Menguak Jaringan Terorisme di Indonesia

Rate this item
(0 votes)

Warga di Jalan Nusantara, Beji, Depok, Jawa Barat, dikagetkan dengan suara ledakan keras pada Sabtu (8/9) malam. Ledakan pada pukul 21.22 itu membuat rumah yang menjadi lokasi kejadian hancur berantakan. Tiga orang terluka akibat kejadian di rumah kontrakan yang dipasangi spanduk Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara itu.

Mereka kemudian diangkut polisi dengan mobil bak terbuka. Salah satu korban yang tangannya nyaris putus, mencoba kabur. Namun polisi bertindak sigap. Ia berhasil dibekuk dan diangkut pula ke dalam mobil polisi.

Salah satu korban, Mulyadi bahkan menyaksikan, 5 menit sebelum ledakan, dua orang pria buru-buru meninggalkan rumah itu. Salah satunya pergi dengan menaiki sepeda motor. Sementara satu orang lagi, saking terburu-burunya, melompati pagar dan berlari meninggalkan rumah. Tak lama setelah itu, ledakan keras terjadi. Mulyadi pun terkapar, terkena pecahan bekas ledakan.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, menyatakan bahwa kedua pria yang kabur sebelum ledakan itu sebenarnya juga sudah terluka di tangan. Karena itu, Boy mengingatkan klinik dan rumah sakit agar melapor ke polisi jika menemukan ada orang yang terluka di tangan minta perawatan.

Kejadian yang mengagetkan warga itu tak berselang lama setelah penggerebekan terduga teroris si Solo, Jawa Tengah. Sebelum ledakan di Depok, sebuah rumah di kawasan Tambora, Jakarta, pun digerudug warga. Rumah yang sempat mengeluarkan asap tebal berbau mesiu itu didobrak warga. Ternyata di dalam rumah milik Muhammad Toriq (30) itu ditemukan bahan pembuat bom.

Aksi diam-diam para terduga teroris di tiga lokasi itu akhirnya terkuak ke publik. Bahkan, proses perakitan bom yang dilakukan di dua rumah terpisah di Jakarta telah gagal dan menimbulkan tanda tanya publik. Adakah keterkaitan aksi di tiga lokasi itu?

Terkait tiga insiden tersebut, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, menegaskan bahwa saat ini pihak kepolisian masih mendalami kaitan antara kejadian di solo dan penemuan bahan peledak di kawasan Tambora serta Beji.

"Sampai sekarang belum bisa menyimpulkan apa ada kaitan dengan Tambora. Yang pasti Pemerintah mengutuk keras siapapun yang menyebabkan ledakan, apalagi yang menimbulkan korban. Tindakan ini sangat bertentangan upaya menjaga kedamaian," ujar Djoko dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Ahad (9/9).

 

Perlu Waktu Ungkap Jaringan Teroris

Juru bicara Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, mengatakan sedang mengumpulkan fakta hukum dan data yang akurat dalam mengungkap keterkaitan terorisme. Kata Boy, polisi tidak bisa asal mengaitkan antara jaringan satu dengan lainnya.

"Ada titik terang keterkaitan bila para pelaku sudah tertangkap dan menjalani pemeriksaan," kata Boy dalam pertemuan dengan Forum Komunikasi Alumni Afganistan Indonesia di Jakarta, Ahad, 9 September 2012. Saat ini, polisi belum bisa menarik kesimpulan apakah pelaku teroris di Solo, di Depok, dan Tambora adalah jaringan yang sama.

Menanggapi adanya temuan dokumen tertulis pasca aksi penyergapan oleh tim Densus Antiteror 88, menurut Boy, temuan tersebut hanya menguatkan dugaan motif. Dari dokumen yang ada, penyidik belum mendapati keterkaitan antara terorisme di Solo, Depok, dan Tambora.

Sementara itu, pengamat terorisme, Nasir Abbas, menilai kelompok teroris Solo dan beberapa pelaku terduga teroris di Depok serta Tambora masih memiliki keterkaitan dengan jaringan sebelumnya, seperti Imam Samudra atau Noordin M. Top. "Kalaupun tidak ada hubungan, setidaknya ada transfer ilmu atau rasa solidaritas antar mereka," ujarnya.

Sedangkan dari sisi pemahaman, para pelaku terorisme relatif sama satu dengan lainnya. Perbedaannya, kata Nasir, ada pada teknis pelaksanaan. "Seperti membuat kelompok kecil, terdiri dari tiga sampai lima orang," kata Nasir.

Dalam pertemuan antara Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S. Radjab dengan Forum Komunikasi Alumni Afganistan Indonesia, Nasir mengutuk keras setiap tindak terorisme.

Pertemuan yang bertajuk "Indonesia Damai" ini dihadiri sejumlah orang yang pernah berjuang dalam peperangan di Afganistan atau sering disebut alumni Afganistan. Hadir dalam pertemuan itu juga pejabat-pejabat dari Polda Metro Jaya dan juru bicara Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar. Pertemuan digelar di Restoran Sari Kuring, kawasan SCBD, Jakarta Selatan.

Kapolda Untung memandang pertemuan ini merupakan momen tepat untuk bersilahturahmi. "Mereka ini saudara saya," kata Untung.

 

Kelompok Teroris Masih Ingin Unjuk Eksistensi

Pengamat terorisme, Al Chaidar menyebut kelompok teroris masih akan melanjutkan aksinya. Penyergapan teroris Solo termasuk penemuan bahan peledak di Tambora, Jakarta, membuktikan kuatnya jaringan terorisme di Indonesia.

"Ini memang sudah merebak terorisme. Ada sembilan kelompok teroris, masing-masing kelompok berusaha menunjukkan eksistensi masing-masing. Dari Darul Islam ada empat, dari Jamaah Islamiyah ada lima," tutur Al Chaidar ketika dihubungi detikcom.

Unjuk eksistensi kelompok teroris ini bisa dilakukan dengan berbagai cara termasuk melakukan penyerangan terhadap lembaga negara. "Cara menunjukkan eksistensinya bisa lewat peledakan bom, penembakan aparat, dan kantor lembaga negara," sebutnya.

Serangan terhadap lembaga negara sebut Al Chaidar dimaksudkan untuk menekan pemerintah. "Menciptakan situasi delegitimasi negara," ujarnya.

Sementara itu pengamat intelijen Wawan Purwanto mengatakan ancaman terorisme ini sulit diatasi bila aparat terkait hanya mengandalkan upaya penindakan.

"Penangkapan dan penindakan hanya timbulkan dendam baru, tidak cukup seperti itu. Jadi kita perlu merumuskan metode proses pengendalian mengatasi teroris, supaya efektif," kata Wawan dihubungi terpisah.

Aksi teror yang kebanyakan dilandasi karena keyakinan pelaku yang salah, harus diredam dengan proses deradikalisasi. "Karena ancaman ini masih nyata, proses deradikalisasi harus dilakukan dan upaya lain untuk mengubah pola pikir atas keyakinan yang salah. Tapi butuh ketekunan dari pemerintah dan pihak terkait," jelas dia. (Gatra/Tempo/Detik)

Read 1790 times