan kejahatan, dosa dan kemaksiatan.

 

2. Kelimpahan dan keberagaman nikmat di surga senantiasa menyenangkan penghuni surga dan mereka tidak pernah merasa bosan dan lelah.

 

مُتَّكِئِينَ عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ (54) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (55) فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ (56) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (57) كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ (58) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (59) هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ (60) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (61)

 

Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (55: 54)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 55)

 

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. (55: 56)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 57)

 

Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. (55: 58)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 59)

 

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (55: 60)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 61)

 

Ayat-ayat sebelumnya menyebutkan sejumlah nikmat surga seperti para penghuni surga tinggal di kebun dan taman yang indah di samping mata air dan mereka menikmati berbagai jenis buah-buahan. Ayat kali ini melanjutkan penjelasan mengenai kondisi penghuni surga di mana mereka dengan santai duduk dan bersandar, dan ini menunjukkan ketenangan, kenyamanan dan keamanan penuh mereka. Kemudian ayat ini menyebutkan kondisi kebun-kebun di surga di mana buah-buahannya mudah dipetik.

 

Kemudian ayat ini menyatakan, orang mukmin tidak sendirian di surga, tapi Tuhan memberikan mereka istri dan pasangan. Istri yang murni dan suci, pada saat yang sama, sangat lembut dan cantik, yang disukai oleh penghuni surga dan kebahagiaan mereka lengkap.

 

Saat menggambarkan pasangan penghuni surga, Allah berfirman, mereka hanya peduli pada istrinya dan mengabaikan yang lain. Wanita-wanita ini belum pernah menjalin hubungan dengan siapa pun sebelum suaminya dan mereka hanya mencintai suaminya. Meskipun tidak ada tempat di surga untuk dosa-dosa seperti mengintip atau hubungan terlarang, mungkin ayat-ayat ini mengungkapkan ciri-ciri wanita mukmin di dunia yang akan masuk surga karena karakteristik tersebut.

 

Akhir dari ayat-ayat ini mengacu pada prinsip umum bahwa tidak ada perbuatan baik yang dilupakan di sisi Allah, dan Allah memberikan balasan yang baik kepada mereka yang berbuat baik; Di dunia ini sesuai dengan dunia, dan di akhirat sesuai dengan akhirat dan surga, kebaikan Tuhan adalah kepada orang-orang yang baik.

 

Dari delapan ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik:

1. Mereka yang menutup matanya dari kelezatan haram duniawi, maka Tuhan akan memberinya kelezatan ukhrawi terbaik di surga.

 

2. Kesucian, kecantikan dan kelembutan adalah ciri-ciri istri surgawi, dan wanita yang memiliki sifat kesucian dan kelembutan dapat menjadikan rumahnya surga di dunia ini juga.

 

3. Mari belajar dari Tuhan dan berbuat baik kepada mereka yang telah berbuat baik dan jangan pernah melupakan kebaikan orang lain.

Minggu, 18 Juni 2023 21:52

Surah Ar-Rahman ayat 31-45

سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَا الثَّقَلَانِ (31) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (32) يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ (33) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (34) يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ وَنُحَاسٌ فَلَا تَنْتَصِرَانِ (35) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (36)

 

Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin. (55: 31)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 32)

 

Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (55: 33)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 34)

 

Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya). (55: 35)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 36)

 

Ayat-ayat sebelumnya berbicara mengenai sebagian nikmat Tuhan di dunia ini. Ayat ini membahas perhitungan amal perbuatan manusia di hari kiamat dan kepada manusia dan jin mengatakan, di antara beragam makhluk yang diciptakan Tuhan, kalian dua kelompok (manusia dan jin) karena diberi akal, keinginan dan hak untuk memilih, memiliki nilai lebih besar dan di hari kiamat perbuatan kalian akan diperhitungkan.

 

Oleh karena itu, kalian harus berhati-hati dan jangan mengira bahwa kekuasaan dan kekuatan kalian akan mengalahkan kekuasaan Tuhan, dan kalian dapat melepaskan diri dari kekuasaan Tuhan dengan melintasi perbatasan langin. Tentunya jika Tuhan memberi kalian kekuatan seperti ini dan memberi izin, maka kalian dapat menembus kedalaman bumi dan luar angkasa.

 

Api neraka juga mengelilingi kalian dengan asap dan nyala apinya, di mana kalian tidak dapat lari dan juga tidak dapat menyelamatkan orang lain. Maka sejak sekarang kalian harus memikirkan masa depan.

 

Dari enam ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Memiliki akal dan kemauan menciptakan tanggung jawab. Dengan memiliki dua nikmat Ilahi yang agung ini, manusia dan jin bertanggung jawab dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di hadapan Tuhan.

 

2. Kekuatan zahir manusia seharusnya tidak membuatnya congkak dan mengira dapat menguasai dunia dan tanpa izin Tuhan dapat melakukan apa saja di alam semesta.

 

3. Jin meski diciptakan dari api, tapi mereka tetap rentan terhadap api neraka. Seakan-akan jenis api dunia berbeda dengan api akhirat.

 

فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ (37) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (38) فَيَوْمَئِذٍ لَا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلَا جَانٌّ (39) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (40)

 

Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (55: 37)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 38)

 

Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (55: 39)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 40)

 

Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya, ayat-ayat ini merujuk pada persiapan Hari Kiamat dan mengatakan, sistem yang mengatur bumi dan langit akan runtuh pada akhir dunia ini. Peristiwa mengerikan terjadi di seluruh dunia. Galaksi dan bola langit, yang saat ini bergerak dalam orbit tertentu, keluar dari orbitnya, hancur dan mengalir seperti banjir bahan cair.

 

Kemudian sistem baru akan dibentuk, manusia muncul dari tanah dan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Di hari kiamat, seseorang melewati banyak tempat pemberhentian dan jalur penyeberangan. Di pos pemeriksaan, seseorang diinterogasi dan dihitung amal perbuatannya. Di pos pemeriksaan lain, segel dipasang di mulut dan bagian tubuh bersaksi. Tetapi di sini (ayat 39) disebutkan satu pos pemeriksaan di mana tidak ada manusia yang diinterogasi dan ditanya, karena di sana catatan perbuatan dan dosa manusia jelas dan nyata dan tidak ada yang bisa disangkal; Jadi tidak perlu ada pertanyaan dan jawaban.

 

Dari empat ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Sistem di hari kiamat berbeda dengan sistem yang ada di dunia. Mengingat kemunculan hari kiamat disertai dengan perubahan besar di sistem alam semesta, maka sistem yang ada di dunia ini tidak dapat diterapkan di akhirat.

 

2. Perbuatan dosa sebuah bentuk pengingkaran nikmat ilahi. Jin juga seperti manusia memiliki kehendak dan pilihan serta dapat melakukan perbuatan dosa.

 

يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ (41) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (42) هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ (43) يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آَنٍ (44) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (45)

 

Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (55: 41)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 42)

 

Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. (55: 43)

 

Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya. (55: 44)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 45)

 

Secara umum, salah satu ciri hari kiamat adalah tersingkapnya batin manusia dan pikiran serta perbuatan yang membentuk kepribadian batin seseorang tampak pada wajah mereka. Yang murni dan yang saleh bahagia dan tersenyum, dan para penjahat dan orang jahat gelisah dan khawatir.

 

Pada ayat-ayat sebelumnya disinggung tentang adanya orang-orang yang berdosa di hari kiamat dan tidak ditanyakan tentang kejahatannya, ayat-ayat ini menjelaskan hal tersebut menyatakan, tidak perlu mempersoalkan orang-orang seperti itu, karena tanda-tanda kejahatan dan dosanya terlihat dan jelas di wajah mereka dan tidak dapat disangkal. Oleh karena itu, penjaga neraka melemparkan mereka ke neraka dengan kehinaan.

 

Dari lima ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Mereka yang mengingkari hari kiamat dan menentang perintah Tuhan, di hari kiamat mereka dilemparkan ke api neraka. Ini adalah puncak kehinaan bagi mereka.

 

2. Perbuatan dosa dan mengingkari hari kiamat memiliki hubungan dua sisi. Masing-masing menjadi peluang bagi yang lain, dan hasilnya adalah maraknya kejahatan dan kerusakan.

 

Minggu, 18 Juni 2023 21:52

Surah Ar-Rahman ayat 19-30

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (19) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ (20) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (21)

 

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, (19)

 

antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (20)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (21)

 

Mengikuti ayat-ayat sebelumnya tentang nikmat ilahi, ayat-ayat ini mengacu pada nikmat laut. Sekitar tiga perempat permukaan bumi ditutupi oleh laut dan samudra. Laut merupakan sumber makanan yang sangat besar yang dibutuhkan manusia, termasuk semua jenis hewan air dan ikan, serta merupakan jalan raya penting untuk transportasi manusia dan barang. Selain itu, hujan, suhu udara, dan bahkan hembusan angin di permukaan bumi termasuk berkah laut.

 

Ayat-ayat ini merujuk pada salah satu fenomena menarik di beberapa lautan dan mengatakan, air tawar dan air asin mengalir berdampingan, tetapi tidak bercampur satu sama lain, seolah-olah ada tembok dan penghalang di antara keduanya yang mencegah seseorang meluap dan melanggar batas ini. Contoh nyata dari fenomena ini adalah arus teluk (Gulf Stream) yang sangat besar di Samudera Atlantik. Dalam arus laut ini, perairan yang bergerak dari daerah yang dekat dengan khatulistiwa bersuhu hangat dan melintasi Samudra Atlantik hingga mencapai pesisir Eropa Utara. Suhu air aliran ini berbeda 10 hingga 15 derajat dari perairan terdekat. Sungai-sungai laut yang besar ini tidak terlalu bercampur dengan air di sekitarnya dan menempuh jarak ribuan kilometer dengan cara yang sama.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Alam adalah manifestasi dari kekuasaan dan rahmat sang pencipta, dan laut serta samudra salah satu manifestasi terpenting kekuasaan dan rahmat-Nya.

 

2. Hukum alam tunduk pada kehendak Tuhan, bukan menguasai kehendak-Nya. Air asin dan tawar laut -yang seharusnya bercampur- mengalir berdampingan dan tidak bercampur.

 

يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ (22) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (23) وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآَتُ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ (24) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (25)

 

Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (22)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (23)

 

Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung. (24)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (25)

 

Ayat ini mengisyaratkan dua contoh peran laut di kehidupan manusia, dan menyatakan, mutiara dan karang yang memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan manusia diekstraksi dari kedalaman laut dan samudra. Mutiara adalah salah satu ornamen paling berharga yang ditanam di dalam cangkang kerang dan telah menjadi salah satu alat bisnis dan perdagangan penghuni pantai sejak zaman kuno.

 

Tetapi dapat dikatakan bahwa peran laut yang paling penting adalah menyediakan platform besar untuk mengangkut barang dan semua jenis pembawa energi, sehingga kapal-kapal raksasa membawa jutaan ton kargo dari titik paling timur dunia ke titik paling baratnya. Perlu dicatat bahwa miliaran dolar dihabiskan untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan darat dan kereta api, tetapi jalan laut tidak memerlukan biaya apa pun dan tersedia untuk umat manusia secara gratis.

 

Dari empat ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Meski manusia hidup di darat, laut dan samudra juga melayani manusia, dan memenuhi beragam kebutuhannya. Laut memainkan peran penting di transportasi dan penumpang, serta sejak lama menjadi jalur luas dan gratis yang menjadi perhatian manusia.

 

2. Orang yang mengingkari keberadaan Tuhan, bagaimana mereka bisa mengabaikan dan tidak mensyukuri nikmat besar yang telah diberikan-Nya kepada umat manusia di darat dan di laut ?

 

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (26) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (27) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (28) يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ (29) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (30)

 

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (26)

 

Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (27)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (28)

 

Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (29)

 

Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? (30)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini mengisyaratkan pendeknya umur manusia di bumi dan mengatakan, bagaimana manusia yang terputus dari dunia ketika ia meninggal dan tidak memiliki kekuatan untuk menghidari kematian, tidak mentaati Tuhan pemilik kemuliaan dan keindahan, serta mengingkari nikmat-Nya ?

 

Dunia dan seluruh makhluk yang hidup di dalamnya senantiasa berubah dan menghadapi kemusnahan, dan yang tetap abadi adalah Tuhan; Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi manifestasi seluruh kesempurnaan dan pencipta alam semesta.

 

Seluruh makhluk selalu membutuhkan-Nya, dan dengan bahasa tubuh dan perilakunya, mereka selalu meminta kebutuhannya dari sang pencipta, meski secara ucapan mereka tidak mengatakannya, dan bahkan mengingkari keberadaan-Nya.

 

Dari lima ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Kematian adalah hukum universal dan menyeluruh yang mencakup seluruh makhluk, kecuali Tuhan.

 

2. Jangan bergantung kepada siapa pun kecuali Tuhan, karena selain-Nya adalah fana.

 

3. Alam semesta dari satu sisi adalah manifestasi keagungan Tuhan, dan dari sisi lain manifestasi rahmat dan kebaikan Tuhan kepada makhluk.

 

4. Tuhan yang menciptakan dunia tidak membiarkannya begitu saja, tetapi selalu mengatur urusan dunia berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan-Nya.

Minggu, 18 Juni 2023 21:49

Surah Ar-Rahman ayat 10-18

وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ (10) فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الْأَكْمَامِ (11) وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ (12) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (13)

 

Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya). (10)

 

Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. (55: 11)

 

Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. (55: 12)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 13)

 

Di antara nikmat Tuhan yang diberikan kepada manusia adalah menyediakan bumi untuk hidup dan eksis. Menurut dokumen biologis, ada banyak organisme yang generasinya telah punah atau sedang dalam proses kepunahan, tetapi umat manusia selalu berkembang dan semua sarana yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya telah tersedia di bumi.

 

Salah satu penyebab kelangsungan hidup manusia adalah tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan dan pohon dengan produk yang beragam dan banyak jumlahnya di bumi, yang merupakan sumber nutrisi utama manusia. Tumbuhan ini menyediakan semua kebutuhan tubuh manusia dan selaras dengan struktur sistem pencernaannya. Hewan yang dagingnya digunakan manusia juga memakan tanaman ini.

 

Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Mengenal nikmat ilahi akan menjadi sarana untuk mengenal ilmu, kekuasaan dan rahmat Tuhan, serta membuat manusia tunduk dihadapan-Nya.

 

2. Buah-buahan memainkan peran penting dalam gizi manusia, dan tentunya di antara buah-buahan, kurma memiliki nilai gizi yang istimewa, sehingga disebutkan secara khusus.

 

3. Tumbuhan harum dan bau harum yang dapat tercium darinya adalah nikmat ilahi lainnya.

 

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ (14) وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ (15) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (16)

 

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, (55: 14)

 

dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (55: 15)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 16)

 

Ayat ini mengisyaratkan penciptaan manusia dan jin sebagai makhluk yang berakal di muka bumi. Ayat ini menyatakan, manusia, yang merupakan unggulan dunia ini, diciptakan dari bahan yang paling tidak berharga, tanah, yang setelah bercampur dengan air, berubah menjadi bahan utama tanah liat, tembikar, dan batu bata. Oleh karena itu, nilai seseorang bukanlah karena jasadnya yang diciptakan dari tanah kering, melainkan karena ruh yang dihembuskan Tuhan kepadanya.

 

Jin juga merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang keberadaannya disebutkan dalam banyak ayat al-Quran, dan salah satu surat al-Quran bernama Jin. Menurut ayat ini, jin terbuat dari api, dan setan yang merupakan salah satu jenis jin, menganggap dirinya lebih tinggi dari Adam, yang terbuat dari tanah dengan alasan ini. Sementara tidak ada alasan bahwa api unggul atas tanah dan air.

 

Selain itu, tidak satu pun dari keduanya yang memiliki peran di asal keberadaannya. Sejatinya jin dan manusia harus berterima kasih kepada pencipta mereka yang menciptakan mereka dan memberi mereka segala macam nikmat; Namun sayangnya, sejumlah besar dari kedua kelompok tersebut tidak berterima kasih.

 

Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik:

1.Air, tanah dan api tidak memiliki kehidupan, tapi Tuhan menciptakan makhluk hidup dari bahan yang tak bernyawa ini, dan Ia menciptakan makhluk berakal dan ini adalah nikmat besar Tuhan.

 

2. Jin dan manusia keduanya adalah makhluk bumi dan diciptakan dari unsur materi.

 

3. Jangan kita mengingkari hal-hal yang tidak kita lihat dan tersembunyi dari panca indera kita. Jin berarti makhluk yang tidak terlihat dan tidak dapat kita lihat, sekaligus merupakan salah satu ciptaan Tuhan dan tidak dapat disangkal.

 

4. Mengingkari nikmat akan dicela, baik manusia maupun jin terjebak dalam masalah yang tidak menyenangkan ini.

 

رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ (17) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (18)

 

Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya (55: 17)

 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55: 18)

 

Ayat-ayat ini sekali lagi menyeru manusia untuk memperhatikan orbit bumi dan menyatakan, Tuhan yang menciptakan bumi dan matahari, telah merencanakan sedemikian rupa sehingga cara matahari menyinari bumi tidak sama, tetapi berubah sepanjang tahun.

 

Di awal musim panas, matahari berada di titik tertinggi di langit dan memiliki radiasi dan panas paling banyak, dan di awal musim dingin, matahari berada di titik terendah di langit dan memberikan panas paling sedikit ke bumi. Hal ini menyebabkan munculnya empat musim.

 

Dua titik ini sejatinya dua terbit dan tenggelam maksimum dan minimum matahari, dan matahari terbit dan terbenam lainnya terletak di antara keduanya sepanjang tahun.

Perlu dicatat bahwa matahari terbit dari satu titik dan terbenam di titik lain setiap hari dalam setahun, dan dengan demikian, matahari memiliki timur (terbit) dan barat (tenggelam) sebanyak hari dalam setahun. Oleh karena itu, dalam surat Ma'arij ayat 40 disebutkan tentang timur dan barat, yang menunjukkan perbedaan timur dan barat matahari pada setiap hari dalam setahun. Tapi seperti yang disebutkan, ayat ini mengacu pada dua timur dan barat yang berbeda sepanjang tahun, dengan timur dan barat lain di antaranya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1.Al-Quran menyeru manusia untuk memahami langit dan bintang. Memahami nikmat Tuhan di langit, baik matahari, bulan dan bintang serta orbit mereka menjadi perhatian al-Quran.

 

2. Panjang dan pendek hari, dingin dan panasnya suhu selama satu tahun bukan hal yang kebetulan, tapi berdasarkan perencanaan ilahi dan kebutuhan siklus kehidupan makhluk hidup di bumi.

Minggu, 18 Juni 2023 21:49

Surah Ar-Rahman ayat 1-9

سورة الرحمن

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآَنَ (2) خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)

 

(Tuhan) Yang Maha Pemurah, (55: 1)

Yang telah mengajarkan al Quran. (55: 2)

Dia menciptakan manusia. (55: 3)

Mengajarnya pandai berbicara. (55: 4)

Surat ini diawali dengan kalimat Ar-Rahman «الرحمن» yang merupakan salah satu nama dan sifat Allah Swt, serta menunjukkan rahmat luas Tuhan di sistem penciptaan. Di surat ini disebutkan beragam nikmat materi dan maknawi Allah Swt di dunia dan akhirat. Setelah menjelaskan setiap nikmat, surat ini bertanya kepada hamba Tuhan, nikmat mana yang kalian ingkari ?

Nama Tuhan yang disebutkan dalam al-Quran adalah Allah Swt, dan ar-Rahman adalah salah satu sifat-Nya; Namun sifat ini yang menjelaskan rahmat luas Tuhan, karena sangat sering digunakan seperti kalimat Allah, maka Ar-Rahman menjadi salah satu nama Tuhan dan telah mengambil tempatnya di dalam surat ini.

Penurunan al-Quran dan pengajarannya kepada Rasulullah Saw serta penyampainnya kepada manusia dan jin melalui beliau, sangat berharga di mana di surat ini didahulukan dari prinsip penciptaan manusia. Benar ! Sejatinya nilai manusia terletak pada gerakannya di jalan hidayah Tuhan dan meniti jalan yang benar.

Di antara karakteristik manusia, ayat ini mengisyaratkan kemampuan berbicara yang membedakan manusia dari hewan, karena mereka juga seperti manusia memiliki mata dan telinga, tapi kemampuan berbicara adalah keunggulan manusia.

Patut disebutkan bahwa penjelasan (bayan) dalam arti luasnya juga mencakup menulis, memainkan peran signifikan dalam berbicara, kemajuan kehidupan manusia, kemunculan dan kemajuan sebuah peradaban. Jika manusia tidak memiliki nikmat bayan (kemampuan menjelaskan sesuatu), maka mereka tidak akan dapat mentransfer ilmu dan pengalamannya dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan hasilnya adalah peluang yang diperlukan bagi kemajuan ilmu dan teknologi tidak akan terbentuk.

Dari empat ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Rahmat adalah sifat Tuhan yang paling umum dan luas yang mencakup seluruh makhluk dan menjadi sumber sistem Takwini dan Tasyri'i. Allah Swt ingin selalu menyebutkan rahmat-Nya dengan mengucapkan Basmalah atau Bismillahirrohmanirrohim  بسم الله الرحمن الرحیم)) ​​di awal setiap pekerjaan.

2. Mengajar adalah salah satu dari urusan Tuhan. Sejatinya guru pertama manusia adalah Tuhan, dan tentunya keharusan dari pengajaran adalah rahmat.

3. Penciptaan manusia dengan karakteristik menerima pengajaran adalah manifestasi lain dari rahmat ilahi, seperti pengajaran al-Quran untuk memberi petunjuk manusia adalah manifestasi lain darinya.

4. Kekuatan ekspresi dan penjelasan, yang merupakan sarana transmisi pengetahuan dan pengalaman manusia, adalah manifestasi dari rahmat Tuhan.

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (5) وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ (6)

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (55: 5)

Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (55: 6)

Setelah menyebutkan nikmat penurunan al-Quran dan kemampun ekspresi (penjelasan atau bayan) yang menjadi salah satu keunggulan manusia dari makhluk lain, ayat ini pertama-tama mengisyaratkan langit dan kemudian bumi. Ayat ini menyatakan, matahari dan bulan bergerak berdasarkan sistem yang tepat dan pasti. Besaran berat dan massanya, jaraknya dari bumi dan satu sama lain, berada pada skala tertentu, sehingga misalnya jika jarak bumi ke matahari bertambah atau berkurang, semua manusia dan makhluk hidup di bumi akan menderita dingin yang ekstrim atau dimusnahkan oleh panas.

Rotasi bumi yang menyebabkan siang dan malam, serta perputarannya yang teratur mengelilingi matahari, yang menciptakan bulan dan musim yang berbeda dalam setahun, serta perputaran bulan mengelilingi bumi dalam orbit tertentu, semuanya adalah contoh yang jelas dari sistem dan perencanaan yang akurat di dunia.

Menurut ilmuwan, perputaran bulan dan matahari di orbitnya sangat detail dan teratur, sehingga mereka dari puluhan tahun sebelumnya dapat memprediksikan waktu yang tepat terjadinya gerhana bulan dan matahari.

Poin penting lain adalah keberadaan matahari, bola yang panas dan menyala, merupakan nikmat terbesar bagi manusia, karena tanpa cahaya dan panas, kehidupan makhluk di bumi menjadi tidak mungkin. Pertumbuhan tanaman dan bahan yang dibutuhkan bagi makanan manusia, turunnya hujan dan tiupan angin, seluruhnya berkat anugerah ilahi.

Bulan juga memainkan peran penting di kehidupan manusia. Bulan di malam yang gelap seperti lampu yang memberi penerangan. Gravitasinya yang menjadi sumber pasang surut laut memiliki peran besar dalam kelangsungan hidup kehidupan di laut dan interaksi bumi.

Bumi juga menjadi tempat tumbuhnya beragam tanaman dan pohon yang menjadi sumber makanan manusia dan hewan lainnya. Semua ini tunduk pada hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan dan tidak pernah menyimpang darinya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Langit dan bumi diatur menurut sistem yang tepat dan pasti, dan tidak ada satu pun yang menyimpang dari jalan yang telah ditentukan Tuhan untuk mereka.

2. Alam semesta tidak mengurangi apa pun dalam melayani umat manusia, tetapi umat manusia berperilaku seolah-olah bertekad untuk menghancurkan alam dan lingkungan.

3. Seluruh alam semesta tunduk pada sistem dan hukum yang ditentukan oleh Tuhan bagi mereka.

وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ (7) أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ (8) وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ (9)

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). (55: 7)

Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (55: 8)

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (55: 9)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung penciptaan galaksi yang mencakup miliaran bintang dan planet, dan Tuhan menetapkan sistem dan orbit tertentu bagi mereka. Ayat ini menyatakan, Tuhan yang telah meninggikan langit ini dengan keagungannya, juga telah menetapkan ukuran bagi sistem tasyri' agar kamu dapat mengetahui kebenaran dan keadilan berdasarkan itu dan menjauhi kebatilan.

Bandingkan kebenaran dan kebatilan dalam urusan finansial dan ekonomi serta hak-hak individu serta sosial, serta hindari berlebih-lebihan (ifrat dan tafrit) dalam menunaikan hak orang lain; Tolok ukur kalian dalam berinteraksi dengan orang lain adalah keadilan.

Dari tiga ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Alam semesta diciptakan berdasarkan pada ukuran dan sistem yang teliti, bukan ada secara kebetulan dan tanpa rencana sebelumnya.

2. Seperti halnya dunia ciptaan didasarkan pada ukuran, penurunan wahyu dan syariat juga dimaksudkan supaya manusia menjaga kebenaran dan keadilan dalam tindakan mereka dengan ukuran akal dan wahyu.

Minggu, 18 Juni 2023 21:42

Surah Al-Qamar ayat 43-55

أَكُفَّارُكُمْ خَيْرٌ مِنْ أُولَئِكُمْ أَمْ لَكُمْ بَرَاءَةٌ فِي الزُّبُرِ (43) أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ (44) سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ (45) بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ (46)

 

Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu (54: 43)

 

Atau apakah mereka mengatakan: "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang". (54: 44)

 

Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (54: 45)

 

Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (54: 46)

 

Dari awal hingga saat ini, Surat al-Qamar membicarakan nasib buruk kaum pembangkang. Ayat ini kepada musyrikin Mekah mengatakan, "Mengapa kalian tidak mengambil pelajaran dan tidak meninggalkan penyembahan berhala serta perbuatan buruk ? Apakah kalian mengira kalian lebih baik dari mereka, dan kekafiran kalian lebih sedikit dari mereka, oleh karena itu kalian mendapat murka Tuhan ? Ataukah kalian mendapat surat pengampunan dari Tuhan, bahwa kalian tidak akan diazab ?

 

Mungkin kalian mengira bahwa kekuatan kalian begitu kuat sehingga tidak ada lawan bagi kalian, serta kalian dapat melawan kehendak Tuhan ? Sementara jika Tuhan menghendaki, kelompok kecil muslimin ini dapat mengalahkan kalian; Kumpulan kalian akan musnah dan kalian akan lari dari medan perang. Ini akan menjadi nasib kalian di dunia, dan yakinlah bahwa azab kalian di hari kiamat akan sangat pedih dan pahit dari ini.

 

Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Kesombongan dan narsisme dapat menyebabkan kejatuhan dan kehancuran seseorang.

2. Jangan mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri, atau dukungan orang lain, tapi kita harus bersandar kepada kekuatan kekal Tuhan serta jangan sampai terjebak dalam kesombongan.

3. Kekalahan orang kafir dan zalim adalah janji pasti Tuhan, dan kekuatan orang kafir dan zalim tidak akan mencegah kehancuran mereka.

 

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ (47) يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ (48) إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ (49) وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ (50)

 

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (54: 47)

 

(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api neraka!" (54: 48)

 

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (54: 49)

 

Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (54: 50)

 

Di ayat sebelumnya dibicarakan mengenai hukuman penjahat di dunia, dan ayat kali ini menyinggung hukuman keras mereka di hari kiamat. Ayat ini menyatakan, "Mereka yang di dunia memilih jalan berliku dan menyimpang, maka mereka telah mempersiapkan kesesatannya, akibatnya dosa dan ketidaktaatan menjadi jalan mereka sepanjang hidup."

 

Jelas bahwa orang-orang ini di hari kiamat tidak bersedia memasuki neraka dengan kakinya sendiri, oleh karena itu, mereka dilemparkan ke api neraka oleh penjaga neraka supaya mereka mencicipi panasnya api neraka serta merasakan apa yang mereka ingkari di dunia.

 

Sebagian orang menolak adanya kesesuaian antara melakukan dosa di dunia dan hukuman kerasnya di hari kiamat, oleh karena itu, mereka mulai mempertanyakannya. Kelanjutan ayat ini menjawab pertanyaan mereka dan menyatakan, seperti halnya sistem penciptaan yang didasarkan pada tolok ukur yang spesifik dan khusus, sistem hukuman dan pahala juga memiliki perhitungan yang tepat dan spesifik. Oleh karena itu, penghakiman ilahi tidak kejam dalam konteks ini, meskipun pertanyaan seperti itu mungkin muncul di benak karena keterbatasan ilmu pengetahuan manusia.

 

Dari empat ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang dapat dipetik:

1. Kita harus mengkaji dan teliti dalam memilih jalan hidup supaya kita sampai pada tujuan; Jika tidak maka kita akan tersesat.

2. Sama seperti langit dan bumi adalah ciptaan Tuhan di dunia ini, dan memiliki perhitungan dan tolok ukur tertentu, di akhirat surga dan neraka juga diciptakan berdasarkan keadilan Tuhan dan sistem hukuman serta pahala juga memiliki tolok ukur tertentu.

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا أَشْيَاعَكُمْ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (51) وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ (52) وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ (53) إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ (54) فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ

مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ (55)

 

Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (54: 51)

 

Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (54: 52)

 

Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis. (54: 53)

 

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, (54: 54)

 

di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (54: 55)

 

Ayat terakhir Surat al-Qamar ini memberi peringatan dan kabar gembira kepada pendosa dan orang saleh bahwa kalian harus mengambil pelajaran dari nasib kaum terdahulu, di mana mereka juga manusia seperti kalian; Ketahuilah bahwa tidak ada perbuatan yang tersembunyi dari pengetahuan dan ilmu Tuhan, dan setiap kebaikan serta keburukan akan dicatat dicatatan amal kalian.

 

Di hari kiamat, sistem hukuman dan pahala diberlakukan secara teliti dan berdasarkan catatan. Perbuatan orang baik mendapat pahala, meskipun dilakukan karena keikhlasan dan jauh dari pandangan orang lain dan tidak seorang pun kecuali Allah yang mengetahuinya. Posisi tinggi diberikan kepada orang-orang yang murni dan jujur, posisi yang tidak dapat dipahami oleh orang-orang di dunia ini.

 

Dari lima ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Sistem hukuman dan pahala Tuhan itu adil, dan orang serta kaum seluruhnya setara dalam mendapat hukuman atau pahala.

2. Meski Tuhan Maha Mengetahui segala sesuatu, dan Ia adalah hukum di hari kiamat, tapi perbuatan kecil dan besar manusia dicatat oleh malaikat di sebuah catatan secara teratur, dan tidak ada yang dapat mengingkarinya.

3. Pahala penghuni surga bukan hanya kenikmatan materi dan fisik, hadir dihadapan Tuhan dan duduk bersama dengan para nabi, wali Allah dan orang-orang suci juga merupakan nikmat maknawi bagi penghuni surga di mana kenikmatannya tidak dapat diungkapkan.