Shahifah Fathimiyah; Ilmu Yang Lalu Dan Yang Akan Datang

Rate this item
(1 Vote)
Shahifah Fathimiyah; Ilmu Yang Lalu Dan Yang Akan Datang

Menyampaikan tentang rahasia spiritual yang ada dalam shahifah Fathimah dan mereka menulis dan dijadikan sebagai sebuah buku yang distempel dan di sisi para imam maksum as seperti sebuah warisan yang berharga dan mengalihkannya dari tangan ke tangan dan mengatakan bahwa ini adalah warisan Fathimah as. Salah satu dari warisan Sayidah Fathimah as adalah shahifah Fathimah as. 

Di dalamnya, sebagaimana yang saya lihat dalam sebagian riwayat dari Imam Shadiq dan sebagian yang lainnya dari para imam maksum mencakup apa ilmu yang lalu dan yang akan datang. Semua pengetahuan spiritual terkait manusia ada dalam kitab ini. Di dalamnya ada tulisan Fathimah Zahra as. Ini juga kedudukan spiritual dan makrifatnya. Pengetahuannya adalah sebuah keberadaan beberapa sisi dan setiap sisinya dalam kadar sempurna. (Dalam seminar peran wanita di tengah-tengah masyarakat di universitas Tarbiyat Moallem, 10/12/1364)

Khutbah Dari Guru Besar

Fathimah Zahra as adalah seorang wanita muda. Yakni berdasarkan riwayat yang masyhur, beliau meninggal dalam usia delapan belas tahun. Yakni seorang ibu wanita yang nada kesempurnaannya memenuhi dunia, dan semua wanita harus belajar darinya, di saat semua keinginan manusia aktif dalam dirinya. Bukan seorang wanita tua yang sudah merasakan dingin dan panasnya dunia yang sudah tidak tertarik lagi pada dunia. Tidak. Permulaan hidup, permulaan usia dan permulaan masa muda. Itupun bukan wanita yang tidak terkenal. Putri sosok pribadi terbesar di zamannya dan semua zaman. Yakni Rasulullah. Lalu bila pada masa itu, kita memandanganya dengan tolok ukur materi. Iya karena putrinya sosok pribadi yang paling besar kekuatannya di tengah-tengah masyarakat. Siapakah yang kekuatannya sebatas kekuatan Rasulullah? Baik kekuatan politik, kekuatan manusiawi, maupun kekuatan sosial. Iya putrinya sosok pribadi seperti ini. Orang bila mengisyaratkan sedikit saja dengan matanya. Sedikit saja mengisyaratkan dengan matanya, maka semua orang terhormat akan mencalonkan dirinya untuk menikah dengannya. Bukan saja di dunia Islam. Nah, pribadi yang revolusinya, gerakannya, para pasukannya mengajak untuk melawan semua peradaban dan budaya yang mengakar dan kuno, dengan Romawi, dengan Iran, bila mereka tahu bahwa bisa menikah dengan sosok pribadi yang kuat ini, wanita seperti ini, maka pasti mereka akan mencalonkan diri. Beliau adalah wanita seperti ini, bukan wanita yang tidak terkenal yang tidak terhormat. Lalu, lihatlah dari sisi makrifatnya, pribadi yang agung ini, wanita ini adalah seorang yang penuh makrifat. Bukan manusia yang tidak tahu apa-apa, bukan wanita yang lugu dan awam. Beliau adalah seorang yang ketika hadir di masjid di hadapan semua sahabat besar Rasulullah Saw dan suaranya lantang, setelah meninggalnya Rasulullah Saw, dan rencananya mau berkhutbah, khutbah ini seperti pelajaran seorang guru besar yang menarik telinga-telinga para murid dan hati mereka untuk mendengarkannya. Menarik perhatian semua orang yang hadir di sana yang merupakan sahabat derajat pertama Rasulullah Saw yang berkumpul di sana. Para guru, para ahli hadis, orang-orang yang bertahun-tahun belajar kepada Rasulullah Saw, orang-orang yang kaum Muslimin menganggap bahwa mereka yang harus belajar tentang urusannya sendiri dan makrifatnya kepada mereka. Semua berada di masjid. Wanita muda berusia delapan belas tahun ini berdiri di sana dan berkhutbah dan khutbah itu sampai saat ini masih ada. Bila kita melihat keagungan khutbah itu, maka kita akan mendapatkannya. Seperti khutbah-khutbahnya Amirul Mukminin, seperti khutbah-khutbah Nahjul Balaghah, seperti kata-kata Rasulullah Saw dalam kondisi seperti ini; penuh dengan pengetahuan Islam. Dan semuanya duduk mendengarkan. Tidak seorang pun mengatakan, Nyonya! kata-kata apa ini? Ini semua bukan masalah penting? Tidak. Semuanya seperti murid dan mendengarkan suara Zahra Athhar as dan memanfaatkannya. Inilah makrifatnya. (dalam pertemuan dengan para wanita, 21/12/1363)

Pidato Yang Menarik

Setelah kejadian wafatnya Rasulullah Saw, beliau datang ke masjid dan menyampaikan khutbah yang menakjubkan. Sangat menarik.  

Kita yang ahli pidato dan bicara tanpa persiapan sebelumnya, memahami betapa agungnya pidato ini. Seorang perempuan berusia delapan belas tahun, dua puluh tahun, dan maksimal dua puluh empat tahun, tentunya usia belum tidak jelas, karena tanggal kelahiran beliau tidak jelas dan ada perselisihan pendapat, datang ke masjid dengan segala musibah dan kesulitan berpidato di hadapan banyak orang dengan memakai hijab dan pidato itu kata perkatanya ada dalam sejarah. (dalam pertemuan dengan para pemuda dalam acara pekan pemuda, 7/9/1377)

Sebuah Pidato Penuh Makna Seperti Nahjul Balaghah

Pidato yang disampaikan oleh Fathimah Zahra as di masjid Madinah pasca wafatnya Rasulullah Saw adalah sebuah khutbah yang menurut Allamah Majlisi, para pakar bahasa dan ilmuwan harus duduk untuk memaknai kata-kata dan kalimatnya. Sedemikian bermakna. Dari sisi keindahan seni ucapan Fathimah Zahra as ini seperti kata-kata Nahjul Balaghah yang paling indah dan paling panjang dan setingkat dengan ucapan Amirul Mukminin. Fathimah Zahra as pergi ke masjid dan berdiri di hadapan masyarakat dan berbicara tanpa persiapan sebelumnya, mungkin beliau berbicara selama satu jam dengan kata-kata yang paling bagus, paling indah dan terpilih maknanya. (dalam pertemuan bersama para wanita, 25/9/1371)

Para Pakar Bahasa Merasa Takjub Dengan Pidato Fathimah as

Pembelaannya pada Ali dan wilayah dan pidato Gharra’nya sebagaimana yang dikatakan oleh Allamah Majlisi, “Para pakar bahasa merasa takjub dengan kefasihan dan ketinggian kata-kata dan maknanya baik lahir maupun batinnya”. Allamah Majlisi yang telah mengambil dan menukil banyak riwayat semacam ini, dan memberikannya kepada kita, merasa bukan apa-apa di hadapan pidato ini. Pidato ini adalah pidato yang ajaib. Seperti khutbah-khutbah Nahjul Balaghah yang paling indah dan paling panjang. Pidato yang disampaikan kepada umat Islam di masjid dalam kondisi sedih tanpa persiapan sebelumnya, tidak dibuat dan dipikirkan sebelumnya. Penjelasan itu, hikmah itu, hubungannya dengan alam gaib, kapasitasnya yang tinggi, kecemerlangan hatinya, kecemerlangan penjelasan dan lisannya, semuanya digunakan di jalan Allah. Lalu apakah modal yang kita miliki ini bernilai? Bila mau kita gunakan di jalan Allah semuanya? Apa yang bisa digunakan dari modal kita ini? Apakah modal kita ini bisa dibandingkan dengan modal besar yang dimiliki oleh Zahra as, suaminya, ayahnya, dan anak-anaknya yang digunakan di jalan Allah? Apa pentingnya sedikit ilmu yang saya dan kalian miliki ini, sedikit lisan yang kita miliki, sedikit uang yang kita miliki, sedikit pengaruh yang kita miliki, sedikit bakat syair yang kita miliki, sedikit makrifat yang kita miliki, di sisi tumpukan besar yang luar bisa yang dikumpulkan oleh Allah dalam wujud malakuti itu. Apa yang kita miliki sehingga kita harus bersikap kikir di jalan Allah?! (dalam pertemuan bersama para wanita, 25/9/1371)  (Emi Nur Hayati)

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan II, Olgou-ye Zan Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Uzhma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami.

Read 1923 times