Obama dan Isu Nuklir Iran di PBB

Rate this item
(0 votes)

Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam sidang Majelis Umum PBB ke-67 Selasa (25/9) menegaskan bahwa Amerika Serikat akan "melakukan apa yang diperlukan" untuk menghentikan program nuklir Iran. Dalam pidato enam minggu sebelum pemilihan presiden AS, Obama menyebut senjata nuklir Iran "bukanlah tantangan yang bisa diterima".

Obama dalam pidatonya mengungkapkan bahwa AS menghormati hak berbagai negara dunia untuk meraih teknologi nuklir damai. Namun ini tidak berlaku bagi Iran. Presiden AS itu menuding Tehran tidak serius menunjukkan kepada publik dunia bahwa program nuklirnya bertujuan damai. Untuk itu, Washington berupaya mencegah Iran.

Obama kembali mengulang klaim infaktualnya bahwa Iran berusaha memproduksi senjata nuklir dan gagal untuk memenuhi kewajiban internasionalnya. Meski demikian, Obama menegaskan bahwa Washington lebih memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan masalah program nuklir Iran. Obama menandaskan, "AS dan sekutunya akan melakukan segala sesuatu yang mereka bisa lakukan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir."

Statemen ini mengemuka di saat Obama tengah sibuk mencari berbagai dukungan publik terutama dari lobi Zionis di AS untuk memenangi kembali kompetisi pilpres mendatang.

Tampaknya, isu nuklir Iran menjadi komoditi politik para politisi AS menjelang perhelatan akbar enam pekan depan. Sebelumnya, Obama di hadapan lebih dari 1.200 rabbi Yahudi Amerika mengatakan bahwa dirinya tidak akan menetapkan garis merah untuk Iran, tapi akan meningkatkan tekanan terhadap Tehran melalui cara lain. Obama berupaya menepis isu adanya friksi antara Amerika dan Israel terkait program nuklir Iran.

AS bersama Israel dan sekutunya menuding Iran menyelewengkan program nuklir damainya untuk tujuan militer. Padahal Tehran berulang kali menolak tuduhan tak berdasar tersebut. Sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota berkomitmen dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran berhak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Selain itu, IAEA telah melakukan berbagai inspeksi terhadap instalasi-instalasi nuklir Iran, tetapi tidak pernah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa program nuklir sipil Tehran telah mengarah pada produksi senjata nuklir. Namun tampaknya tekanan politik negara-negara arogan dunia terhadap IAEA membuat organisasi internasional menerapkan standar ganda dalam menjalankan tanggungjawabnya kepada anggotanya sendiri.

Selama ini, IAEA dan publik dunia terlalu sibuk mempermasalahkan program nuklir Iran dan tidak pernah sedikitpun mempersoalkan program senjata nuklir militer Israel. Padahal reaktor nuklir Israel Dimona sejak awal pendiriannya bertujuan militer.(IRIB Indonesia/PH)

Read 1647 times