Perundingan Nuklir Iran dan 5+1; Kesempatan dan Tantangan

Rate this item
(0 votes)

Menjelang putaran terbaru perundingan nuklir Iran dengan kelompok 5+1 (Amerika, Rusia, Cina, Inggris, Perancis dan Jerman), delegasi Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada hari Senin (12/5) melakukan pertemuan selama tiga jam. Pertemuan Iran dan IAEA sehari menjelang dimulainya putaran keempat perundingan Iran dan kelompok 5+1 dilakukan di Wina, Austria. Pertemuan ini sesuai dengan kesepakatan 7 butir dengan IAEA dalam kerangka rencana langkah bersama, sekaligus jawaban atas beberapa pertanyaan pendahuluan IAEA demi menuntaskan sejumlah keambiguan yang ada selama ini.

 

Mark Fitzpatrick, Direktur program larangan perluasan senjata nuklir di Institut Internasional Kajian Strategis meyakini kerjasama ini dari pihak Iran dan jawaban yang diberikan dapat mengakhiri segala klaim tentang aktivitas nuklir Iran.

 

Menyusul penandatanganan nota kesepakatan sementara bulan November, Iran dan kelompok 5+1  berusaha mencapai kesepakatan puncak hingga akhir bulan Juli. Sementara perundingan nuklir sejak hari Selasa di Wina akan memasuki babak baru dan kedua pihak akan memulai menyusun kesepakatan puncak itu. Tapi bersamaan dengan dimulainya babak baru perundingan ini, Laurent Fabius, Menteri Luar Negeri Perancis menyebut perundingan program nuklir Iran sangat sulit dan Perancis tetap bersikeras dengan pendapatnya.

 

Fabius yang tengah melakukan lawatan resmi ke Amerika, pada hari Senin dalam sebuah pidato di lembaga Yahudi Amerika di Washington mengulangi kembali pendapatnya. Ia mengatakan, "Sikap kami yang ada hubungannya dengan Iran sangat transparan. Boleh bagi energi nuklir untuk tujuan damai dan sama sekali tidak dengan bom atom." Perancis pada bulan November 2013 dengan sikap provokatif semacam ini mempersulit jalur kesepakatan sementara tentang program nuklir Iran. Mencerti sikap Menteri Luar Negeri Perancis, pernyataan terbarunya juga dapat dipahami sama seperti yang lalu. Ia menekankan bahwa Paris bersikeras agar Iran melaksanakan isi kesepakatan nuklir yang telah ditandatangani bersama.

 

Sekalipun upaya mencapai kesepakatan puncak hingga 20 Juli masih tetap dimungkinkan, tapi dalam perundingan akan berlangsung sulit dan alot, terlebih lagi dengan mencermati perilaku Barat.

 

Delegasi perunding Republik Islam Iran yang dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zariv telah menuju Wina dan akan melakukan perundingan selama tiga hari dengan kelompok 5+1. Catherine Asthon, Penangung Jawab Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa bersama para wakilnya hadir di Kedutaan Besar Iran di Wina dalam undangan makan malam. Perundingan pendahuluan itu bermaksud untuk melakukan koordinasi terakhir sebelum dimulainya perundingan untuk menyusus draf kesepakatan puncak.

 

Mohammad Javad Zarif baru-baru ini mengatakan perundingan ini mengalami kemajuan yang tidak diprediksikan sebelumnya. Bila pihak Barat punya keinginan untuk menyelesaikan program nuklir Iran, mencapai kesepakatan puncak bukan satu hal yang sulit. Tapi sampai saat ini masih ada sebagian masalah yang belum diselesaikan dan perundingan Iran dan kelompok 5+1 di Wina dapat menjadi ujian untuk mengukur seberapa kemajuan yang telah diraih untuk mencapai kesepakatan puncak.

Read 1938 times