
کمالوندی
PM Israel ke PM Albania: Aksi-Aksi terhadap Iran akan Dilanjutkan
Perdana Menteri Rezim Zionis dalam pertemuan dengan PM Albania, yang negaranya menampung kelompok teroris munafik MKO, mengabarkan berlanjutnya aktivitas anti-Iran.
PM Rezim Zionis Yair Lapid, Minggu (23/10/2022) malam dalam pertemuan dengan PM Albania Edi Rama menawarkan kerja sama siber dan pertahanan kepada negara itu.
Lapid menawarkan bantuan kepada Albania, untuk menghadapi apa yang disebutnya sebagai serangan-serangan siber Iran. PM Albania hari Minggu melakukan kunjungan ke wilayah pendudukan untuk bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi Rezim Zionis.
"Iran adalah ancaman bersama bagi Israel dan Albania. Kami menyaksikan hal ini dalam serangan siber terbaru Iran ke Albania. Israel akan membantu dengan cara apa pun untuk melawan Iran. Kami menganggap ini sebagai maslahat bagi Israel, dan merupakan tanggung jawab sejarah," papar Lapid.
Baru-baru ini pemerintah Albania menuduh Iran melancarkan serangan siber ke negaranya, lalu memutus hubungan dengan Iran, pada September 2022.
Kementerian Intelijen Iran Tangkap 10 Mata-Mata Mossad
Pusat Informasi Mahmakah Agung Iran mengabarkan penangkapan 10 orang yang dituduh bekerja sama dengan dinas intelijen Rezim Zionis Israel, Mossad.
"Sebagian besar mata-mata Mossad itu ditangkap di Provinsi Azarbaijan Gharbi, setelah berhasil diidentifikasi oleh Kementerin Intelijen Iran," tulis Pusat Informasi Mahmakah Agung Iran, Senin (24/10/2022).
Menurut keterangan Mahkamah Agung Iran, orang-orang ini mendapat arahan langsung dari para perwira intelijen Mossad, untuk mengenali pasukan-pasukan yang bekerja sama dengan dinas keamanan Iran, dan berusaha mengumpulkan informasi dengan menculik, mengancam serta menyiksa mereka.
Beberapa anggota kelompok tersebut diketahui menjalin kerja sama langsung dengan para perwira dinas intelijen Rezim Zionis Israel, Mossad. Orang-orang ini mendapat bayaran dari para perwira Mossad untuk pekerjaan yang mereka lakukan, yang dibayarkan tidak secara langsung.
Menurut pengakuan mata-mata Rezim Zionis ini, mereka melakukan panggilan video dengan para perwira Mossad secara langsung, dan melaporkan aksi-aksi mereka di Provinsi Azarbaijan Gharbi, Tehran dan Hormozgan.
Dalam aksi-aksinya mereka beberapa kali membakar kendaraan dan rumah sejumlah orang yang terkait dengan dinas keamanan Republik Islam Iran, lalu mengirim foto dan video aksinya ke Mossad, untuk mendapatkan bayaran.
Di beberapa kesempatan orang-orang ini bahkan berusaha menghilangkan nyawa seseorang, dan meneror aparat keamanan serta intelijen Iran, namun gagal.
Rusia akan Perkuat Kerja Sama dengan Negara-Negara Muslim
Menteri Luar Negeri Rusia dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam, OKI mengatakan tujuan Moskow adalah memperkuat kerja sama dengan negara-negara Muslim.
Sergei Lavrov, Senin (24/10/2022) seperti dikutip Sputnik mengumumkan bahwa negaranya bermaksud memperkuat kerja sama dengan negara-negara Muslim.
"Rusia dan negara-negara berperadaban Islam, sejak lama adalah mitra yang terpercaya, bekerja sama menjamin keamanan, stabilitas dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi," kata Lavrov dalam pertemuan dengan Sekjen OKI Hissein Brahim Taha.
Menlu Rusia menambahkan, "Tujuan kami adalah memperkuat kerja sama dengan negara-negara anggota OKI seoptimal mungkin di seluruh bidang, dibarengi dengan penghormatan terhadap jalur sosial-politik Anda, dan tradisi spiritual serta nilai-nilai moral."
Menurut Lavrov, Rusia mengapresiasi dan menghargai fakta bahwa negara-negara Muslim, tetap menjaga independensinya dalam situasi internasional yang rumit, tetap memegang prinsip kesetaraan kedaulatan negara-negara, mengembangkan hubungan global berdasarkan hukum internasional, dan menghormati keragaman budaya dunia modern.
Di sisi lain Sekjen OKI menuturkan, "Rusia adalah sahabat lama kami, dan saya sangat gembira berkesempatan datang ke Moskow, dan membahas kondisi hubungan dua pihak. Saat kami datang bulan Juni silam situasinya lebih sulit, tapi sekarang dapat kami katakan dunia perlahan memahami peristiwa-peristiwa ini."
Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq
Pada Jumat, 17 Rabiul Awal 83 H (702 M), lahir seorang manusia suci dan penerus risalah Nabi Muhammad Saw. Pada hari yang bertepatan dengan maulid Rasulullah Saw ini, Imam Jafar Shadiq dilahirkan di kota Madinah.
Sejak usia 34 tahun, beliau menjadi pemimpin umat memegang tampuk imamah. Tampaknya, tidak ada para Ahlul Bait Rasulullah Saw yang memiliki kesempatan begitu luas seperti Imam Sadiq dalam menyebarkan ajaran Islam dan ilmu pengetahuan serta mendidik para murid.
Imam Shadiq hidup di masa ketika Dinasti Umayah sedang mengalami kemunduran, dan Dinasti Abbasiah mulai merebut kekuasaan. Di tengah pertarungan kekuasaan kedua dinasti itu, Imam Shadiq menyebarkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan Islam. Periode kehidupan Imam Shadiq merupakan era pemikiran dan munculnya berbagai aliran dan mazhab.
Situasi dan kondisi tersebut menyulitkan masyarakat Muslim untuk menemukan ajaran-ajaran Islam yang benar dan menyeret mereka kepada jalan sesat. Namun cahaya petunjuk Imam Shadiq yang terang benderang telah menyinari sudut-sudut kegelapan pemikiran masyarakat ketika itu.
Para ulama dari berbagai mazhab Islam memandang Imam Shadiq sebagai pelopor berbagai ilmu seperti kalam, fikih, tafsir, akhlak dan disiplin ilmu lainnya. Dilaporkan tidak kurang dari empat ribu orang dengan semua perbedaan yang mereka miliki, telah menimba ilmu kepada Imam Shadiq dan menulis berbagai karya. Selain itu, beliau juga dikenal dengan ketinggian akhlaknya.
Bertepatan dengan peringatan pekan persatuan Islam kali ini, menarik kiranya untuk menggali pandangan Imam Shadiq mengenai persatuan Islam. Imam Shadiq menyebut sesama Muslim sebagai satu saudara, dan mereka tidak boleh bersikap saling memusuhi.
Dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq disebutkan bahwa "Seorang Muslim adalah saudara Muslim lainnya. Seorang Muslim adalah cermin dan panduan Muslim lainnya. Seorang Muslim tidak akan pernah mengkhianati, menipu dan menindas Muslim lainnya, dan tidak berbohong kepadanya serta tidak mengghibahnya."
Imam Shadiq selalu berpesan kepada para pengikut Ahlul Bait untuk menjalin hubungan baik dengan para pengikut mazhab Islam lain. Perilaku, perbuatan dan perkataan beliau telah menarik perhatian para pemimpin dan para pengikut berbagai mazhab lainnya. Beliau berkata, “Satu sama lain harus saling mencintai. Mereka berbuat kebaikan kepada sesamanya dan saling menyayangi”.
Imam Shadiq memberikan nasehat kepada para pengikutnya supaya saling mengasihi sesama Muslim. Imam Shadiq berkata, “Sampaikan salam kepada para pengikutku dan katakan kepada mereka Allah swt merahmati hamba-Nya yang mencintai sesama,”.
Di bagian lain statemennya, Imam Shadiq menegaskan solidaritas dan persaudaraan seagama yang berpijak pada tiga faktor. Pertama meninggalkan kedengkian untuk mencegah dan menghindari lemahnya masyarakat Islam, sehingga umat Islam tidak terpecah belah dan tercerai-berai. Faktor kedua, saling meningkatkan ikatan persaudaraan dan solidaritas. Faktor ketiga saling membantu sehingga meningkatkan kemuliaan umat Islam.
Kemuliaan akhlak dan ketinggian ilmu Imam Shadiq telah menarik perhatian Abu Hanifah dan para pemimpin mazhab Ahlus Sunnah lainnya sehingga mereka berbondong-bondong mendatangi beliau untuk memanfaatkan kekayaan ilmu cucu Rasulullah Saw ini.
Abu Hanifah, pemimpin mazhab Hanafi hadir di kelas-kelas Imam Shadiq selama dua tahun. Terkait hal ini, ia berkata, "Kalau bukan karena dua tahun [menimba ilmu dari Imam shadiq], maka Nu`man (Abu Hanifah) telah celaka." Malik bin Anas, pemimpin mazhab Maliki mengenai Imam Shadiq berkata, "Belum ada mata yang melihat dan belum ada telinga yang mendengar serta belum ada manusia yang hadir dalam hati, yang lebih baik dari Imam Jafar Shadiq dari sisi keutamaan, ilmu, ibadah, wara` dan ketakwaannya."
Orang-orang yang hadir dalam majelis ilmu Imam Shadiq mengakui keunggulan beliau di bidang ilmu pengetahuan, meskipun sebagian dari mereka tidak sejalan dengan garis pemikirannya. Imam Shadiq mendidik murid-murid besar di antaranya Hisyam bin Hakam, Muhammad bin Muslim dan Jabir bin Hayan.
Sebagian dari mereka memiliki berbagai karya ilmiah yang tiada tara di zamannya. Misalnya Hisyam bin Hakam menulis 31 buku. Jabir bin Hayan menulis lebih dari 200 buku dan pada abad pertengahan, karya tersebut diterjemahkan ke berbagai bahasa Eropa.Mufadhal juga merupakan salah satu murid terkemuka Imam Shadiq yang menulis buku "Tauhid Mufadhal".
Berbagai kitab sejarah baik dari kalangan Sunni maupun Syiah menjelaskan dialog dan perdebatan ilmiah yang diikuti oleh Imam Shadiq. Menariknya, seluruh perdebatan tersebut tidak berujung debat kusir, apalagi pertengkaran. Imam Shadiq kepada para pengikutnya menekankan prinsip akhlak mulia di berbagai bidang, termasuk ketika berdialog. Beliau sangat menjunjung tinggi pesan al-Quran dalam berdialog untuk menggunakan cara yang baik, atau “Jidal Ahsan”.
Para lawan Imam Shadiq pun mengakui ketinggian akhlaknya. Ketika pihak lawan dalam debat menyampaikan pandangan, beliau mendengarkan argumentasinya hingga selesai, lalu secara singkat menanggapinya. Beliau juga menghormati dan menjaga etika berdebat, kemudian mengemukakan pandangannya dengan kalimat yang benar dan berisi, yang disampaikan secara singkat dan padat. Ketika berdebat, Imam Shadiq membela keyakinannya secara tegas dan terang-terangan, tapi disampaikan dengan cara yang bijaksana.
Imam Shadiq meminta para pengikutnya untuk menghormati sesama Muslim, dan menjaga persatuan Islam. Cucu Rasulullah Saw ini memberikan nasehat kepada salah seorang sahabatnya bernama Zaid bin Hisyam supaya menghormati Ahlusunnah.
Beliau berkata, “Datangilah masjid-masjid mereka dan shalatlah di sana. Jenguklah mereka jika sakit, dan iringilah jenazahnya ketika mereka meninggal. Bersikap baiklah kalian, sehingga mereka datang dan ikut bersama-sama shalat dengan kalian. Jika akhlak kalian demikian, mereka akan berkata inilah pengikut mazhab Jafari; Tuhan merahmati Imam Shadiq yang telah mendidik pengikutnya demikian..... Tapi jika akhlak kalian buruk, maka mereka akan memandang buruk mazhab Jafari, dan menilai sebegitu burukkah Imam Shadiq mendidik para pengikutnya”.
Suatu hari Hisyam bin Hakam menanyakan kepada Imam Shadiq alasan mengapa umat Islam diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji. Imam Shadiq menjawab, “Allah swt menciptakan makhluk supaya mereka menaati aturan agama dan menjauhi yang dilarang agama, demi kemaslahatan hidupnya di dunia. Dalam ibadah Haji terdapat sarana bagi orang-orang yang ada di timur dan barat untuk saling mengenali. Lalu kelompok dan suku yang satu mengunjungi satu kota ke kota lain, sehingga terjalin perniagaan yang menguntungkan di antara mereka... selain itu warisan Rasulullah saw lebih dikenali dan selalu teringat dan tidak akan pernah terlupakan,”
Dalam pandangan Imam Shadiq fondasi kuat dari persatuan Muslim adalah itikad baik dan berbuat baik serta saling membantu. Mengharapkan terwujudnya sebuah umat yang kuat dan terorganisir tanpa infrastruktur moral yang kokoh hanya sekedar penantian sia-sia. Akar perpecahan dan kelemahan masyarakat Muslim harus dilihat dari moralitas umat Islam sendiri.
Selain menekankan masalah akhlak dan persatuan Islam, Imam Shadiq menegaskan mengenai masalah politik dan nasib masyarakat, termasuk mengkritik kinerja buruk pemerintahan lalim yang merugikan masyarakat.
Pesan Universal Pengutusan Nabi Muhammad Saw
Muhammad Saw – beberapa tahun sebelum pengangkatan – selalu berdiam diri di Gua Hira selama satu bulan di sepanjang tahun. Ia duduk di atas bongkahan batu sambil menatap bintang-bintang dan keindahan kota Makkah. Ia duduk di sana merenungkan keagungan badan manusia, bumi, pepohonan dan tanaman, binatang, gunung-gunung dan ngarai, lautan yang luas dan gelombang yang menderu. Muhammad Saw bersujud di hadapan kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta alam semesta.
Muhammad Saw juga gelisah dengan orang-orang yang menyembah berhala dan meninggalkan Sang Pencipta. Ia kadang memikirkan fenomena penindasan yang dilakukan oleh para pembesar kaum dan orang kaya terhadap masyarakat lemah dan miskin serta mencari solusinya. Saat rasa lelah menghadapi kondisi kala itu menderanya, Muhammad Saw akan bersimpuh di hadapan Allah Swt serta larut dalam ibadah dan munajat. Ia meminta bantuan Tuhan untuk mengakhiri penyimpangan akidah dan problema sosial dan moral masyarakat.
Setelah mengakhiri masa 'itikaf satu bulan di Gua Hira, Muhammad Saw kembali ke kota Makkah dengan hati yang tenang, wajah yang bercahaya, dan penuh optimis. Ia kemudian melakukan thawaf di Ka'bah dan selanjutnya pulang ke rumah untuk memulai rutinitas kehidupan. Muhammad Saw diutus menjadi Rasul pada usia 40 tahun ketika sedang berkhalwat di Gua Hira. Malaikat Jibril datang dan membawa wahyu kepadanya sambil berkata, "Bacalah!" "Aku tidak bisa membaca," jawab Muhammad.
"Bacalah," ulang Malaikat Jibri. Tapi Muhammad terus memberi jawaban yang sama sampai tiga kali dan akhirnya ia pun berkata, "Apa yang harus kubaca?" Jibril menjawab, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan inilah momen pengangkatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Keagungan dan kandungan wahyu membuat tubuh Muhammad gemetar dan mengucurkan banyak keringat, dan ia pun kembali ke rumahnya.
Setelah menguasai dirinya, Muhammad menyaksikan gunung, bebatuan, dan apa saja yang dilewatinya menyampaikan salam kepadanya dan mereka berkata, "Salam atasmu wahai Muhammad. Salam atasmu wahai Wali Allah. Salam atasmu wahai Rasulullah. Berbahagialah karena Tuhan memberikan keutamaan dan keindahan kepadamu dan memuliakanmu atas segenap manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Orang yang utama adalah ia yang diberikan keutamaan oleh Tuhan dan orang yang terhormat adalah ia yang diberikan kehormatan oleh Tuhan. Jangan gelisah, Allah akan segera mengantarkanmu ke derajat yang paling tinggi dan kedudukan yang paling mulia." (Bihar al-Anwar, jilid 18)
Risalah kenabian Muhammad Saw memiliki keistimewaan yang khas dibanding risalah para nabi sebelumnya. Ciri khas risalah Rasul Saw adalah sebagai penutup, penghapus risalah sebelumnya, penyempurna risalah para nabi terdahulu, ditujukan untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad dan tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Risalah para nabi terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja dan sesuai dengan kondisi pada masa itu. Sementara risalah Nabi Muhammad Saw diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan berlaku hingga akhir zaman.
Allah Swt mengangkat Muhammad al-Amin sebagai manusia yang paling layak dan paling sempurna. Muhammad Saw adalah sosok manusia sempurna dan moderat, di mana tidak pernah berbuat sesuatu secara ifrat (berlebihan) dan tafrit (pengurangan). Muhammad Saw diutus untuk menyelamatkan manusia yang tenggelam dalam penyembahan berhala dan kebodohan. Dengan bantuan akal dan fitrah mereka sendiri, ia membimbing masyarakat ke jalan tauhid dan meninggalkan berhala.
Pesan utama dan terpenting dari pengutusan Muhammad Saw adalah prinsip tauhid. Prinsip ini bersifat universal sehinggal Islam dikenal sebagai agama tauhid. Para nabi terdahulu juga membawa ajaran tauhid seperti yang disebutkan dalam suarat Al-Anbiya ayat 25, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya; "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku."
Tauhid tentu saja bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan krisis-krisis di era Jahiliyah. Tauhid berarti membenci, menjauhi, dan menghapus segala bentuk syirik, menolak semua bentuk kezaliman, dan tidak mengandalkan semua kekuatan lain selain kekuasaan Allah. Tauhid seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh manusia modern.
Di antara misi pengutusan Nabi Muhammad Saw adalah menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Dalam surat Al-Hadid ayat 25, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." Untuk menciptakan keadilan di masyarakat, pertama-tama harus mengenal keadilan itu sendiri dan kemudian motivasi untuk melaksanakannya di tengah masyarakat.
Rasulullah Saw telah memperjelas masalah keadilan baik secara teoritis maupun praktis. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan beliau. Nabi Muhammad – tanpa alasan yang pantas – tidak pernah memuliakan seseorang dari yang lain atau merendahkan seseorang. Beliau bahkan mengarahkan pandangannya ke masyarakat secara adil. Demikian juga ketika mendengarkan pembicaraan masyarakat.
Para sahabat berkisah bahwa Rasulullah Saw menyimak pendapat kami sedemikian rupa sehingga kami berpikir beliau tidak mengerti apa-apa dan baru pertama kali mendengarnya. Padahal, beliau adalah sosok manusia sempurna yang selalu ditemani oleh Jibril.
Pendidikan dan pengajaran merupakan pilar utama kebahagiaan individu dan masyarakat. Semua nabi diutus untuk membimbing manusia ke jalan kebahagiaan dan kesempurnaan. Mereka adalah para guru dan pendidik sejati, di mana mengajarkan makrifat dan hukum-hukum Tuhan kepada manusia dengan ucapan dan amalan. Para nabi tidak pernah mengenal lelah dalam berdakwah demi menghapus kerusakan dan kebobrokan dari masyarakat.
Rasulullah Saw membaktikan seluruh hidupnya untuk mendidik dan membimbing masyarakat. Di tengah berkecamuknya Perang Uhud dan ketika beliau terluka parah dan giginya patah, sekelompok sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kutuklah mereka! Engkau berjuang untuk membimbing dan menyelamatkan mereka, tapi mereka justru berperang denganmu!" Rasul Saw kemudian meletakkan patahan giginya di telapak tangan dan mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berseru,"Ya Allah! Berilah mereka petunjuk, tunjuklah jalan kepada mereka. Mereka tidak mengetahui."
Dalam peristiwa Perang Badar, ketika para tawanan yang terikat rantai dibawa menghadap Rasulullah Saw, sebuah senyuman tersungging di bibir beliau. Salah satu tawanan kemudian berkata, "Seharusnya engkau tertawa karena telah mengalahkan kami dan sekarang kami menjadi tawananmu." Rasul bersabda, "Jangan salah! Senyuman saya, bukan senyuman kemenangan dan penaklukan, tapi ini karena harus mengantarkan orang-orang seperti kalian ke surga dengan rantai. Saya ingin menyelamatkan kalian dan kalian melakukan perlawanan terhadap saya, dan kalian menghunus pedang!"
Rasulullah telah mengubah gaya hidup dan hubungan kemanusiaan, budaya politik, budaya pemerintahan dan lain-lain. Beliau membuat masyarakat punya jati diri dan kepribadian, serta menjadikan mereka lebih bertanggung jawab. Rasul bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.”
Allah Swt telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi dan kapasitas. Akal dan fitrah adalah dua sarana internal untuk memperoleh kemuliaan material dan spiritual. Namun mengingat akal dengan sendirinya tidak cukup untuk meniti jalan menuju Tuhan, maka Dia mengutus para nabi sebagai pembimbing eksternal, dan tentu ini tidak menciderai orisinalitas akal dan kedudukannya. Rasulullah Saw juga memberikan perhatian khusus kepada akal, ilmu pengetahuan, dan orisinalitas akal.
Akhir kata, peringatan hari pengutusan Rasulullah Saw merupakan sebuah kesempatan untuk kembali mendalami ajaran-ajaran Islam – penjamin kebahagiaan – dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad. Masyarakat modern harus kembali ke jalan Rasulullah Saw untuk menyingkirkan sifat-sifat syirik dari dalam diri dan menolak hegemoni asing.
Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq
Pada Jumat, 17 Rabiul Awal 83 H (702 M), lahir seorang manusia suci dan penerus risalah Nabi Muhammad Saw. Pada hari yang bertepatan dengan maulid Rasulullah Saw ini, Imam Jafar Shadiq dilahirkan di kota Madinah.
Sejak usia 34 tahun, beliau menjadi pemimpin umat memegang tampuk imamah. Tampaknya, tidak ada para Ahlul Bait Rasulullah Saw yang memiliki kesempatan begitu luas seperti Imam Sadiq dalam menyebarkan ajaran Islam dan ilmu pengetahuan serta mendidik para murid.
Imam Shadiq hidup di masa ketika Dinasti Umayah sedang mengalami kemunduran, dan Dinasti Abbasiah mulai merebut kekuasaan. Di tengah pertarungan kekuasaan kedua dinasti itu, Imam Shadiq menyebarkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan Islam. Periode kehidupan Imam Shadiq merupakan era pemikiran dan munculnya berbagai aliran dan mazhab.
Situasi dan kondisi tersebut menyulitkan masyarakat Muslim untuk menemukan ajaran-ajaran Islam yang benar dan menyeret mereka kepada jalan sesat. Namun cahaya petunjuk Imam Shadiq yang terang benderang telah menyinari sudut-sudut kegelapan pemikiran masyarakat ketika itu.
Para ulama dari berbagai mazhab Islam memandang Imam Shadiq sebagai pelopor berbagai ilmu seperti kalam, fikih, tafsir, akhlak dan disiplin ilmu lainnya. Dilaporkan tidak kurang dari empat ribu orang dengan semua perbedaan yang mereka miliki, telah menimba ilmu kepada Imam Shadiq dan menulis berbagai karya. Selain itu, beliau juga dikenal dengan ketinggian akhlaknya.
Bertepatan dengan peringatan pekan persatuan Islam kali ini, menarik kiranya untuk menggali pandangan Imam Shadiq mengenai persatuan Islam. Imam Shadiq menyebut sesama Muslim sebagai satu saudara, dan mereka tidak boleh bersikap saling memusuhi.
Dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq disebutkan bahwa "Seorang Muslim adalah saudara Muslim lainnya. Seorang Muslim adalah cermin dan panduan Muslim lainnya. Seorang Muslim tidak akan pernah mengkhianati, menipu dan menindas Muslim lainnya, dan tidak berbohong kepadanya serta tidak mengghibahnya."
Imam Shadiq selalu berpesan kepada para pengikut Ahlul Bait untuk menjalin hubungan baik dengan para pengikut mazhab Islam lain. Perilaku, perbuatan dan perkataan beliau telah menarik perhatian para pemimpin dan para pengikut berbagai mazhab lainnya. Beliau berkata, “Satu sama lain harus saling mencintai. Mereka berbuat kebaikan kepada sesamanya dan saling menyayangi”.
Imam Shadiq memberikan nasehat kepada para pengikutnya supaya saling mengasihi sesama Muslim. Imam Shadiq berkata, “Sampaikan salam kepada para pengikutku dan katakan kepada mereka Allah swt merahmati hamba-Nya yang mencintai sesama,”.
Di bagian lain statemennya, Imam Shadiq menegaskan solidaritas dan persaudaraan seagama yang berpijak pada tiga faktor. Pertama meninggalkan kedengkian untuk mencegah dan menghindari lemahnya masyarakat Islam, sehingga umat Islam tidak terpecah belah dan tercerai-berai. Faktor kedua, saling meningkatkan ikatan persaudaraan dan solidaritas. Faktor ketiga saling membantu sehingga meningkatkan kemuliaan umat Islam.
Kemuliaan akhlak dan ketinggian ilmu Imam Shadiq telah menarik perhatian Abu Hanifah dan para pemimpin mazhab Ahlus Sunnah lainnya sehingga mereka berbondong-bondong mendatangi beliau untuk memanfaatkan kekayaan ilmu cucu Rasulullah Saw ini.
Abu Hanifah, pemimpin mazhab Hanafi hadir di kelas-kelas Imam Shadiq selama dua tahun. Terkait hal ini, ia berkata, "Kalau bukan karena dua tahun [menimba ilmu dari Imam shadiq], maka Nu`man (Abu Hanifah) telah celaka." Malik bin Anas, pemimpin mazhab Maliki mengenai Imam Shadiq berkata, "Belum ada mata yang melihat dan belum ada telinga yang mendengar serta belum ada manusia yang hadir dalam hati, yang lebih baik dari Imam Jafar Shadiq dari sisi keutamaan, ilmu, ibadah, wara` dan ketakwaannya."
Orang-orang yang hadir dalam majelis ilmu Imam Shadiq mengakui keunggulan beliau di bidang ilmu pengetahuan, meskipun sebagian dari mereka tidak sejalan dengan garis pemikirannya. Imam Shadiq mendidik murid-murid besar di antaranya Hisyam bin Hakam, Muhammad bin Muslim dan Jabir bin Hayan.
Sebagian dari mereka memiliki berbagai karya ilmiah yang tiada tara di zamannya. Misalnya Hisyam bin Hakam menulis 31 buku. Jabir bin Hayan menulis lebih dari 200 buku dan pada abad pertengahan, karya tersebut diterjemahkan ke berbagai bahasa Eropa.Mufadhal juga merupakan salah satu murid terkemuka Imam Shadiq yang menulis buku "Tauhid Mufadhal".
Berbagai kitab sejarah baik dari kalangan Sunni maupun Syiah menjelaskan dialog dan perdebatan ilmiah yang diikuti oleh Imam Shadiq. Menariknya, seluruh perdebatan tersebut tidak berujung debat kusir, apalagi pertengkaran. Imam Shadiq kepada para pengikutnya menekankan prinsip akhlak mulia di berbagai bidang, termasuk ketika berdialog. Beliau sangat menjunjung tinggi pesan al-Quran dalam berdialog untuk menggunakan cara yang baik, atau “Jidal Ahsan”.
Para lawan Imam Shadiq pun mengakui ketinggian akhlaknya. Ketika pihak lawan dalam debat menyampaikan pandangan, beliau mendengarkan argumentasinya hingga selesai, lalu secara singkat menanggapinya. Beliau juga menghormati dan menjaga etika berdebat, kemudian mengemukakan pandangannya dengan kalimat yang benar dan berisi, yang disampaikan secara singkat dan padat. Ketika berdebat, Imam Shadiq membela keyakinannya secara tegas dan terang-terangan, tapi disampaikan dengan cara yang bijaksana.
Imam Shadiq meminta para pengikutnya untuk menghormati sesama Muslim, dan menjaga persatuan Islam. Cucu Rasulullah Saw ini memberikan nasehat kepada salah seorang sahabatnya bernama Zaid bin Hisyam supaya menghormati Ahlusunnah.
Beliau berkata, “Datangilah masjid-masjid mereka dan shalatlah di sana. Jenguklah mereka jika sakit, dan iringilah jenazahnya ketika mereka meninggal. Bersikap baiklah kalian, sehingga mereka datang dan ikut bersama-sama shalat dengan kalian. Jika akhlak kalian demikian, mereka akan berkata inilah pengikut mazhab Jafari; Tuhan merahmati Imam Shadiq yang telah mendidik pengikutnya demikian..... Tapi jika akhlak kalian buruk, maka mereka akan memandang buruk mazhab Jafari, dan menilai sebegitu burukkah Imam Shadiq mendidik para pengikutnya”.
Suatu hari Hisyam bin Hakam menanyakan kepada Imam Shadiq alasan mengapa umat Islam diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji. Imam Shadiq menjawab, “Allah swt menciptakan makhluk supaya mereka menaati aturan agama dan menjauhi yang dilarang agama, demi kemaslahatan hidupnya di dunia. Dalam ibadah Haji terdapat sarana bagi orang-orang yang ada di timur dan barat untuk saling mengenali. Lalu kelompok dan suku yang satu mengunjungi satu kota ke kota lain, sehingga terjalin perniagaan yang menguntungkan di antara mereka... selain itu warisan Rasulullah saw lebih dikenali dan selalu teringat dan tidak akan pernah terlupakan,”
Dalam pandangan Imam Shadiq fondasi kuat dari persatuan Muslim adalah itikad baik dan berbuat baik serta saling membantu. Mengharapkan terwujudnya sebuah umat yang kuat dan terorganisir tanpa infrastruktur moral yang kokoh hanya sekedar penantian sia-sia. Akar perpecahan dan kelemahan masyarakat Muslim harus dilihat dari moralitas umat Islam sendiri.
Selain menekankan masalah akhlak dan persatuan Islam, Imam Shadiq menegaskan mengenai masalah politik dan nasib masyarakat, termasuk mengkritik kinerja buruk pemerintahan lalim yang merugikan masyarakat.
Persatuan dalam Lisan Nabi Pengasih dan Imam Mahdi
Baik mazhab Syiah maupun Ahli Sunnah sepakat tentang munculnya sosok yang mulia dan berkedudukan tinggi dari keturunan Rasulullah di akhir zaman dan dia akan menegakkan pemerintahan Islam yang adil di seluruh dunia. Pembaharu ilahi terakhir dapat menjadi pusat persatuan dan solidaritas dunia Islam.
Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Tuhan Muhammad Saw. Dia, Zat yang memberkati kami dan memperkenalkan Nabi-Nya kepada kami dan menurunkan Al-Quran kepadanya untuk menjadi petunjuk bagi semua orang.
Salam kepada umat Islam sedunia, salam kepada seluruh pecinta Nabi Muhammad Saw dan salam kepada Anda yang dalam beberapa hari ini, berkat rahmat Allah yang besar, kelahiran pamungkas para nabi yang diberkati, Anda telah menempatkan semboyan persatuan di puncak pekerjaanmu dan menaati perintah Allah dalam menghindari perpecahan. Selamat atas hari lahirmu wahai Nabi, penutup para nabi dan utusan rahmat dan kasih sayang.
Lima ratus tujuh puluh tahun setelah kelahiran Kristus, pada tanggal 17 Rabiul Awal, tahun yang disebut "Tahun Gajah", dunia melihat kejadian-kejadian aneh. Semua berhala jatuh tertelungkup dan dihancurkan. Istana raja Sasania, yaitu Taq Kasra, bergetar dan empat belas tiang penyanggahnya runtuh, danau tempat para penyembah api berkumpul selama bertahun-tahun mengering, dan sungai-sungai yang belum pernah terlihat air mengalir, akhirnya air sungai mengalir di sana. Kuil Api Fars, yang telah menjaga apinya tetap menyala selama seribu tahun, menjadi padam dan seberkas cahaya muncul dari sisi Hijaz, yang menyebar ke seluruh dunia.
Dunia menjadi cerah dan setan-setan ketakutan. Sihir para penyihir menjadi tidak berlaku dan pengetahuan para dukun berubah menjadi kebodohan dan tidak ada raja yang dapat berbicara pada hari itu. Selain penduduk bumi, para penduduk langit juga menciptakan peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan perintah Allah, mereka mengusir setan dari tujuh langit dan melarang mereka mendengar berita surga. Pada hari ini, semua makhluk bumi dan langit, dari malaikat hingga hewan darat dan laut, bahkan pohon, batu dan bongkahan, memuliakan Allah dan bersukacita. Pada saat inilah manusia langka menginjak bumi dan ciptaan terbaik, pemimpin para nabi dan orang-orang kudus, Muhammad bin Abdullah lahir, semoga damai dan berkah Allah besertanya.
Allah membuatnya dicintai di antara manusia dan melindunginya dari serangan musuh sampai ia mencapai kesempurnaan dan mencapai usia empat puluh, kemudian Allah menurunkan pengetahuan tentang kedua alam dari Lauh Mahfuzh-Nya di hatinya dan memerintahkannya untuk melakukan apa yang telah diterimanya ke telinga makhluk hidupa. Nabi harus mengungkapkan kebenaran dunia dan jalan menuju kebahagiaan kepada semua orang, dan dia melakukannya tanpa gagal.
Dengan mensyukuri nikmat yang Allah diberikan kepada hamba-hamba-Nya dan menyempurnakannya melalui kehadiran para Imam Suci, kita telah bersukacita bersama dengan penduduk dunia dan langit selama beberapa hari dan kita mencoba untuk mengetahui berkah besar ini dengan lebih baik. Untuk dapat menunaikan terima kasih atas pemberian nikmat Allah sebagaimana mestinya, perlu diketahui terlebih dahulu nikmat tersebut. Pengetahuan tentang nikmat besar ini tergantung pada pengetahuan Islam yang benar. Islam memiliki prinsip dan sub-prinsip, yang kesemuanya wajib diketahui oleh umat Islam, tetapi dalam beberapa hadis yang diturunkan dari Nabi Muhammad Saw dan para Imam Suci, beberapa elemen ini telah diperkenalkan sebagai rukun Islam.
Beberapa sumber Ahli Sunnah mengatakan bahwa Nabi Islam menganggap lima hal sebagai dasar Islam; Tauhid, Kenabian, Shalat, Zakat, Haji dan Puasa Ramadhan. Syaikh Kulaini, salah satu ulama Syiah terbesar, telah mengutip dari Imam Baqir as bahwa Islam didasarkan pada lima hal; Shalat, Zakat, Puasa, Haji dan Wilayah, dan keutamaan Wilayat lebih dari segalanya. Imam Shadiq as menyebut bersaksi akan keesaan Allah, percaya pada kenabian Nabi Saw dan mengakui kebenaran dari apa yang dia bawa dari Allah, membayar zakat dan menerima perwalian keluarga Muhammad Saw di antara hal-hal yang tanpanya, agama tidak ada yang diterima.
Dalam Al-Quran, Allah SWT menganggap kohesi dan persatuan sebagai penyebab pemuliaan dan perpecahan sebagai penyebab degradasi. Oleh karena itu, dalam ajaran Al-Quran, persatuan Islam adalah salah satu kewajiban yang paling penting. Dalam ayat 103 Surah Al-Imran, Allah berfirman, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." Allah menyeru umat Islam untuk bersatu dan Dia melarang perpecahan. Dalam ayat ini, persaudaraan antarumat Islam dianggap sebagai hal yang diinginkan dan berkah dari Allah, tetapi perpecahan dan permusuhan adalah dosa yang tidak boleh dilakukan oleh umat Islam.
Masyarakat Islam memiliki ketiga komponen pemersatu dalam dirinya sendiri. Tujuan dan keyakinan bersama semua Muslim. Pembentukan kata tauhid di tingkat dunia, dan mereka semua, Syiah dan Sunni, setuju bahwa Al-Quran adalah rencana dan kebijakan untuk mencapai tujuan ini, dan yang paling penting, bahwa semua Muslim menganggap Nabi Muhammad Saw sebagai pemandu dan pemimpin mereka. Mereka menerima atas dasar ini, persatuan umat Islam selalu diperhatikan oleh para tokoh Syiah dan ulama Sunni.
Nabi Islam selalu memerintahkan persatuan dan persaudaraan umat Islam. Dia mengatakan, "Taatilah para penguasa ilahi dan dengarkan perintahnya karena ketaatan pada kepemimpinan adalah sumber persatuan umat Islam." Menurutnya, orang-orang beriman harus seperti tiang satu sama lain, yang memberi kekuatan satu sama lain. Mereka menganggap persatuan sebagai sumber rahmat Allah dan perpecahan sebagai sumber hukuman ilahi.
Menurut Imam Ali as, kedudukan pemimpin dalam masyarakat Islam ibarat tali yang menghubungkan benih-benih tersebut. Mereka mengingatkan kaum muslimin tentang kondisi Bani Israil dan berkata, “Lihatlah bagaimana Bani Israil dulu, ketika umat berkumpul, pikiran bersama dan hati sama, tangan saling membantu dan pedang saling membantu, visi mereka dalam dan keputusan mereka adalah satu, bukankah mereka memiliki kota-kota besar di sekitar bumi dan bukankah mereka menguasai seluruh dunia?
Maka lihatlah akhir pekerjaan mereka, ketika ada perbedaan di antara mereka dan kebaikan dan kasih sayang berbenturan, kata dan hati berbeda, mereka menjadi kelompok dan jatuh ke kehidupan satu sama lain, berserakan dan saling berperang, kemudian Allah melepas pakaian kemuliaan dari mereka dan mengambil limpahan berkah-Nya dari mereka, dan yang tersisa adalah sejarah mereka untuk dijadikan pelajaran bagi mereka yang mengambil pelajaran.
Yang diingatkan oleh semua nabi dan wali adalah sunnah dari Sunnatullah yang telah dijanjikan Allah dalam ayat 43 Surar Fatir bahwa tidak akan ada perubahan di dalam Sunnatullah.
"Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu."
Merujuk pada Sunnatullah yang sama, Nabi Muhammad Saw juga berkata, "Jangan berselisih, mereka yang sebelum kamu berselisih telah binasa." Oleh karena itu, setiap muslim yang menginginkan kehormatan dan kebanggaan Islam harus berpegang teguh pada kesatuan dan prinsip-prinsipnya. Isu persatuan begitu penting sehingga Nabi Saw menganggap menghindarinya sebagai alasan untuk meninggalkan Islam. Nabi bersabda, "Siapa pun yang menjauh dari komunitas Muslim, Allah akan menghapus rantai Muslim dari lehernya." Oleh karenanya, mari mensyukuri nikmat Islam dengan menjaga persatuan dan empati serta menghindari perpecahan dan faksi serta membuat hati Nabi Muhammad Saw bahagia, sebagaimana Allah membuat seluruh dunia bahagia dengan menciptakannya.
Al-Quran telah dengan jelas menyebutkan penyebaran Islam dan leliasaam orang-orang baik di seluruh planet ini. Juga, ada banyak hadits dari Nabi Muhammad dan keluarganya tentang kepribadian luar biasa dari Imam Mahdi af sebagai penyelamat akhir zaman, di mana benar tentang kegaiban dan kebangkitannya serta pemerintahan globalnya. Dalam salah satu dari banyak hadits yang Nabi Saw sebutkan tentang dia, Nabi menggambarkannya sebagai berikut, "Seorang pria dari keluargaku akan bangkit (di akhir zaman) yang namanya sama dengan namaku dan akhlaknya seperti akhlakku, dan dia akan memenuhi dunia dengan keadilan."
Ahmad bin Hanbal, salah seorang Imam Sunni, juga membawa hadis dari Rasulullah, “Jika hanya tersisa satu hari dalam kehidupan dunia, Allah pasti akan membangkitkan seseorang dari keluarga kita pada hari itu, dan dia akan memenuhi dunia dengan keadilan, sebagaimana itu penuh dengan kekejaman." Oleh karena itu, berdasarkan ajaran Al-Quran dan hadis Nabi, semua umat Islam dapat memilih wali terakhir Allah, Imam Mahdi af sebagai pusat persatuan dan empati mereka.
Satu-satunya perbedaan pendapat dalam hal ini adalah bahwa kaum Syiah percaya bahwa ia dilahirkan dan berada dalam tabir okultisme atas kehendak Allah dan muncul atas perintahnya. Sementara mayoritas ulama Sunni percaya bahwa Imam Mahdi belum lahir. Dengan uraian ini, kedua kelompok sama meyakini tentang munculnya sosok yang mulia dan berkedudukan tinggi dari keturunan Rasulullah di akhir zaman dan tegaknya pemerintahan Islam yang adil olehnya di seluruh dunia. Mereka setuju dan pembaharu ilahi terakhir dan cita-cita ketuhanannya dapat menjadi pusat persatuan dan solidaritas dunia Islam.
Hubungan antara Persatuan dan Peradaban Baru Islam
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut salah satu tujuan Republik Islam adalah terciptanya peradaban Islam baru, dan ia menilai bahwa tujuan penting menciptakan peradaban Islam baru tidak mungkin tercapai kecuali dengan persatuan Syiah dan Sunni. Menurutnya, "Indikator utama untuk persatuan umat Islam adalah Palestina dan semakin serius untuk memulihkan hak-hak Palestina, persatuan Islam akan diperkuat."
Pekan Persatuan adalah kelahiran utusan terakhir Allah, yaitu Nabi Muhammad Saw, yang merupakan simbol perdamaian dan persahabatan bagi pengikut sejati ajaran Islam. Salah satu sifat yang menonjol dari Nabi Saw adalah perilaku baiknya, dan dalam sejarah umat manusia, tidak ada orang yang mampu mengumpulkan kelompok-kelompok pengembara yang keras hati dan hidup di gurun pasir pada waktu itu lalu menciptakan persatuan dan harmoni di antara mereka.
Nabi Muhammad Saw mampu mengumpulkan semua orang musyrik dan orang-orang di zamannya dan menyajikan agama Islam kepada dunia dengan perilaku dan kepribadiannya yang baik. Persatuan di antara umat Islam dan persatuan di antara mazhab-mazhab Islam diperlukan. Salah satu poin penting Rasulullah Saw adalah prinsip persatuan, yang mampu mempersatukan dan mengintegrasikan umat pada masanya dengan prinsip ini. Tidak diragukan lagi, persatuan dan empati antara umat Islam, kebangkitan martabat manusia dan negasi etnisisme adalah di antara berkah Nabi Muhammad Saw.
Pengutusan Nabi Saw merupakan peristiwa sejarah besar dan titik balik besar dalam sejarah umat manusia, yang disebut Allah sebagai nikmat terbesar bagi manusia. Karena Allah telah membawa satu orang dari antara manusia ke tingkat kesempurnaan untuk menjadi hubungan antara bumi dan langit, dan jalan untuk mengajar orang mencapai pengetahuan dan kebenaran keberadaan. Peradaban Islam baru, sebagai peradaban baru berdasarkan aturan Islam, tidak akan terwujud kecuali dengan kesatuan umat Islam. Karena peradaban Islam adalah untuk seluruh umat manusia hidup di bawah bayang-bayang dalam spiritualitas dan keadilan yang lengkap.
Nabi Saw diutus untuk memimpin orang melalui kegelapan, kebodohan dan kezaliman, dan untuk menempatkan mereka di jalan menuju kesempurnaan. Padahal, tugas pertama Nabi adalah membekali manusia dengan pengetahuan dan kebenaran keberadaan, tauhid murni, pengetahuan tentang Allah dan asal usul kehidupan, sehingga di bawah bayang-bayang mereka manusia dapat mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan. Misi Nabi Muhammad Saw adalah manifestasi pencerahan di puncak kegelapan dan kebodohan, dan Nabi membimbing semua orang dari kekafiran dan kegelapan menuju cahaya dan kesalehan.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besari Revolusi Islam, menyebut salah satu tujuan sistem Republik Islam adalah terciptanya peradaban Islam baru, dan ia menilai bahwa tujuan penting menciptakan peradaban Islam baru tidak mungkin tercapai kecuali dengan persatuan Syiah dan Sunni. Menurutnya, "Indikator utama untuk persatuan umat Islam adalah Ini adalah Palestina dan semakin serius untuk memulihkan hak-hak Palestina, persatuan Islam akan diperkuat."
Rahbar kepada para pemuda juga mengatakan, "Pemuda Syiah dan Sunni harus tahu bahwa harmoni, koeksistensi, saling pengertian dan empati di antara mereka adalah hal yang sangat besar. Ini adalah taktik terbesar melawan musuh Iran, Islam dan Quran. Ketahui ini dan pertahankan. Hari ini, setiap langkah yang mengarah pada persatuan umat Islam diberkati, itu adalah perbuatan baik. Niat musuh-musuh Islam adalah untuk menciptakan perpecahan. Niat kita yang beriman dalam Islam harus menciptakan persatuan di dunia Islam dan di antara umat Islam.
Persatuan di antara umat Islam mencegah perpecahan dan memberikan keamanan. Persatuan menghilangkan konflik mazhab antaragama Islam; Padahal, jika tidak ada persatuan, tanah air dan wilayah akan mengalami ketidakamanan. Umat Islam harus tahu bahwa jika mereka tidak dapat menghormati kesucian satu sama lain, kehidupan, harta benda, kota, dan kehidupan mereka akan berada dalam bahaya, dan ini adalah masalah telah dialami dan terjadi di mana-mana dalam peradaban Islam, baik di era sekarang maupun dalam sejarah Islam dan era sebelumnya.
Persatuan Islam memberikan kekuatan kepada umat dan mencegah keserakahan musuh asing dan campur tangan mereka dalam urusan internal negara-negara Islam. Dalam beberapa dekade terakhir, kita telah melihat bahwa pemerintah arogan menyerang beberapa negara Islam dengan dalih keamanan, dan bukan hanya tidak menciptakan keamanan, tetapi juga menyebabkan berbagai kerusakan peradaban di berbagai bagian negara Muslim. Misalnya, di negara seperti Irak dengan sejarah peradaban beberapa ribu tahun, serangan militer Amerika bukan hanya menyebabkan banyak kehancuran, penjarahan minyak dan sumber daya nasional lainnya dan bahkan museum negara itu, tetapi juga menyebabkan kehancuran dan kematian setengah juta wanita dan anak-anak Muslim.
Ayatullah Khamenei, dalam pertemuan dengan para tamu yang berpartisipasi dalam Konferensi Persatuan Islam Internasional, pada tahun 1400 HS memperkenalkan tugas umat Islam untuk "menjelaskan dan mempromosikan kelengkapan Islam dalam semua aspek kehidupan manusia" dan berkata, "Kekuatan politik dan material dari masa lalu bersikeras bahwa Islam bukan sebagai agama yang komprehensif dan memiliki program untuk semua aspek kehidupan manusia, tetapi terbatas hanya pada perilaku individu dan keyakinan hati, dan dengan berteori lewat kata-kata dan tulisan para penulis dan intelektual, mereka menyebut Islam dalam isu-isu penting seperti " Peradaban dan pengelolaan masyarakat", "Ekonomi dan distribusi kekuasaan dan kekayaan", "Perang dan perdamaian", "Kebijakan internal dan luar negeri", "Menegakkan keadilan dan menghadapi penindasan dan kejahatan" bukanlah referensi intelektual dan panduan praktis."
Allah telah menjanjikan kemenangan kepada umat Islam dalam Al-Quran, tetapi menekankan bahwa cara untuk mencapainya adalah dengan menghindari konflik dan konflik sektarian, dan mengandalkan kesamaan dan konvergensi di antara umat Islam. Oleh karena itu, dalam ayat 46 Surah Al-Anfal, Allah berfirman, "Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Para musuh dan pemerintah arogan selalu menyimpan dendam terhadap agama Islam dan dengan menyebarkan kebohongan dan menghina Islam dan keluarga Nabi Saw mereka mencoba untuk memecah belah umat Islam dan telah mencapai banyak tujuan mereka dengan cara ini.
Isu Islamofobia, khususnya di negara-negara Barat, telah membuat perlunya persatuan dan pembentukan umat Islam terasa lebih dari sebelumnya. Pemerintah Islam, khususnya di masa kritis ini, tidak boleh membiarkan musuh-musuh Islam memecah belah umat Islam yang bersatu dengan menyebarkan perpecahan. Muslim harus menyadari bahwa mungkin ada perbedaan dalam bidang pemikiran, teori atau yurisprudensi, tetapi orisinalitas dan prinsip harus ditempatkan pada kesatuan.
Umat Islam harus bergerak di jalan persatuan dan konvergensi demi terwujudnya peradaban Islam. Tentu saja, satu hal yang perlu diperhatikan adalah berbicara tentang persatuan berarti bahwa semua agama Islam bergerak di sekitar poros kesamaan dengan tetap mempertahankan kecenderungannya. Sebagai contoh, kita dapat menunjuk pada fenomena yang memuncak dalam beberapa tahun terakhir, yaitu pawai Arbain Imam Husein, yang berbicara banyak tentang kapasitas besar pembentukan peradaban Islam.
Pawai Arbain dapat dievaluasi pada tiga tingkatan; Syiah, dunia Islam dan masyarakat manusia. Hampir 20 juta orang, termasuk Syiah dan Sunni, Muslim dan Kristen, atau dari agama lain, berpartisipasi dalam pawai Arbain. Tidak diragukan lagi, kehadiran masyarakat dan pecinta perdamaian ini membentuk identitas sosial yang berpusat pada Imam Husein as, yang menampilkan peradaban Islam. Sebenarnya, kesamaan jalan dan tujuan adalah salah satu ciri penting Arbain, yang dapat efektif dalam pembentukan peradaban Islam dan memberikan model yang stabil dan berkelanjutan bagi dunia.
Memperingati Pekan Persatuan Islam
Masa antara 12 Rabiul Awal, peringatan kelahiran Nabi Islam Saw menurut tradisi Ahli Sunnah, dan 17 Rabiul Awal, yang merupakan tanggal lahir Nabi Muhammad Saw, menurut tradisi di Syiah, ditunjuk oleh Imam Khomeini ra sebagai Pekan Persatuan.
Kemenangan revolusi Islam diwujudkan dalam bayang-bayang persatuan bangsa dan berbagai kalangan dan suku Iran. Persatuan ini dalam bentuk gerakan dan kebangkitan Islam melawan para tiran dan penguasa serta juga memberikan sarana bagi persatuan bangsa-bangsa Islam.
Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, kepekaan musuh-musuh Islam untuk menciptakan perselisihan dan perpecahan di antara umat Islam meningkat. Oleh karena itu, Imam Khomeini ra yang mengetahui bahwa dua mazhab; Syiah dan Sunni, yang memiliki banyak pengikut di seluruh dunia, sejauh dapat mendekatkan pandangan satu sama lain, akan sangat berpengaruh penting dan berharga dalam meninggikan dan membuat umat Islam bermartabat di dunia sesrta membuat gagal konspirasi setiap hari. Itulah sebabnya Imam Khomeini ra menamai hari 12 hingga 17 Rabiul Awwal dengan sebutan "Pekan Persatuan".
Imam Khomeini ra menanggapi kebijakan memecah belah musuh dan berkata, "Lebih berbahaya dan menyedihkan daripada nasionalisme adalah menciptakan perbedaan antara Sunni dan Syiah, dan menyampaikan propaganda hasutan dan permusuhan antara saudara-saudara Islam. Alhamdulillah, dalam Revolusi Islam Iran, tidak ada perbedaan antara dua mazhab dan semua orang hidup bersama dengan persahabatan dan persaudaraan. Saudara-saudara Sunni di negara Islam harus tahu bahwa para kaki tangan kekuatan jahat besar tidak menginginkan kebaikan umat Islam dan Islam, dan perlu bagi umat Islam untuk menjauhkan diri dari mereka dan tidak mendengarkan propaganda munafik mereka. Saya menjulurkan tangan persaudaraan kepada semua Muslim yang berkomitmen di dunia."
Saat ini, dunia arogan telah mengambil sikap tunggal yang dengki terhadap agama Islam, sehingga mereka mencoba menciptakan perpecahan di antara umat Islam di dunia dengan terus menerus menyebarkan kebohongan dan menghina Islam dan keluarga Nabi Saw. Di masa kritis ini, kebutuhan akan persatuan di antara umat Islam semakin dirasakan dan negara-negara Islam tidak boleh membiarkan musuh-musuh Islam memisahkan dan memecah-belah umat Islam yang bersatu dengan menyebarkan perpecahan. Oleh karena itu, Pekan Persatuan dianggap sebagai kesempatan yang baik untuk empati, persatuan dan menetralisir plot musuh.
Keharusan Persatuan dan Persaudaraan Islam dalam Al-Quran
Dalam lebih dari 50 ayat, Al-Quran telah menyinggung masalah persatuan dan bagaimana menciptakan persatuan, di mana semua itu menunjukkan urgensi masalah ini dalam Al-Quran. Al-Quran menyeru semua umat Islam dari berbagai bangsa dan kaum untuk bersatu demi membela Islam dan menghadapi para musuh. Dalam ayat 13 Surah Al-Hujurah kita membaca, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu."
Sementara pada ayat 103 Surah Ali Imran disebutkan, "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara."
Ayat-ayat Al-Quran mewajibkan umat Islam untuk memperjuangkan terwujudnya persatuan. Karena Islam telah menyeru semua umat Islam sebagai satu umat dan orang-orang beriman diperkenalkan sebagai saudara satu sama lain, sehingga perbedaan dalam beberapa hal tidak menghalangi persaudaraan Islam dan persatuan umat Islam. Untuk alasan yang sama, semua Muslim harus menjaga persatuan dan kesatuan mereka sehubungan dengan hal-hal yang mereka setujui dan membuat konspirasi musuh tidak efektif.
Kebangkitan Islam sebenarnya berarti keluar dari dominasi kekuasaan otoriter dan arogan. Kekuatan arogan melakukan segala upaya untuk mencegah kesuksesan dan kebangkitan masyarakat Islam, dan salah satu metode utama mereka di bidang ini adalah untuk menciptakan perpecahan dan fraksi di antara Muslim dan mazhab-mazhab Islam.
Jelas bahwa musuh tidak ingin umat Islam mencapai kebebasan dan kemerdekaan sejati, dan dalam konteks ini, mereka menggunakan berbagai cara, termasuk propaganda media negatif terhadap umat Islam, menghasut Islamofobia, menuduh umat Islam ekstremisme dan terorisme, dan menciptakan perpecahan di antara para pengikut mazhab-mazhab yang ada. Ketika umat Islam terpecah belah, sebenarnya mereka justru melupakan musuh utama mereka. Di sinilah Al-Quran, Hadis dan Ahlul Bait mengajarkan umat Islam untuk memusatkan perhatian mereka pada isu-isu penting dunia Islam daripada berurusan dengan isu-isu kontroversial tanpa hasil. Dengan terwujudnya persatuan ini, maka umat Islam akan berada pada jalur untuk menciptakan peradaban Islam baru, yang akan mewakili persatuan seluruh umat Islam.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pertemuan dengan para pejabat negara dan para tamu Konferensi Persatuan Islam tahun 2018, tentang perlunya solidaritas dalam masyarakat Islam dengan menyebutkan tingkat persatuan, tatanan terendah dan langkah pertama dalam persatuan dunia Islam adalah masyarakat, pemerintah, suku dan agama Islam harus tidak saling menyerang satu sama lain dan bersatu menghadapi musuh bersama.
Mengenai pencapaian peradaban Islam baru, Rahbar mengatakan, “Negara-negara Islam tidak sejajar dalam hal ilmu pengetahuan, dalam hal kekayaan, dalam hal keamanan, dan dalam hal kekuatan politik. Mereka dapat saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Mereka yang lebih tinggi di setiap sektor, mengambil tangan mereka yang lebih rendah. Ini juga merupakan tahap persatuan. Tahap yang lebih tinggi adalah menyatukan seluruh dunia Islam untuk mencapai peradaban Islam yang baru. Inilah yang telah ditetapkan Republik Islam sebagai tujuan akhirnya, untuk mencapai peradaban Islam, tetapi peradaban yang tepat untuk saat ini, peradaban baru Islam.
Persatuan bangsa Islam dalam mendukung perlawanan Palestina dapat membawa pada pengusiran musuh dari tanah yang diduduki dan pembentukan perdamaian dan keamanan di tanah ini dan pelestarian tanah Islam. Diharapkan bahwa dengan bantuan Allah Yang Mahakuasa dan dengan memberikan contoh ajaran agama Islam dan sirah Nabi Saw dan para Imam aw serta moral dan karakter ulama besar seperti mereka, mari kita mengambil langkah-langkah berharga menuju terwujudnya cita-cita luhur umat Islam dan menjadi landasan bagi terwujudnya persatuan, perdamaian dan persaudaraan seluruh umat Islam.
Inisiatif penamaan seminggu sebagai Pekan Persatuan oleh Republik Islam Iran tidak diragukan lagi merupakan langkah yang berharga untuk menarik perhatian dan dukungan umat Islam. Memilih dua catatan sejarah yang berbeda tentang kelahiran Nabi Saw sebagai dasar pemersatu adalah tanda perhatian, inisiatif dan pandangan jauh ke depan Republik Islam Iran untuk mengubah perbedaan ini menjadi peluang, dan betapa baiknya bahwa kebanggaan akan kelahiran Nabi Muhammad Saw dianggap sebagai kesempatan terbaik untuk hal mulia ini, yang menjadi objek pengabdian dan keterikatan seluruh umat Islam di dunia.
Setiap tahun, dalam Pekan Persatuan, untuk menyatukan umat Islam dan saling menambah pengalaman di antara para cendekiawan muslim, konferensi internasional persatuan Islam diadakan di Iran. Pada tahun 1369 HS, setelah tahun keempat menyelenggarakan konferensi ini, atas perintah Ayatullah Khamenei dibentuklah Forum Internasional Pendekatan Antarmazhab Islam. Salah satu tujuan forum ini adalah untuk meningkatkan tingkat keakraban dan kesadaran serta memperdalam pemahaman antarpemeluk agama Islam dan memperkokoh bidang persaudaraan Islam di antara umat Islam.
Imam Askari Sang Pelita Penerang Umat
Tanggal 8 Rabiul Awal tahun 260 Hijriyah adalah hari kesedihan dan duka bagi kota Samarra, karena berita kesyahidan Imam Hasan al-Askari as di usia muda telah menyelimuti setiap sudut kota. Pasar-pasar diliburkan dan hari ini masyarakat – yang selama ini menyembunyikan kecintaan mereka kepada Imam, karena penindasan penguasa – meluapkan perasaan mereka dan bergegas menuju ke rumah duka.
Imam Askari adalah imam kesebelas bagi para pengikut Syiah dan ia dilahirkan di kota Madinah pada tahun 232 H. Ayahnya adalah imam ke-10, Imam Ali al-Hadi as dan ibunya bernama Haditsah. Sejak Imam Askari dipaksa oleh Khalifah Abbasiyah untuk tinggal di distrik militer di Samarra, sejak itu ia dikenal dengan julukan "Askari." Di antara gelar-gelarnya yang paling terkenal adalah Naqi dan Zaki dan ia dijuluki dengan Abu Muhammad. Ia berusia 22 tahun ketika ayahnya gugur syahid.
Masa kepemimpinan Imam Askari hanya berlangsung enam tahun dan ia hidup selama 28 tahun. Ia dimakamkan di rumahnya sendiri di kota Samarra, di samping makam ayahnya. Priode Imamah dan kepemimpinan Imam Hasan al-Askari bertepatan dan bersamaan dengan tiga Khalifah Abbasiyah; Mu’taz Abbasi, Muhtadi, dan Mu’tamid.
Kehidupan orang-orang besar sarat dengan pelajaran berharga dan petuah luhur. Manusia yang sedang mencari hidayah dan kebahagiaan harus mengikuti jalan mereka, yang alim dan bertakwa. Imam Askari adalah salah satu bintang penunjuk jalan, di mana sifat dan perilakunya mencerminkan ketinggian ilmu dan makrifatnya.
Imam Askari as adalah pribadi yang selalu larut dalam ibadah kepada Allah Swt, hari-harinya dihabiskan dengan berpuasa dan malam-malamnya dengan bermunajat. Ia adalah orang yang paling saleh di masanya. Muhammad Syakiri, salah seorang sahabat imam berkata, "Imam Askari as berkhalwat di mihrab untuk beribadah dan bersujud. Aku tidur dan terbangun, dan menyaksikan dia masih larut dalam ibadahnya."
Setelah kesyahidan Imam Hadi as, Imam Hasan al-Askari bertanggung jawab atas kepemimpinan kaum Muslim ketika ia berusia 22 tahun. Selama enam tahun periode Imamah, ia selalu berada di bawah pengawasan mata-mata dan intelijen penguasa Abbasiyah. Ketika kebodohan dan bid'ah menguasai atmosfer kehidupan pada masa itu, Imam Askari bangkit untuk menjelaskan hakikat agama kepada para pencari kebenaran. Imam berusaha keras untuk mempertahankan ajaran Islam murni.
Imam Askari as memberi pencerahan kepada masyarakat tentang penyimpangan berbagai mazhab dalam Islam dan menunjukkan jalan kepada umat untuk meraih keselamatan. Para musuh bahkan mengakui keutamaan, keberanian, dan perjuangan Imam Askari.
Bahkan salah satu menteri Dinasti Abbasiyah, Ahmad bin Khaqan, mengakui keutamaan akhlak dan keluhuran ilmu Imam Askari. Dia berkata, "Di Samarra, aku tidak melihat sosok seperti Hasan bin Ali. Dalam hal martabat, kesucian, dan kebesaran jiwa, aku tidak menemukan tandingannya. Meski ia seorang pemuda, Bani Hasyim lebih mengutamakannya dari kelompok tua di tengah mereka. Ia memiliki kedudukan yang sangat tinggi, yang dipuji oleh sahabat dan disegani musuhnya."
Mengenai keutamaan Imam Askari as, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Para pengikutnya, masyarakat Syiah, pihak lawan, dan orang-orang yang tidak beriman, semua mengakui tentang keutamaan Imam Askari, derajat ilmunya, ketakwaannya, kesuciannya, dan keberaniaanya di hadapan musuh. Mereka juga mengakui kesabaran dan ketahanan dia dalam menghadapi kesulitan. Manusia hebat ini dan sosok yang luar biasa ini, baru berusia 28 tahun ketika syahadah menjemputnya."
"Dalam sejarah Syiah, kita punya banyak contoh-contoh ini. Ayah dari Imam zaman kita, dengan semua kebajikannya, dengan semua kedudukannya, dengan semua kemuliannya, ketika meninggal dengan racun dan kejahatan musuh, ia baru berusia 28 tahun; ini menjadi sebuah teladan, para pemuda merasa memiliki seorang teladan yang hebat," jelas Ayatullah Khamenei.
Rahbar menerangkan bahwa ini adalah Imam Askari as, yang gugur syahid pada usia 28 tahun. Semua keutamaan ini, semua kemuliaan ini, dan semua keagungan ini, tidak hanya sebatas pengakuan kita, tetapi juga diakui oleh musuh-musuhnya, lawan-lawannya, dan orang-orang yang tidak meyakini Imamah, semua orang mengakui ini.
Gerak-gerik Imam Askari benar-benar diawasi dan dibatasi oleh penguasa Abbasiyah dan rezim menerapkan kebijakan represif terhadapnya. Imam hidup selama 28 tahun, tapi dalam waktu singkat itu, ia memiliki pengaruh yang sangat efektif di tengah masyarakat pada masa itu. Kesyahidan Imam di usia muda, menunjukkan bahwa khalifah tiran Abbasiyah sangat khawatir dengan keberadaan sosok yang berpengaruh di tengah masyarakat. Imam Askari selalu mengajak masyarakat untuk waspada dan mengkritik kebijakan para penguasa tiran.
Bagaimana mungkin seseorang seperti Imam Hasan al-Askari memilih diam ketika masyarakat menderita kemiskinan, ketidakadilan, dan diskriminasi. Dengan rasa tanggung jawab sosial yang tinggi, Imam berjuang untuk memberikan wawasan politik dan kebangkitan pemikiran di tengah para pengikutnya.
Para penguasa Abbasiyah menghidupkan permusuhan lama mereka terhadap Ahlul Bait as dengan mengurung Imam Askari dan menciptakan hambatan bagi kontak langsung masyarakat dengan beliau. Imam Askari berhasil menyebarkan ilmunya di masyarakat, di tengah kondisi tidak kondusif dan pembatasan ekstrim yang dipaksakan oleh Dinasti Abbasiyah.
Di tengah tekanan dan kondisi mencekam, Imam Askari berhasil mendidik murid-muridnya, yang kemudian memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam dan memberantas syubhat. Syeikh Thusi mencatat bahwa murid-murid Imam Askari melebihi dari 100 orang, dimana antaranya adalah tokoh-tokoh besar seperti, Ahmad Asy'ari Qummi, Usman ibn Sa'id Amri, Ali ibn Ja'far, dan Muhammad ibn Hasan Saffar.
Imam Hasan al-Askari memiliki tempat khusus di kalangan para imam maksum, karena beliau harus mempersiapkan pengikut Ahlul Bait as untuk memasuki periode keghaiban Imam Mahdi as. Kegiatan politik paling menarik dari Imam Askari adalah penguatan basis politik para tokoh Syiah untuk menghadapi sulitnya perjuangan dalam membela cita-cita agama.
Karena para tokoh Syiah berada di bawah tekanan hebat, Imam Askari berusaha untuk meningkatkan kesabaran dan kesadaran mereka akan tekanan dan pembatasan, sehingga mereka mampu memikul tanggung jawab sosial, politik dan, agamanya dengan baik.
Imam Askari bahkan menulis surat kepada Ali ibn Husein ibn Babuyeh Qummi, salah seorang fuqaha besar Syiah, untuk memberikan petunjuk dan arahan yang diperlukan. Imam menulis, "Bersabarlah dan tunggulah kemunculan Imam Mahdi, karena Rasulullah Saw bersabda, 'Perbuatan terbaik umatku adalah menanti datangnya Imam Mahdi.' Pengikut Syiah kita akan terus-menerus dalam kesedihan sampai putraku, Imam Keduabelas, muncul; sosok yang dikabarkan oleh Rasul akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kebajikan, setelah ia dipenuhi oleh kezaliman dan kerusakan."
Pada kesempatan ini, kami telah memilih sebuah kata mutiara dari kata-kata hikmah Imam Hasan al-Askari. Ia berkata, "Aku mewasiatkan kalian dengan takwa kepada Allah Swt, taat dalam agama, berjuang di jalan Allah, bersikap jujur, menunaikan amanah atas apa yang dititipkan kepada kalian – apakah itu baik atau buruk – memperpanjang sujud, dan bersikap baik dengan tetangga, di mana Rasulullah diutus untuk itu."
"Saat seseorang menyaksikan kalian taat dalam beragama, jujur dalam bertutur kata, amanah, dan berakhlak mulia dengan masyarakat, dia akan berkata bahwa engkau adalah orang Syiah, dan ini akan menyenangkan hati saya. Takutlah kepada Allah, jadilah hiasan kami, bukan mempermalukan kami. Bawalah kebaikan ke sisi kami dan jauhkan keburukan dari hadapan kami. Setiap hal baik yang dikatakan, ada dalam diri kita, dan setiap kejahatan yang dikaitkan dengan kami, kita jauh dari itu."
"Ingatlah selalu nama Allah dan jangan lupakan kematian. Teruslah membaca al-Quran dan kirimkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, karena ada 10 kebaikan dalam shalawat kepada nabi. Jagalah wasiatku, aku menitipkan kalian kepada Allah Swt dan aku menyampaikan salam kepada semua."