کمالوندی

کمالوندی

Kamis, 23 Januari 2020 15:21

Mengenal Para Ulama Besar Syiah

 

Setelah Imam Mahdi as memasuki periode keghaiban panjang, muncul ribuan faqih dan ulama besar di kalangan Syiah untuk memberikan pencerahan dan membimbing masyarakat ke jalan Allah Swt.

Sejarah kehidupan dan perjuangan ilmiah mereka cukup menarik untuk disimak. Pada seri acara ini, kita akan menelusuri sejarah para ulama besar, kegiatan ilmiah mereka, karya-karyanya, dan kiprah mereka dalam menyebarkan ajaran agama. Selain itu, kita juga akan mempelajari tentang kepribadian dan kehidupan irfani mereka.

Dalam budaya Islam, para ilmuwan dan ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia. Rasulullah Saw – utusan terakhir dan penghulu para nabi – menyebut ulama sebagai pelita bumi dan pewaris para nabi.

Islam adalah agama langit yang terakhir dan setelah Muhammad Saw, tidak ada lagi nabi baru yang diutus oleh Allah Swt, karena manusia telah mencapai sebuah fase dari perkembangan dan kesempurnaan. Mereka menerima ajaran agama untuk kebahagiaan abadi dari Rasulullah Saw dan menjaganya sebagai sebuah warisan yang berharga.

Rasulullah Saw – sebagai hamba Allah Swt – telah menjalani kehidupan untuk beberapa saat di dunia ini dan kemudian dipanggil menghadap Sang Kuasa, tapi ajaran Islam harus tetap hidup sampai hari terakhir kehidupan umat manusia di bumi ini.

Keberadaan para imam maksum dari keturunan Rasulullah Saw – lebih dari dua abad setelah kemunculan Islam – telah menyebabkan pertumbuhan dan penyebaran ajaran Islam. Mereka menjaga Islam dari berbagai terjangan badai fitnah, nifak, dan penyimpangan. Para imam maksum mempersembahkan jiwa dan raganya untuk menjaga agama terakhir Ilahi ini.

Atas kehendak Allah, imam keduabelas (Imam Mahdi as) disembunyikan dari orang-orang sehingga tidak hanya manusia, tetapi alam penciptaan juga bisa tetap eksis dan jiwanya terselamatkan dari kejahatan para durjana.

Menurut sejumlah riwayat, alasan keghaiban Imam Mahdi as adalah bagian dari rahasia Allah yang akan diketahui setelah kemunculannya. Namun, ada beberapa alasan rasional yang disebutkan oleh riwayat seperti, untuk menguji masyarakat, memperlihatkan ketidakmampuan pemerintahan tiran dalam membahagiakan manusia, mendidik manusia, menjaga Imam sebagai perantaraan rahmat Ilahi, dan mempersiapkan dunia untuk mendirikan sebuah pemerintahan Ilahi yang adil.

Selama Imam Mahdi as menjalani fase keghaiban, para ulama yang bertakwa bertugas untuk menyebarluaskan Islam, menjelaskan persoalan agama, dan membimbing masyarakat. Berdasarkan banyak riwayat, kedudukan ulama di sisi Allah lebih tinggi daripada para nabi Bani Israil.

Ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah. Tuhan memperkenalkan orang-orang yang berilmu – setelah Dirinya dan para malaikat – sebagai pemberi kesaksian atas keesaan-Nya.

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali-Imran, ayat 18)

Di ayat tersebut, para pemilik ilmu yang bertauhid dan hatinya diterangi dengan cahaya iman, berada di urutan berikutnya setelah Tuhan dan para malaikat. Para imam maksum juga mengisyaratkan mengenai peran penting ulama di masa kegaiban panjang.

Imam Ali al-Hadi as berkata, "Andaikan tidak terdapat seorang ulama setelah kegaiban pemimpin kalian yang menyeru kepada-Nya, membimbing ke arah-Nya, dan lebur pada agamanya dengan hujjah-hujjah Allah serta membela orang-orang yang lemah di antara manusia dari cengkraman iblis dan tipu dayanya, maka tidak tersisa seorang pun kecuali murtad dari agama Allah."

Ada banyak ayat dan riwayat yang menyeru manusia untuk mengenali dan mengikuti ulama. Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as berkata, "Allah Swt berfirman kepada Nabi Daniyal bahwa hamba-Ku yang paling dibenci di sisi-Ku adalah orang bodoh yang meremehkan hak orang alim dan tidak mengikutinya, dan hamba-Ku yang paling dicintai di sisi-Ku adalah orang bertakwa yang mengejar banyak pahala, bersama orang-orang alim, mengikuti orang-orang yang sabar, dan menerima orang-orang yang bijak."

Posisi istimewa yang diberikan Islam kepada ulama, bukan tanpa alasan. Berdasarkan kehendak Allah, Islam adalah agama terakhir yang membawa aturan yang paling sempurna untuk kebahagiaan manusia. Sepeninggal Nabi Muhammad Saw, agama ini melalui masa-masanya tanpa kehadiran seorang nabi pun dan untuk itu, ia membutuhkan kehadiran para ulama yang bisa menjawab tantangan dan tuntutan baru umat manusia.

Allah Swt melalui al-Quran, telah menjelaskan panduan umum dan kaidah yang tetap untuk kebahagiaan abadi manusia. Dengan merujuk ke sumber-sumber hukum agama, manusia diharapkan dapat menemukan landasan hukum untuk masalah-masalah parsial yang dihadapinya di berbagai bidang.

Upaya menyingkap landasan hukum ini disebut ijtihad yaitu usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ulama untuk mencapai suatu putusan (simpulan) hukum syar'i mengenai kasus yang penyelesaiannya belum tertera dalam al-Quran dan hadis.

Para ulama perlu menguasai sumber-sumber agama secara penuh untuk dapat melakukan ijtihad dan mengeluarkan sebuah hukum fikih. Mereka berjuang siang-malam untuk menjaga agama dan memberikan pencerahan kepada manusia.

Anda bisa mengikuti sejarah kehidupan para ulama besar Syiah dan kontribusi mereka di masyarakat di seri-seri berikutnya. 

 

Kepala Biro Politik Hamas, Palestina, Ismail Haniyeh, Minggu (19/1/2020) bertemu dengan Menteri Pertahanan Malaysia, Mohamad Sabu di Doha, Qatar.

ISNA (19/1) melaporkan, Ismail Haniyeh dan Mohamad Sabu dalam pertemuan itu membicarakan sejumlah masalah penting seputar hubungan bilateral kedua negara.

Dalam pertemuan itu Kepala Biro Politik Hamas juga mengapresiasi sikap pemerintah Malaysia terkait perjuangan bangsa Palestina.

Menurut Haniyeh, peran rakyat Malaysia cukup besar dalam mengurangi blokade Jalur Gaza melalui banyak delegasi yang mengunjungi wilayah ini. 

 

Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh bertemu Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur.

Dalam lawatannya pada hari Selasa (21/1/2020), Haniyeh dan Mahathir bertukar pandangan seputar perkembangan di Palestina, dukungan untuk bangsa Palestina, dan cara-cara menghadapi tantantang yang dihadapi Palestina.

Haniyeh memulai tur ke luar negeri sejak pekan lalu. Ia telah berkunjung ke Mesir, Turki, dan kemudian Qatar. Dia juga datang ke Tehran untuk menyampaikan belasungkawa atas gugurnya Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani.

 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk keras serangan militer AS yang menewaskan Komandan Pasukan Quds Korp Garda Revolusi Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani bersama wakil komandan Al-Hashd al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis dan sejumlah orang lainnya.

Sekjen MUI, Anwar Abbas mengatakan, MUI mengutuk dengan keras pembunuhan terhadap Jenderal Iran, Qasem Soleimani yang tewas bersama pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, di Bandara Internasional Baghdad Irak yang diserang dengan rudal dari drone AS.

Menurut Anwar, serangan AS terhadap Soleimani akan memicu ketegangan dan ancaman baru, karena Iran tidak akan tinggal diam dan akan melancarkan pembalasan yang menimbulkan petaka besar.

"Pembunuhan yang dilakukan secara terencana oleh pemerintah AS ini tentu jelas akan memantik ketegangan dan ancaman baru karena jelas pemerintah Iran sebagai negara yang berdaulat tidak akan tinggal diam dan akan melakukan pembalasan terhadap apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah AS tersebut dengan caranya sendiri," ujar Anwar, dilansir situs Detik Sabtu (4/1/2020).

Bendahara Umum PP Muhamadiyah ini menyerukan supaya Amerika tidak menggunakan cara-cara kekerasan dan tidak beradab dalam menyelesaikan masalah, karena bisa menimbulkan masalah baru yang lebih rumit.

Langkah kekerasan yang dilakukan AS, tutur Anwar, selain tidak mudah untuk menyelesaikannya, juga berpotensi menyeret dan merusak kehidupan rakyat dan masyarakat di negara lain karena naiknya harga minyak dunia dan terganggunya perdagangan internasional.

Kamis, 23 Januari 2020 15:14

PBNU Kecam Pembunuhan Jenderal Soleimani

 

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini menanggapi terbunuhnya Komandan Quds Force Iran, Jenderal Qassem Soleimani oleh serangan roket yang ditembakkan secara sengaja oleh militer AS.

Bagi PBNU, tindakan AS dengan melakukan pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani adalah tindakan yang bertentangan dengan kemanusiaan, dan melanggar prinsip-prinsip perdamaian dunia.

"(Kami) mengecam keras tindakan Pemerintah AS bersama militernya yang dengan sengaja menembakkan roket yang menyebabkan gugurnya Jenderal Qassem Soleimani," kata dia dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Selasa (7/1).

Helmy meminta kapada komunitas internasional dan PBB untuk menyeru kepada AS agar bertindak secara rasional demi kepentingan perdamaian dunia. Termasuk segera tarik pasukan-pasukan AS di Timur Tengah dan berhenti membunuhi rakyat di wilayah tersebut," tuturnya.

Selain itu, Helmy juga mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan upaya-upaya bantuan penyelesaian konflik melalui PBB. Prinsip yang harus dipegang Indonesia harus objektif melihat persoalan ini.

"Dan juga kepada segenap masyarakat untuk bersikap tenang dan tidak terprovokasi sehingga terpancing melakukan tindakan yang semakin memperkeruh suasana," tutur dia.

Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj meminta agar pemerintah Indonesia tetap mengambil sikap non-blok terkait konflik Amerika Serikat dan Iran yang kembali mencuat pasca serangan tersebut.

"Kita harus tegas mengambil politik bebas aktif non- blok. Tidak boleh kita berpihak kepada siapapun. Itu urusan mereka. Menurut saya begitu," ujar Kiai Said.

Nahdlatul Ulama (NU).
Menurut dia, Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) sebenarnya telah mengupayakan agar Amerika Serikat dan Iran bisa damai. Namun, menurut dia, pada kenyataannya negara-negara di Timur Tengah tetap bergejolak sampai saat ini.

"Itu sebenarnya sudah diusahakan. Tapi ya itulah kenyataannya di Timur Tengah ini selalu bergejolak. Tapi kita prinsipnya Indonesia harus tetap objektif, non-blok, bebas aktif," ucap Kiai Said.

Menlu RI Temui Dubes AS dan Iran, Minta Semua Pihak Menahan Diri

Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno LP Marsudi bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat dan Iran. Pertemuan digelar secara terpisah.

Retno mengatakan pertemuan digelar untuk menyampaikan sikap Indonesia terkait hubungan Iran dan AS usai pembunuhan Mayor Jenderal Qasem Soleimani.

"Tadi saya memanggil Duta Besar Iran (Mohammad Azad) dan Amerika Serikat (Joseph R Donovan Jr). Saya menyampaikan pesan persahabatan," kata Retno di Jakarta, Senin 6 Januari 2020 seperti dikutip media Detiknews.

Retno meminta AS dan Iran menahan diri. Dia menyebut eskalasi dalam hubungan antara Iran dan AS tidak akan bermanfaat bagi siapapun malahan bakal memberi dampak pada ekonomi dunia.

Menurutnya, ini pesan yang disampaikan Indonesia dalam politik luar negeri Indonesia. 

 

Pasukan rezim Zionis Israel dikabarkan menggelar latihan militer di kota Haifa, utara Palestina pendudukan.

Seperti dilansir koran Yedioth Ahronoth, juru bicara militer Israel, Avichay Adraee mengatakan pelaksanaan latihan militer yang berakhir pada Rabu ini (22/1/2020) bertujuan untuk mempertahankan kesiapan tentara Israel pada 2020.

Dalam laporan militer rezim Zionis ke parlemen Knesset beberapa waktu lalu, disebutkan bahwa serangan potensial Hizbullah Lebanon ke gudang amonia di pelabuhan Haifa akan menewaskan sedikitnya ribuan warga Zionis.

Sementara itu, puluhan warga Israel terluka dalam serangan rudal pasukan perlawanan Palestina dari Gaza ke distrik Zionis di wilayah perbatasan Gaza. 

 

Anggota Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengatakan, hubungan Hamas dengan Republik Islam Iran sama sekali tidak berubah dan juga tidak akan berubah di masa depan.

Khalil al-Hayya, seperti dilaporkan televisi al-Alam, Rabu (22/1/2020) menambahkan, dukungan Iran terhadap poros perlawanan selalu berlanjut dan Letnan Jenderal Qasem Soleimani memainkan peran besar dalam hubungan baik Hamas dan Tehran.

Al-Hayya menjelaskan bahwa Hamas telah berubah menjadi bagian dari kebijakan anti-Amerika dan anti-Zionis, yang diadopsi Iran dan Hizbullah Lebanon.

"Hamas juga selalu berada di samping Iran pada masa-masa sulit dan tidak takut terhadap perimbangan politik di kawasan," ucapnya.

Di bagian lain, al-Hayya menegaskan jika rezim Zionis tidak mematuhi kesepakatan dengan Palestina pada tahun 2020, maka poros perlawanan akan memulai kembali serangan rudal ke Israel.

"Rezim Zionis menyetujui tuntutan-tuntutan Hamas secara lisan, tapi dalam praktiknya, mereka selalu melanggar kesepakatan dan memperketat blokade Gaza," ungkapnya. 

 

Sejumlah media Irak mengabarkan pengunduran diri penasihat Presiden Irak sebagai bentuk protes atas pertemuan Presiden Irak dengan Presiden Amerika Serikat di sela Forum Ekonomi Dunia, WEF di Davos, Swiss.

Fars News (22/1/2020) melaporkan, Ahmed Al Yasiri mengundurkan diri dari posisinya untuk memprotes pertemuan Presiden Irak Barham Salih dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Davos, Swiss.

Stasiun televisi Al Ahed dan Biladi Irak, Rabu (22/1) mengatakan alasan pengunduran Ahmed Al Yasiri adalah pertemuan Presiden Irak dengan sejawatnya dari Amerika di sela pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia, ke-15 di Davos.

Gelombang anti-Amerika meluas di Irak pasca serangan udara Amerika yang menyebabkan Letjen Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Hashd Al Shaabi, Abu Mahdi Al Muhandis, gugur di Baghdad. 

 

Anggota koalisi al-Fatah di parlemen Irak, Mohammad al-Baldawi mengatakan, "Aksi demo hari Jumat di Irak sebuah referendum rakyat menentang kehadiran Amerika di negara ini."

IRNA melaporkan, Mohammad al-Baldawi Kamis (23/01) seraya menjelaskan bahwa aksi demo Jumat (24/01) akan menunjukkan sikap rkayat Irak terkait kehadiran Amerika di wilayah negara mereka menambahkan, upaya Amerika untuk terus bercokol di Irak akan gagal.

Aksi demo Jumat (24/01) atas seruan tokoh dan kubu politik, agama dan nasional Irak akan digelar usai shalat Jumat di berbagai kota negara ini termasuk Baghdad.

Menyusul serangan teror Amerika di Baghdad pada Jumat (03/01) dini hari yang menggugurkan Komandan pasukan Quds IRGC Letjen Qasem Soleimani, Abu Mahdi al-Muhandi, wakil komandan Hashd al-Shaabi serta delapan orang lainnya, anggota parlemen Irak pada 5 Januari meratifikasi draf pengusiran militer Amerika dari wilayah negara ini.

Berbagai petinggi Irak termasuk Perdana Menteri Adil Abdul Mahdi pasca diratifikasinya draf ini oleh parlemen menekankan penarikan segera pasukan Amerika dari wilayah Irak. 

Kamis, 23 Januari 2020 15:10

AS, Aktor Pemicu Kekacauan di Kawasan

 

Wakil Tetap Iran untuk PBB, Majid Takht Ravanchi menilai petualangan militer AS di wilayah Asia Barat sebagai pemicu instabilitas, dan mengatakan contoh terbaru dari petualangan ini adalah teror terhadap Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani di dekat bandara Baghdad, Irak.

Dia menyampaikan hal itu dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, yang dilaksanakan pada hari Rabu (22/1/2020) untuk membahas situasi di Asia Barat dan Palestina.

"Aksi pengecut meneror Letjen Soleimani merupakan contoh nyata dari terorisme negara dan pelanggaran serius terhadap prinsip hukum internasional, yang menuntut tanggung jawab internasional Amerika," tegas Takht Ravanchi.

Petualangan Donald Trump telah menciptakan berbagai krisis di dunia dan dalam hal ini, wilayah Asia Barat sangat merasakan dampak dari manuver politik dan militer AS.

Kawasan ini terjebak dalam krisis akibat ulah AS menggunakan isu terorisme sebagai alat, menempatkan pasukan secara ilegal di Suriah dan Irak, memberikan dukungan militer dan politik secara mutlak kepada rezim Zionis, dan mengerahkan banyak pasukan ke Asia Barat.

AS pantas disebut sebagai pemicu kekacauan di Asia Barat karena mereka memberikan dukungan untuk kebijakan perang Israel di Palestina, mendukung kebijakan provokatif rezim-rezim Arab, melakukan intervensi terhadap proses demokratisasi di Irak, dan meneror petinggi militer Iran.

AS datang ke Asia Barat dengan klaim memerangi terorisme, memasuki wilayah Suriah dengan alasan menumpas Daesh, dan sekarang terbukti hanya untuk menguasai ladang minyak negara itu. Di Irak, AS mencegah terciptanya keamanan dan pembangunan di negara tersebut.

Kebijakan AS tidak menghadirkan sesuatu untuk bangsa-bangsa regional kecuali kekacauan dan instabilitas. Dengan demikian, cara paling efektif untuk memastikan perdamaian dan keamanan regional adalah mengusir pasukan AS dari kawasan penting ini.

Setelah meneror Letjen Soleimani, sekarang desakan untuk mengusir pasukan AS dari kawasan semakin nyaring terdengar. Dengan aksi terorismenya, masyarakat di negara-negara kawasan termasuk Irak, mulai mengenali wajah asli Amerika.

Kehadiran jutaan orang pada acara tasyi' jenazah Letjen Soleimani di Irak dan Iran serta acara duka yang digelar di negara-negara lain, merupakan sebuah momentum yang tepat untuk memenuhi tuntutan rakyat yaitu mengusir pasukan AS dari kawasan, dan sentimen anti-Amerika semakin meningkat dari sebelumnya.

Saat ini di kawasan dan dunia hanya sedikit orang yang percaya dengan klaim AS dalam masalah memerangi terorisme. Tuntutan bangsa-bangsa regional saat ini adalah mengusir pasukan AS dan ini menjadi satu-satunya cara untuk mengembalikan ketenangan dan stabilitas di kawasan ini.