Khutbah Fadakiyah; Sebuah Khutbah Yang Penuh Hikmah Dan Makrifat

Rate this item
(0 votes)
Khutbah Fadakiyah; Sebuah Khutbah Yang Penuh Hikmah Dan Makrifat

Yang ada dalam kehidupan lahiriah beliau, dari satu sisi adalah ilmu, hikmah dan makrifat.

Dalam sebuah khutbah beliau [Sayidah fathimah] yang terkenal dengan khutbah Fadakiyah, dimana para pengikut Ahlul Bait telah menukilnya dan Ahlu Sunnah menukilnya sebagian dan ada juga yang menukil semuanya. Bila kalian melihatnya, dalam pujian dan dalam mukadimah khutbah ini, kalian melihatnya penuh dengan hikmah dan makrifat yang keluar dari lisan beliau dan Alhamdulillah saat ini masih ada untuk kita. Pada saat tidak ada pembahasan ilmu, kutbah yang tidak berkaitan dengan ilmu dan makrifat, yang pada hakikatnya adalah pembahasan politik pada tingkat tertinggi yang bisa kita pahami. Pada khutbah mubarak ini, disebutkan ma’arif ilahi dan ma’arif islami. (dalam pertemuan bersama para pembaca kidung Ahlul Bait Rasulullah Saw, pada hari kelahiran Sayidah Fathimah as, 13/3/1389)

Khazanah Makrifat, Semangat dan Pelajaran Yang Tak Habis-Habisnya Bagi Para Pemuda

Sejarah kita penuh dengan pelajaran berkat peristiwa dua ratus tahun pertama Islam. Bila melihat dengan pandangan antara pelajar dan pengajar, untuk manusia yang ingin bergerak di jalan Allah sebagaimana yang dilalui oleh beliau-beliau [para imam maksum as] adalah sebuah khazanah makrifat, semangat dan pelajaran yang tak habis-habisnya.

Terkait peristiwa yang berhubungan dengan Sayidah Shiddiqah Thahirah as [Sayidah Fathimah as] ada beberapa poin penting; tapi satu poin yang sama dengan kondisi kalian para pemuda mukmin dan revolusioner adalah semua kebanggaan dan pekerjaan-pekerjaan besar dan posisi tinggi spiritual beliau yang tidak dapat dijangkau dan wanita luar biasa dalam sejarah ini, wanita penghulu para wanita alam ini, juga segala kesabarannya, keteguhannya, kecerdasannya dalam mengenali situasi, dan ucapannya yang berbobot yang dikeluarkan dari lisannya, semua peristiwa besar ini terjadi pada masa mudanya yang pendek.

Terkadang masalah ini kita paparkan sebagai pembacaan kidung duka dan kita katakan bahwa beliau memiliki usia yang pendek atau muda. Hal seperti ini adalah pembacaan kidung duka.

Terkadang masalah ini sebagai masalah yang perlu dipikirkan dan mengandung sebuah pelajaran bahkan bukan satu pelajaran saja tapi kita nilai sebagai banyak pelajaran dan kita melihatnya dengan pandangan ini. Maka pada saat itu akan memiliki nilai khusus. Bagaimana seseorang yang hidup dalam usia yang pendek, dari masa kanak-kanak sampai masa syahadahnya hanya dalam usia delapan belas tahun, dan sebagian mengatakan beliau berusia dua puluh dua dan dua puluh empat tahun, memiliki segala pengetahuan, segala posisi spiritual yang tinggi dalam usia yang singkat ini. ini menunjukkan akan sebuah pendidikan yang luar biasa di atas manusia. (dalam pertemuan dengan para komandan dan pengurus Sepah Pasdaran Revolusi Islam, 26/2/1376)

Sayidah Fathimah Dan Kancah Peribadatan

Peribadatan Dan Penghambaan; Sumber Semua Nilai Dan Kedudukan Ilahi

Poin lainnya adalah, kita menjelaskan beliau ini dengan bahasa kita yang tidak sempurna. Sekarang para penyair kita yang terhormat juga berkali-kali mengulang kandungan ini bahwa kita menjelaskan tentang Fathimah Zahra as dengan penjelasan yang tidak sempurna dan dengan pandangan yang tidak sempurna juga. Karena kita tidak bisa mendapatkannya. Kita tidak bisa memahaminya. Terkadang menyampaikan ucapan-ucapan yang tidak detil. Misalnya “Arasy Allah ada di bawah kakimu” apa maksudnya? Apa Arsy Allah itu? Ini tidak jelas; sebuah kata yang demikian. Karena ingin menghormati dan mengagungkannya, tapi kenyataan masalahnya tidak bisa tercerna dalam pikiran kita. Menggunakan kata-kata seperti ini terkadang bagus, terkadang juga tidak bagus. Terkadang benar dan terkadang juga tidak benar.

Sebagian masalahnya bisa kita pahami. Saya ingin bersandar pada titik pendek dari bagian ini. Ingin saya katakan bahwa nilai Fathimah Zahra as pada peribadatan dan penghambaannya kepada Allah. Bila peribadatan kepada Allah tidak ada pada Fathimah Zahra as, maka dia bukan Shiddiqah Kubra. Apa itu Shiddiq? Shiddiq adalah orang yang menunjukkan apa yang dipikirkan dan dikatakannya secara jujur dalam amalannya. Semakin kejujuran ini tinggi, maka semakin besar nilai seseorang. Maka ia akan menjadi Shiddiq.

“...mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. Nisa: 69)

Shiddiqin terletak setelah Nabiyyin. Orang besar ini adalah Shiddiqah Kubra. Yakni atasannya para wanita Shiddiq. Menjadi Shiddiq ini dengan menghamba kepada Allah. Bukan hanya Fathimah Zahra as, tapi ayahnya Fathimah yang merupakan permulaan dan sumber keutamaan semua maksum as, dan Amirul Mukminin serta Fathimah as adalah tetetasan dari lautan wujudnya Rasulullah Saw, nilainya karena penghambaan kepada Allah: Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu Wa Rasuluhu. Pertama adalah penghambaannya. Kemudian risalahnya. Risalah ini, kedudukan yang tinggi ini diberikan kepada beliau karena penghambaan. Karena Allah sebagai pencipta dan mengenal makhluknya. Bukankah dalam ziarah Sayidah Zahra as kita katakan, “Allah yang telah menciptakanmu telah mengujimu sebelum menciptakanmu”.

Dalam ilmu Allah, sudah ketahuan amal saya dan amal kalian. Di hadapan dosa, hawa nafsu, uang, nama baik, apakah kita siap menyingkirkan kehormatan, keimanan, taklif, dan amar makruf dan nahi mungkar karena untuk mendapatkan semua itu ataukah tidak? Ini adalah pilihan kita. Jalan apakah yang akan kita pilih? Ketika dikatakan bahwa sebuah ucapan bisa membahayakan seseorang dari sisi materi, ketika sebuah gerakan bisa memenuhi kemauan hawa nafsu penuh dosa seseorang, kita berada di dua jalan. Jalan yang manakah yang akan kita pilih? Jalan hawa nafsu, dosa dan uang ataukah jalan kesucian, takwa dan penghambaan kepada Allah? Kita akan memilih satu satu dari keduanya. Ini adalah dalam ilmu ilahi. Pilihan dan ikhtiar kita. Namun Allah tahu jalan yang manakah yang akan kita pilih? Ini ada dalam ilmu ilahi. Bila kalian adalah yang memiliki kekuatan untuk bersikukuh dan tidak bergerak di hadapan sebuah gunung yang penuh dengan nilai materi dan pemenuh hawa nafsu, maka Allah akan memberikan kelayakan-kelayakan kepada kalian.

“dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami...” (QS. Tahrim: 12)

Allah tidak sia-sia mengasihi Maryam as. Ini adalah ucapan al-Quran. Dia telah menjaga kesucian dirinya. Oleh karena itu dia layak menjadi ibunya Isa as. Nabi Yusuf as yang begitu tampan dan muda serta memiliki kemuliaan materi di rumah gubernur Mesir, dia mengabaikan hawa nafsunya. Oleh karena itu dia layak mendapatkan kedudukan yang tinggi yang diberikan Allah kepadanya, yaitu kenabian. Allah mengetahui bahwa hamba ini memiliki potensi demikian, dan akan menggunakan keinginannya di jalan-Nya. Oleh karena itu Allah memberikan tanggung jawab yang besar dan berat kepadanya yang masing-masing memiliki pahala yang besar. (dalam pertemuan bersama para pembaca kidung Ahlul Bait Rasulullah Saw)

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan II, Olgou-ye Zan Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Uzhma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami.

Read 2518 times