کمالوندی

کمالوندی

Kamis, 27 September 2012 10:51

Lentera Sejarah Kehidupan Imam Ali Ridha as

Lebih dari seribu tahun yang lalu, Imam Ali Ridha as menginjakkan kaki sucinya di tanah Persia. Kedatangannya membawa berkah dan cahaya bagi rakyat di negeri ini. Di hari yang agung ini, marilah sejenak kita berziarah ke makam suci beliau as yang terletak di kota Mashad, timur laut Iran. Dengan penuh keikhlasan, marilah kita menghanturkan shalawat dan salam kepada manusia suci ini.

Salam sejahtera atasmu, wahai Imam Ridha as

Salam sejahtera atasmu wahai cucu baginda Rasul Saw

Dengan tulus, segenap orang mukmin di dunia ini menghanturkan shalawat kepadamu, duhai sumber pengetahuan dan hikmah.

Pada hari ini, makam suci Imam Ali Ridha as larut dalam cahaya dan pelita yang terang benderang. Setiap peziarah yang datang dari kejauhan ribuan kilometer mendapatkan ketentraman dan kedamaian di samping makam suci imam. Mereka menemukan identitasnya di bawah pancaran cahaya manusia suci ini. Ketika mereka beranjak meninggalkan makam suci Imam Ali Ridha as, kita dapat menyaksikan raut keridhaan dan keceriaan di wajah-wajah mereka.

Perlahan-lahan aku melangkahkan kaki masuk ke makam suci ini. Mendadak mataku tertuju pada seorang wanita berdiri tak jauh dariku. Ia sepertinya bukan muslimah dan bermaksud memasuki komplek makam suci Imam Ali Ridha as. Melihat pemandangan ini, aku heran dan dengan sopan, aku bertanya kepadanya, "Ada yang bisa kubantu?" Wanita itu tersenyum dan dengan penuh kesopanan, ia menjawab, "Aku bukan orang Islam, tapi seorang penganut agama Kristen. Aku datang untuk berterimakasih kepada Imam kalian, Imam Ridha as."

Ketika melihat keherananku, wanita itu berkata, "Aku memiliki seorang anak laki-laki yang cacat dan aku telah berupaya maksimal untuk mengobatinya, namun obat dan perawatan medis tidak mengubah keadaannya. Anakku juga seorang siswa yang setiap hari pergi ke sekolah. Teman-temannya yang beragama Islam selalu bertanya kepada anakku, "Kenapa ibumu tidak membawamu ke Mashad dan makam suci Imam Ali Ridha as untuk mendapat kesembuhan?" Sesampai di rumah, anakku berkata kepadaku: "Ibu, engkau berkata telah membawaku ke semua dokter yang ahli untuk menyembuhkanku. Lantas siapakah Imam Ali Ridha as yang katanya menyembuhkan orang-orang sakit?" Dengan rasa kecewa dan acuh, aku menjawab, "Imam Ridha as adalah pemimpin dan imam bagi umat Islam. Tapi kita adalah penganut agama Kristen". Namun anakku bersikeras dan terus menerus memintaku agar menuruti kemauannya.

Suatu malam, aku beranjak tidur dalam keadaan menangis. Tengah malam, aku terbangun mendengar suara jeritan anakku, tak henti-hentinya ia memanggilku dan berkata: "Ibu kemari dan lihatlah! Orang ini telah menyembuhkan kakiku, ia sendiri yang dapat ke rumah kita dan berkata kepadaku, "Katakan kepada ibumu bahwa siapa saja yang datang mengetuk pintu rumah kami, ia tidak akan pulang dengan tangan hampa." Ketika cerita itu sampai di sini, air mata wanita tersebut menetes bercucuran tanpa terbendung lagi.

* * *

Imamah adalah poros hidayah dan kemuliaan. Imam adalah pribadi yang telah mendapat petunjuk dan mendapat tugas untuk memberi petunjuk dan menuntun umat manusia ke jalan kesempurnaan. Pada dasarnya, Imam adalah pengawal kemuliaan manusia dan pembela hak-hak mereka. Ahlul Bait as merupakan pembimbing manusia menuju makrifat dan kebahagiaan. Mereka juga petunjuk bagi orang-orang yang tersesat. Gerakan menuju kesempurnaan merupakan jejak peninggalan para imam dan pemimpin yang saleh bagi masyarakat. Oleh sebab itu, setiap masyarakat yang menjadikan ajaran para imam seperti Imam Ali Ridha as sebagai teladannya, tidak akan terjebak ke lembah kesesatan.

Salah seorang analis Koran The Washington Post dalam laporannya tentang Iran, menulis, "Pada minggu-minggu pertama kepemimpinan Presiden Barack Obama, saya sibuk mempelajari salah satu kendala besar Obama yaitu Iran. Saya bertualang mengelilingi setiap kota di Iran dan mencoba memahami apa saja yang menjadi istimewa dan penting bagi bangsa Iran. Sebagian besar pembicaraan mereka yang aku dengar berkisar tentang Imam Ridha as. Imam Ali Ridha as merupakan salah satu figur termulia dalam dunia Islam dan dikuburkan di Mashad. Selama berabad-abad lalu, umat Islam datang dari berbagai penjuru untuk menziarahi makam suci beliau. Akhirnya aku memahami bahwa kita di Barat memusatkan perhatian pada masalah pengayaan uranium untuk bahan bakar nuklir Iran sebagai simbol kedigdayaan negara itu. Padahal, makam Imam Ali Ridha as merupakan penerang masalah yang lebih besar. Terlepas dari isu nuklir, Iran punya kekuatan spiritual besar. Penerjemah yang menemani perjalanan saya berkata, "Setiap tahunnya, 12 juta peziarah mendatangi makam Imam Ridha as. Keberadaan Imam Ridha as membawa berkah yang sangat besar dan menjadi penyebab kemajuan bangsa Iran." Akhirnya saya paham bahwa kekuatan hakiki Iran secara dominan terletak pada makam Imam Ali Ridha as. Beliau memiliki pengaruh pada pikiran dan hati manusia."

* * *

Imam Ali Ridha as dilahirkan di kota Madinah pada tahun 148 H. Kesucian hati, ketajaman pandangan, keluasan ilmu, keimanan yang kuat kepada Allah Swt, dan perhatiannya yang besar kepada nasib masyarakat merupakan sejumlah sifat mulia yang khas pada diri Imam Ridha as. Kurang lebih selama 20 tahun, beliau memikul tanggung jawab sebagai imam dan pemimpin kaum Muslimin. Salah satu julukan beliau adalah "Rauf" atau penyayang. Beliau as memiliki hubungan baik dengan orang kaya dan fakir-miskin, cerdik-pandai dan masyarakat awam, serta para pecinta bahkan musuh-musuh beliau.

Salah seorang sahabat Imam as berkata, "Setelah menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, beliau as selalu bersikap ramah dan penuh kasih sayang terhadap anggota keluarga dan orang-orang sekitarnya. Setiap kali menyambut hidangan makan, beliau as selalu memanggil anak kecil, orang dewasa bahkan para pekerja." Ketika para budak tidak memperoleh hak-hak minimalnya, Imam Ridha as memperlakukan mereka dengan baik dan penuh kasih sayang. Mereka mendapat tempat dan dihormati di rumah sang Imam. Mereka banyak belajar etika dan nilai-nilai kemanusiaan dari Sang Imam. Selain memperlakukan mereka dengan kasih sayang, Imam as senantiasa menasehati bahwa jika kalian tidak memperlakukan manusia dengan seperti ini, maka kalian telah menzalimi mereka.

Salah seorang yang menyertai Imam Ridha as berkata, "Dalam perjalanan ke Khorasan, aku menyertai Imam Ridha as. Suatu ketika Imam meminta dihidangkan makanan. Beliau as mengumpulkan seluruh rombongan di dekat jamuan, termasuk para budak dan orang-orang lain. Aku berkata kepada beliau: "Wahai Imam, sebaiknya mereka makan di tempat lain." Beliau berkata: "Tenanglah! Pencipta kita semua adalah satu, ayah kita adalah Nabi Adam as dan ibu kita semua adalah Hawa. Pahala dan siksa bergantung pada perbuatan masing-masing."

Ibrahim bin Abbas ketika berbicara tentang etika dan sifat Imam Ali Ridha as, berkata, "Beliau tidak pernah menyakiti orang lain ketika berbicara. Tak pernah memutuskan pembicaraan orang dan selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk menuntaskan pembicaraannya. Imam as sangat sopan dan aku tidak pernah melihat beliau as menjulurkan kakinya atau bersandar saat bersama orang lain. Imam tidak pernah membentak para pembantunya, tak pernah pula tertawa dengan suara lepas dan lebih sering tersenyum."

Saat ini, ribuan jiwa dari berbagai penjuru merindu ingin hadir di makam pribadi agung ini. Figur yang di masa hidupnya tidak sanggup menatap jeritan orang-orang yang membutuhkan. Salah seorang perawi mengatakan, "Ketika aku berada bersama Imam Ridha as dan orang-orang sibuk menanyakan berbagai masalah kepada beliau as, tiba-tiba seorang warga Khorasan datang menghadap beliau as. Setelah menyampaikan salam, orang ini menceritakan bahwa uang dan barang bawaannya hilang ketika pulang dari menunaikan ibadah haji. Imam as berkata, "Duduklah!" Perlahan-lahan, orang-orang mulai beranjak pergi dan aku bersama beberapa orang tetap bersama Imam as. Beliau as bertanya, "Dimana orang Khorasan tadi?" Orang Khorasan itu bangkit dan berkata, "Aku masih di sini." Imam lalu mengeluarkan 200 dinar dari sakunya tanpa memandang wajah orang itu."

Salah seorang yang hadir bersama Imam as bertanya, "Wahai putra Rasul Saw! Pemberian tadi sangat besar, tapi mengapa engkau as memalingkan wajahmu darinya?" Imam as menjawab, "Aku sama sekali tak ingin melihat derita di wajah orang tadi." Banyak riwayat yang menyebutkan berbagai sisi mulia kepribadian Imam Ridha as. Tanpa ragu lagi bahwa pengenalan terhadap poin penting pendidikan ini dapat membuka jalan bagi umat manusia untuk keluar dari krisis moral yang tengah melilit kita saat ini.

Pakar telaah agama di Universitas Virginia AS, Profesor Abdul Aziz Sachedina, menyinggung peran spiritual Imam Ridha as di tengah warga Syiah. Sachedina, berkata, "Harus dikatakan bahwa komunitas Syiah dunia menganggap Imam Ali Ridha as sebagai imam penjamin, yaitu imam yang akan memberi keamanan saat dirundungi rasa takut. Saat ini, Imam Ridha as hadir di tengah-tengah keluarga pengikutnya baik saat mereka sedih atau gembira. Masyarakat menganggap Imam Ridha as sebagai pemimpin yang membimbing ke pantai keselamatan seperti Imam Husein as. Dengan kata lain, Imam Ridha as adalah sumber ketentraman dan rasa percaya diri bagi mereka yang memerlukan petunjuk dan bantuan Tuhan."

Pada masa itu, kepribadian intelektual dan spiritual Imam Ridha as sangat berpengaruh di dunia Islam. Bahkan musuh-musuh Imam memuji kepribadian agung ini. Mas'udi mengatakan, "Pada tahun 200 H, Ma'mun mengumpulkan seluruh keluarga dekatnya dari Bani Abbas di Marv dan mengatakan kepada mereka, "Saya telah bertualang di tengah para pemuka umat Islam, namun saya tidak menemukan figur yang lebih utama, lebih bertakwa, dan lebih layak untuk menjadi pemimpin dari Imam Ali Ridha as."

* * *

Ilmu dan wawasan Imam Ridha as mengalir laksana air mata yang jernih dan memuaskan orang-orang yang haus akan kebenaran. Meski memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas, Imam Ridha as selalu mengedepankan sikap hormat dalam berbagai diskusi ilmiah dan perdebatan dengan kelompok pemikiran dan aliran. Beliau menjawab pertanyaan dan sanggahan mereka satu demi satu dan sama sekali tidak pernah kalah dalam diskusi. Imam as memahamkan kebenaran kepada orang lain dengan logika dan argumentasi yang kuat. Beliau juga mempertontonkan keunggulan pemikiran dan pandangan tauhid. Kebenaran kembali tampak sepanjang perdebatan itu dan para ilmuan terpaksa tunduk di hadapan logika dan argumentasi beliau.

Kriteria penting Imam as adalah memerangi kezaliman dan ketidakadilan. Beliau as bangkit melawan kebijakan arogan dan tipu daya penguasa Bani Abbas, Ma'mun lewat berbagai cara. Ma'mun sangat mengkhawatirkan pengaruh Imam as di tengah masyarakat dan para pemikir di seluruh pelosok negara Islam. Oleh karena itu, khalifah meminta Imam Ridha as untuk hijrah ke Marv, pusat pemerintahan Ma'mun. Imam as terpaksa menerima desakan itu. Ma'mun berupaya mengurangi pengaruh pemikiran dan budaya Imam as di tengah masyarakat dan menciptakan jarak antara beliau dengan warga. Untuk itu, Ma'mun mengusulkan jabatan putra mahkota kepada Imam as dan memaksa beliau as untuk menerima tawaran ini.

Dengan syarat-syarat tertentu, akhirnya Imam as menerima jabatan putra mahkota. Salah satu syarat yang diajukan Imam as adalah bahwa beliau as tidak akan intervensi dalam urusan pemerintahan dalam kondisi apa pun. Secara keseluruhan, syarat-syarat ini telah menggagalkan Ma'mun dalam mencapai ambisi politiknya.

Salah seorang penulis dari Barat menuturkan, "Apa yang dilakukan Islam dalam menolerir agama lain sangat mengagumkan. Tujuan Islam adalah mengenalkan seluruh generasi umat manusia dari berbagai ras, suku dan bangsa kepada jalan kebahagiaan. Islam berupaya mewujudkan masyarakat yang bermoral dan beragama di bawah bimbingan para pemukanya." Saat ini, para pemikir yang obyektif meyakini bahwa dunia berhutang budi pada ajaran para pemuka agama Islam seperti Imam Ridha as yang telah menunjukkan jalan kebahagiaan dan kesempurnaan kepada manusia dengan ketinggian akhlak dan keagungan spiritualnya.

Kamis, 27 September 2012 10:32

Imam Ridha, Mutiara Ahlul Bait Nabi

Imam Ali Ar-Ridha as lahir pada 11 Dzulqaidah 148 H di Madinah. Ayah beliau adalah Imam Musa Al-Kadzim as dan ibunya seorang wanita mukmin nan saleh, bernama Najmah. Beliau memegang tampuk kepemimpinan umat pada usia 35 tahun pasca kesyahidan ayahnya, Imam Musa al-Kadzim as. Imam Ridha adalah Imam maksum yang kedelapan dari Ahlul Bait Rasulullah saw. Terdapat perbedaan pendapat mengenai tahun kelahiran beliau. Tapi mayoritas para ulama seperti Syeikh Mufid, Kulaini, Kaf'ami, Syahid Tsani, Tabarsi, Syeikh Shaduq, Ibnu Zahrah, Mas'udi, Abul Fida, Ibn Atsir, Ibnu Hajar, Ibnu Jauzi, dan ulama besar lainnya berpendapat bahwa Imam Ridha dilahirkan pada tahun 148 H.

Kelahiran manusia mulia ini telah dikabarkan oleh Rasulullah Saw jauh hari. Dalam kitab Biharul Anwar jilid 99 hal 33, Rasulullah Saw bersabda, "Bagian dari tubuhku ada di Khorasan dan akan dimakamkan di sana. Barangsiapa yang menziarahinya, maka Allah akan mencabut gundah gulana dalam diri mereka, dan mengampuni dosa para peziarah makamnya."

Gelar dan julukan beliau merupakan nama dan kata yang selalu harum sepanjang zaman. Julukan beliau "Abu al-Hasan" merupakan panggilan di kalangan orang-orang khusus, sedangkan gelar beliau di antaranya: Shabir (yang sabar), zaki (yang suci), wali (pemimpin/sahabat), fadhil (yang utama), wafi' (yang menepati janji), shiddiq (yang benar), radhi (yang rela), sirajullah (pelita Allah), nurulhuda (lentera petunjuk), qurratu ‘ainil Mu'minin (penghibur orang-orang mukmin), kufu'l malik (padanan raja), kafi al-khalq (yang mencukupi kebutuhan orang), rabb as-sarir (pemilik rahasia) dan riab at-tadbir (pengatur yang baik).

Dari semua gelar tersebut, "Ridha" (yang rela) merupakan gelar yang paling terkenal. Beliau terkenal dengan panggilan "Ridha" karena mendapatkan keridhaan Allah Swt di langit dan menjadi sumber kebahagiaan para nabi dan para imam sesudahnya di bumi. Ada juga yang mengatakan bahwa panggilan itu didasari oleh kenyataan bahwa setiap orang yang bersama beliau, baik kawan maupun lawan akan bahagia. Bahkan disebutkan bahwa Makmun yang notabene berlawanan dengan beliau begitu senang dengan sikap Imam Ridha.

Kesucian hati, ketajaman pandangan, keluasan ilmu, keimanan yang kuat kepada Allah Swt, dan perhatiannya yang besar kepada nasib masyarakat merupakan sejumlah sifat mulia yang khas pada diri Imam Ridha as. Kurang lebih selama 20 tahun, beliau memikul tanggung jawab sebagai imam dan pemimpin kaum muslimin. Karena itu, salah satu julukan beliau adalah "Rauf" atau penyayang. Beliau as memiliki hubungan baik dengan siapapun, mulai dari kalangan orang-orang kaya dan fakir-miskin, cerdik-pandai dan masyarakat awam, para pecinta beliau maupun musuh-musuhnya.

Dikisahkan, suatu hari Imam Ali Ar-Ridha as berbincang-bincang dengan masyarakat. Mereka bertanya tentang masalah-masalah hukum. Tiba-tiba seorang warga Khorasan masuk dan berkata, "Salam atasmu wahai putra Rasulullah! Aku adalah seorang pengagummu dan pecinta ayahmu serta para datukmu. Aku baru saja kembali dari haji dan aku kehilangan nafkah hidupku. Tak satu harta pun tersisa lagi padaku. Jika engkau sudi membantuku sampai di negeriku, sungguh nikmat besar Allah atasku, dan bila aku telah sampai, aku akan menginfakkan jumlah uang yang kau berikan kepadaku atas namamu, karena aku tidak berhak menerima infak."

Dengan nada lembut, Imam al-Ridha as berkata kepadanya, "Duduklah, semoga Allah mengasihanimu!". Kemudian Imam melanjutkan perbincangannya dengan masyarakat sampai mereka bubar. Setelah itu, Imam bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar. Tak lama kemudian, beliau mengeluarkan tangannya dari balik pintu sambil berkata, "Mana orang Khorasan itu?"

Orang Khorasan itu mendekat dan Imam berkata, "Ini 200 Dinar. Pergunakanlah untuk perjalananmu dan janganlah engkau menafkahkan hartamu atas nama kami." Orang itu mengambilnya dengan penuh rasa syukur, lalu meninggalkan Imam as.

Setelah itu Imam keluar dari kamar. Salah seorang sahabat bertanya, "Kenapa engkau menyembunyikan wajahmu dari balik pintu, wahai putra Rasulullah?"

Imam berkata, "Agar aku tidak melihat kehinaan pada raut wajah orang yang meminta. Tidakkah kau mendengar Rasulullah saw pernah bersabda, ‘Berbuat baik secara sembunyi-sembunyi adalah sama seperti tujuh puluh kali ibadah haji, dan orang yang terang-terangan dalam berbuat jahat sungguh terhina, dan orang yang sembunyi dalam melakukannya akan diampuni.'"

Syeikh Shaduq menuturkan bahwa Imam Ridha terbiasa tidur hanya sebentar di malam hari. Beliau sibuk melaksanakan ibadah. Dalam sehari semalam beliau melakukan shalat seribu rakaat dan secara kontinu berpuasa, khususnya tiga hari setiap bulan yaitu hari Kamis awal bulan, dan Kamis akhir bulan serta hari Rabu tengah bulan). Beliau berkata: Berpuasa di tiga hari tersebut sebanding dengan berpuasa sepanjang masa.

Dalam kitab Muntahab al-Amal terdapat riwayat dari Aba Shalah. Ia menuturkan, "Saya tidak melihat orang yang lebih alim daripada Imam Ridha. Makmun sering kali mengundang dan mengumpulkan para ilmuan dan ulama serta ahli fikih untuk melakukan debat bersama beliau. Dan Imam Ridha selalu menang dalam dialog dan perdebatan tersebut. Dan mereka mengakui keutamaan Imam Ridha. Imam Ridha dikenal sangat pemurah dan rajin memberikan sedekah secara sembunyi-sembunyi. Seringkali beliau memberikan sedekah di waktu malam."

Kini kita simak beberapa petuah suci Imam Ali al-Ridha as. Imam as berkata, "Akal seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika ia memiliki sepuluh karakter berikut: (1) Kebaikannya selalu diharapkan orang, (2) Orang lain merasa aman dari kejahatannya, (3) Menganggap banyak kebaikan orang yang sedikit, (4) Menganggap sedikit kebaikan yang telah diperbuatnya kepada orang lain, (5) Tidak pernah menyesal jika orang lain selalu meminta bantuan darinya, (6) Tidak merasa bosan mencari ilmu sepanjang umurnya, (7) Kefakiran di jalan Allah lebih disukainya dari pada kekayaan, (8) Hina di jalan Allah lebih disukainya dari pada mulia di dalam pelukan musuh-Nya, (9) Ketidaktenaran lebih disukainya dari pada ketenaran".

Kemudian sahabat beliau bertanya: "Lalu, apakah yang kesepuluh?",

Beliau menjawab, "Ia tidak melihat seseorang kecuali berkata (dalam hatinya): 'Ia masih lebih baik dariku dan lebih bertakwa'." (IRIB Indonesia)

Kamis, 27 September 2012 10:26

Ketegasan Karzai di depan Hillary Clinton

Hamid Karzai, Presiden Afghanistan saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton menyatakan, Kabul tidak akan kembali ke era pemerintahan Taliban.

Karzai tiba di New York Ahad malam (23/9) untuk menghadiri Majelis Umum PBB. Sehari kemudian ia bertemu dengan Clinton di sela-sela sidang Majelis Umum di New York. Di pertemuan tersebut, Karzai mengisyaratkan urgensitas untuk menjaga hasil kerja keras 11 tahun lalu. Ia menegaskan, laporan palsu yang dirilis media massa Barat terkait Afghanistan menimbulkan dampak negatif bagi kemajuan dan keberhasilan Kabul.

Statem Karzai terkait laporan palsu media Barat mengenai Afghanistan berkaitan erat dengan aktivitas merusak media ini terkait teransformasi Kabul. Berbagai media Barat khususnya Amerika Serikat dengan berbagai pemberitaannya berusaha mencitrakan keberhasilan AS dan NATO dalam memerangi terorisme di Afghanistan. Hal ini khususnya setelah keputusan Washington untuk menarik pasukannya dari Kabul hingga tahun 2014. Media Barat pun tak malu-malu mempropagandakan ketidakmampuan pasukan keamanan Afghanistan dalam menjaga keamanan dan stabilitas negaranya.

Media massa ini berusaha mendiktekan ideologi keliru ini kepada opini publik bahwa pasukan asing di Afghanistan berhasil mengatasi instabilitas di Afghanistan dan penarikan pasukan ini akan menimbulkan kendala keamanan di Kabul. Klaim dan propaganda ini ditebar ketika sejumlah lembaga internasional menyebut AS dan NATO gagal menjamin keamanan di Afghanistan. Lembaga ini menilai perubahan kebijakan Gedung Putih dan sekutunya di Afghanistan yang awalnya getol memerangi Taliban dan kini beralih mengajak milisi ini berunding sebagai bukti nyata kegagalan Barat dalam mengendalikan terorisme di negara ini selama 11 tahun bercokol di Kabul.

Di saat kegagalan AS dan NATO di Afghanistan tampak jelas di mata opini publik, Barat dengan memanfaatkan medianya selain berusaha mencitrakan keberhasilan pasukan asing di Kabul juga gencar mempropagandakan instabilitas keamanan pasca penarikan pasukan asing dari Afghanistan.

Kebijakan Barat yang berusaha menunjukkan kegagalan pemerintah Afghanistan untuk menjamin keamanan negaranya pasca penarikan militer Amerika Serikat dan NATO memaksa Karzai melontarkan kritik kerasnya atas strategi Washington saat bertemu dengan Hillary Clinton.

Sektor keamanan Afghanistan yang saat ini tengah mengecap pengalaman baru setelah tuntasnya tahap ketiga penyerahan kontrol keamanan dari pasukan asing kepada mereka juga mendapat respon luas dari rakyat, kubu politik, etnis dan mazhab di negara ini.

Di sisi lain, kini mulai tersebar pemahaman baru bahwa penarikan pasukan asing dari Afghanistan dan penyerahan kontrol keamanan kepada militer negara ini, telah membuka peluang lebar kerjasama rakyat dan pemerintah dalam menjamin keamanan nasional.

Sejarah Afghanistan menunjukkan bahwa keamanan negara ini hanya dapat dipulihkan dengan partisipasi rakyat dan seluruh kubu. Mungkin pengalaman inilah yang membuat Karzai dengan yakin menandaskan kepada Clinton bahwa negaranya tidak akan kembali ke era kepemimpinan Taliban.

Kamis, 27 September 2012 10:19

Obama dan Isu Nuklir Iran di PBB

Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam sidang Majelis Umum PBB ke-67 Selasa (25/9) menegaskan bahwa Amerika Serikat akan "melakukan apa yang diperlukan" untuk menghentikan program nuklir Iran. Dalam pidato enam minggu sebelum pemilihan presiden AS, Obama menyebut senjata nuklir Iran "bukanlah tantangan yang bisa diterima".

Obama dalam pidatonya mengungkapkan bahwa AS menghormati hak berbagai negara dunia untuk meraih teknologi nuklir damai. Namun ini tidak berlaku bagi Iran. Presiden AS itu menuding Tehran tidak serius menunjukkan kepada publik dunia bahwa program nuklirnya bertujuan damai. Untuk itu, Washington berupaya mencegah Iran.

Obama kembali mengulang klaim infaktualnya bahwa Iran berusaha memproduksi senjata nuklir dan gagal untuk memenuhi kewajiban internasionalnya. Meski demikian, Obama menegaskan bahwa Washington lebih memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan masalah program nuklir Iran. Obama menandaskan, "AS dan sekutunya akan melakukan segala sesuatu yang mereka bisa lakukan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir."

Statemen ini mengemuka di saat Obama tengah sibuk mencari berbagai dukungan publik terutama dari lobi Zionis di AS untuk memenangi kembali kompetisi pilpres mendatang.

Tampaknya, isu nuklir Iran menjadi komoditi politik para politisi AS menjelang perhelatan akbar enam pekan depan. Sebelumnya, Obama di hadapan lebih dari 1.200 rabbi Yahudi Amerika mengatakan bahwa dirinya tidak akan menetapkan garis merah untuk Iran, tapi akan meningkatkan tekanan terhadap Tehran melalui cara lain. Obama berupaya menepis isu adanya friksi antara Amerika dan Israel terkait program nuklir Iran.

AS bersama Israel dan sekutunya menuding Iran menyelewengkan program nuklir damainya untuk tujuan militer. Padahal Tehran berulang kali menolak tuduhan tak berdasar tersebut. Sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota berkomitmen dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran berhak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Selain itu, IAEA telah melakukan berbagai inspeksi terhadap instalasi-instalasi nuklir Iran, tetapi tidak pernah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa program nuklir sipil Tehran telah mengarah pada produksi senjata nuklir. Namun tampaknya tekanan politik negara-negara arogan dunia terhadap IAEA membuat organisasi internasional menerapkan standar ganda dalam menjalankan tanggungjawabnya kepada anggotanya sendiri.

Selama ini, IAEA dan publik dunia terlalu sibuk mempermasalahkan program nuklir Iran dan tidak pernah sedikitpun mempersoalkan program senjata nuklir militer Israel. Padahal reaktor nuklir Israel Dimona sejak awal pendiriannya bertujuan militer.(IRIB Indonesia/PH)

Kamis, 27 September 2012 10:12

Ahmadinejad Kecam Monopoli DK PBB

Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad secara tegas mengkritik Dewan Keamanan PBB (DK PBB) dan menyebut 15 anggotanya telah memonopoli kekuasaan PBB.

"Para anggota DK PBB telah memonopoli seluruh kekuatan PBB," kata Ahmadinejad dalam sebuah konferensi pers di sela-sela sidang Majelis Umum PBBke-67 di New York Amerika Serikat, Rabu (26/9).

Ia menambahkan, PBB adalah organisasi yang terbentuk dari berbagai bangsa dan semua anggota harus memperoleh hak yang sama.

Presiden Iran menyinggung adanya gerakan diskriminatif dalam PBB yang menimbulkan banyak kesengsaraan global.

"Semua anggota PBB harus mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan dibadan dunia ini dengan bebas, tanpa tekanan dan masing-masing dengan satu suara," ujarnya.

Dua anggota tetap Dewan Keamanan PBB saat ini, kata Ahmadinejad, tengah memaksakan kehendak mereka terhadap semua anggota PBB.

Menurutnya, hal itu menyebabkan kegagalan DK PBB untuk menjalankan tugasnya. Selain itu, anggota-anggota tetap tertentu di Dewan Keamanan yang memiliki hak istemewa berupaya mencegah badan ini melaksanakan tugasnya dengan melakukan tekanan.

"Saat ini DK PBB menemui jalan buntu dan tidak mampu menjaga keamanan internasional," pungkasnya. (IRIB Indonesia/RA)

Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad menyerukan masyarakat internasional untuk mengecam pembunuhan seorang wartawan Press TV di Suriah.

"Saya berharap peristiwa seperti itu tidak akan terulang di mana saja di dunia dan saya berharap bahwa semua pihak tanpa memperhatikan preferensi pribadi, akan mengutuk peristiwa tersebut," kata Ahmadinejad dalam sebuah konferensi pers setelah pidatonya di sidang tahunan Majelis Umum PBB ke-67 di New York, Rabu (26/9).

Presiden Iran menyatakan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya wartawan Press TV Maya Naser.

Para militan di Suriah menyerang dan membunuh Maya Naser, seorang wartawan Press TV dan melukai Hossein Mortada, Kepala Biro televisi al-Alam dan Press TV di Damaskus, ibukota Suriah.

Press TV dan al-Alam adalah jaringan televisi Iran yang masing-masing berbahasa Inggris dan Arab.

Naser ditembak oleh penembak jitu (sniper) sementara Mortada ditembak di punggungnya. Saat itu, keduanya tengah meliput ledakan bom kembar yang menargetkan gedung komando militer di Damaskus, ibukota Suriah, dan menewaskan sedikitnya empat pasukan keamanan Suriah.

Maya Naser lahir pada tanggal 30 Juli 1979 di Suriah. Ia pernah belajar ilmu politik, fasih berbahasa Arab dan Inggris dan telah bekerja di berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Suriah, Lebanon, Yordania, Mesir dan Bahrain.(IRIB Indonesia/RA)

Imam Jakfar Shadiq as mengenai peristiwa yang terjadi saat kelahiran Nabi Muhammad Saw berkata, "Setan biasa pulang pergi ke tujuh langit yang ada. Ketika Nabi Isa as lahir ke dunia, setan dilarang melewati tiga langit. Dengan demikian ia hanya bisa pergi hingga ke langit keempat. Ketika Nabi Muhammad Saw lahir ke dunia, setan dilarang naik ke langit, sekalipun yang pertama. Bila setan hendak naik ke langit, maka panah meteor dari langit dilemparkan ke arahnya..."

Ketika orang-orang Quraisy menyaksikan peristiwa yang ada di langit mereka berkata, "Seakan-akan kiamat yang diberitakan oleh Yahudi dan Kristen telah terjadi."

Amr bin Umayah, seorang ahli astronomi hebat di masanya berkata, "Pandanglah langit! Pandangi bintang-bintang yang menjadi petunjuk kita. Bintang-bintang yang menunjukkan kapan musim dingin dan panas tiba. Lihatlah! Bila kalian melihat bintang-bintang itu pindah dari tempatnya, maka ketahuilah bahwa masa kehancuran seluruh makhluk telah tiba. Bila kalian menyaksikan bintang-bintang ini tetap pada tempatnya dan bintang-bintang lain dilempar ke sekitarnya, maka ketahuilah telah terjadi satu peristiwa baru."

Paginya semua menyaksikan betapa seluruh arca dan sesembahan mereka telah tumbang. Pintu gerbang istana Kisra retak dan 14 pilah penyangga setiap pintu gerbang runtuh. Air danau Saveh mengering dan api yang berada di kuil api Persia juga padam, padahal api itu telah menyala selama 1000 tahun. Pemimpin Rahib Zoroaster bermimpi melihat onta-onta yang kuar menyeret kuda-kuda Arab melewati sungai Dajlah hingga mencapai Iran. Kubah pintu gerbang istana Kisra terbelah dan sungai Dajlah yang sebelumnya kering telah diisi lagi oleh air.

Pada malam itu muncul cahaya dari Hijaz yang menerangi langit, kemudian meluas hingga mencapai langit bagian timur. Singgasana semua raja dan penguasa zalim hancur dan mereka tibat-tiba menjadi bisu. Mereka tidak dapat berbicara hingga malam tiba. Ilmu para tukang sihir musnah dan sihir mereka tidak berguna.

"... dan Quraisy perlahan-lahan naik dan memiliki tempat di tengah-tengah kabilah Arab. Kepada mereka disebut Alu Allah. Karena mereka tinggal di Mekah dan Baitulllah al-Haram sudah ada di sana..."

Aminah, ibu Nabi Muhammad Saw mengenai saat-saat kelahiran anaknya mengatakan, "Demi Allah! Ketika anakku lahir ke dunia ia meletakkan tangannya di bumi dan menengadahkan kepalanya ke langit. Kemudian ada cahaya yang muncul dari dirinya. Cahaya itu menerangi semua yang ada. Pada waktu itu aku mendengar ada seseorang di antara cahaya itu yang berkata, "Engkau telah melahirkan manusia terbaik... Namakan ia Muhammad..."

 

Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Nabi Muhammad Saw.

Menurut laporan Syria Today, Kamis (27/9), Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin dalam jumpa persnya pada Rabu menegaskan penentangan Moskow terhadap intervensi militer di Suriah.

Ia mengatakan, Rusia akan menentang segala bentuk resolusi anti-Suriah yang didasarkan pada Bab VII Piagam PBB.

Lebih lanjut Churkin menegaskan bahwa yang terpenting saat ini adalah realisasi dari dialog nasional di Suriah berdasarkan kesepakatan Jenewa.

Rusia dan Cina hingga kini telah tiga kali memveto draf usulan Barat yang didasarkan pada Bab VII Piagam PBB dimana jika perdamaian dan keamanan internasional terancam maka dapat dilakukan intervensi militer.

Rusia juga menuding Barat mendukung kelompok-kelompok ekstrim dan teroris di Suriah untuk mengobarkan kerusuhan di negara Arab itu.

Lebih lanjut Dubes Rusia untuk PBB menyatakan protes kepada Amerika Serikat, Inggris dan Perancis dan menyebut negara-negara tersebut mengintervensi Suriah demi meraih kepentingan-kepentingan geopolitiknya

"Mereka tengah berusaha menggapai kepentingan-kepentingannya yang tidak ada kaitannya dengan tuntutan rakyat Suriah," pungkasnya. (IRIB Indonesia/RA)

Hammad bin Isa meminta kepada Imam Shadiq as agar mendoakan dirinya dapat melakukan ibadah haji berkali-kali dan dianugerahi rumah yang bagus, isteri dari keluarga yang baik dan anak-anak yang saleh.

Mendengar permintaan itu, Imam Shadiq as kemudian berdoa, "Yaa Allah! Berikanlah harta kepada Hammad bin Isa sehingga ia dapat melakukan haji sebanyak 50 kali, rumah yang bagus, isteri yang baik dan anak-anak yang saleh."

Seseorang yang berada di majelis Imam Shadiq as dan melihat peristiwa itu berkata, "Setelah beberapa tahun berlalu, aku pergi ke Basrah untuk melihat dari dekat rumah Hammad bin Isa di Basrah. Kemudian Hammad berkata kepadaku, "Apakah engkau masih ingat doa Imam Shadiq as untukku?" Aku menjawab, "Iya."

Hammad kemudian menjelaskan, "Rumah yang engkau lihat ini adalah rumahku dan tidak ada yang menyamainya di kota ini. Taman dan apa saja di rumah ini adalah yang terbaik. Isteriku berasal dari keluarga terpandang dan anak-anakku termasuk anak yang saleh. Sampai saat ini aku telah menunaikan haji yang ke-48."

Perawi mengatakan, "Setelah peristiwa itu, Hammad menunaikan ibadah haji dua kali lagi."

روی عن علی «علیه‏ السلام» قال:

«يَنبَغِي لِمَن عَرَفَ اللهَ سُبحَانَهُ اَن لا يَخلوُا قَلبُهُ مِن رَجَائِهِ وَ خَوفِهِ»

Diriwayatkan Imam Ali as mengatakan, "Hendaknya hati orang yang mengenal Allah Swt tidak kosong dari harapan dan takut kepada-Nya."

Ayatullah Mojtaba Tehrani menjelaskan hadis tersebut dan mengatakan, "Tidak pantas jika orang yang mengenal Allah Swt, sedikit pun tidak memiliki harapan dan rasa takut di hatinya kepada Allah Swt. Hati orang yang mengenal Allah Swt harus senantiasa dipenuhi dengan dua kondisi pertama harapan kepada Allah Swt, dan kedua takut kepada-Nya. Yakni mengharapkan pertolongan dan kasih sayang Allah Swt namun pada saat yang sama takut akan azab dan siksa-Nya."

"Kedua kondisi tersebut harus senantiasa ada dalam hatinya, karena jika hanya satu saja yang ada, maka dampaknya akan negatif. Jika di dalam hatinya yang ada hanya harapan, maka dia akan punya keberanian untuk berbuat maksiat, di sisi lain jika di dalam hatinya yang ada hanya rasa takut maka dia tidak akan pernah mengharapkan rahmat Allah Swt. Padahal, keputusasaan atas rahmat Allah Swt merupakan dosa terbesar. Oleh karena itu, keduanya harus ada."

"Akan tetapi jika keduanya bersanding, maka akan memberikan peran konstruktif. Rasa takut akan membuat manusia berkomitmen untuk menaati perintah Allah Swt dan harapan akan membuatnya menyandarkan diri pada kasih sayang, rahmat dan pertolongan Allah Swt. Oleh karena itu, jika dia melakukan kesalahan maka dia akan kembali kepada Allah. Perlu diperhatikan pula bahwa keduanya harus seimbang dan tidak boleh ada yang lebih unggul.

غررالحکم ص 83 روایت 1339