
کمالوندی
Resolusi PBB, Pemadam Kebakaran yang Menyulut Api lebih Berkobar di Suriah
Operasi pengamanan dalam negeri yang dilakukan militer Suriah dengan menggelar operasi pembersihan teroris di berbagai kota mulai menampakkan hasil signifikan. Tapi tiba-tiba kondisi relatif aman yang berhasil dipulihkan militer Suriah itu dirusak kembali oleh intervensi asing. Pasalnya sejumlah negara Arab yang didukung blok Barat melancarkan aksi sepihak di Majelis Umum PBB.
Pada hari Jumat (3/8) Majelis Umum PBB di bawah tekanan sejumlah negara Barat dan rezim-rezim Arab meloloskan draf resolusi yang diusulkan Riyadh. Resolusi tidak mengikat yang disetujui oleh 133 suara itu mendapat penentangan keras dari Rusia dan Cina serta 10 negara lainnya. Tidak hanya itu, 31 negara juga absen sebagai bentuk penolakan atas resolusi sepihak itu.
Rusia menilai resolusi Majelis Umum PBB anti-Suriah itu merusak upaya perdamaian di negara Arab itu. Utusan Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin mengatakan resolusi tersebut berpihak dan mendukung oposisi bersenjata. Rusia dan Cina sebelumnya memblokir tiga upaya di Dewan Keamanan PBB yang berupaya menjatuhkan sanksi terhadap Damaskus.
Resolusi anti-Suriah itu menuntut Presiden Bashar al-Assad segera mentransfer kekuasaan kepada pemerintah transisi. Tidak hanya itu, resolusi tersebut juga mendesak agar Assad segera menghentikan serangan dengan menggunakan kendaraan lapis baja dan helikopter terhadap oposisi Suriah.
Namun keganjilan dalam resolusi itu. Pertama, resolusi tidak mengikat itu sama sekali tidak menyinggung aksi kekerasan yang dilakukan oposisi bersenjata. Padahal selama ini merekalah yang menjadi penyulut kerusuhan berdarah di Suriah. Resolusi itu sengaja menutup mata atas berbagai aksi teror yang dilakukan milisi pemberontak terhadap pejabat dan rakyat Suriah.
Kedua, resolusi itu dijatuhkan di saat rezim Damaskus menunjukkan keseriusannya menjalankan reformasi yang dituntut rakyat Suriah. Salah satu dibuktikan dengan menggelar pemilu parlemen yang diikuti secara antusias oleh rakyat. Selain itu pemerintah Assad juga menyetujui penerapan prakarsa damai Kofi Annan.
Ketiga, usulan itu digulirkan oleh Arab Saudi yang didukung Bahrain dan sejumlah negara Arab lainnya dengan dalih penegakan hak asasi manusia dan demokrasi di Suriah. Padahal negara-negara itu termasuk rezim Arab yang getol melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyatnya sendiri. Riyadh sendiri saat ini dikecam publik internasional karena menjalankan kebijakan diskriminatif terhadap rakyat wilayah timur yang kaya minyak. Aksi protes damai rakyat Saudi justru dibalas dengan cara-cara kekerasan yang melanggar hak asasi manusia.
Keempat, resolusi sepihak itu menunjukkan semakin jelasnya ambisi segelintir rezim Arab bersama negara-negara Barat untuk menumbangkan rezim Assad dengan memanfaatkan kelemahan PBB. Tujuan utama resolusi tidak mengikat ini adalah menggagalkan prakarsa perdamaian Kofi Annan hingga akhirnya utusan khusus PBB dan Liga Arab itu mengundurkan diri. Resolusi ini digulirkan setelah koalisi Arab-Barat gagal menggulingkan pemerintahan Damaskus meskipun sudah menggelontorkan dukungan finansial dan militer terhadap pemberontak Suriah.
Jika memang resolusi itu bertujuan untuk mewujudkan keamanan Suriah demi rakyat yang tidak berdosa sebagaimana diklaim Gedung Putih, mengapa mereka tidak melakukan hal yang sama terhadap pemberontak Suriah ? Seperti biasa mereka menyodorkan wortel untuk pemberontak Suriah, sambil mengayunkan tongkat memukul rezim Assad. Meski resolusi itu tidak mengikat, tapi koalisi Arab-Barat menjadikannya sebagai justifikasi untuk membenarkan aksinya sebagai pemadam kebakaran yang menyulut api lebih berkobar di Suriah.(IRIB Indonesia/PH)
Alasan Kofi Annan Mengundurkan Diri
Bersamaan dengan semakin besarnya dukungan sejumlah negara terhadap kelompok teroris anti Suriah yang berujung pada kegagalan prakarsa damai Kofi Annan. Akhirnya utusan khusus PBB dan Liga Arab ini memilih mengundurkan diri dari jabatannya. Annan akan mengakhiri masa tugasnya akhir Agustus ini.
Anan hari Kamis lalu di Jenewa setelah menyatakan pengunduran dirinya menekankan bahwa sejumlah negara anggota Dewan Keamanan PBB tidak mendukung misinya di Suriah. Ia mengatakan, prakarsa enam butir tetap merupakan solusi tunggal untuk menyelesaikan krisis Suriah dan prakarsa ini harus dijalankan secara penuh.
Sementara itu, Sekjen PBB, Ban Ki-moon hari Kamis lalu membenarkan pengunduran diri Annan dan misinya akan berakhir hingga bulan Agustus ini. Ia pun menyebut prakarsa enam butir Annan masih merupakan solusi tepat guna menyelesaikan krisis di Suriah.
Annan, sosok yang diterima oleh banyak pihak. Ia pun memiliki pengalaman 10 sebagai sekjen PBB. Seiring dengan meingkatnya krisis di Suriah, ia pun ditunjuk sebagai utusan PBB dan Liga Arab guna menyelesaikan krisis di Damaskus pada Februari lalu.
Di awal tugasnya, Annan dengan serius berusaha menyelesaikan krisis di Suriah. Pertama-tama ia melawat Damaskus dan melakukan pembicaraan dengan sejumlah petinggi Suriah termasuk Presiden Bashar al-Assad terkait mekanisme penyelesaian krisis.
Annan pun kemudian menyetuskan enam prakarsa damai untuk mensukseskan misinya di Suriah. Annan dua kali melawat Iran dan petinggi Tehran pun berulang kali menegaskan dukungan mereka terhadap prakarsa Annan serta menyebutnya sebagai solusi terbaik untuk mengatasi krisis di Suriah tanpa intervensi asing.
Iran dan Rusia sejak awal mendukung prakarsa damai Annan. Kedua negara ini pun menuntut dijalankannya reformasi politik di Damaskus. Pelaksanaan gencatan senjata antara pasukan pemerintah dan kelompok teroris dan pembebasan para tahanan politk termasuk di antara enam butir prakarsa damai Annan.
Sementara itu, pemerintah Suriah setelah menyatakan penyesalannya atas pengunduran diri Annan menekankan bahwa Damaskus tetap komitmen untuk melaksanakan secara penuh prakarasa damai mantan utusan khusus PBB ini. Di sisi lain, kelompok teroris anti Suriah dengan dukungan sejumlah negara sejak diberlakukannya prakarsa damai Annan telah melakukan pelanggaran sebanyak 5000 kali dan terus melanjutkan aksi brutalnya di negara ini.
Kelompok teroris dengan dukungan sejumlah negara Barat dan Arab seperti Arab Saudi, Qatar, Amerika Serikat, Turki dan Rezim Zionis Israel dengan berani terus melanjutkan aksinya dan menganggu stabilitas keamanan di Suriah. Tindakan brutal mereka ini tentu saja membuat prakarsa Annan tak ampuh lagi.
Dukungan luas finansial dan persenjataan Arab Saudi dan Qatar kepada kelompok bersenjata anti Suriah, dukungan logistik Amerika dan Perancis serta kesiapan Turki memberikan bandara udara dan wilayah perbatasan untuk aktivitas milisi bersenjata ini kian membuat Kofi Annan pesimis.
Ketika Barack Obama, presiden Amerika Serikat memberikan instruksi kepada Dinas Intelijen negara ini (CIA) untuk membantu milisi bersenjata anti Suriah guna menghadapi Damaskus maka tak heran jika prakarsa Annan terhambat.
Penekanan Kofi Annan terkait prakarsanya sebagai solusi tunggal untuk menyelesaikan krisis di Suriah menunjukkan bahwa krisis tersebut dapat diselesaikan melalui jalur diplomatik. Namun Qatar, Arab Saudi dan Turki dengan Amerika serta Israel hanya mengejar kepentingan mereka dan mengamankan Israel dengan menghapus Suriah dari front terdepan muqawama di kawasan. (IRIB Indonesia/M
Menelisik Sejarah Hubungan Tunisia-Israel
Ratifikasi undang-undang pelarangan normalisasi hubungan Tunisia dan Rezim Zionis Israel oleh Komisi Hukum dan Kebebasan parlemen Tunisia mengindikasikan perubahan besar di Tumur Tengah.
Ketika Muhammad Bouazizi, 27 tahun pemuda penjual sayur Tunisa nekad bunuh diri sebagai protes atas kondisi di negaranya, ia tidak menyadari bahwa ulahnya tersebut bukan hanya mengubah struktur politik di negaranya, bahkan Timur Tengan secara umum juga terpengaruh. Bukan hanya itu, konstelasi kekuatan di Tumur Tengah dan sistem keamanan di wilayah ini pun mengalami perubahan drastis.
Hubungan Tunisia dan Israel di Masa Lalu
Tunisia sepanjang sejarah memiliki hubungan pasang surut dengan Israel. Di tahun 1982 setelah PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) diusir dari Lebanon, Habib Bourguiba presiden Tunisia saat itu, mengizinkan Yaser Arafat, pemimpin PLO membuka kantor di Tunisia.
Rezim Zionis Israel rupanya tak tahan dengan kehadiran PLO di Tunisia, karena Tel Aviv menuding pasukan PLO membunuh warganya di kota Gabes. Tudingan ini kemudian ditindak lanjuti Israel dengan melakukan serangan udara ke kantor PLO di Tunisia, akibatnya hubungan Israel dan Tunisia menjadi dingin. Oleh karena itu, di era tersebut Tunisa kemudian menjalankan potitik ganda dengan menjalin hubungan dengan Palestina serta Israel. Tunisia pun memilih jalan tengah (moderat) menyikapi Tel Aviv.
Namun pada tahun 1994, hubungan negara ini dengan Israel mulai pulih, karena Arafat setahun sebelumnya telah menandatangani perjanjian Oslo (perjanjian damai dengan Israel). Hal ini membuka peluang peningkatan hubungan Tunisia daengan Israel.
Menyusul ditandatanganinya perjanjian Oslo, hubungan Tunisia dan Israel yang didukung Amerika Serikat semakin luas. Israel di tahun 1996 membuka kantor penjaga kepentingannya di Tunisia. Satu bulan kemudian Tunisa juga melakukan langkah serupa dengan membuka kantor penjaga kepentingannya di Tel Aviv.
Pulihnya hubugan Tunisia dan Israel tak lebih hanya bertahan enam tahun, karena setelah meletusnya intifadah kedua di Palestina tahun 2000, presiden terguling Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali memutus hubungan diplomatik engan Tel Aviv sebagai protes atas kejahatan Israel terhadap warga Palestina. Ia pun menutup kantor penjaga kepentingan negaranya di Palestina pendudukan.
Meski demikian, hubungan tak resmi antara kedua pihak di berbagai sektor termasuk pariwisata dan perdagangan masih tetap berlanjut. Di tahun-tahun terakhir sebelum kemenangan revolusi rakyat di Tunisia, tercatat 10 ribu turis Israel setiap tahunnya berkunjung ke negara ini.
Hubungan Israel dan Tunisia Sebelum Kemenangan Revolusi Rakyat
Rezim Zionis secara aktif memperluas hubungan ekonominya dengan Tunisia dalam beberapa tahun terakhir dan sebelum kemenangan revolusi rakyat Tunisia, khususnya di sektor pariwisata, perdagangan dan investasi.
Meski tidak ada data resmi terkait hal ini, namun berbagai prediksi banyak dikemukakan. Seperti yang dilakukan oleh Koran Globes cetakan Israel di edisi 10 Oktober 2008 di sebuah artikelnya menulis tajuk, Tunisia: Kesempatan Emas Bagi Kita yang mengisayaratkan perdagangan dan investasi Israel. Hal ini juga menunjukkan minat besarTel Aviv meningkatkan hubungan ekonominya dengan Tunisia khususnya di bidang investasi dan perdagangan, karena Tunisia mengajukan tawaran kepada Israel untuk membangun pabrik semen senilai 200 juta dolar di negara ini.
Dari sisi budaya, Israel juga berusaha melakukan normalisasi dengan Tunisia. Terkait hal ini Koran Haaretz di sebuah artikelnya yang dimuat Desember 2010 membongkar upaya Israel untuk menjalin hubungan dengan para penerbit Tunisia. Meski Haaretz tidak menyebut nama penerbit Tunisia, namun menekankan bahwa Tel Aviv berusaha menerjemahkan novel berbahasa Ibrani ke bahasa Arab dan diserahkan kepada penerbit Tunisia.
Tel Aviv sejak meletusnya revolusi di Tunisia sangat khawatir. Media massa Israel secara luas meliput setiap peristiwa dan perkembangan di Tunisia. Mereka sangat khawatir ketika revolusi menang dan rezim Zine El Abidine Ben Ali tumbang. Kekhawatiran mendalam Tel Aviv mendorong mereka memanfaatkan para pemimpin Yahudi di Tunisia untuk mengumpulkan laporan terkait transformasi di negara yang tengah mengalami revolusi ini.
Tak terkecuali, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu juga kelabakan menghadapi fenomena di Tunisia. Pada 12 Oktober 2011, ia menyampaikan pidato di depan kabinetnya dan menyatakan kekhawatirannya bahwa revolusi Tunisia akan menggoncang keamanan di kawasan. Maksud dari keamanan regional Netanyahu adalah keamanan yang terbentuk akibat kerjasama rezim Arab dengan Israel serta Amerika Serikat yang ditujukan untuk menjamin stabilitas rezim ilegal ini.
Perubahan Hubungan Tunisia dan Israel Pasca Kemenangan Revolusi
Tak lama setelah kemenangan revolusi Tunisia, para petinggi Israel dipusingkan dengan kemungkinan pemutusan hubungan Tunisia dengan Israel. Hal ini tercermin nyata dari pernyataan juru bicara perdana menteri Israel yang menyatakan,"Kekhawatiran kami setelah kemenangan revolusi Tunisia adalah kemungkinan bergabungnya negara ini dengan kekuatan ekstrim dunia Arab."
Mayoritas pengamat terkait urusan Arab aktif mengkaji faktor terbentuknya revolusi, penyebaran dan keberhasilan revolusi Tunisia. Bahkan di awal meletusnya revolusi, Israel tak sanggup menyembunyikan ketakutannya bahwa tergulingnya rezim Zine El Abidine Ben Ali akan menjadi awal dari tergulingnya rezim Arab yang lain.
Masa Depan Suram Hubungan Tel Aviv-Tunisia
Seiring dengan berlalunya waktu, apa yang ditakutkan Israel ternyata menjadi kenyataan.
Pemilu pertama di Tunisia pasca tergulingnya Zine El Abidine Ben Ali membuktikan kekuatan besar kubu Islam, karena kemenangan kubu Ennahda memastikan bahwa pemerintahan baru di Tunisia dikuasai kubu Islam.
Di persaingan pemilu kali ini, kubu sosialis, liberal dan independen meraih suara di bawah Partai Ennahda. Rashid al-Ghannushi, pimpinan Partai Ennahda menyatakan bahwa pemerintahan mendatang Tunisia adalah Islam yang akan menjalankan syariat dan hukum Islam.
Rashid al-Ghannushi berulang kali menyatakan pemaksaan Israel terhadap umat muslim tidak mungkin lagi terjadi dan kebebasan Palestina bukan hanya tidak boleh dirundingkan, bahkan normalisasi hubungan Tunisia dengan Israel adalah kejahatan.
Statemen ini dan ratifikasi pelarangan normalisasi hubungan Tunisia dengan Israel serta dicantumkannya hal tersebut di butir UUD baru negara ini menunjukkan perubahan besar dalam hubungan Tel Aviv-Tunisia. (IRIB Indonesia/MF)
PBB Serukan Penyelidikan Kasus Muslim Rohingya
Seorang utusan HAM PBB menyerukan pembentukan sebuah komisi kebenaran untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di negara bagian Rakhine di Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Demikian dilaporkan IRNA.
Setelah mengakhiri kunjungan selama sepekan ke Myanmar pada Sabtu (4/8), pelapor khusus HAM PBB, Tomas Ojea Quintana mengatakan ia telah mencatat dugaan pelanggaran serius oleh negara, termasuk pembunuhan, penyiksaan, penangkapan sewenang-wenang dan penggunaan kekuatan yang berlebihan.
Dia juga mendesak pemerintah untuk menyelidiki kekerasan pada bulan Juni antara Budha Rakhine dan etnis Muslim Rohingya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan komunitas Muslim Rohingya sebagai Palestina Asia.
Junta Myanmar menerapkan program sistematis pembersihan agama dari Muslim Rohingya, dengan mengabaikan hak-hak dasar mereka, yaitu hak untuk bebas bergerak, pernikahan, keimanan, identitas, kepemilikan bahasa, warisan dan budaya, kewarganegaraan, pendidikan dan lain-lain.
Menurut laporan terakhir, Muslim Rohingya di Myanmar berada dalam penderitaan tragis. Sebanyak 650 dari hampir satu juta Muslim Rohingya tewas pada tanggal 28 Juni dalam bentrokan di wilayah barat Rakhine. Sementara 1.200 lainnya hilang dan 80.000 lebih terlantar.
Dalam laporan yang diterbitkan pekan lalu oleh Human Rights Watch mengatakan ada bukti yang menunjukkan penganiayaan dan diskriminasi oleh negara terhadap Muslim Rohingya.
Presiden Myanmar Thein Sein bahkan mengatakan kepada PBB bahwa kamp pengungsi atau deportasi adalah solusi terhadap Muslim Rohingya. Dia mengusulkan untuk mendeportasi etnis Rohingya jika ada negara ketiga yang siap menerima mereka. (IRIB Indonesia/RM/MF)
AS akan Dipaksa Meninggalkan Timur Tengah
Deputi Direktur Institut Analisis Politik dan Militer Rusia, Alexander Khramchikhin seraya menyinggung masalah serius ekonomi AS, mengatakan Amerika akan dipaksa untuk meninggalkan wilayah Timur Tengah.
Dia membuat pernyataan dalam wawancara dengan Voice of Russia pada hari Sabtu (4/8).
Khramchikhin mengatakan AS akan dipaksa untuk secara besar-besaran mengurangi kehadiran militernya di kawasan. Oleh karena itu, AS berusaha menciptakan kondisi sehingga masalah besar tidak muncul ketika mereka pergi.
Analis Rusia ini menambahkan, AS tidak dapat mempertahankan kekuatan militer di kawasan dan penarikan mereka dari Irak, tanpa membangun satu basis militer pun di sana dengan jelas menunjukkan realita tersebut.
"AS tidak memiliki anggaran untuk melanjutkan kehadiran militer di Timur Tengah dan defisit yang besar pada tahun ini, tidak mengizinkan Washington untuk melakukan itu," jelasnya.
Mengenai keputusan AS untuk pergi dari Timur Tengah, Khramchikhin menambahkan salah satu indikasinya adalah mengurangi ketergantungan pada minyak Timur Tengah. Dalam 10 tahun terakhir, tingkat impor minyak AS dari kawasan ini menurun tajam dan dari 25 persen menjadi 15 persen.
Berbicara tentang kemungkinan intervensi militer asing di Suriah, Khramchikhin menandaskan, sehubungan dengan dukungan kuat rakyat Suriah kepada pemerintah dan kemampuan militer negara itu, maka kecil kemungkinan akan terjadi serangan.
Khramchikhin juga mengatakan bahwa mempertimbangkan masalah ekonomi dan militer AS, negara ini tidak ingin terlibat dalam operasi militer di Suriah. (IRIB Indonesia/RM/MF)
Iran (Republik Islam)
Iran (atau Persia) (bahasa Persia: ایران) adalah sebuah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Pada tahun 1959, Mohammad Reza Shah Pahlavi mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh digunakan. Nama Iran adalah sebuah kognat perkataan "Arya" yang berarti "Tanah Bangsa Arya".
Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut dan Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.
Pada tahun 1979, sebuah Revolusi Iran yang dipimpin Ayatollah Khomeini mendirikan sebuah Republik Islam teokratis sehingga nama lengkap Iran saat ini adalah Republik Islam Iran (جمهوری اسلامی ایران).
Sejarah awal, Kekaisaran Media dan Kekaisaran Achaemenid (3200 SM – 330 SM) :
Dari tulisan-tulisan sejarah, peradaban Iran yang pertama ialah Proto-Iran, diikuti dengan peradaban Elam. Pada milenium kedua dan ketiga, Bangsa Arya hijrah ke Iran dan mendirikan kekaisaran pertama Iran, Kekaisaran Media (728-550 SM). Kekaisaran ini telah menjadi simbol pendiri bangsa dan juga kekaisaran Iran, yang disusul dengan Kekaisaran Achaemenid (648–330 SM) yang didirikan oleh Cyrus Agung.
Cyrus Agung juga terkenal sebagai pemerintah pertama yang mewujudkan undang-undang mengenai hak-hak kemanusiaan, tertulis di atas artefak yang dikenal sebagai Silinder Cyrus. Ia juga merupakan pemerintah pertama yang memakai gelar Agung dan juga Shah Iran. Di zamannya, perbudakan dilarang di kawasan-kawasan taklukannya (juga dikenal sebagai Kekaisaran Persia.) Gagasan ini kemudian memberi dampak yang besar pada peradaban-peradaban manusia setelah zamannya.
Kekaisaran Persia kemudian diperintah oleh Cambyses selama tujuh tahun (531-522 M) dan kemangkatannya disusul dengan perebutan kuasa di mana akhirnya Darius Agung (522-486 M) dinyatakan sebagai raja.
Ibu kota Persia pada zaman Darius I dipindahkan ke Susa dan ia mulai membangun Persepolis. Sebuah terusan di antara Sungai Nil dan Laut Merah turut dibangun dan menjadikannya pelopor untuk pembangunan Terusan Suez. Sistem jalan juga turut diperbaharui dan sebuah jalan raya dibangun menghubungkan Susa dan Sardis. Jalan raya ini dikenal sebagai Jalan Kerajaan.
Selain itu, pen-syiling-an dalam bentuk daric (syiling emas) dan juga Shekel (syiling perak) diperkenalkan ke seluruh dunia. Bahasa Persia Kuno turut diperkenalkan dan diterbitkan di dalam prasasti-prasasti kerajaan.
Di bawah pemerintahan Cyrus Agung dan Darius yang Agung, Kekaisaran Persia menjadi sebuah kekaisaran yang terbesar dan terkuat di dunia zaman itu. Pencapaian utamanya ialah sebuah kekaisaran besar pertama yang mengamalkan sikap toleransi dan menghormati budaya-budaya dan agama-agama lain di kawasan jajahannya.
Kekaisaran Iran Ketiga:
Kekaisaran Parthia (248 SM – 224 M)Parthia bermula dengan Dinasti Arsacida yang menyatukan dan memerintah dataran tinggi Iran, yang juga turut menaklukkan wilayah timur Yunani pada awal abad ketiga Masehi dan juga Mesopotamia antara tahun 150 SM dan 224 M. Parthia juga merupakan musuh bebuyutan Romawi di sebelah timur, dan membatasi bahaya Romawi di Anatolia. Tentara-tentara Parthia terhagi atas dua kelompok berkuda, tentara berkuda yang berperisai dan membawa senjata berat, dan tentara berkuda yang bersenjata ringan dan kudanya lincah bergerak. Sementara itu, tentara Romawi terlalu bergantung kepada infantri, menyebabkan Romawi sukar untuk mengalahkan Parthia. Tetapi, Parthia kekurangan teknik dalam perang tawan, menyebabkan mereka sukar mengawal kawasan taklukan. Ini menyebabkan kedua belah pihak gagal mengalahkan satu sama lain.
Kekaisaran Parthia tegak selama lima abad (Berakhir pada tahun 224 M,) dan raja terakhirnya kalah di tangan kekaisaran lindungannya, yaitu Sassania.
Kekaisaran Iran Keempat:
Kekaisaran Sassania (226–651)Ardashir I, shah pertama Kekaisaran Sassania, mula membangun kembali ekonomi dan militer Persia. Wilayahnya meliputi kawasan Iran modern, Irak, Suriah, Pakistan, Asia Tengah dan wilayah Arab. Pada zaman Khosrau II (590-628) pula, kekaisaran ini diperluas hingga Mesir, Yordania, Palestina, dan Lebanon. Orang-orang Sassanid menamakan kekaisaran mereka Erānshahr (atau Iranshæhr, "Penguasaan Orang Arya".)
Kekaisaran Sassania pada zaman kegemilangannya.Sejarah Iran seterusnya diikuti dengan konflik selama enam ratus tahun dengan Kekaisaran Romawi. Menurut sejarawan, Persia kalah dalam Perang al-Qādisiyyah (632 M) di Hilla, Iraq. Rostam Farrokhzād, seorang jenderal Persia, dikritik kerana keputusannya untuk berperang kengan orang Arab di bumi Arab sendiri. Kekalahan Sassania di Irak menyebabkan tentara mereka tidak keruan dan akhirnya ini memberi jalan kepada futuhat Islam atas Persia.
Era Sassania menyaksikan memuncaknya peradaban Persia, dan merupakan kekaisaran Persia terakhir sebelum kedatangan Islam. Pengaruh dan kebudayaan Sassania kemudian diteruskan setelah pemelukan Islam oleh bangsa Persia.
Islam Persia dan Zaman Kegemilangan Islam Persia (700–1400) :
Setelah pemelukan Islam, orang-orang Persia mulai membentuk gambaran Islam Persia, di mana mereka melestarikan gambaran sebagai orang Persia tetapi pada masa yang sama juga sebagai muslim. Pada tahun 8 M, Parsi memberi bantuan kepada Abbassiyah memerangi tentara Umayyah, karena Bani Umayyah hanya mementingkan bangsa Arab dan memandang rendah kepada orang Persia. Pada zaman Abbassiyah, orang-orang Persia mula melibatkan diri dalam administrasi kerajaan. Sebagian mendirikan dinasti sendiri.
Pada abad kesembilan dan kesepuluh, terdapat beberapa kebangkitan ashshobiyyah Persia yang menentang gagasan Arab sebagai Islam dan Muslim. Tetapi kebangkitan ini tidak menentang identitas seorang Islam. Salah satu dampak kebangkitan ini ialah penggunaan bahasa Persia sebagai bahasa resmi Iran (hingga hari ini.)
Pada zaman ini juga, para ilmuwan Persia menciptakan Zaman Kegemilangan Islam. Sementara itu Persia menjadi tumpuan penyebaran ilmu sains, filsafat dan teknik. Ini kemudian memengaruhi sains di Eropa dan juga kebangkitan Renaissance.
Bermula pada tahun 1220, Parsi dimasuki oleh tentera Mongolia di bawah pimpinan Genghis Khan, diikuti dengan Tamerlane, dimana kedua penjelajah ini menyebabkan kemusnahan yang parah di Persia.
Islam Syi'ah, Kekaisaran Safawi, Dinasti Qajar/Pahlavi dan Iran Modern (1501 – 1979) :
Parsi mulai berganti menjadi Islam Syiah pada zaman Safawi, pada tahun 1501. Dinasti Safawi kemudian menjadi salah satu penguasa dunia yang utama dan mulai mempromosikan industri pariwisata di Iran. Di bawah pemerintahannya, arsitektur Persia berkembang kembali dan menyaksikan pembangunan monumen-monumen yang indah. Kejatuhan Safawi disusuli dengan Persia yang menjadi sebuah medan persaingan antara kekuasaan Kekaisaran Rusia dan Kekaisaran Britania (yang menggunakan pengaruh Dinasti Qajar). Namun begitu, Iran tetap melestarikan kemerdekaan dan wilayah-wilayahnya, menjadikannya unik di rantau itu. Modernisasi Iran yang bermula pada lewat abad ke-19, membangkitkan keinginan untuk berubah dari orang-orang Persia. Ini menyebabkan terjadinya Revolusi Konstitusi Persia pada tahun 1905 hingga 1911. Pada tahun 1921, Reza Khan (juga dikenal sebagai Reza Shah) mengambil alih tahta melalui perebutan kekuasaan dari Qajar yang semakin lemah. Sebagai penyokong modernisasi, Shah Reza memulai pembangunan industri modern, jalan kereta api, dan pendirian sistem pendidikan tinggi di Iran. Malangnya, sikap aristokratik dan ketidakseimbangan pemulihan kemasyarakatan menyebabkan banyak rakyat Iran tidak puas.
Pada Perang Dunia II, tentara Inggris dan Uni Soviet menyerang Iran dari 25 Agustus hingga 17 September 1941, untuk membatasi Blok Poros dan menggagas infrastruktur penggalian minyak Iran. Blok Sekutu memaksa Shah untuk melantik anaknya, Mohammad Reza Pahlavi menggantikannya, dengan harapan Mohammad Reza menyokong mereka.
Malangnya, pemerintahan Shah Mohammad Reza bersifat otokratis. Dengan bantuan dari Amerika dan Inggris, Shah meneruskan modernisasi Industri Iran, tetapi pada masa yang sama menghancurkan partai-partai oposisi melalui badan intelijennya, SAVAK. Ayatollah Ruhollah Khomeini menjadi oposisi dan pengkritik aktif terhadap pemerintahan Shah Mohammad Reza dan kemudian ia dipenjarakan selama delapan belas bulan. Melalui nasihat jenderal Hassan Pakravan, Khomeini dibuang ke luar negeri dan diantar ke Turki dan selepas itu ke Irak.
Revolusi Islam dan Perang Iran-Irak (1979-88) :
Protes menentang Shah semakin meningkat dan akhirnya terjadilah Revolusi Iran. Shah Iran terpaksa melarikan diri ke negara lain setelah kembalinya Khomeini dari pembuangan pada 1 Februari 1979. Khomeini kemudianvmengambil alih kekuasaan dan membentuk pemerintahan sementara, pada 11 Februari yang dikepalai Mehdi Bazargan sebagai perdana menteri. Setelah itu, Khomeini mengadakan pungutan suara untuk membentuk sebuah Republik Islam. Keputusan undian menunjukkan lebih dari 98% rakyat Iran setuju dengan pembentukan itu. Sistem pemerintahan baru yang dibentuk berasaskan undang-undang Islam, sayangnya hanya diterapkan sebagian.
Tetapi, hubungan Iran dengan Amerika menjadi keruh setelah revolusi ini, terutama saat mahasiswa-mahasiswa Iran menawan kedutaan Amerika pada 4 November 1979, atas alasan kedutaan itu menjadi pusat intelijen Amerika. Khomeini tidak mengambil tindakan apapun mengenai tidakan ini sebaliknya memuji mahasiswa-mahasiswa itu. Sebagai balasan, Iran menginginkan Shah Mohammad Reza Pahlavi dikembalikan ke Iran, tetapi ini tidak mereka setujui. Setelah 444 hari di dalam tawanan, akhirnya para tawanan itu dibebaskan sebagai tindak lanjut Deklarasi Aljir.
Pada saat yang sama, Saddam Hussein, presiden Irak saat itu, mengambil kesempatan di atas kesempitan setelah revolusi Iran dan juga kekurangan popularitas Iran di negara-negara barat, untuk melancarkan perang atas Iran. Tujuan utama peperangan ini ialah menaklukkan beberapa wilayah yang dituntut Irak, terutamanya wilayah Khuzestan yang kaya dengan sumber minyak. Saddam pula ketika itu mendapat sokongan dari Amerika, Uni Soviet dan beberapa negara Arab lain. Tentara Iran pula yang suatu masa dahulu merupakan sebuah tentara yang kuat, telah dibubarkan saat itu. Walau bagaimanapun, mereka berhasil mencegah bahaya tentara Irak seterusnya menaklukkan kembali wilayah Iran yang ditaklukkan Irak. Dalam peperangan ini puluhan ribu nyawa, baik penduduk awam maupun laskar Iran, menjadi korban. Jumlah korban diperkirakan antara 500.000 hingga 1.000.000.
Pemerintahan dan politik Iran
Iran adalah salah satu di antara anggota pendiri PBB dan juga kepada OKI dan juga GNB. Sistem politik di Iran berasaskan konstitusi yang dinamakan "Qanun-e Asasi" (Undang-undang Dasar)
Pemimpin Agung
Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Agung IranPemimpin Agung Iran bertanggung jawab terhadap "kebijakan-kebijakan umum Republik Islam Iran". Ia juga merupakan ketua pasukan bersenjata dan badan intelijen Iran dan mempunyai kuasa mutlak untuk menyatakan perang. Ketua kehakiman, stasiun radio dan rangkaian televisi, ketua polisi dan tentara dan enam dari dua belas anggota Majelis Wali Iran juga dilantik oleh Pemimpin Agung. Majelis Ahli bertanggung jawab memilih dan juga memecat Pemimpin Agung atas justifikasi kelayakan dan popularitas individu itu. Majelis ini juga bertanggung jawab memantau tugasan Pemimpin Agung.
Eksekutif :
Orang kedua terpenting dalam Republik Islam Iran adalah presiden. Setiap presiden dipilih melalui pemilihan umum dan akan memerintah Iran selama empat tahun. Setiap calon presiden mesti mendapat persetujuan dari Majelis Wali Iran sebelum pemilu dilaksanakan agar mereka 'serasi' dengan gagasan negara Islam. Tanggung jawab presiden adalah memastikan konstitusi negara diikuti dan juga mempraktikkan kekuasaan eksekutif. Tetapi presiden tidak berkuasa atas perkara-perkara yang di bawah kekuasaan Pemimpin Agung.
Presiden melantik dan mengepalai Kabinet Iran, dan berkuasa membuat keputusan mengenai administrasi negara. Terdapat delapan wakil presiden dan dua puluh satu menteri yang ikut serta membantu presiden dalam administrasi, dan mereka semua mesti mendapat persetujuan badan perundangan. Tidak seperti negara-negara lain, cabang eksekutif tidak memiliki kekuasaan dalam pasukan bersenjata, tetapi presiden Iran berkuasa melantik Menteri Pertahanan dan Intelijen dan harus mendapat persetujuan Pemimpin Agung dan badan perundangan.
Majelis Wali :
Majlis Wali Iran mempunyai dua belas ahli undang-undang, dan enam dari mereka dilantik oleh Pemimpin Agung. Ketua Kehakiman akan mencadangkan enam aanggota selebihnya dan mereka akan dilantik secara resmi oleh parlemen Iran atau Majles. Majelis ini akan menafsirkan konstitusi dan mempunyai hak veto untuk keputusan dan keanggotaan parlemen Iran. Jikalau terdapat undang-undang yang tidak sesuai dengan hukum syariah, maka akan dirujuk kembali oleh parlemen.
Majelis Kebijaksanaan :
Majelis Kebijaksanaan berkuasa untuk menyelesaikan konflik antara parlemen dengan Majelis Wali Iran. Badan ini juga turut menjadi penasihat Pemimpin Agung.
Parlemen :
Majles-e Shura-ye Eslami (Majlis Perundingan Islam) mempunyai 290 anggota yang dilantik dan akan bertugas selama empat tahun. Semua calon Majles dan ahli undang-undang dari parlemen haruslah mendapat persetujuan Majelis Wali.
Kehakiman :
Pemimpin Agung akan melantik ketua kehakiman Iran, dan ia pula akan melantik Mahkamah Agung dan juga ketua penuntut umum. Terdapat beberapa jenis mahkamah di Iran termasuk mahkamah umum yang bertanggung jawab atas kasus-kasus umum dan kejahatan. Terdapat juga "Mahkamah Revolusi" yang mengadili beberapa kasus tertentu termasuk isu mengenai keselamatan negara.
Majelis Ahli :
Majelis Ahli yang bermusyawarah selama seminggu setiap tahun mempunyai 86 anggota yang ahli dalam ilmu-ilmu agama. Mereka diundi secara umum dan akan bertugas selama delapan tahun. Majelis ini akan menentukan kelayakan calon-calon presiden dan anggota parlemen. Majelis ini juga akan mengundi untuk jabatan Pemimpin Agung dan juga berkuasa untuk memecatnya.
Dewan Kota Setempat :
Majelis setempat akan dipilih secara umum untuk bertugas selama empat tahun di semua kota dan desa. Kekuasaan majelis ini luas, dari melantik pimpinan kota hinggal menjaga kepercayaan rakyat.
Geografi Iran
Iran berbatasan dengan Azerbaijan (panjang perbatasan: 432 km) dan Armenia (35 km) di barat laut, Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (992 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (499 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan akhirnya Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan. Luas tanah total adalah 1.648.000 km² (daratan: 1.636.000 km², perairan: 12.000 km²).
Lansekap Iran didominasi oleh barisan gunung yang kasar yang memisahkan basin drainage atau dataran tinggi yang beragam. Bagian barat yang memiliki populasi terbanyak adalah bagian yang paling bergunung, dengan barisan seperti Pegunungan Kaukasus, Pegunungan Zagros dan Alborz, yang terakhir merupakan tempat titik tertinggi Iran, Gunung Damavand pada 5.604 m. Sebelah timur terdiri dari gurun di dataran rendah yang tak dihuni seperti Dasht-e Kavir yang asin, dengan danau garam yang kadang muncul.
Ladang lapang luas ditemukan di sepanjang pesisir Laut Kaspia dan di ujung utara Teluk Persia, di mana Iran berbatasan dengan sungai Arvand. Plain yang lebih kecil dan terputus ditemukan di sepanjang pesisir Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Laut Oman. Iklim Iran kebanyakan kering atau setengah kering, meskipun ada yang subtropis sepanjang pesisir Kaspia. Iran dianggap sebagai salah satu dari 15 negara yang membentuk apa yang disebut sebagai tempat lahirnya kebudayaan manusia.
Iklim Lanskap Iran memiliki beberapa iklim yang berbeda. Di sisi utara negeri itu (dataran pesisir Kaspia) suhu amat rendah membekukan dan tetap lembap selama beberapa tahun terakhir. Suhu musim panas jarang mencapai 29 °C. Penguapan tahunan adalah 680 mm di bagian timur dataran dan lebih dari 1700 mm di sisi barat dataran. Di barat, permukiman-permukiman di lereng Pegunungan Zagros mengalami rendahnya suhu. Daerah-daerah itu memiliki musim dingin yang hebat, dengan rerata suhu harian membekukan dan curah saljunya keras. Lembah timur dan tengahnya kering, yang curah hujannya kurang dari 200 mm dan bergurun. Suhu musim panas rata-rata melebihi 38 °C. Dataran pesisir Teluk Persia dan Teluk Oman di Iran selatan memiliki musim dingin yang sejuk dan mengalami musim panas yang lembap dan panas. Penguapan tahunan berkisar dari 135 mm hingga 355 mm.
Ekonomi Iran
Ekonomi Iran adalah campuran Ekonomi Perencanaan Sentral dengan sumber minyak dan perusahaan-perusahaan utamanya dimiliki pemerintahan, dan juga terdapat beberapa perusahaan swasta. Pertumbuhan ekonomi Iran stabil semenjak dua abad yang lalu.
Pada awal abad ke-21, persenan sektor jasa dalam pengeluaran negara kasarnya, PNK, adalah yang tertinggi, diikuti dengan pertambangan dan pertanian. 45% belanja negara adalah hasil pertambangan minyak dan gas alam, dan 31% dari cukai. Pada 2004, PNK Iran diperkirakan sebanyak $163 milyar atau $2.440 per kapita.
Rekan dagang Iran adalah Cina, Rusia, Jerman, Perancis, Italia, Jepang dan Korea Selatan. Sementara itu, semenjak lewat 90-an, Iran mulai meningkatkan kerjasama ekonomi dengan beberapa negara berkembang termasuk Suriah, India dan Afrika Selatan.
Komunikasi dan pengangkutan Iran
Peta menunjukkan jalan raya dan jalan kereta api utama di Iran.Jaringan jalan raya di Iran adalah salah satu yang terbaik di dunia, dan menghubungkan kota-kota utama dan kawasan-kawasan luar kota. Pada 2002, Iran mempunyai 178.152 km jalan raya dan 66% beraspal. Sementara itu terdapat 30 pengguna kereta bagi setiap 1000 penduduknya. Jalan KA di Iran sepanjang 6.405 km (3.980 mil). Pelabuhan utama Iran ialah pelabuhan Bandar Abbas yang terletak di Selat Hormuz. Pelabuhan ini dihubungkan dengan sistem jalan raya dan jalan kereta api untuk pengangkutan kargo. Jaringan kereta api Tehran-Bandar Abbas dibangun pada 1995 yang menghubungkan Bandar Abbas dengan seluruh Iran dan Asia Tengah melewati Tehran dan Mashad. Pelabuhan-pelabuhan lain ialah pelabuhan Bandar Anzali di Laut Kaspia, pelabuhan Bandar Turkmen juga berhadapan dengan Laut Kaspia, dan pelabuhan korramshahr dan pelabuhan Bandar Khomeyni di Teluk Parsi. Kota-kota utama di Iran juga dihubungkan dengan Pengangkutan Udara. Iran Air adalah maskapai penerbangan kebangsaan Iran yang bertanggung jawab dalam pengangkutan udara di Iran dan luar Iran. Sistem transit pula terdapat di semua bandar-bandar utama sedangkan Tehran, Mashad, Shiraz, Tabriz, Ahwaz dan Isfahan sedang dalam proses membangun jalan kereta api bawah tanah.
Pembagian administrasiIran terbagi atas tiga puluh provinsi yang diperintah seorang gubernur (استاندار, ostāndār). Peta di sebelah tidak menunjukkan provinsi Hormozgan, (#20 di dalam daftar) yang merupakan sebuah pulau:
1. Tehran
2. Qom
3. Markazi
4. Qazvin
5. Gīlān
6. Ardabil
7. Zanjan
8. Azarbaijan Timur
9. Azarbaijan Barat
10. Kurdistan
11. Hamadān
12. Kermanshah
13. Īlām
14. Lorestān
15. Khūzestān
16. Chaharmahal dan Bakhtiari
17. Kohgiluyeh dan Boyer-Ahmad
18. Bushehr
19. Fārs
20. Hormozgān
21. Sistan dan Baluchestan
22. Kermān
23. Yazd
24. Isfahan
25. Semnān
26. Māzandarān
27. Golestān
28. Khorasan Utara
29. Razavi Khorasan
30. Khorasan Selatan
Demografi Iran
Persebaran agama di Iran.Iran adalah sebuah negara yang berbilang suku dan agama. Etnik mayoritas ialah etnik Persia (51% dari rakyatnya,) dan 70% rakyatnya adalah bangsa Iran, keturunan orang Arya. Kebanyakan penduduk Iran bertutur dalam bahasa yang tergolong dalam keluarga Bahasa Iran, termasuk bahasa Persia. Kumpulan minoritas Iran ialah Azeri (24%), Gilaki dan Mazandarani (8%), Kurdi (7%), Arab (3%), Baluchi (2%) Lur (2%) Turkmen (2%), dan juga suku-suku lain (1%). Penutur ibu Bahasa Iran diperkirakan sebanyak 40 juta di Iran, dan jumlah keseluruhannya (merangkumi negara-negara lain) adalah 150-200 juta.
Penduduk Iran pada tahun 2006 ialah 70 juta. Sebanyak dua pertiga jumlah penduduknya di bawah umur 30 tahun dan persenan penduduk yang melek huruf 86%. Tingkat pertambahan penduduknya semenjak setengah abad yang lalu tinggi dan diperkirakan akan menurun di masa depan.
Kebanyakan penduduk Iran adalah muslim, di mana 90% Syiah dan 8% Sunnah Wal Jamaah. 2% lagi adalah penganut agama Zoroastrianisme, Yahudi dan Kristen. Zoroastrianisme, Yahudi dan Kristian diakui oleh pemerintah Iran dan turut mempunyai perwakilan di parlemen. Agama Baha'i tidak diakui oleh Republik Islam Iran.
Kota-kota utamaIran mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk di kawasan kota tertinggi di dunia. Dari tahun 1950 hingga tahun 2002, persenan penduduk kota meningkat dari 27% hingga 60%. PBB memperkirakan pada tahun 2030, populasi di kota akan mencapai 80% dari jumlah keseluruhan penduduk Iran[2]. Tumpuan migrasi dalam negeri pula ialah Teheran yang merupakan kota terbesar di Iran. Teheran mempunyai penduduk sebanyak 7.160.094 dan kawasan metropolisnya pula sebanyak 14 juta. Kebanyakan industri Iran bertumpu di kota ini. Di antaranya ialah industri otomobil, elektronik dan listrik, pembuatan senjata api, tekstil, dan industri kimia. Berikut adalah 8 kota terbesar Iran beserta jumlah penduduknya.
Militer Iran
Militer Iran terbagi atas dua pasukan yaitu pasukan militer negara dan pasukan militer revolusi. Pasukan militer revolusi berjumlah 545.000 jiwa. Kedua-dua pasukan bersenjata ini dibawah kendali Menteri Pertahanan dan Logistik Pasukan Bersenjata Iran.
Tentara nasional Iran mempunyai 420.000 prajurit yang terbagi atas tiga angkatan utama yaitu Angkatan Darat Iran sebanyak 350.000 pasukan, Angkatan Laut Iran sebanyak 18.000 pasukan dan Angkatan Udara Iran sebanyak 52.000 pasukan.Angkatan revolusi mempunyai 125.000 pegawai yang terbagi atas lima cabang yaitu Pasukan Qods (pasukan khusus), Basij (paramiliter), Angkatan Laut Revolusi, Angkatan Udara Revolusi dan Angkatan Darat Revolusi.
Angkatan Basij adalah tentara paramiliter yang mempunyai anggota penuh 90.000 prajurit dan juga 30.000 prajurit cadangan ditambah dengan 11 juta pria dan wanita yang dapat dimobilisasi.
Kekuatan tentara Iran dirahasiakan dari pengetahuan umum. Namun, pada beberapa tahun terakhir, Iran mengumumkan pembangunan beberapa senjata seperti peluru kendali Fajr-3, peluru kendali Kowsar, peluru kendali Fateh-110, peluru kendali Shahab-3 dan beberapa pembangunan jentera militer.
Peluru kendali Fajr-3 berada di antara pembangunan militer Iran yang paling canggih saat ini, yang dibuat di Iran sendiri dan menggunakan bendalir minyak untuk pembakaran bahan api. Julat peluru kendali ini dirahasiakan.
Budaya Iran
Iran mempunyai sejarah yang panjang dalam kesenian, musik, puisi, filsafat dan ideologi.
Kebudayaan Iran telah lama memengaruhi kebudayaan-kebudayaan lain di Timur Tengah dan Asia Tengah. Malahan, Bahasa Persia merupakan bahasa intelektual selama milenium kedua Masehi. Kebanyakan hasil tulisan Persia diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab semasa kekholifahan Islam. Pada zaman awal Islam di Persia, kebanyakan karya Persia ditulis dalam Bahasa Arab. Tetapi, ketika zaman pemerintahan Umayyah, orang-orang Persia ditindas oleh bangsa Arab. Ini menyebabkan banyak tokoh intelektual Persia mulai menggunakan bahasa Persia dalam tulisan mereka. Salah satu karya ini ialah kitab Shahnameh hasil tulisan Ferdowsi, sebuah karya mengenai sejarah negara Iran.
Kesusasteraan Iran juga tidak kurang hebatnya. Sastrawan Iran yang terkenal ialah Rumi dan Saadi. Mereka merupakan ahli Sufi dan banyak menyumbang dalam puisi-puisi Sufi.
Imam Hasan as Lahir
Imam Hasan as Lahir
Tanggal 15 Ramadhan tahun ketiga Hijriah, Imam Hasan al-Mujtaba, cucu pertama Rasul Saw lahir ke dunia. Beliau hidup di bawah bimbingan Nabi, ibunya Sayidah Fatimah dan ayahnya Imam Ali bin Abi Thalib as. Setelah ayahnya syahid pada bulan Ramadhan tahun 40 Hijriah, Imam Hasan as memegang amanat imamah dan kepemimpinan atas umat. Beliau sempat menjabat sebagai khalifah setelah dibaiat oleh para pengikut ayahnya. Saat itu, permusuhan Muawiyah dengan Ali dan keluarganya masih tetap membara.
Imam Hasan telah mengerahkan pasukannya untuk berperang melawan Muawiyah. Namun makar busuk dan politik jahat yang dimainkan oleh Muawiyah telah berhasil membuat sejumlah besar pasukan dan komandan militer Imam Hasan meninggalkan beliau seorang diri. Akhirnya putra Ali ini terpaksa menandatangani perjanjian damai dengan Muawiyah. Perjanjian itu sekaligus mengakhiri khilafah beliau. Manusia suci ini pernah mengatakan, "Aku heran dengan orang yang memikirkan makanan jasmaninya tetapi melalaikan makanan ruhaninya."
Gulistan Saadi; Sumber Kearifan Dari Timur
Sa'di dari Syiraz adalah salah seorang di antara beberapa penyair Persia paling terkemuka. Karya-karyanya dibaca luas dan dikagumi baik di Timur maupun Barat selama berabad-abad sampai kini. Dari dua puluh karyanya Gulistan (Taman Bunga) merupakan karyanya yang paling populer di Persia di samping Bustan. Dia hidup sezaman dengan Jalaluddin Rumi. (1207-1273 M), penyair sufi Persia yang dianggap terbesar.
Abad ke-13 M, zaman ketika dua penyair besar itu hidup, merupakan zaman yang dilanda berbagai kesukaran dan bencana. Dua perang besar telah memporak-porandakan negeri-negeri Islam, termasuk Persia. Yang pertama ialah perang Salib yang meletus dalam beberapa gelombang dari abad ke-11 sampai akhir abad ke-13 M, dan yang kedua ialah serbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan dan Hulagu Khan yang terjadi secara beruntun. Sejak 1220 M sampai penghancuran Bagdad, ibukota kekhalifatan Abbasiyah, pada tahun 1256 M. Sa'di sendiri pernah ditawan oleh tentara Salib sebagaimana dituturkan dalam kisah 31 bab II Gulistan. Begitu pula dia menyaksikan dua kali kekejaman tentara Mongol, pertama ketika mereka menduduki propinsi Fars pada tahun 1226 M, sebagaimana dituturkan dalam pendahuluan bukunya itu.
Yang kedua Sa'di sedang berada di kota Bagdad ketika tentara Mongol menyerbu dan menghancurkan kota itu pada tahun 1256 M. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kekejaman tentar Hulagu Khan. Adalah suatu keajaiban saja yang membuatnya selamat dari cengkeraman pasukan Mongol. Dalam sebuah sajak panjang, dia menuturkan bagaimana tentara Hulagu Khan membunuh dan memotong kepala ribuan lelaki dan wanita, anak-anak dan orang dewasa, kemudian menumpuk bangkai mereka hingga menjelma sebuah bukit. Juga dituturkan bagaimana mereka menghancurkan istana, masjid, gereja, sinagog, madrasah, universitas dan perpustakaan-perpustakaan yang banyak terdapat di kota Bagdad. Jutaan buku pengetahuan yang dikumpulkan selama berabad-abad musnah seketika, dibakar dan dibuang ke sungai Trigis. Harta benda yang berharga, ribuan intan permata berharga dan berton-ton emas dijarah dan diangkut dengan ratusan gerobak. Setelah puas mereka berpesta pora. Ribuan wanita muda yang cantik dikumpulkan di lapangan dan diperkosa.
Namun segala bentuk kekacauan, bencana, keganasan dan penghancuran yang melanda negeri Islam itu tidak menghalangi bangkitnya semangat baru dalam jiwa kaum muslimin. Karya-karya besar di bidang sastra, pemikiran keagamaan dan tasawuf ditulis kembali. Dari rerontok peradaban yang luluh lantak disebabkan invasi tentara asing, sebuah peradaban baru dibangun kembali oleh umat Islam dengan susah payah.
Annemarie Schimmel menulis dalam kata pengantar bukunya The Triumphal Sun: A Study of the Work of Jalaluddin Rumi (1980:9) sebagai berikut: "Cukup mengherankan periode yang penuh bencana politik ini pada saat yang bersamaan merupakan periode yang penuh dengan kegiatan keagamaan dan tasawuf. Gelapnya kehidupan duniawi ditindakbalas dengan maraknya kegiatan spiritual yang entah apa sebabnya. Nama sejumlah penyair, sarjana, seniman kaligrafi terkemuka bermunculan, namun abad itu terutama sekali merupakan zaman pemuka tasawuf...pendek kata, hampir di setiap pelosok dunia Islam dijumpai wali-wali, guru kerohanian, penyair-penyair dan pemimpin besar ilmu tasawuf. Di tengah gelapnya kehidupan politik dan ekonomi, merek tampil membimbing khalayak ramai menuju dunia yang tidak terganggu oleh perubahan, menyampaikan kepada mereka rahasia cinta yang harus dicapai melalui penderitaan, dan mengajarkan bahwa kehendak Tuhan dan cinta-Nya dapat tersingkap melalui bencana dan kemalangan..."
Mungkin agak mengherankan di tengah krisis besar yang dihadapi masyarakatnya, Sa'di memberi judul yang romantik dari bukunya, Gulistan yang artinya Taman Bunga. Tetapi dalam tradisi sastra Islam Persia, yang sejak abad ke-12 M begitu diresapi pemikiran tasawuf, judul seperti itu mengandung makna simbolik yang dalam, bukan sekedar khayalan atau pun pelarian dari kenyataan hidup yang pahit.
Jika membaca dengan seksama bab-bab dalam Gulistan, sebagaimana juga bab-bab dalam Bustan, serta menyimak untaian kisah aneka ragam yang terdapat di dalamnya; kita akan memasuki pintu-pintu yang membuat iman dan cinta kita kembali hidup. Menurut Sa'di hanya melalui jalan cinta dan iman seseorang dapat memetik hikmah dan pengetahuan tertinggi, yang dengan itu seseorang memperoleh pencerahan dan menyaksikan luasnya kasih sayang Tuhan. Juga menurut Sa'di hanya melalui perbaikan pikiran dan moral, masyarakat yang sedang sakit disebabkan berbagai krisis dapat dipulihkan kembali menjadi masyarakat yang beradab dan bermartabat. Karena itu tidak mengherankan apabila dalam bab I Sa'di membahas akhlak-akhlak raja-raja, pemimpin dan para pembesar negeri, sedang dalam bab VIII yang meruapakan bab terakhir pengarang menguraikan manfaat pendidikan dan adab.
Sa'di sendiri menuturkan latar belakang penulisan bukunya itu dengan penuh kearifan. Katanya dalam Mukadimah Gulistan. "Aku berniat menulis kitab untuk menghibur mereka yang membacanya, dan sebagai pedoman bagi siapa saja yang menginginkan Tamang Bunga, Gulistan, yang daun-daunnya tak tersentuh kesewenang-wenangan pergantian musim, dan kecemerlangan sinarnya abadi, tak dapat dirubah oleh musim gugur." Selanjutnya Sa'di mengatakan, "Apa artinya seikat bunga untukmu? Ambillah sehelai daun dari Gulistan-taman bungaku. Sekuntum kembang biasanya hanya bertahan lima enam hari. Tetapi bunga-bunga dalam Gulistan akan senantiasa berkilauan cahayanya."
Dalam khazanah sastra Islam persia kepopuleran Gulistan tak dapat disangkal lagi, menyamai kepopuleran Syah Namah (1002 M) karya Ferdowsi, Mantiq al-Tayr karya Fariduddin al-Atthar (1127-1226 M) dan Matsnawi-i Ma'nawi karya Jalaluddin Rumi(1207-1273 M). Sebagai karya yang ditulis dalam campuran puisi dan prosa puisi, gaya dan susunan penulisannya tidak jauh berbeda dengan Mantiq al-Tayr (Musyawarah Burung) yang dimulai dengan pujian-pujian dan munajat panjang yang indah, suatu hal yang lazin dalam tradisi sastra Islam di mana pun. Corak penulisannya mengingatkan setidak-tidaknya pada tiga sumber; cerita berbingkai seperti Khalilah wa Dimnah karya Ibn al-Muqaffa' (w. 752 M) Maqamat (abad ke-10 M) karya Badi'uzzaman al-Hamadhani dan Mantiq al-Tayr.
Cerita berbingkai telah banyak diketahui, dalam suatu cerita terdapat banyak cerita, dan antara cerita-cerita yang ada di dalamnya dikaitkan oleh satu kepentingan. Maqamat di lain hal merupakan himpunan kisah-kisah pendek yang diselipi kearifan. Kisah-kisah itu biasanya ditulis berdasarkan kenyataan sosial yang dialami pengarang. Dalam Maqamat pengarang menghadirkan seorang narator sebagai tokoh sentral penyaji kisah. Setiap kisah sering diakhiri dengan bait-bait sajak yang mengandung renungan. Tetapi berbeda dengan cerita berbingkai, kisah-kisah dalam Maqamat dibiarkan tidak berhubungan satu dengan yang lain.
Sa'di dalam Gulistan menggabungkan kedua tradisi penulisan itu dan mengikat kisah-kisah di dalamnya dalam bingkai pemikiran sufi tentang pentingnya cinta dan adab dalam membangun masyarakat beriman. Seperti karya para penulis sufi – ambil contoh misalnya Mantiq al-Tayr al-Atthar dan Matsnawi-i Ma'nawi Rumi – pengarang menebarkan gagasannya dalam berbagai kisah dan untaian sajak. Kisah-kisah yang berbeda di dalamnya bisa berdiri sendiri, namun sebenarnya juga diikat oleh suatu kesatuan gagasan. Contoh serupa juga terdapat pada alegor-alegori sufistik Suhrawardi al-Maqtul, tokoh filsafat ‘Isyraqiyah abad ke-12 M.
Jika ditelusuri secara teliti pola penyampaian kisah semacam itu sebenarnya diilhami, terutama oleh pola pengisahan dalam al-Quran. Sebagai teks suci al-Quran memang tidak seperti karya satra yang lazim, khususnya struktur penyampaian kisah-kisah yang terdapat di dalamnya.
Dalam strukturnya al-Quran mencampur aspek-aspek pembicaraan dan pengisahan tentang peristiwa yang telah silam, sedang terjadi dan akan terjadi. Setiap ayat merupakan unit yang berdiri sendiri dan sekaligus saling berkaitan dengan unit yang lain.
Selain itu al-Quran mengandung banyak kisah dan alegori, yang masing-masing disampaikan secara khusus dan menarik. Kisah tentang tokoh yang sama, misalnya nabi-nabi sering ditebar dalam banyak ayat. Semua itu mendorong dan mengilhami lahirnya genre-genre baru dalam kesusastraan Islam baik dalam bahasa Arab, persia, Turki, Urdu, Shindi, Melayu, Swahili dan lain-lain. Ada kisah yang disampaikan secara ringkas, ada yang disampaikan agak panjang dan sangat panjang seperti kisah Nabi Yusuf as dalam surat Yusuf. Kisah Nabi Musa as yang sangat luas konteks dan moralnya ditebar dalam ayat dan surat yang berbeda-beda. Di antara konteks hikmah dan moralnya luas ialah kisah Nabi Musa as dalam surat a-Kahfi, yang di situ dia ditampilkan bersama guru rohaniahnya yang biasa dikenal sebagai Nabi Khaidir as.
Sa'di al-Syirazi – nama sebenarnya Musharifuddin bin Muslihuddin Abdullah – lahir pada tahun 1184 M di Syiraz, kota yang penuh dengan taman bunga yang indah di Iran, dan wafat pada tahun 1291 M di kota yang sama. Sejak abad ke-12 M sampai abad ke-19 M kota Syiraz merupakan salah satu pusat kebudayaan Islam yang penting di Persia. Banyak ilmuwan, sastrawan, ulama dan cendikiawan dilahirkan di situ. Yang masyhur di antaranya adalah Hafiz, penyair yang dikagumi di Timur maupun Barat. Takhallus atau nama gelarannya, yaitu Sa'di yang digunakan dalam karya-karyanya, diambil dari nama atabeq (gubernur) propinsi Fars, Abu Shuja' Sa'd bin Sangi (w. 1226) yang menjadi pelindungnya dan wafat ketika tentara Mongol menyerbu wilayah di timur laut Iran itu.
Sejak kecil Sa'di telah yatim. Ayahnya meninggal pada waktu dia berusia 6 tahun. Kesedihannya menjadi anak yatim dituturkan dalam sebuah sajaknya yang masyhur dan banyak dikutip orang. Sajak Sa'di itu misalnya dipahatkan pada batu nisan seorang muslimah Pasai di Aceh, yaitu Naina Husamuddin yang meninggal dunia pada akhir abad ke-14 hanya selisih seratus tahun setelah penyairnya meninggal dunia.
Sebagai anak yatim Sa'di terkenal tabah menghadapi berbagai kesukaran. Dia berjuang keras mendapat pendidikan terbaik pada zamannya. bersama ibunya, mula-mula dia mendapat perlindungan dari seorang pemimpin kabilah Arab yang dermawan. Setelah Sa'di besar, ayah angkatnya mengirim Sa'di ke Bagdad untuk melanjutkan pelajaran di Universitas nizamiyah yang terkenal dan didirikan para akhir abad ke-11 M oleh Nizam al-Mulk, seorang wazir terpandang pada masa pemerintahan Malik Syah dari Dinasti Saljug. Pada tahu 1210 dia memulai pengembaraannya ke Kasygar di Asia Tengah yang berbatasan dengan negeri Cina.
Di Bagdad dia menjadi anggota tarekat Qadiriyah dan berguru kepada sufi dan filosof terkemuka Syeikh Syihabuddin al-Suhrawardi (w. 1234 M). Sedangkan gurunya di Universitas Nizamiyah yang sangat dia kagumi ialah Syamsudin Abu al-Faraq ibn al-Jauzi, seorang ahli agama dan sarjana sastra yang terkenal. Kehidupannya bersama guru-gurunya itu direkam dalam Bustan.
Masa-masa hidup Sa'di selama di bawah lindungan pemimpin kabilah Arab sampai tahun 1226 M penuh ketenangan dan kebahagiaan. Tetapi sesudah itu, sampai pada tahun 1256 M, membentang masa-masa panjang penuh kesukaran. Hal ini terutama disebabkan peperangan dan penaklukan besar-besaran tentara Mongol terhadap hampir semua wilayah kaum muslimin. Ketika pasukan Mongol menyerbu Bagdad, Sa'di kebetulan sedang berada di kota itu. Setelah dapat menyelamatkan diri dia mengembara ke banyak negeri seperti Somnath, Punjab, Gujarat, Ghazna (semuanya di India) kemudian Balkh, Herat, Yaman, Hijaz, Yerusalem, Mesir, Maroko, Balkan, Mediteranian, Khasygar, Cina dan Anatolia (Turki sekarang). Jalan darat banyak yang dilalui dan jalan laut banyak pula yang dilayari.
Kadang-kadang selama pengembaraannya itu dia berpakaian sebagai seorang darwish (sufi pengembara) dan bercampur baur dengan rakyat jelata. Kadang-kadang berkumpul dengan para saudagar dan mengikuti kafilah di gurun pasir. Sa'di pernah pula bekerja sebagai tenaga kasar di kibbutz orang Yahudi dan pernah ditawan oleh tentara Perancis yang memimpin pasukan perang Salib di Yerusalem. Di India, dia pernah dikejar oleh para pencuri patung emas di candi Somnath.
Pada tahun 1256 M Sa'di kembali ke Syiraz dan memperoleh perlindungan dari Abu Bakar ibn Sa'd ibn Zangi, cucu pelindung Sa'di sebelumnya Abu Shuja' Sa'd ibn Zangi, yang menjadi atabeq propinsi Fars antara tahun 1231-1260 M. Di bawah lindungan atabeq muda ini Sa'di menyelesaikan dua karya masterpiece-nya Bustan dan Gulistan. Kedua karyanya itun dipersembahkan sebagai kenangan dan penghargaan kepada atabeq yang murah hati dan menghargai para seniman dan cendikiawan.
Sa'di meninggal dunia dalam usia yang sangat tua pada tahun 1291 M di Syiraz. Pada waktu itu sudah banyak bangsawan dan pemimpin bangsa Mongol memeluk agama Islam. Penguasa Mongol di Persia yang pertama kali memeluk agama Islam ialah sultan Ahmad Taqudar (1282-1284 M).
Pada tahun 1294 M, tiga tahun setelah Sa'di meninggal dunia seluruh orang Mongol di Persia dan Iraq memeluk agama Islam dengan dipelopori oleh pemimpin mereka yang saleh dan taat beribadah Sultan Ghazan (1294-1304 M) dan Uljaytu Khuda-Banda (1305-1316 M). Peranan ulama ahli tasawuf dan sastrawan sufi sangat besar dalam meyakinkan kebenaran risalah Islam kepada pemimpin Mongol.
Sebagai seorang terpelajar Sa'di juga mendalami tasawuf dan cenderung berpikiran sufistik. Namun berbeda dengan rekan-rekannya senegeri dan sezaman seperti jalaluddin Rumi, Ruzbihan al-Baqli dan lain-lain yang corak sufistik karya-karyanya sangat kental; Sa'di lebih menumpuhkan perhatian pada masalah etika atau filsafat moral. Pengalaman hidupnya yang pahit sangat mempengaruhi penulisan karya-karyanya. Dia banyak menyaksikan rakyat kebanyakan serta berbagai penyelewengan dan kezaliman penguasa yang otoriter. Dia juga sering menyaksikan peperangan yang ditimbulkan oleh ulah pemimpin yang rakus akan kekuasaan, yang membuat rakyat menderita. Walaupun demikian tema karya-karya Sa'di secara keseluruhan tetap memperlihatkan hubungan dengan gagasan para sufi.
Sa'di menulis tidak kurang dari 20 buku, di antaranya ialah Kulliyat (antologi prosa dan puisi) Pand-namah, Risalat, Bustan dan Gulistan. Para sarjana kesusastraan persia menyebutkan beberapa ciri karya Sa'di, khususnya Gulistan, sebagai berikut:
1. Karya sa'di merupakan untaian kisah-kisah perumpamaan yang disadur dari sumber-sumber al-Quran, sejarah Persia dan pengalaman pribadinya selama menjelajahi berbagai negeri. Ke dalam kisah-kisah yang ditulisnya itu Sa'di memasukkan hikmah, sindiran, ejekan (hija'), kriktik sosial dan sejenisnya yang ditujukan terutama kepada raja-raja, para menteri dan tokoh-tokoh masyarakat yang korup, dan tidak becus menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai pemimpin.
2. Dalam Gulistan terdapat banyak humor, suatu hal yang berbeda dengan karyanya terdahulu Bustan.
3. Karya Sa'di pada umumnya bercorak didaktis.
4. Semangat karyanya, khususnya Gulistan, romatik.
5. Nilai moral dan pesar kerohanian karya Sa'di didasarkan atas ajaran Islam, khususnya sebagaimana dikemukakan ahli tasawud dan ulama madzab Sunni. Jadi tidak didasarkan semata-mata atas imajinasinya.
Menurut Sa'di berbuat baik kepada sesama manusia, tanpa memandang warna kulit, ras dan agamanya yang dipeluknya, sebenarnya sama dengan menjalankan kewajiban agama. Nilai agama yang sebenarnya, menurutnya lagi, dijumpai dalam amal perbuatan seseorang di tengah pergaulan sosialnya, tidak semata-mata dalam untaian tasbih, sajadah dan jubah. Satu bait puisinya di bawah ini akan sukar dilupakan:
Segenap ras manusia adalah anggota sebuah keluarga besar
Di atas segalanya mereka berasal dari hakikat yang sama
Jika kau tak pernah merasakan derita orang yang tertindas dan teraniaya
Tidak patutlah kau disebut sebagai keturunan Adam
Karena bobot sastra dan kedalaman kandungan hikmahnya, karya Sa'di dikaji oleh banyak sarjana baik di negerinya sendiri, maupun di negeri lain di Timur maupun Barat. Dalam bukunya Grammar of The Persian Language (1824) Sir William Jones mengatakan bahwa Gulistan merupakan salah satu buku paling baik bagi mereka yang mempelajari bahasa Persia. Penyair-filosof Amerika terkemuka akhir abad ke-19 Ralph Waldo Emerson sangat mengagumi karya Sa'di, dan menyebutnya sebagai salah satu karya masterpiece dari Timur yang tak ada padanannya di Barat.
Setelah membaca terjemahan Gulistan dalam bahasa Inggris oleh francis Gladwin, Emerson mengatakan antara lain, "Walaupun sebagai penyair lirik tidak sekuat Hafiz, namun dia memikat dengan cara lain yaitu kecendikiaan, hikmah dan sentimen moralnya. Dia memiliki naluri mengajar pembacanya secara halus... Dia adalah penyair terkemuka tentang persahabatan yang hangat, cinta, rasa percaya diri yang mendalam dan ketulusan hati." Selanjutnya Emerson mengatakan, "Sa'di berarti keberuntungan. Dalam karyanya dia menekankan kesejagatan hukum moral." (lihat A. J. Arberry, Classical Persian Literature, London, 1958: 200-1).
Penyair Iran terkemuka awal abad ke-20, yang juga ahli sastra Persia, Muhammad Taqi Bahar mengemukakan bahwa karya-karya Sa'di sebelum Bustan dan Gulistan, kurang begitu orisinal dilihat dari gaya bahasa atau ungkapan estetik sastranya. Dalam Risalat misalnya, gaya beberapa penulis sufi Persia sebelumnya dan sezaman, seperti Khojeh Abdullah Anshari, Ali Utsman al-Hujwiri, Samsuddin Jawaini dan lain-lain. Bahkan bab lain Risalat mirip dengan gaya Rumi dalam Fihi Ma Fihi. Tetapi Gulistan, kata Taqi Bahar, benar-benar merupakan karya orisinil baik puitika dan estetika, maupun gagasan kerohanian dan moralnya.
Menurut Taqi Bahar, sebagai karangan prosa yang diselingi puisi, adalah satu tipe dengan Maqamat karya Hamidi dan Badiuzzaman al-Hamadhani. Sedangkan pola rima dan persajakannya mengingatkan pembaca pada pola rima ayat-ayat al-Quran. Menggarisbawahi pendapat Taqi Bahar, A.J.Arberry mengutip gaya bahasa Sa'di dalam kisah bab 35 bab I Gulistan.
Bataifa-yi buzurgan ba-kashri dar nishasta budam: zauraqi dar pay-i ma gharq shud : du baradar ba-girdabi dar uftadand : yaki az buzurgan gufi mallah-ra ki bigir inhar duvan-ra ki ba-har yaki panjah dinarat diham : mallah dar ab uftad : ta yaki-ra bi-rahanid digar halak shud : guftam baqiyat-i umrash mamanda bad az in sabab dar giriftan-i u ta'khir kard u dar an digar ta'jil : mallah bi khandid u gufi anchi tu gufti yaqin ast u dugar mail-i khatir ba-rahanidan-i in bishar bud ki vaqti dar biyabani manda budam u mara bar shuturi nishanda u zi dast-i an digar taziyana-i khvurda am dar tifli : gftam sadaqa'llahu man amila salihan fa-li-nafsihi wa-man asa'a fa-‘alaiha.
Aku sedang menumpang sebuah kapal bersama kumpulan orang-orang terhormat manakala sebuah sampan yang membawa dua orang kakak beradik nyaris karam dekat kami. Seorang dari kami menjanjikan saratus dinar kepada nelayan jika dapat menyelamatkan mereka berdua. Kukatakan pada si nelayan, "Dia takkan bertahan lama sebab kau terlambat menolong!"
Nelayan itu tersenyum, "Kau benar. Sesungguhnya aku lebih suka menolong orang ini, sebab saat aku tertinggal di gurun dulu, dia mendudukkan aku di punggung unta, sedangkan tangan orang yang satunya lagi mencambukku berkali-kali."
Ketika aku masih teringat kata-kata hikmah, "Siapa saja yang melakukan kebajikan samalah dia dengan menyelamatkan jiwanya sendiri dan siapa saja yang melakukan kejahatan dia akan mendapatkan ganjaran pula."
Pada akhirnya akan kami akhiri tulisan ini dengan terjemahan salah satu sajak Sa'di yang terpahat pada batu nisan makam Naina Husamuddin di Pasai yang wafat pada akhir abad ke-14 M sebagaimana telah dikemukakan.
Ini untuk sedekar menunjukkan bahwa enam abad yang silam terdapat kemunitas Muslim Nusantara yang telah mengapresiasi karya-karya agung sastrawan Muslim Persia, khususnya Sa'di:
Tak terhitung tahun-tahun melewati bumi kita
Bagaimana mata air mengalir dan hembusan angin
Apabila hidup hanya himpunan hari-hari manusia
Mengapa yang singgah sesaat di bumi ini angkuh dan sombong?
Sahabat, jika kau melalui makam seorang musuh
Janganlah bergembira, sebab hal serupa akan menimpa dirimu juga
Wahai kau yang bercelak mata kesombongan, debu ‘kan menyusup'
Merasuki tulang belulang bagaikan pupur dan bedak
Memasuki kotak tempat penyimpanannya.
Siapa pun yang pada hari ini bersombong dengan hiasan bajunya
Kelak debu tubuhnya yang terbujur hanya tinggal menguap.
-- Dunia ini penuh persaingan sengit, sedikit kasih saya dijumpa –
Ketika ia sadar bahwa seluruh peristiwa yang dilaluinya pergi
Baru diketahuinya bahwa ia pergi meninggalkan dirinya yang tak berdaya.
-- Demikian keadaan jasad itu sesungguhnya:
Tak ada yang menolongnya selain amal saleh,
karena itu
Di bawah naungan Tuhan Yang Maha Pengasih
Sa'di berlindung!
Pada batu nisan yang sama terpahat sebuah ayat al-Quran surat al-Baqarah 256, yang artinya kurang lebih: "Telaj jelas jalan yang benar di sisi jalan yang salah. Karena itu siapa saja yang mengingkari Thagut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang pada tali Allah..."
Akhirul kalam, dengan segala kekurangannya terjemahan karya Sa'di yang tersaji di hadapan pembaca niscaya bermanfaat sebagai wacana dan bahan renungan. Ia merupakan salah satu contoh saja dari banyak karya penulis Muslim yang relevan, yang juga merupakan salah satu sumber penting dari kearifan Timur yang tak ternilai harganya. Sebagai karya sastra, wawasan estetika yang dituangkan dalam Gulistan, merupakan sumber penting rujukan bagi mereka yang ingin mengetahui apa dan bagaimana kesusastraan Islam. (IRIB Indonesia)
Sumber: Pengantar Gulistan, Taman Kearifan dari Timur, Navila, Cet 2, 2002.
Agama dan Kebangkitan Kontemporer
Para pemimpin agama dari 14 negara dunia berkumpul di Ibukota Iran, Tehran pada 30 April hingga 1 Mei 2012 untuk mendiskusikan peran tokoh agama dalam kebangkitan kontemporer. Konferensi internasional ini mengusung tema "Agama dan Kebangkitan Kontemporer" dan menghadirkan sejumlah tokoh, pemikir, dan cendekiawan dari Syiah, Sunni, Kristen, Yahudi, Hindu dan Budha.
Sekretaris konferensi, Mohammadreza Dehshiri mengatakan, konferensi itu bertujuan mendorong para pemimpin agama untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat. Dehshiri menuturkan bahwa fokus utama pertemuan itu adalah peran pemimpin agama dalam kebangkitan kontemporer bangsa dan menyerukan peningkatan peran mereka di tengah masyarakat. Dia menambahkan, gerakan kontemporer memerlukan pemimpin agama dan agama dapat memainkan peran cukup konstruktif dalam mencerahkan masyarakat dan menyelesaikan krisis dunia saat ini.
Sejumlah profesor, filusuf, dan tokoh dari Albania, Yunani, Jerman, Vatikan, Kanada, dan Amerika Serikat berpartisipasi dalam konferensi tersebut. Selain mereka, pertemuan itu juga menghadirkan kepala studi Budha dari Thailand dan pemimpin agama dari Ethiopia, Sudan, Lebanon, dan Pakistan. Topik utama yang dibahas dalam konferensi ini antara lain, "Peran Pendidikan dan Ajaran Agama; Melampaui Kebangkitan Pikiran dan Hati Nurani Manusia", "Peran Pengikut Agama dalam Pembangunan dan Kebangkitan di Dunia", "Identitas dan Kualitas Gerakan Kepemimpinan" dan juga tema-tema seputar tantangan masa depan dan isu-isu kekinian.
Kata kebangkitan memiliki konsep yang sangat luas. Dari segi etimologi, kebangkitan berarti mulai sadar dan tercerahkan. Akan tetapi, konsep universal kebangkitan adalah kebangkitan akal, kesadaran manusia, upaya untuk menyadarkan seluruh masyarakat, dan membebaskan umat manusia dari kekangan para tiran.
Ketika Nabi Muhammad Saw diutus dengan membawa pesan iqra (bacalah), sejak hari itu Rasul Saw menjadikan kebangkitan pikiran dan hati sebagai landasan dakwahnya. Beliau membebaskan umat manusia dari kebodohan, kelalaian, dan penghambaan kepada berhala. Tak lama setelah itu, obor dakwah Rasul Saw berhasil menerangi belahan timur dan barat bumi.
Gerakan kebangkitan dan pencerahan mengalami pasang surat di tengah berbagai komunitas. Kemuliaan dan kehormatan akan diperoleh oleh manusia setiap kali mereka mampu menjaga identitas, independensi, dan kesadarannya. Namun, setiap kali masyarakat terjebak dalam dekadensi pemikiran dan kelalaian dari nilai-nilai kemanusiaan, maka mereka akan merasa asing dan tidak mandiri.
Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam (FIPMI), Ayatullah Muhammad Ali Taskhiri dalam konferensi tersebut, mengatakan, "Jika manusia telah jauh dari cahaya iman dan menganggap nilai-nilai semu sebagai hal yang mutlak, maka ia seperti telah tertidur pulas dan tak sadarkan diri. Begitu juga, ketika seseorang meyakini nilai-nilai relatif, maka ia telah kehilangan kesadaran dan stagnan dan bahkan menganggap nilai-nilai relatif itu lebih tinggi kedudukannya dari nilai-nilai mutlak."
Ayatullah Taskhiri menilai kondisi itu semacam penyakit dan mengatakan bahwa setiap tindakan kriminal yang terjadi sepanjang sejarah terkait erat dengan hawa nafsu dan kelalaian. Manusia dalam kondisi seperti itu dapat disebut mati. Allah Swt mengutus para Nabi as untuk menyelematkan manusia dari kelalaian dan menyadarkan mereka. Para pemimpin agama juga bertugas untuk menyelamatkan manusia dari faktor-faktor yang mendorong terjadinya kejahatan dan kriminalitas.
Parapemimpin agama dan orang-orang bijak memiliki peran sifnifikan dalam menghidupkan pemikiran dan nilai-nilai religius serta kebangkitan akal. Dapat dikatakan bahwa usaha dan perjuangan para pemikir telah menciptakan peluang bagi lahirnya Kebangkitan Islam pada masa sekarang. Salah satu hasil gemilang perjuangan itu adalah kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Kemenangan ini telah meningkatkan kepecayaan Muslim terhadap kekuatan kepemimpinan dalam Islam. Mereka percaya bahwa jika pemikiran dan tindakan didasari pada ajaran-ajaran Islam, maka era keterpurukan akan berakhir dan kemenangan akan diraih.
Kebanyakan pengamat politik meyakini bahwa kemenangan Revolusi Islam telah melahirkan kembali Kebangkitan Islam. Agama suci ini lahir dengan semangat baru dan jauh dari kerangka kepartaian dan gerakan-gerakan politik yang sempit. Republik Islam Iran selain memainkan peran penting dalam mengarahkan kebangkitan dan menghidupkan pemikiran Islam, juga aktif melawan gerakan-gerakan menyimpang dan mengambil langkah-langkah efektif. Sejauh ini, Iran telah menggelar berbagai konferensi dan seminar untuk mengkaji pemikiran para ilmuwan dunia guna memperkaya pandangan-pandangannya.
Ketua Lembaga Budaya dan Hubungan Islam Iran, Doktor Mohammad Khurram Shad mengumumkan bahwa konferensi itu bertujuan untuk mendekatkan pemikiran dan dialog dalam nuansa Kebangkitan Islam dan kebangkitan dunia dengan berpijak pada unsur-unsur agama. Menurutnya, tema konferensi tersebut menekankan pada kebangkitan universal. Dari segi geografi, gerakan-gerakan global tentu saja lebih luas dari wilayah Kebangkitan Islam dan dapat berperan efektif untuk meredam radikalisme agama serta menciptakan kesepahaman nyata dan berkelanjutan di antara para pemeluk agama.
Khurram Shad seraya menilai kebangkitan global adalah kembali kepada agama, mengatakan agama adalah sebuah realita yang melampaui sejarah, budaya, zaman, dan tempat. Isu utama yang menjadi fokus kebangkitan kontemporer adalah kembali kepada Tuhan dan nilai-nilai Ilahi. Ini adalah sesuatu yang diperintahkan oleh ayat-ayat al-Quran kepada manusia yaitu, menghambakan diri kepada Tuhan, menjauhi penghambaan kepada selain-Nya, mensucikan diri, dan mematahkan rantai-rantai perbudakan yang membelenggu umat manusia. Risalah seluruh Nabi as adalah menyeru untuk menyembah Tuhan dan tidak tunduk pada tiran.
Sementara itu, peserta dari Amerika Serikat dalam pidatonya, menilai rasa saling percaya dan sikap menghormati sebagai kebutuhan dialog antar-agama agar berjalan sukses. Charles Randall Paulus, Presiden Yayasan Diplomasi Antar Agama, yang berbasis di AS menggarisbawahi keterbukaan pikiran untuk menerima kritik yang jujur sebagai bagianpenting dari dialog antar-agama. Ditambahkannya, "Visi kami adalah untuk menciptakan persahabatan antara pengikut agama yang berbeda dan untuk mewujudkan kepercayaan antara kelompok yang berseberangan."
Randall Paulus berkata, "Setiap interaksi manusia memiliki unsur keinginan bahwa orang lain menanggapi Anda dengan cara yang baru. Persuasi ini mungkin berpusat pada kebenaran pandangan keagamaan seseorang." Ketika berbicara tentang dakwah, Randall Paulus menuturkan, dakwah adalah deskripsi yang jujur dari keyakinan terdalam Anda, yang Anda sampaikan kepada orang lain.
Deklarasi konferensi itu menyebutkan bahwa kebangkitan sosial yang terjadi hari ini di berbagai negara mengindikasikan perubahan mendasar dalam kecenderungan dan tuntutan manusia modern di bidang politik, sosial, dan ekonomi. Peserta konferensi juga menilai adanya keselarasan antara gerakan-gerakan kebangkitan kontemporer dan tujuan-tujuan ajaran agama seperti, keadilan, kemuliaan manusia, dan perang melawan penindasan. Pertemuan tersebut menyeru para pemimpin agama, pemikir, dan pemeluk agama untuk melaksanakan tanggung jawabnya dan mengadopsi nilai-nilai spiritual untuk diterapkan dalam kehidupan sosial dan individual. (IRIB Indonesia/IRIB)
Hak-Hak Perempuan dalam Prespektif Syia
Perempuan sepanjang sejarah menjadi salah satu pilar paling penting bagi berdirinya tonggak keluarga dan juga masyarakat. Namun lembaran sejarah menunjukkan kepada kita bahwa perempuan acapkali menjadi korban, mereka mengalami berbagai tekanan dan penderitaan bertubi-tubi. Hingga kini, kita menemukan realitas pahit yang menyesakkan dada tentang kondisi perempuan di era modern. Kini, perempuan menjadi komoditas industri, di saat kaum feminis dengan lantang menyuarakan kesetaraan gender.
Seiring perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat, perempuan masih belum mendapatkan hak-hak perempuan di berbagai bidang. Tampaknya banyak faktor yang menyebabkan demikian. Secara umum terdapat dua faktor yaitu faktor natural dan faktor sosial. Namun ada juga yang meyakini faktor budaya sebagai pemicunya.
Dewasa ini kondisi budaya dan sosial merupakan faktor penting yang mempengaruhi masalah perempuan. Bila dikaji lebih jauh, terdapat berbagai teori mengenai hak-hak perempuan yang terkadang saling bertentangan. Misalnya, Feminisme memiliki pandangan ekstrim tentang hak-hak perempuan. Kaum Feminis menyuarakan isu kesetaraan gender. Untuk mewujudkannya itu, mereka menuntut perubahan struktur masyarakat. Perubahan struktural tersebut melabrak seluruh ketentuan agama, dan norma-norma budaya dan sosial masyarakat. Tanpa mengindahkan karakteristik khusus yang dimiliki perempuan dan laki-laki, Feminisme menyerukan persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.
Tampaknya, terdapat perbedaan pendapat di antara para ilmuwan. Sebagian pemikir Feminis berpendapat bahwa tidak ada perbedaan apapun antara lelaki dan perempuan selain perbedaan biologis. Menurut mereka, kejiwaan dan perilaku lelaki dan perempuan terbentuk berdasarkan lingkungan dan tak ada kaitannya dengan masalah biologis.
Sebaliknya, kebanyakan psikolog menyatakan adanya perbedaan mendasar dalam kejiwaan lelaki dan perempuan. Profesor Rick, seorang psikolog Amerika berkata: "Dunia lelaki dan dunia perempuan secara total benar-benar berbeda. Lelaki dengan karakteristik fisik dan psikologisnya berbeda dengan perempuan dalam merespon dan menyikapi berbagai peristiwa dalam kehidupan. Lelaki dan perempuan berdasarkan tuntutan gendernya tidak berprilaku sama. Tepatnya mereka seperti dua bintang yang berputar di dua jalur yang berbeda. Ya, mereka dapat saling mengerti dan memahami satu sama lain. Namun mereka jelas tidak sama.
Al-Quran memiliki prinsip tersendiri mengenai struktur sosial masyarakat. Secara natural, laki-laki dan perempuan memiliki persamaan dan juga perbedaan. Secara substansial, dari sisi tujuan penciptaan pada dasarnya perempuan dan laki-laki itu sama yaitu untuk beribadah kepada Allah swt. Dalam Islam diakui bahwa lelaki dan perempuan memiliki satu hakikat yang sama dan tidak ada berbedaan antara keduanya.
Perbedaan fisik dan lainnya pada lelaki dan perempuan bukan perbedaan esensial. Al-Qur'an menyatakan bahwa tujuan diciptakannya manusia baik lelaki maupun perempuan adalah beribadah kepada-Nya. Ia berfirman: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Al-Dzaariyaat [51]:56)
Dalam pandangan al-Quran, peran perempuan di ranah sosial dan ekonomi harus sesuai dengan fitrah penciptaanya. Islam memandang perempuan sebagaimana laki-laki memiliki kedudukan istimewa di tengah masyarakat. Agama ilahi ini tidak pernah melarang perempuan menjalankan aktivitas sosial.
Al-Quran menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama sebagaimana dijelaskan dalam surat at-taubah ayat 71, "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Ayat ini menjelaskan bahwa perempuan juga memiliki tanggung jawab sosial yang besar. Dengan demikian, perempuan pun memiliki tanggung jawab di bidang amr maruf dan nahi munkar.
Sejarah menunjukkan bahwa Rasulullah Saw juga menerima baiat dari perempuan. Fakta ini menunjukkan bahwa kaum muslimah sejak dahulu kala memainkan peran penting di tengah masyarakat. Pada hari Ghadir, ketika Rasulullah Saw menjadikan Imam Ali sebagai walinya, para sahabat termasuk kaum perempuan juga berbaiat kepada Imam Ali.
Lembaran sejarah juga menunjukkan peran signifikan perempuan di ranah sosial politik sejak hijrah dari Mekah ke Madinah. Bersama Rasulullah Saw mereka berjuang membela agama Islam. Dalam sejarah ada tokoh-tokoh Muslimah sahabat Rasulullah yang rela mengorbankan nyawanya demi tegaknya agama Islam seperti Summayah.
Sejarah Islam juga dengan terang benderang menjelaskan kehidupan wanita paling mulia di dunia, yaitu Sayidah Fatimah as. Kehidupannya merupakan model terbaik bagi kaum wanita. Selain menjalankan peran terbaiknya dalam keluarga, pendidikan anak-anaknya dan ibadah, Sayidah Fatimah juga menyampaikan kebenaran secara berani dalam khutbahnya yang sangat terkenal.(IRIB Indonesia)