کمالوندی

کمالوندی

بسم الله الرحمن الرحیم
و الحمد لله رب العالمین و الصلاة و السلام علی سید الأنبیاء و المرسلین و علی آله الطیبین و صحبه المنتجبین


Tibanya musim haji harus dipandang sebagai hari besar bagi umat Islam. Kesempatan emas yang ada pada hari-hari yang sangat berharga ini setiap tahunnya adalah sarana menakjubkan bagi umat Islam yang jika dikenal dengan baik dan dimafaatkan dengan semestinya akan mampu mengatasi banyak masalah yang ada di Dunia Islam.

Haji adalah mata air anugerah Ilahi yang memancar. Masing-masing dari Anda semua, para hujjaj yang berbahagia, saat ini memperoleh keberuntungan yang besar untuk membersihkan hati dan jiwa sebaik mungkin dengan amalan-amalan dan manasik yang penuh kesucian dan maknawiyah. Raihlah bekal untuk seluruh kehidupan Anda dari sumber rahmat, kemuliaan dan kekuatan ini. Di medan pendidikan dan pelatihan Ilahi ini kalian bisa mempelajari kekhusyukan dan penyerahan diri di hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih; kepeduliaan untuk melaksanakan kewajiban yang dipikulkan di pundak seorang Muslim; semangat, gerak dan tindakan dalam melakukan pekerjaan untuk agama dan dunia; kasih sayang dan sifat memaafkan dalam pergaulan dengan saudara; keberanian dan percaya diri menghadapi peristiwa-peristiwa yang sulit; harapan kepada bantuan dan inayah Allah di semua tempat dan dalam segala hal; dan singkatnya Anda bisa belajar untuk menjadi insan Muslim yang sejati. Lalu, kalian akan pulang membawa oleh-oleh diri yang terhiasi dengan semua hiasan itu dan membawa kekayaan spiritual haji untuk negara serta bangsa kalian dan akhirnya untuk umat Islam.

Hari ini, umat Islam sangat memerlukan keberadaan manusia-manusia yang bisa menggandengkan pemikiran dan tindakan seiring dengan keimanan, kemurnian hati dan keikhlasan, dan yang mampu memadukan perlawanan terhadap musuh-musuh yang pendendam dengan penempaan diri, spiritualitas dan keruhanian. Inilah satu-satunya jalan keselamatan bagi masyarakat besar Muslim dari segala musibah dan derita yang dialaminya sejak zaman dahulu, baik yang secara jelas dilakukan oleh musuh maupun yang terjadi karena lemahnya tekad, iman dan kearifan.

Tak diragukan bahwa era saat ini adalah era kebangkitan dan penemuan jatidiri umat Islam. Hakikat ini dapat disaksikan dengan jelas melalui tantangan-tantangan yang tengah dihadapi oleh negara-negara Islam. Tepat dalam kondisi seperti ini, tekad dan kemauan yang bersandarkan pada keimanan, tawakkal, kearifan dan kebijaksanaan bisa menghantarkan bangsa-bangsa Muslim kepada kemenangan dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada dan membawanya kepada kemuliaan, sehingga kehidupan mereka akan diwarnai dengan harga diri dan kehormatan. Kubu di depan sana yang tak kuasa menyaksikan kebangkitan dan kehormatan umat Islam telah terjun ke tengah medan dengan segenap kekuatannya. Kubu itu mengerahkan seluruh sarana dan fasilitas keamanan, urat saraf, militer, ekonomi dan corong media untuk membuat umat Islam pasif, untuk menumpas mereka dan membuat mereka sibuk dengan diri mereka sendiri. Dengan mencermati kondisi negara-negara Asia Barat mulai dari Pakistan dan Afghanistan hingga Suriah, Irak, Palestina dan negara-negara kawasan Teluk Persia juga negara-negara di utara Afrika dari Libya, Mesir dan Tunisia sampai Sudan dan sejumlah negara lainnya akan terkuak banyak fakta yang sebenarnya. Perang saudara; fanatisme buta bernuansa agama dan madzhab; instabilitas politik; merebaknya terorisme yang keji; munculnya kelompok-kelompok dan aliran-aliran ekstrim yang bertindak layaknya suku-suku yang kebuasannya terekam dalam sejarah saat dengan mudah membelah dada manusia dan mencabik-cabik hatinya; kelompok-kelompok bersenjata yang membantai anak-anak dan perempuan, memenggal kepala para pria dan dan menodai kehormatan; bahkan dalam sejumlah kasus mereka melakukan kejahatan-kejahatan yang memalukan dan menjijikkan itu dengan nama dan dengan mengusung bendera agama; semua itu adalah produk konspirasi setan yang dibuat oleh kubu arogansi, dinas-dinas keamanan asing, dan antek-antek rezim pemerintahan yang menjadi kaki tangan mereka di kawasan ini. Kondisi dalam negeri sejumlah negara membuat konspirasi itu berpotensi untuk terjadi, menenggelamkan bangsa-bangsa ini ke dalam kekelaman dan menuangkan kegetiran pada kehidupan mereka. Dalam situasi dan kondisi seperti ini bisa dipastikan bahwa negara-negara Muslim tidak bisa diharapkan mampu mengisi kekosongan material dan spiritual mereka dan tak akan mampu mencapai kemakmuran, kemajuan sains dan wibawa internasional yang mestinya diperoleh berkat kebangkitan dan penemuan jatidiri. Kondisi yang memprihatinkan ini bisa membuat mandul kebangkitan Islam, meredupkan kesiapan mental yang sudah muncul di tengah Dunia Islam, menyeret bangsa-bangsa Muslim kembali kepada stagnansi, keterasingan dan dekandensi untuk masa yang lama, dan membuat isu-isu utama dan urgen bagi mereka seperti penyelamatan Palestina dan pembebasan bangsa-bangsa Muslim dari cengkeraman Amerika Serikat (AS) dan zionisme terlupakan.

Penanganan secara mendasar bagi semua itu bisa diringkas dalam dua kalimat kunci yang keduanya merupakan pelajaran paling menonjol dari haji, yaitu:
Pertama, persatuan dan persaudaraan umat Islam di bawah panji tauhid.
Dan kedua, mengenal musuh dan melawan konspirasi-konspirasi serta modus-modus yang digunakannya.

Memperkuat spirit persaudaraan dan solidaritas adalah pelajaran besar yang didapat dari haji. Di sini, bahkan dilarang berdebat dan berbantah-bantahan dengan orang lain. Pakaian yang sama, amalan yang sama, gerakan yang sama dan perilaku yang ramah di sini berarti kesamaan dan persaudaraan semua orang yang meyakini dan mencintai poros tauhid ini. Inilah jawaban Islam yang jelas kepada pemikiran, keyakinan dan ajakan yang menganggap sekelompok dari umat Islam yang meyakini Ka'bah dan tauhid berada di luar Islam. Anasir takfiri yang sekarang ini dipermainkan oleh kebijakan zionisme yang licik dan para pelindungnya di Barat, kelompok yang melakukan berbagai macam kejahatan besar, menumpahkan darah umat Islam dan orang-orang yang tak berdosa, juga mereka yang mengaku beragama dan mengenakan pakaian ulama namun terus menerus meniupkan api perselisihan Syiah, Sunni dan lainnya, mereka semua harus menyadari bahwa pelaksanaan manasik haji membuktikan kebatilan apa yang mereka klaim. Sungguh mengherankan, mereka yang menganggap ritual berlepas tangan (bara'ah) dari musyrikin sebagai perdebatan yang dilarang -padahal ritual ini berakar pada amalan yang dilakukan Nabi Besar Saw-, tapi justeru merekalah orang-orang yang sangat berperan dalam menciptakan konflik berdarah di tengah umat Islam.

Saya, seperti juga banyak ulama Islam yang lain dan mereka yang punya kepedulian kepada umat Islam, kembali mengumumkan bahwa setiap ucapan dan tindakan yang bisa mengobarkan api perselisihan di tengah umat Islam, demikian juga pelecehan terhadap apa yang dianggap sakral oleh setiap kelompok Muslim atau aksi pengkafiran salah satu madzhab Islam, semua itu adalah perbuatan yang melayani kubu kekafiran dan syirik, dan pengkhianatan terhadap Islam yang diharamkan dalam syariat.

Mengenal musuh dan modus-modusnya adalah pondasi kedua. Pertama, keberadaan musuh-yang menyimpan dendam jangan sampai dilalaikan dan dilupakan. Ritual melempar jumrah yang dilakukan beberapa kali dalam manasik haji adalah ritual simbolik untuk menunjukkan kesiagaan selalu. Kedua, jangan sampai salah dalam mengenal musuh utama yang hari ini adalah kubu arogansi dunia dan jaringan zionisme durjana. Ketiga, modus-modus yang digunakan oleh musuh untuk menciptakan perpecahan di tengah umat Islam, menyebarkan kebejatan politik dan akhlak, ancaman dan bujukan terhadap kalangan elit, tekanan ekonomi terhadap bangsa-bangsa, menciptakan keragu-raguan terhadap keyakinan-keyakinan yang ada dalam Islam harus dianalisa dengan baik. Seiring dengan itu, orang-orang yang secara sadar atau tidak menjadi kaki tangan mereka juga harus dikenali dengan cara ini.

Negara-negara arogansi terutama AS dengan memanfaatkan sarana-sarana media massa yang luas dan canggih sengaja menutupi wajah mereka yang sebenarnya. Dengan mengklaim diri sebagai pihak yang membela hak asasi manusia dan demokrasi mereka melakukan tindakan penipuan opini umum bangsa-bangsa di dunia. Di saat mereka mengaku membela hak bangsa-bangsa di dunia, dengan jiwa dan raga bangsa-bangsa Muslim hari demi hari semakin merasakan percikan api fitnah yang mereka kobarkan. Dengan pandangan sekilas terhadap bangsa Palestina yang tertindas yang setiap hari selama puluhan tahun menjadi korban kebiadaban rezim Zionis Israel dan para pembelanya; pandangan sekilas tehadap negara-negara seperti Afghanistan, Pakistan dan Irak yang kehidupan rakyatnya terasa getir akibat terorisme yang lahir dari rahim kebijakan kubu arogansi dan kaki tangannya di kawasan; pandangan sekilas terhadap Suriah yang menjadi bulan-bulanan aksi dendam kubu hegemoni internasional dan antek-anteknya di kawasan dan kini tenggalam dalam perang saudara yang berdarah-darah hanya karena negara itu membela muqawamah dan perlawanan terhadap zionisme; pandangan sekilas terhadap Bahrain atau Myanmar yang masing-masing dalam bentuknya tersendiri saat orang-orang Muslim yang menderita di sana terlupakan sementara musuh-musuh mereka dilindungi; pandangan sekilas terhadap bangsa-bangsa lain yang bertubi-tubi menjadi sasaran ancaman agresi militer, embargo ekonomi atau aksi pengacauan keamanan oleh AS dan sekutu-sekutunya, semua itu menunjukkan kepada semua orang wajah para pemimpin sistem hegemoni yang sebenarnya.

Kalangan elit politik, budaya dan agama di seluruh wilayah di Dunia Islam harus merasa berkewajiban untuk membongkar fakta-fakta ini. Ini adalah kewajiban normatif dan agama bagi kita semua. Negara-negara di utara Afrika yang, sayangnya, saat ini terancam konflik internal yang mendalam punya kewajiban yang lebih besar untuk peduli akan tanggung jawab besar ini, yaitu mengenal musuh beserta modus dan taktik-taktiknya. Berlanjutnya konflik di antara kelompok-kelompok kebangsaan dan kelalaian akan ancaman perang saudara di negara-negara ini adalah bahaya besar yang kerugiannya bagi umat Islam tidak bisa diatasi dalam masa yang singkat.

Tentunya, kita tidak meragukan bahwa bangsa-bangsa yang sudah bangkit di kawasan yang telah melahirkan kebangkitan Islam, dengan izin Allah tak akan membiarkan jarum sejarah berputar balik ke masa lalu dan era kekuasaan para pemimpin yang bejat, dependen dan diktator kembali terulang. Akan tetapi kelalaian akan konspirasi kekuatan-kekuatan arogansi dalam menebar fitnah dan melakukan intervensi yang destruktif akan menyulitkan mereka dan akan menunda lahirnya era kemuliaan, keamanan dan kemakmuran sampai beberapa tahun kemudian. Dari lubuk hati yang dalam kami percaya akan kemampuan rakyat dan kekuatan tekad, keimanan dan kearifan rakyat yang telah diberikan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Bijaksana. Kenyataan inilah yang kami saksikan dengan mata kepala sendiri dan telah kami rasakan selama tiga dekade di Republik Islam Iran. Tekad kami adalah mengajak bangsa-bangsa Muslim untuk meneladani pengalaman saudara-saudara mereka di negara yang berwibawa dan tak mengenal kata lelah ini.

Kepada Allah Swt saya memohon kebaikan untuk kondisi umat Islam dan tertolaknya tipu daya musuh. Kepada Allah saya memohon terkabulnya haji, kesehatan fisik dan jiwa serta kekayaan besar spiritual untuk Anda semua, para hujjaj Baitullah.

Wassalamu'alaikum wa rahmatullah
Sayyid Ali Khamenei

5 Dzul Hijjah 1434 H/ 19 Mehr 1392 HS
(11 Oktober 2013)

Khatib shalat Jumat Tehran menyebut pemerintah Amerika Serikat sebagai pemerintah yang tidak bisa dipercaya dan munafik dalam berhadapan dengan Republik Islam Iran.

Ayatullah Sayid Ahmad Khatami dalam khutbah Jumat, yang dipusatkan di Universitas Tehran, mengulas panjang lebar tentang kebijakan standar ganda AS terhadap Iran.

"Para pejabat Washington menyatakan menyambut perundingan dengan Tehran, sementara Presiden Obama dalam pertemuannya dengan PM Israel baru-baru ini, mengklaim bahwa penerapan sanksi telah memaksa Iran ke meja perundingan," kata Ayatullah Khatami.

Menanggapi pernyataan Obama bahwa semua opsi ada di atas meja termasuk opsi militer terhadap Iran, Ayatullah Khatami menandaskan, bangsa Iran juga meletakkan semua opsi di atas meja dalam menghadapi AS dan Barat.

Menurutnya, jejak AS tampak jelas dalam berbagai konspirasi terhadap bangsa Iran sejak kemenangan Revolusi Islam hingga sekarang. "Slogan 'mampus Amerika' adalah simbol resistensi bangsa Iran. Slogan ini akan dilestarikan selama kenakalan AS terus berlanjut dan kebencian bangsa Iran terhadap AS tidak akan sirna," ujarnya.

Ayatullah Khatami menuturkan, persatuan nasional merupakan senjata paling tangguh dalam menghadapi musuh dan melalui senjata itu, Iran akan selalu mampu melawan konspirasi mereka.

Amerika Serikat menutup kantor kedutaan besarnya di Jakarta untuk sementara waktu. Penutupan kantor kedutaan tersebut diumumkan melalui media sosial Twitter.

"Kami akan segera kembali setelah kesepakatan anggaran tercapai!," cuit akun Twitter resmi kedutaan besar Amerika Serikat, @usembassyjkt pada Jumat, 11 Oktober 2013.

Diberitakan sebelumnya, pemerintah AS akhirnya menutup sementara (shutdown) layanan pemerintah. Langkah itu menyusul serangkaian perdebatan panjang dan manuver politik dari Parlemen, Senat, dan Gedung Putih, yang akhirnya gagal mencapai kata sepakat atas persoalan kebuntuan anggaran negara itu.

Shutdown ini merupakan yang pertama kalinya selama hampir dua dekade. Seperti dilansir New York Times, dampak dari shutdown ini adalah sebanyak 800 ribu pegawai negara federal dirumahkan untuk sementara dan jutaan orang lainnya akan diminta bekerja tanpa dibayar.

Kantor Pengelolaan Anggaran Amerika meminta agar lembaga-lembaga pemerintah harus mulai merencanakan shutdown sekarang karena tidak ada alokasi anggarannya. Perihal tersebut karena Kongres gagal mencapai kesepakatan.

Sepekan sebelum jatuh tempo penambahan level utang Amerika, para pejabat senior ekonomi dunia telah memperingatkan dampak negatif dari kebangkrutan negara ini. Christine Lagarde, Kepala Dana Moneter Internasional memperingatkan bila Amerika tidak menambah level utangnya hingga tanggal 17 Oktober, ekonomi dunia akan memasuki periode berbahaya. Para pejabat ekonomi dunia menyatakan bahwa dampak pengumuman kebangkrutan Amerika akan lebih dirasakan oleh negara-negara miskin di dunia.

Masih ada waktu 6 hari lagi bagi pemerintah AS untuk menggolkan tambahan level utang mereka. Bila Gedung Putih dan Kongres tidak mencapai kesepakatan, maka negara yang memiliki 20 persen produk domestik bruto ini secara resmi akan mengumumkan kebangrutannya dan dampaknya akan menyeret banyak negara ke arah yang sama.

Saat ini, negara-negara asing menjadi pemilik lebih dari 2 triliun dolar surat utang AS. Selama beberapa puluh tahun belakangan ini, AS mengelola ekonominya dengan mendapat dana dari negara asing lewat penjualan surat utangnya dan membayarkan bunganya kepada pihak asing. Bila terjadi masalah dalam proses ini, maka Amerika akan memasuki periode resesi ekonomi parah dan membahayakan perputaran uang di negara ini.

Di sisi lain, Amerika merupakan pasar terbesar produk-produk dunia. Bila terjadi resesi ekonomi dan menurunnya aktivitas kerja di negara ini, maka banyak pengekspor barang ke AS akan merugi. Cina dan Jerman termasuk negara yang bergantung pada ekspor produknya ke Amerika. Begitu juga negara-negara sedang berkembang yang menjual minyak akan kehilangan devisa ketika AS memasuki periode resesi ekonomi

Pasar saham AS seperti Wall Street yang berfungsi sebagai penentu harga saham di pelbagai kawasan dunia akan mengalami goncangan hebat bila pemerintah Amerika mengalami kebangkrutan. Pada saat yang sama, pasar-pasar saham di Eropa dan Asia juga akan mengalami nasib yang sama. Negara-negara yang paling banyak membeli surat utang pemerintah Amerika adalah Cina, Jepang, negara-negara anggota Uni Eropa, Rusia dan negara-negara Arab pengekspor minyak. Negara AS sendiri setiap bulannya harus membayar utang dan bunganya kepada para pembeli surat utangnya.

Dengan mencermati keadaan yang ada, bila pemerintah Amerika tidak memiliki uang untuk membayar utangnya hingga tanggal 17 Oktober, ratusan miliar dolar kekayaan negara-negara di dunia akan lenyap begitu saja. Dengan kata lain, kebangkrutan pemerintah AS membuat para peminjam tiba-tiba kekurangan likuiditas. Kondisi ini sangat berdampak negatif bagi kinerja keuangan banyak negara di dunia.

Berbeda dengan negara-negara seperti Yunani, Irlandia, Portugal dan Cyprus yang utangnya hanya mencapai ratusan miliar dolar, utang AS mencapai puluhan triliun dolar, sehingga lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, bank-bank Cina, Jepang dan Eropa tidak akan mampu mencegah kebangkrutan AS. Bila ada negara yang ingin melanjutkan pemberian pinjaman kepada pemerintah Amerika, maka negara itu akan menuntut bunga yang sangat tinggi.

Saat ini, kemungkinan besar peringkat kredit Amerika akan mengalami penurunan dan bila Washington ingin mendapatkan pinjaman baru, maka itu bisa didapatkan dengan bunga yang sangat tinggi. Kenyataan ini dengan sendirinya menambah jumlah defisit anggaran dan utang pemerintah AS. Bagaimanapun juga, sikap keras kepala yang terjadi di kalangan politikus AS bukan saja merugikan warga AS, tapi mencakup nasib ratusan juta manusia di seluruh dunia.

Dewan Keamanan PBB meratifikasi usulan Ban Ki-moon, Sekjen PBB terkait masalah Suriah. Agshin Mehdiyev, Duta Azerbaijan untuk PBB yang menjadi ketua periodik DK-PBB mengatakan, "Berdasarkan kesepakatan anggota dewan pada sidang Kamis malam, sebuah tim bersama dari PBB dan OPCW, lembaga pemantau senjata nuklir telah dibentuk dan menjadi penanggung jawab penghancurkan gudang-gudang senjata kimia Suriah."

Tim bersama ini akan berkedudukan di Cyprus dan anggota pakar kimianya akan ditambah hingga mencapai 100 orang. Para pakar Rusia akan memainkan peran aktif dalam tim ini. Moskow bermaksud menambah jumlah pakarnya untuk memantau serius proses penghancuran senjata kimia Suriah."

Tampaknya kesempatan Kamis malam DK-PBB hasil dari lobi yang dilakukan oleh Sergei Ryabkov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia dengan para pejabat AS dan PBB pada 8 Oktober lalu. Penghancuran senjata kimia dan instalasinya di Suriah merupakan mekanisme yang dipilih oleh menteri luar negeri Rusia dan AS dalam pertemuan bulan September di Jenewa gua mencegah semakin luasnya krisis kemanusiaan di Suriah. Kesepatakn ini disepakti dalam resolusi DK-PBB bernomor 2118.

Barat, khususnya Amerika berusaha menjadikan masalah penggunaan senjata kimia di Suriah sebagai alasan untuk melakukan intervensi militer di negara ini. Rusia berkali-kali menyatakan intervensi militer AS di Timur Tengah bertentangan dengan kepentingan dan keamanan negaranya. Untuk itu, Rusia menyampaikan ide penghancuran gudang-gudang senjata kimia Suriah guna menepis segala alasan Barat melakukan campur tangan militer di Timur Tengah. Sejatinya, Rusia dengan usulan ini berusaha membangun citra positifnya di masyarakat internasional, sekaligus menghalangi AS menciptakan Timur Tengah Baru.

 

Sekalipun pelaksanaan rencana ini akan mengurangi kemampuan pertahanan Suriah dalam menghadapi Zionis Israel, tapi dengan sendirinya mampu mencegah serangan militer negara-negara asing ke negara ini. Itulah mengapa pemerintah Suriah menyambut usulan ini. Damaskus dengan segera menandatangani dokumen perjanjian larangan penggunaan senjata kimia dan memberikan daftar tempat-tempat senjata kimia ditempatkan kepada lembaga OPCW.

Pemerintah Suriah telah memulai penghancuran senjata kimianya sejak awal bulan Oktober. Pada pakar internasional diterjunkan ke negara ini untuk membantu pemusnahan senjata kimia. Mereka menyebut kerjasama pemerintah Suriah sangat konstruktif dan menilai langkah awal Damaskus sangat baik. Walid Moallem, Menteri Luar Negeri Suriah mengatakan bahwa pemerintah negara ini menyimpan senjata kimia di 17 titik dan tiga darinya berada di kawasan konflik.

Sekalipun perincian usulan Ban Ki-moon belum dipublikasikan, tapi dikatakan bahwa sebagian darinya adalah pengumuman gencatan senjata dari kedua pihak yang bertikai di Suriah. Dengan demikian, rencana Sekjen PBB ini pada dasarnya hasil dari tekanan internasional untuk menciptakan gencatan senjata di Suriah dan dengan sendirinya melemahkan alasan Barat untuk mengintervensi negara ini.

Masalah pemusnahan senjata kimia Suriah akan berlanjut hingga bulan Juni tahun depan. Itu artinya, negara ini akan aman selama beberapa bulan dari ancaman intervensi militer asing. Pernyataan para pejabat Rusia juga menunjukkan mereka sedang berusaha mengulur waktu bagi pemerintah Suriah. Dengan dasar ini juga Alexander Lukashevich, Jurubicara Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan keraguannya terkait proses pemusnahan senjata kimia Suriah dengan jadual yang telah ditetapkan. Ia mengatakan, "Sesuai dengan kondisi yang ada, masih merupakan khayalan bila ada yang beranggapan dapat menyelesaikan proyek ini hingga awal musim panas 2014."

Jumat, 04 Oktober 2013 10:27

Upaya Israel Merusak Kedekatan Iran-Barat

Diplomasi aktif Republik Islam Iran beberapa waktu lalu di New York telah membuat rezim Zionis Israel terkucil di tengah para sekutunya.

 

Sebagaimana diketahui, hanya satu kelompok yang bereaksi negatif terhadap pidato Presiden Hassan Rohani di PBB yaitu, ekstremis Zionis. Sementara negara-negara lain seperti, Amerika Serikat dan Jerman menyambut baik pidato tersebut.

 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pidatonya di sidang tahunan Majelis Umum PBB dan juga dalam pertemuan dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih, berupaya meningkatkan tekanan kepada pemerintah AS dan merusak kedekatan Iran dengan Barat.

 

Rohani telah menciptakan atmosfir diplomatik yang positif antara Republik Islam dan Barat di New York. Obama juga telah melakukan panggilan telepon bersejarah dengan Presiden Iran di New York pekan lalu. Para analis dan pengamat internasional berbicara panjang lebar tentang perspektif positif dalam perundingan antara kedua belah pihak.

 

AS juga baru saja mundur dari setiap "garis merah" Israel terkait krisis di Suriah, program nuklir Iran dan bahkan kembali mendorong penyelesaian masalah Palestina. Meski demikian, Israel tetap konsisten untuk mendorong dunia, khususnya AS untuk menyerang Iran serta merusak ekonomi dan finansialnya.

 

Israel melakukan diplomasi luas untuk merusak atmosfir positif tersebut. Pada dasarnya, Tel Aviv senantiasa khawatir terhadap kedekatan Iran dengan Barat dan telah melakukan banyak upaya untuk mengkampanyekan proyek Iranphobia dan mengesankan program nuklir damai Tehran sebagai ancaman dunia.

 

Netanyahu dalam pertemuan dengan Obama pada hari Senin (30/9) di Washington, menyampaikan kekhawatirannya terhadap perluasan hubungan Iran dan Barat serta penyelesaian diplomatik masalah nuklir.

 

Sejak pemerintahan baru Iran mulai bekerja, Israel berupaya keras untuk menekan pemerintahan Obama melalui dua kanal. Kanal pertama, Tel Aviv melakukan diplomasi langsung dengan Washington dan terang-terangan menyatakan keprihatinan atas penurunan tensi ketegangan antara Iran dan masyarakat internasional serta kemungkinan pengurangan sanksi ekonomi terhadap negara itu.

 

Sementara kanal kedua adalah memanfaatkan Kongres AS untuk mempertahankan kebijakan konfrontatif pemerintah Washington terhadap Tehran. Komisi Urusan Publik Amerika Israel (AIPAC) diperkirakan akan melakukan lobi-lobi di Kongres untuk mempengaruhi keputusan Gedung Putih menyangkut Iran.

 

Pada akhirnya, meskipun Iran telah berhasil menurunkan gesekan dengan Barat dan membuat mereka untuk meninjau kembali kebijakan kontrontatifnya dengan Republik Islam, namun Barat khususnya pemerintah AS juga perlu menjaga jarak dari pengaruh lobi-lobi Zionis agar peluang yang sudah tercipta tidak hilang lagi.

 

Sekarang, Obama harus berani untuk menolak lobi Zionis dan mengadopsi kebijakan yang sejalan dengan kepentingan rakyat Amerika ketimbang kepentingan Israel.

Delegasi negara-negara dunia sepakat memilih Iran sebagai pelapor Komite Perlucutan Senjata dan Keamanan Internasional PBB pada hari Selasa (1/10). Komisi pertama Majelis Umum PBB membahas masalah politik dan keamanan internasional, termasuk di dalamnya masalah senjata nuklir. Sidang yang dihadiri 193 anggota membicarakan berbagai isu penting yang meliputi kerjasama global untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional serta prinsip mengenai perlucutan senjata dan aturan persenjataan.

 

Pada saat yang sama, perdana menteri Israel dalam pidatonya di Majelis Umum PBB kembali mengulang tudingan klisenya terhadap Iran mengenai program nuklir sipil negara itu. Benyamin Netanyahu mengungkapkan tuduhan infaktual bahwa Republik Islam Iran sedang berupaya memproduksi senjata nuklir. Netanyahu Selasa (1/10) menyerukan masyarakat internasional untuk terus menekan Iran melalui berbagai sanksi, karena menurutnya, "senjata nuklir" Iran akan menjadi ancaman bagi masa depan Israel. Sebelumnya, Ron Prosor, Duta Besar Israel di PBB menyatakan penentangan Tel Aviv terhadap posisi baru yang diraih Iran di komite perlucutan senjata dan keamanan dunia PBB.

 

Gema suara dukungan delegasi negara-negara dunia terhadap terpilihnya Iran sebagai pelapor komite perlucutan senjata PBB menjadi jawaban positif atas upaya Iran di bidang perlucutan senjata nuklir, terutama di bidang senjata pemusnah massal seperti senjata kimia. Iran sebagai korban terbesar senjata kimia memiliki kerjasama yang erat dengan Organisasi Perlucutan Senjata Kimia (OPCW).

 

Iran saat ini juga menyambut resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai perlucutan senjata nuklir di Suriah. Tehran menyambut keanggotaan Suriah di OPCW, dan Iran menyampaikan sejumlah prakarsa sehingga sejumlah rezim agresor seperti Israel bersedia menandatangani konvensi perlucutan senjata Kimia demi mewujudkan keamanan dan perdamaian kawasan Timur Tengah dan dunia.

 

Republik Islam Iran saat ini termasuk salah satu anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dan penandatangan traktat non proliferasi nuklir (NPT). Salah satu tujuan dibentuknya NPT adalah untuk mencegah penyebaran senjata nuklir di dunia sekaligus menindaklanjuti perundingan perlucutan senjata nuklir.

 

Sejatinya, dukungan negara-negara dunia terhadap Iran sebagai pelapor komite perlucuran senjata nuklir dan keamanan internasional PBB menunjukkan kepercayaan publik dunia terhadap Republik Islam di bidang nuklir. Sinyal lain yang diberikan dari dukungan tersebut adalah ketidakpercayaan publik dunia terhadap provokasi dan propaganda Israel terhadap Iran, dan kegagalan diplomasi Tel Aviv di tribun PBB. Kini, Israel bukan hanya semakin terkucil di arena internasional, tapi lebih dari itu, negara-negara dunia terus mendesak rezim Zionis untuk segera menandatangani traktat non-proliferasi nuklir. Sebab selama ini publik dunia tahu bahwa Israel dengan ratusan hulu ledak nuklirnya sebagai ancaman bagi keamanan regional dan global.(

Jumat, 04 Oktober 2013 10:20

Proses Lambat Dialog Nasional Yaman

Menteri Luar Negeri Yaman, Abu Bakr al-Qirbimenilai proses dialog nasional di negaranya guna menyelesaikan friksi internal khusunya masalah wilayah selatan sangat rumit. Ia pun mengkonfirmasikan penambahan waktu perundingan damai hingga tiga bulan kedepan.

Abu Bakr al-Qirbi dalam wawancaranya dengan Koran al-Hayat Rabu (2/10) mengingatkan, dialog nasional terkait berbagai isu termasuk masalah pemisahan wilayah selatan terpaksa diperpanjang tiga bulan lagi mengingat adanya friksi di antara peserta. Menlu Yaman mengakui bahwa masalah wilayah selatan merupakan isu tersulit dalam agenda dialog nasional.

Penekanan menlu Yaman terkait perpanjangan waktu dialog nasional dirilis di saat satu bulan lalu para petinggi Yaman berulang kali mengkonfirmasikan tercapainya kedekatan visi di antara peserta terkait isu sensitif wilayah selatan guna membentuk pemerintahan federal.

Dalam dialog ini yang digelar sejak Maret 2013 dan dihadiri mayoritas kubu politik Yaman, dari wilayah selatan hanya diwakili kelompok moderat dan kubu ekstrim yang menuntut kemerdekaan wilayah selatan memboikot dialog ini.

Tujuan digelarnya dialog nasional Yaman adalah untuk mempersiapkan penyusunan undang-undang baru dan pemilu pada Februari 2014 sesuai dengan kesepakatan transisi kekuasaan yang berujung pada pelengseran diktator Ali Abdullah Saleh tahun 2012 lalu.

Isu wilayah selatan yang merupakan negara merdeka hingga tahun 1990, tercatat sebagai agenda utama dialog nasional di negara ini. Dan mayoritas dari warga Yaman meyakini penyelesaian isu ini merupakan kunci dari pelimpahan demokrasi kepada rakyat. Sementara itu, warga Selatan meyakini pasca bersatunya Utara dan Selatan Yaman pada tahun 1990, kekuasaan senantiasa berada di tangan warga Utara dan hak-hak warga Selatan tidak dipenuhi.

Berdasarkan kesepakatan transisi kekuasan pada Februari 2012 yang berujung pada lengsernya Ali Abdullah Saleh, tujuan diaolog nasional adalah mempersiapkan penyusunan UUD baru dan pemilu pada Februari 2012. Dialog Nasional merupakan janji terpenting Mansour Hadi, presiden Yaman di era transisi kekuasaan dua tahunnya kepada warga. Namun pelaksanaan janji tersebut memakan waktu hampir satu tahun dan pada akhirnya Mansour Hadi di tahun kedua kekuasaannya berhasil memulai dialog nasional ini.

Dialog ini digelar di Sanaa sejak 18 Maret 2013, namun dialog tersebut pada tahap awal menghadapi banyak kendala seperti boikot oleh sejumlah kubu politik. Kubu yang memboikot dialig nasional memiliki dua alasan atas sikapnya tersebut. Pertama, pemerintah masih tergantung dengan pemain asing dan kedua kehadiran gerakan serta tokoh yang berafiliasi dengan rezim terguling. Dengan demikian, setelah enam bulan digelarnya perundingan damai ini, belum juga tampak kemajuan berarti yang dicapai.

Padahal kekuasaan Mansour Hadi tinggal beberap abulan lagi dan indikasi terciptanya kesempatan yang memadai untuk menggelar pemilu pada waktu yang telah disepakati belum juga terlihat. Dalam kondisi seperti ini, rakyat dan sejumlah kubu Yaman meyakini Mansour Hadi masih berusaha membujuk Arab Saudi dan Amerika Serikat untuk mendukung keberlangsungan kekuasaan dirinya dari pada mempersiapkan pemilu. Dan lawatan dirinya ke Riyadh dan Washington juga dimaksudkan untuk hal ini, karena Arab Saudi dan AS memainkan peran utama dalam pemilu dengan Mansour Hadi sebagai kandidat tunggal di era transisi.

Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah, Ali Haidar menyatakan, "Konferensi Perdamaian Jenewa yang telah direncanakan untuk menyelesaikan krisis Suriah merupakan awal baru dalam proses politik di negara ini."

"Saya memprediksi konferensi Jenewa 2 akan digelar sebelum akhir tahun ini dan akan menjadi awal dari proses politik (Suriah), namun bukan penyelesaian proses tersebut," kata Haidar dalam wawancaranya dengan Xinhua Kamis (4/10).

Menteri Suriah menambahkan, "Apa pun dapat dibahas [selama konferensi] dan yang paling penting struktur sistem politik masa depan Suriah," tambahnya seraya menekankan bahwa semua pihak harus ikut ambil bagian tanpa prasyarat.

Pada tanggal 7 Mei, Rusia dan Amerika Serikat sepakat menggelar konferensi internasional Suriah, yang akan menindaklanjuti perundingan sebelumnya yang digelar di Jenewa pada Juni 2012. Konferensi diperkirakan diselenggarakan pada pertengahan November.

Tanggal pasti pelaksanaan konferensi berubah berulang kali, karena muncul friksi di antara kelompok oposisi Suriah dukungan asing. Rusia dan AS juga tetap berselisih pendapat soal pihak yang harus menghadiri perundingan.

Di bagian lain pernyataannya, Ali Haidar mengecam aksi para anasir Salafi-Takfiri di Suriah dan para pendukung mereka di luar negeri. Dikatakannya, "Damaskus menyadari besarnya agresi asing dan perang terhadap Suriah."

"Sekarang kita sedang berbicara tentang 86 negara yang warganya berperang di Suriah dan oleh karena itu perang melawan Suriah menjadi lebih besar. Di samping itu semua, jumlah kelompok yang berperang di Suriah telah melampaui 300 dan sebagian besarnya adalah kelompok tidak disiplin dan tidak punya referensi politik," kata Haidar.

Pemerintahan Presiden AS Barack Obama mendesak anggota Kongres untuk menunda putaran baru sanksi terhadap Iran menyusul kebuntuan politik di Kongres telah menyebabkan penghentian pemerintah federal di Amerika Serikat .

Kamis (3/10), Wendy Sherman pejabat eselon tiga di Kementerian Luar Negeri AS, mengatakan kepada para senator untuk menunda draf sanksi baru anti-Iran hingga perundingan program energi nuklir Iran mendatang yang diperkirakan digelar akhir bulan ini.

Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yaitu Inggris, Cina , Perancis , Rusia dan Amerika Serikat ditambah Jerman akan mengadakan perundingan di Jenewa pada 15-16 Oktober membahas program energi nuklir Iran.

Iran dan Kelompok 5+1 juga bertemu di markas besar PBB di New York pekan lalu. Usai pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan mitranya dari Iran, Mohammad Javad Zarif, berunding selama lebih dari 20 menit.