کمالوندی

کمالوندی

Menteri Dalam Negeri Ukraina mengatakan, polisi telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden terguling Viktor Yanukovych, dengan tuduhan "pembunuhan massal" terhadap pengunjuk rasa damai.

Arsen Avakov dalam laman Facebook-nya pada Senin (24/2) menulis, sejumlah pejabat lainnya juga telah dimasukkan ke dalam daftar pencarian orang.

"Sebuah kasus resmi atas pembunuhan massal warga sipil telah dibuka," kata Avakov seperti dilaporkan Press TV.

 

Menurut Departemen Kesehatan Ukraina, setidaknya 88 orang, sebagian besar pengunjuk rasa dan juga sejumlah petugas polisi, tewas dan puluhan lainnya terluka dalam bentrokan antara aparat keamanandan pengunjuk rasa anti-pemerintah pada pekan lalu.

 

Parlemen Ukraina pada 23 Februari melengserkan Yanukovych dan menunjuk Oleksandr Turchynov, Ketua Parlemen yang baru terpilih, sebagai presiden interim.

Pada hari yang sama, pemimpin oposisi Yulia Tymoshenko yang dipenjara dibebaskan. Ia kemudian menyampaikan pidato dan berjanji kepada pendukungnya bahwa Ukraina akan segera bergabung dengan Uni Eropa.

Demonstrasi anti-pemerintah di Ukraina meleteus pada November 2013 ketika Yanukovych menangguhkan penandatanganan Perjanjian Asosiasi dengan Uni Eropa.

Senin, 24 Februari 2014 18:55

Tekad Iran Memerangi Terorisme

Presiden Republik Islam Iran Hassan Rohani dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders, Ahad (23/2) di Tehran, mengatakan Iran dan Uni Eropa dapat melakukan kerjasama mengenai isu-isu penting regional dan internasional.

 

Pada kesempatan itu, Rohani menuturkan Iran adalah poros perdamaian dan stabilitas di kawasan, sementara Belgia dapat berperan lebih dalam perluasan hubungan Republik Islam dengan Uni Eropa.

 

Menurut Presiden Iran, Eropa dan Timur Tengah menderita akibat terorisme dan ekstrimisme. Rohani menjelaskan bahwa pengesahan proposal Dunia Menentang Kekerasan dan Ekstrimisme (WAVE) dalam sebuah resolusi Majelis Umum PBB, akan membuka ruang untuk memerangi terorisme.

 

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Ahad dalam konferensi pers bersama dengan Didier Reynders di Tehran, mengatakan bahwa perang menghancurkan terorisme membutuhkan kerjasama kolektif serta pertukaran pandangan dan informasi semua negara.

 

Saat ini, terorisme merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh negara-negara regional dan transregional. Tantangan itu semakin tampak jelas seiring dengan pecahnya konflik Suriah dan pengiriman anasir-anasir bersenjata dari berbagai negara, terutama Eropa ke Suriah. Menurut keterangan para pejabat Damaskus, militan bersenjata dan teroris lebih dari 80 negara dunia hadir di Suriah.

 

Kejahatan teroris di Suriah dan pelatihan mereka untuk melancarkan operasi teror, telah membuat opini publik dunia khawatir tentang dampak-dampak kehadiran teroris di negara tersebut.

 

Negara-negara eksportir anasir-anasir bersenjata ke Suriah mengkhawatirkan akhir dari perang Suriah dan kembalinya teroris ke negara-negara mereka.

 

Orang-orang awam dan termakan rayuan yang dikirim ke Suriah, sekarang telah akrab dengan penggunaan berbagai jenis senjata modern dan cara melakukan operasi militer. Isu itu telah menciptakan kekhawatiran di Eropa.

 

Tidak diragukan lagi bahwa kebijakan standar ganda beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat dalam memerangi terorisme, telah mendorong pertumbuhan fenomena berbahaya itu di kawasan dan dunia. Teroris dengan mudah membantai rakyat Suriah, memakan jantung tentara Suriah di depan kamera, dan mereka juga melancarkan operasi teror di Lebanon.

 

Memperhatikan dimensi berbahaya fenomena terorisme, kerjasama bilateral dan multilateral akan membantu menyelesaikan tantangan besar itu. Pernyataan kesiapan Presiden Iran untuk bekerjasama dengan Uni Eropa dalam perang melawan terorisme, merupakan indikasi dari keseriusan Tehran untuk memerangi fenomena itu.

 

Dalam kerangka itu, Presiden Rohani dalam sidang tahunan Majelis Umum PBB pada September 2013, mengusulkan pembentukan aliansi dunia untuk memerangi kekerasan dan ekstrimisme. Pengesahan usulan itu di Majelis Umum PBB merupakan solusi yang tepat untuk memerangi terorisme melalui kerjasama regional dan internasional.

Muqtada Sadr, pemimpin Gerakan Sadr dalam statemennya menyatakan akan mengundurkan diri dari kancah politik di Irak. Ia menandaskan, dirinya akan lebih berkosentrasi menjaga kewibawaan keluarga Sadr khususnya Syahid Sayid Muhammad Baqir serta Sayid Muhammad Sadiq serta mengundurkan diri dari kancah politik. Sebagai simbol keluarga Sadr kedua, Muqtada Sadr mengaku tidak akan lagi mencampuri urusan politik.

 

Muqtada Sadr juga mengingatkan selanjutnya tidak ada menteri atau anggota parlemen yang boleh mengklaim memiliki hubungan dengan dirinya. Terkait hal ini, Sadr menekankan, aktivitas di bidang budaha dan media seperti televisi al-Adwa, Radio al-Ahd dan Quran Natiq serta majalah al-Hadaf dan sejumlah lembaga al-Quran milik Syahid Sadr akan terus melanjutkan aktivitasnya.

 

Sepertinya kali ini, niat Muqtada Sadr untuk mengundurkan diri sangat serius, karena kondisi di Irak semakin sensitif. Oleh karena itu, sejumlah petinggi politik mulai menebar desas-desus soal isu ini.

 

Friksi antara Muqtada Sadr dan Nouri al-Maliki, perdana menteri Irak dalam sejumlah masalah, telah memunculkan desas-desus. Bahkan sejumlah pihak menyebut masalah ini sebagai kemungkinan Sadr tengah mendapat tekanan. Meski demikian pandangan umum yang beredar di Irak adalah Muqtada Sadr mengundurkan diri dari pentas politik demi kepentingan nasional dan membantu proses pemulihan stabilitas di negara ini. khususnya Irak dalam beberapa bulan terakhir menghadapi berbagai peristiwa buruk serta ketegangan politik. Kondisi ini bahkan sampai pada level yang mengkhawatirkan.

 

Oleh karena itu, Muqtada Sadr mengingat posisi tinggi keluarganya di mata rakyat Irak, lebih memilih untuk mengundurkan diri dari pentas politik demi mempertahankan posisi keluarganya serta menghindari isu-isu buruk yang dialamatkan kepada keluarga Sadr.

 

Namun demikian, keputusan Muqtada Sadr mundur dari kancah politik menjelang pemilu parlemen Irak pastinya akan memunculkan beragam asumsi dan prediksi terkait sikapnya tersebut. Muqtada Sadr sangat populer di wilayah pusat dan selatan Irak. Sikapnya yang anti Amerika selama beberapa tahun terakhir menyedot perhatian rakyat negara ini kepada dirinya dan kubu yang ia pimpin.

 

Dalam satu dekade terakhir, pemuda Irak memiliki kecenderungan khusus terhadap Gerakan Sadr. Kecenderungan ini mampu membuat kubu Sadr berdiri sejajar dengan kubu-kubu politik lainnya. Bahkan di parlemen yang beranggotakan 325 orang, fraksi al-Ahrar yang berafiliasi dengan Gerakan Sadr mampu meraih 40 kursi. Bahkan kubu Sadr dengan menggalang koalisi bersama Aliansi Negara Hukum serta berbagai kubu Syiah lainnya berhasil mensukseskan Maliki sebagai perdana menteri untuk periode berikutnya.

 

Dengan demikian, maka wajar jika Gerakan Sadr dan khususnya Muqtada Sadr  meraih posisi penting dalam kancah politik di Irak. Kini dengan pengunduran diri Muqtada Sadr dari pentas politik, muncul pertanyaan, siapa yang bakal menggantikan dirinya?

 

Muqtada Sadr dengan memanfaatkan popularitas keluarganya serta sejarah perjuangan keluarga besar Sadr berhasil meraih posisi cukup tinggi. Hal ini juga membuat dirinya meraih penghormatan tinggi di mata rakyat. Kini harus ditunggu dan dilihat apakah terdapat sosok dari keluarga ini atau Gerakan Sadr  yang selain memiliki posisi seperti Muqtada Sadr mampu memikul tanggung jawab sebagai pemimpin politik kelompok ini serta mempertahankan posisi kubu ini di antara kubu politik Irak? Atau mampu mengubah aktivitas Gerakan Sadr? Namun demikian yang nyata adalah pasca pengunduran diri Muqtada Sadr dari kancah politik, aktivitas kelompok ini bakal terbatas pada sektor budaya dan keagamaan.

Babak baru perundingan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1 di Wina, ibukota Austria dimulai hari Selasa (18/2). Delegasi Iran dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, sedangkan pemimpin kelompok 5+1 dipimpin oleh kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton. Perundingan terbaru antara Tehran dan enam kekuatan dunia merupakan bagian dari rangkaian pembicaraan yang bertujuan mewujudkan kesepakatan final dan komprehensif mengenai nuklir sipil Iran.

 

Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, perundingan hanya membahas masalah- seputar nuklir, dan tidak membahas tema lain seperti kemampuan militer Iran. Zarif, Selasa (18/2) kepada stasiun televisi Alalam mengatakan, "Masalah yang akan kami sampaikan  mengenai hal-hal yang sudah disepakati.

Program nuklir damai tetap berlanjut. Oleh karenanya kami hanya akan membahas masalah-masalah ini karena program nuklir kami tidak bertujuan militer. Masalah ini kami terima, pasalnya selain memperhatikan fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, pandangan strategis Iran menegaskan bahwa program nuklir Tehran sama sekali tidak ada kaitannya dengan militer."

 

Menteri luar negeri Iran mengungkapkan bahwa program nuklir Republik Islam tidak ada hubungannya dengan militer, dan masalah militer  negara itu tidak ada kaitannya dengan perundingan nuklir." Menurut Zarif, Iran akan menunjukkan kepada dunia bahwa program nuklirnya tidak bertujuan militer dalam perundingan dengan kelompok 5+1.

 

Setelah bertahun-tahun melancarkan tekanan dengan berbagai cara termasuk menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Iran, AS akhirnya bersedia berunding dengan Tehran bersama lima negara Eropa. Tahap pertama perundingan nuklir Iran dan enam kekuatan Barat menghasilkan kesepakatan sementara pada November yang disepakati penerapannya sejak 20 Januari lalu.

 

Realitas politik saat ini menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat harus mengakui posisi Iran di tingkat dunia. Tudingan infaktual Barat Selama bertahun-tahun terhadap Tehran mengenai upaya Iran mewujudkan senjata nuklir sudah kadaluarsa. Publik dunia sudah mengetahui tudingan tersebut hanya sekedar propaganda media yang tidak pernah terbukti kebenarannya.

 

Sementara itu, juru runding nuklir Iran, Hamid Ba'eedinejad baru-baru ini menyatakan bahwa perundingan antara Iran dan Kelompok 5+1 memfokuskan pada mesin sentrifugal baru dan canggih serta reaktor air berat Arak. "Penggunaan sentrifugal baru dan canggih serta reaktor air berat Arak adalah salah satu isu yang paling penting untuk dibahas dalam kesepakatan final," ujar Ba'eedinejad.

Direktur jenderal urusan politik dan internasional di Kementerian Luar Negeri Iran, mengatakan pihak perunding akan memiliki "tugas yang sulit" dalam perundingan di Wina. Penggunaan sentrifugal canggih dan baru adalah salah satu masalah yang paling penting dalam perundingan. Selain itu, reaktor air berat Arak juga menjadi isu penting lainnya yang dibahas dalam perundingan nuklir.

 

Meskipun Iran dan kelompok 5+1 yang berunding di jantung kota Austria mengakui perundingan sangat sulit dan kompleks. Tapi, kedua belah pihak tetap menaruh optimisme akan tercapainya kesepakatan final bersama dengan menjunjung prinsip saling menghargai dan percaya.

Ayatullah Haji Muhammad Khorasani Lahir

 

Tanggal 19 Rabiul Tsani tahun 1180 Hijriah, Ayatullah Haji Muhammad Ibrahim Khorasani, seorang ulama terkemuka Isfahan Iran, terlahir ke dunia. Ulama yang terkenal dengan nama Karbosi ini memulai pendidikannya di kota Isfahan dan kemudian melanjutkan ke hauzah ilmiah di Najaf, Irak.

 

Seusai menyelesaikan pendidikan di Irak, Ayatullah Karbosi kembali ke tanah kelahirannya dan mengabdikan hidupnya untuk mengajar dan menulis buku. Buku-buku karya Ayatullah Karbosi yang juga terkenal atas sikap hidupnya yang zuhud ini, di antaranya berjudul Isyaraat-e Ushul dan Manasik-e Haj. Ayatullah karbosi meninggal dunia tahun 1261 Hijriah.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyuarakan keraguan tentang tekad Amerika Serikat untuk mencapai kesepakatan terkait program energi nuklir Iran.

 

Zarif menyampaikan hal itu pada hari pertama pembicaraan antara Iran dan enam kekuatan dunia untuk mencapai kesepakatan permanen atas program nuklir Tehran, Selasa (18/2), demikian dilansir Press TV.

 

Dia mengatakan bahwa pernyataan AS tentang sanksi baru dalam beberapa bulan terakhir telah melahirkan "kekhawatiran besar" di Iran mengenai apakah Washington serius ingin mencapai sebuah kesepakatan.

 

"Sayangnya apa yang kita saksikan dalam dua bulan terakhir, tidak mendorong kita untuk percaya bahwa segala sesuatu berjalan pada jalurnya," tambahnya.

 

Meski demikian, Zarif mencatat masih mungkin untuk mencapai kesepakatan akhir soal program energi nuklir Iran, karena mereka tidak punya pilihan lain dan satu-satunya cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui negosiasi.

 

Pembicaraan antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB - Cina, Rusia, Inggris, Perancis dan Amerika Serikat - plus Jerman dimulai Selasa di kantor PBB di Wina.

 

Zarif dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang mewakili enam kekuatan dunia, memimpin pertemuan tersebut.

 

Ini adalah putaran pertama perundingan tingkat tinggi antara Tehran dan Barat setelah mereka mencapai kesepakatan nuklir sementara pada 24 November 2013.

Rabu, 19 Februari 2014 05:56

Pejabat Iran dan AS Bertemu di Wina

Juru runding nuklir Iran, Abbass Araqchi dan negosiator Amerika Serikat Wendy Sherman bertemu di Wina, Austria, Selasa (18/2) untuk bertukar pandangan mengenai penyusunan agenda pembicaraan nuklir antara Tehran dan Barat.

 

Menurut laporan IRNA, kedua pejabat menyampaikan pandangan mereka tentang agenda pembicaraan untuk mencapai kesepakatan nuklir permanen dan mengakhiri sengketa nuklir Iran.

 

Sementara itu, seorang pejabat Amerika menyuarakan kepuasannya atas pembicaraan bilateral antara perwakilan Washington dan Tehran di Wina.

 

Dia mengatakan bahwa negosiasi antara Wakil Menlu Amerika Wendy Sherman dan timpalannya dari Iran Abbas Araqchi adalah bermanfaat.

 

Sebelumnya, Araqchi telah bertemu dengan perwakilan dari tiga negara Eropa, Jerman, Inggris dan Perancis.

 

Mereka menyatakan bahwa suasana kondusif telah tercipta selama pembicaraan di hari pertama, tapi belum ada hasil tertentu yang dicapai dalam pertemuan itu.

 

Iran dan kelompok 5+1 akan melanjutkan pembicaraan pada hari Rabu untuk menetapkan agenda dan kerangka perundingan menuju penyelesaian komprehensif.

Ketua parlemen Suriah Mohammad Jihad al-Laham menekankan solusi politik untuk menyelesaikan krisis Suriah, dan mengatakan hanya kotak suara yang akan menentukan masa depan negara itu.

 

Dalam pidatonya di Konferensi Uni Antar Parlemen Negara Islam (IIPU) di Tehran, Iran, Selasa (18/2), Jihad al-Laham menambahkan, Suriah sedang menghadapi sebuah perang internasional, di mana negara-negara tetangga juga terlibat dalam konfrontasi itu.

 

"Mereka berperang melawan rakyat Suriah dengan dukungan Barat dan Amerika Serikat. Mereka telah menghancurkan infrasturktur negeri kami," ujarnya.

 

Padahal, lanjut Jihad al-Laham, ketika pertama kali mendirikan IIPU, kita sepakat untuk tidak mengintervensi urusan negara lain, tapi sekarang negara-negara anggota IIPU siang malam melakukan kejahatan di Suriah.

 

"Beberapa negara anggota IIPU mencampuri urusan negeri kami dengan mendukung kelompok pemberontak dan militan. Langkah itu bertentangan dengan Piagam PBB dan juga Piagam Organisasi Kerjasama Islam (OKI)," tegas Jihad al-Laham.

 

Menurutnya, intervensi itu dilakukan dengan cara mengirim anasir-anasir militan dan menyebarluaskan faham Takfiri untuk berperang dengan rakyat Suriah dan pemerintah Damaskus.

 

"Berdasarkan data Barat, sekitar 40 ribu militan dari 83 negara dunia telah dikirim ke Suriah, padahal IIPU dituntut untuk berkomitmen terhadap promosi nilai-nilai luhur Islam dan dialog peradaban," kritik Jihad al-Laham.

 

Ketua parlemen Suriah memprotes pengucuran dana miliaran dolar oleh negara-negara Muslim untuk membunuh umat Islam di Suriah. "Mereka mengerahkan kelompok-kelompok militan terhadap negara-negara Muslim," protesnya

Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

 

Imam Husein as berkata:

 

"Ketahuilah, kebutuhan masyarakat ada pada kalian dan segala nikmat Allah untuk kalian. Oleh karenanya, jangan sampai membuang nikmat ini karena kalian akan mendapat siksa ilahi." (Ibnu Shabagh al-Maliki, Fushul al-Muhimmah, Beirut, Dar al-Adhwa, 1401 HQ, cet 1, hal 169)

 

Salah satu nikmat terbesar yang terkadang diberikan kepada seseorang adalah sebagian orang merujuk kepadanya untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam kondisi yang demikian, seorang mukmin jangan sampai menganggap hal ini sebagai masalah baginya, tapi harus bersyukur kepada Allah dan mensyukuri nikmat semacam ini untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sejatinya, ini merupakan salah satu ujian Allah kepada orang-orang kaya.

 

Dalam kondisi yang demikian akan menjadi jelas seberapa kesiapan manusia untuk memenuhi kebutuhan saudaranya dan dengan harta yang dimilikinya ia memenuhi sedikit kebutuhan saudaranya dan menyelesaikan sebagian dari masalah yang dihadapi.

 

Harus diketahui pula bahwa kebutuhan manusia itu bermacam-macam, tapi menjadi kewajiban bagi kita untuk memberikan bantuan kepada saudara mukmin sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita harus meyakini bahwa bila tidak membantu orang lain dalam masalah ini, kemungkinan bukan saja nikmat itu akan diambil dari diri kita, tapi akan menjadi azab ilahi yang ditimpakan kepada kita dan ini kerugian yang sangat besar.

Senin, 17 Februari 2014 07:44

Hadis Akhlak Ushul Kafi: Menahan Diri

Menahan Diri

 

1. Imam Sajjad as berkata, "Sesungguhnya orang yang dapat menahan diri saat marah sangat menakjubkan saya."[1]

 

2. Imam Shadiq as berkata, "Menahan diri cukup untuk menolong seseorang. Bila anda bukan orang yang mampu menahan diri, maka usahakan dirimu mampu menahan diri."[2]

 

3. Imam Baqir as berkata, "Sesungguhnya Allah Swt mencintai seorang pemalu yang dapat menahan dirinya dan orang yang menjaga kehormatannya yang mencintai hal-hal yang suci."[3] (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Vajeh-haye Akhlak az Ushul Kafi, Ibrahim Pishvai Malayeri, 1380 Hs, cet 6, Qom, Entesharat Daftar Tablighat-e Eslami.

 



[1]
. Bab al-Hilm, hadis 3.

[2]. Ibid, hadis 6.

[3]. Ibid, hadis 8.