
کمالوندی
Surat al-Mulk 1-5
Surat al-Mulk 1-5
سورة الملك
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (2)
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, (67: 1)
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (67: 2)
Surat al-Mulk diturunkan di Mekah dan terdiri dari 30 ayat. Ayat-ayat surat ini fokus pada asal usul keberadaan, topik tauhid, sistem dunia yang menakjubkan, penciptaan manusia, dan juga tentang kebangkitan dan hukuman berat bagi pelaku kejahatan.
Jelaslah bahwa manusia tidak mampu mengetahui hakikat (Dzat) Tuhan; Oleh karena itu, dalam berbagai surat, al-Qur'an memperkenalkan sifat-sifat Tuhan dan hubungannya dengan dunia dan manusia, sehingga tidak ada seorang pun yang mengira bahwa Tuhan menciptakan dunia dan membiarkannya begitu saja.
Kedaulatan dan kepemilikan mutlak atas dunia ada di tangan Tuhan dan kehendak-Nya berkuasa atas seluruh makhluk di dunia. Tidak ada sesuatu pun dan tidak seorang pun yang berada di luar kekuatan dan kekuasaannya. Keabadian dan kelanggengan adalah miliknya sendiri, dan segala sesuatu yang lain bersifat fana dan dapat binasa.
Di antara semua makhluk ciptaan Tuhan, manusia selalu diuji oleh Tuhan tentang bagaimana ia mengambil keputusan dan jalan apa yang dipilihnya. Hal ini karena manusia memiliki karakteristik khusus seperti perasaan dan hak memilih. Hak untuk memilih ini berlangsung sejak awal kehidupannya hingga kematiannya.
Nilai seseorang tergantung pada pilihannya. Semakin berharga pilihannya, semakin berharga pula dia. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kuantitas dan banyaknya amal perbuatan tidak penting di mata Tuhan, namun yang penting adalah niat dan motivasi tindakan manusia serta kualitasnya, yang memberikan nilai dan kredibilitas.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Semua kekuatan dan pemerintahan manusia akan mengalami kemunduran dan kehancuran. Pemerintahan-pemerintahan ini dihancurkan oleh munculnya kekuatan yang lebih unggul atau pesaing yang lebih kuat. Satu-satunya kedaulatan yang tidak membusuk dan tidak terkalahkan adalah kedaulatan Tuhan.
2. Kematian bukan berarti kemusnahan dan kehancuran, tetapi merupakan suatu perkara eksistensial yang diciptakan Tuhan dalam kelanjutan kehidupan duniawi manusia dan merupakan jalan perpindahan dari dunia ini ke dunia lain.
3. Kehidupan dan kematian adalah sebuah wadah untuk menguji manusia agar kemampuan setiap orang dalam menghadapi suka dan duka hidup, termasuk kepahitan dan kebahagiaan, keberhasilan dan kegagalan menjadi jelas.
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (4)
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (67: 3)
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (67: 4)
Tuhan mengajak manusia untuk mempelajari secara cermat sistem penciptaan dan luasnya dunia yang tidak terbatas. Dengan segala kehebatan bumi, gunung, hutan, lautan dan berbagai makhluk yang ada di muka bumi, ayat ini mengajak manusia untuk memandang ke langit di atas kepalanya dan mengkajinya lagi dan lagi untuk melihat siapakah yang mampu di dunia ini kecuali kekuasaan Tuhan yang tak terbatas.
Dari makhluk yang sangat kecil dan mikroskopis seperti atom dan partikelnya hingga benda langit yang sangat besar seperti bintang besar, semuanya diciptakan berdasarkan tatanan yang kokoh dan stabil. Menariknya, seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan manusia, setiap hari terungkap sistem baru dari sistem dunia.
Perlu dicatat bahwa kaum materialis menganggap agama sebagai produk ketidaktahuan manusia dan percaya bahwa dengan tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan, agama akan tersingkir dari masyarakat manusia. Namun bertentangan dengan pandangan mereka, ayat-ayat tersebut mengajak umat manusia untuk mempelajari keajaiban dunia dan memperluas cakupan ilmunya agar keimanannya terhadap ilmu dan kekuasaan Allah semakin kuat. Bahkan ayat-ayat tersebut mengajak orang-orang yang berakal untuk berdebat dengan orang-orang yang kafir dan ingkar mengenai kehebatan dunia ciptaan, apakah sistem yang menakjubkan ini bisa merupakan produk dari suatu kebetulan buta tanpa rencana dan program serta pencipta yang berpengetahuan dan cakap?!
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Penciptaan dunia didasarkan pada rahmat dan kemurahan Tuhan; Makhluk tidak mempunyai hak di hadapan Tuhan untuk memaksa-Nya menciptakan mereka, dan Tuhan juga tidak perlu menciptakan mereka untuk memenuhi kebutuhan-Nya.
2. Argumentasi keteraturan merupakan salah satu argumen teologi yang banyak disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an.
3. Sistem yang ada di dunia adalah sistem terbaik dan tidak ada kekurangan atau cacat dalam sistem penciptaan.
4. Beberapa peristiwa alam seperti gempa bumi, banjir, badai, dan kekeringan, jika kita cermati beberapa kali, kita akan menemukan bahwa fenomena tersebut bukan disebabkan oleh adanya kejahatan dan kekacauan di dunia, melainkan mengindikasikan suatu sistem, di mana manusia harus mengetahui dengan cermat faktor-faktor yang efektif di dalamnya, dan beradaptasi dengan mekanismenya.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (5)
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (67: 5)
Pada ayat-ayat sebelumnya, kita berbicara tentang tujuh langit, yang mengungkapkan keagungan keberadaan dan berlapis-lapisnya langit. Ayat ini mengatakan: Bintang-bintang yang kamu lihat adalah semua bintang di lapisan langit yang paling bawah, yang bersinar untukmu di malam hari, bagaikan pelita yang indah dan menerangi kepalamu. Misalnya saja galaksi Bima Sakti yang merupakan salah satu fenomena paling menarik dan spektakuler di langit saat malam.
Bahkan meteor yang datang menuju bumi pun tidak lepas dari kendali dan kuasa Tuhan. Melalui mereka, Tuhan membinasakan makhluk-makhluk jahat yang berniat menyerbu langit, dan api meteorit yang membara membinasakan mereka, makhluk-makhluk yang kami sebutkan dalam ayat 7 dan 8 Surat As-Saffat.
Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Sistem dunia, selain tepat dan kokoh, juga memiliki keindahan yang istimewa, dan Tuhan memberikan perhatian khusus pada hiasan dan keindahan dalam penciptaan langit dan bumi.
2. Di dunia ini, ada makhluk jahat yang berniat menembus sistem keberadaan dan menyebabkan gangguan di dalamnya, namun mereka tidak berdaya melawan kehendak ilahi dan dihancurkan oleh panah api meteorit.
Surat At-Tahrim 9-12
Surat At-Tahrim 9-12
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (9)
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (66: 9)
Pada program sebelumnya telah disebutkan kehinaan dan aib orang-orang kafir serta kehormatan dan kebanggaan orang-orang beriman di hari kiamat. Ayat ini ditujukan kepada Rasulullah: Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bila perlu tegaslah terhadap mereka karena akhir kekafiran dan kemunafikan adalah neraka.
Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ahli tafsir besar: Yang dimaksud dengan Jihad pada ayat ini bukanlah perang militer dengan orang-orang kafir dan munafik, karena Rasulullah tidak pernah berperang dengan orang-orang munafik semasa hidupnya, melainkan yang dimaksud dengan Jihad adalah jihad intelektual, sebagaimana yang difirmankan dalam surat Furqan ayat 52: Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk melakukan jihad intelektual dengan orang-orang kafir dan munafik dan mengajak mereka kepada Allah dengan logika dan argumentasi yang jelas, dan jika mereka bangkit melawannya, tunjukkanlah tindakan yang keras dan tegas.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Hakikat agama adalah keyakinan di hati. Orang munafik adalah orang yang di luarnya muslim, tapi di batinnya kafir, karena tidak memiliki keyakinan dan keimanan di hatinya.
2. Kelembutan dan kekerasan diperlukan pada tempatnya dan sesuai dengan keadaan. Tentu saja, kebaikan selalu mendahului kekerasan.
3. Jihad melawan musuh ada banyak bentuknya, dan jihad intelektual dan penjelasan didahulukan dari jihad militer dan bersenjata melawan orang kafir atau munafik.
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ (10)
Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)". (66: 10)
Ayat di awal surat ini menceritakan tentang beberapa istri Nabi yang mengungkapkan rahasia Nabi kepada orang lain dan menyebabkan kesusahan dan kesilitan baginya. Ayat-ayat ini mengatakan: Pada zaman nabi-nabi terdahulu, terdapat istri-istri yang demikian; Wanita-wanita yang tinggal di rumah para Nabi seperti Nuh dan Luth, namun bekerja sama dengan musuh-musuh mereka dan menghalangi orang untuk menerima perkataan kedua nabi Ilahi tersebut.
Jelas bahwa dalam sistem keadilan Ilahi, ketergantungan atau kedekatan dengan para nabi tidak bisa menjadi suatu keistimewaan yang bisa terbebas dari hukuman, dan setiap orang ditanyai dan dihukum berdasarkan perilaku dan ucapannya. Oleh karena itu, meskipun kedua wanita ini (istri Nuh dan istri Lut) adalah istri para nabi ilahi, tapi mereka akan masuk neraka pada hari kiamat.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Menjadi istri atau anak Nabi tidak menyelamatkan seseorang. Sesungguhnya baik atau buruknya setiap orang di dunia dan akhirat tergantung pada pilihannya masing-masing dan tergantung pada jalan apa yang dipilihnya dan bagaimana kinerjanya.
2. Manusia, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kehendak bebas dan tidak dipaksa. Oleh karena itu, istri Nabi sekalipun, meskipun memiliki hubungan keluarga dengannya, dapat memilih jalan yang bertentangan dengan jalan nabi.
3. Orang saleh harus menjaga keluarganya, karena kekafiran juga merasuk ke rumah pada nabi.
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آَمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (11)
Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. (66: 11)
Berbeda dengan istri Nuh dan Luth, yang diperkenalkan sebagai dua contoh utama wanita kafir, ayat ini dan ayat berikutnya memperkenalkan dua wanita sebagai contoh sempurna keimanan: yang satu adalah istri Fir'aun dan yang lainnya adalah Maryam. Istri Firaun, bernama Asiyah, tinggal di istana Firaun dan segala macam kemewahan dan kenyamanan tersedia untuknya. Namun ketika dia menyadari kebenaran Nabi Musa, dia percaya padanya dan menentang ancaman Firaun hingga akhirnya dia syahid di bawah siksaan berat oleh agen Firaun.
Sayidah Maryam, yang menghabiskan seluruh hidupnya melayani Yerusalem dan beribadah kepada Tuhan. Ia disayangi Tuhan dan diberi anak, Nabi Isa as.
Walaupun kedua wanita ini mempunyai keadaan yang sangat berbeda, namun karena sama-sama hamba Tuhan dan tunduk pada perintah-Nya, maka mereka diperkenalkan sebagai teladan bagi laki-laki dan perempuan beriman sepanjang sejarah agar orang-orang beriman mengetahui bahwa mereka harus mengikuti kebenaran dan hakikat dalam situasi apa pun dan menaati perintah Tuhan.
Dari satu ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Selain nabi, masyarakat awam juga bisa menjadi teladan hamba Tuhan. Bahkan perempuan pun bisa menjadi teladan bagi laki-laki, sebagaimana istri Fira'un telah diperkenalkan sebagai teladan bagi semua orang beriman.
2. Lingkungan rumah dan keluarga, atau tersebarnya keyakinan dan tradisi palsu di masyarakat tidak bisa menjadi alasan untuk kafir dan tidak beragama, seperti halnya istri Fir'aun yang tinggal di istana Fir'aun, namun ia beriman kepada Nabi Musa. Oleh karena itu, kata-kata pertama dan terakhir yang berbicara adalah kemauan dan kebijaksanaan manusia, bukan hal lain.
3. Orang yang beriman kepada Tuhan, mencari keridhaan-Nya, lebih mengutamakan rumah surgawi dari pada istana Fira'un dan wujud materinya, serta kemegahan dunia tidak membutakan matanya.
4. Seorang wanita tidak bergantung pada laki-laki dalam urusan agama dan tidak boleh menaati perintah suaminya dalam hal-hal yang melanggar agama.
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ (12)
dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat. (66: 12)
Ayat ini mengacu pada sifat-sifat Sayidah Maryam yang masing-masing dapat menjadi teladan bagi seluruh umat beriman. Ciri yang pertama adalah kesucian yang mempunyai nilai dan kedudukan yang tinggi bagi seluruh umat manusia, khususnya perempuan. Ciri lain Maryam adalah keimanannya kepada Tuhan dan pengakuan terhadap kitab suci, yang diikuti dengan ketaatan terhadap perintah Tuhan serta ibadah dan pengabdian kepada-Nya.
Karena sifat tersebut, ketika Allah hendak mengutus Nabi Isa untuk dakwah dan menjadi utusan-Nya, maka Tuhan memilih Maryam sebagai ibunya. Karena pada saat itu, Sayidah Maryam adalah wanita Bani Israel yang paling suci dan beriman. Di kalangan wanita, satu-satunya wanita yang namanya disebutkan dalam Al-Quran adalah Maryam. Maryam disebutkan lebih dari 30 kali dalam buku ini.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Kesucian dan menjaga kesucian dari segala pencemaran seksual adalah nilai-nilai yang ditegaskan dalam semua agama ilahi.
2. Kemurnian dan kesucian memberikan dasar untuk menerima rahmat ilahi sesuai dengan kapasitas manusia.
3. Kesucian ibu mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa dan semangat anak, dan anak yang suci dan jujur tumbuh dari pangkuan ibu yang suci.
Surat At-Tahrim 6-8
Surat At-Tahrim 6-8
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (66: 6)
Dalam awal ayat surat ini, direkomendasikan mengenai beberapa masalah keluarga. Ayat ini mengatakan tentang tanggung jawab seseorang terhadap anggota keluarganya,"Orang beriman tidak hanya berpikir untuk menyelamatkan diri dari api neraka, tetapi juga merasa bertanggung jawab terhadap keluarganya dan memperingatkan agar tidak berbuat buruk dan tidak patut".
Suami dan istri bertanggung jawab satu sama lain dan terutama terhadap anak-anaknya. Hendaknya membersihkan rumah dan lingkungan keluarga dari segala pencemaran, termasuk tidak memperbolehkan benda-benda yang bersifat anti agama atau melemahkan akhlak keluarga masuk ke dalam lingkungan rumah. Hendaknya orang tua mengajak keluarga untuk beramal saleh dan mencegahnya melakukan keburukan dengan cara menyuruh berbuat baik dan memperingatkannya terhadap perbuatan buruk.
Dari sudut pandang lain, sebagaimana tanggung jawab orang tua untuk menjamin penghidupan dan gizi fisik yang sehat bagi anak-anak, pendidikan agama dan gizi intelektual yang benar dan sehat juga merupakan tanggung jawab orang tua. Wajar jika kegagalan dalam bidang ini dapat menjadi salah satu faktor penyimpangan intelektual dan praktis anak.
Mengenai api neraka, ayat ini menyatakan, bahan bakar api neraka adalah tubuh penghuni neraka yang darinya api itu timbul dan berkobar karena dosa, dan disebelahnya terdapat batu-batu yang meleleh karena panasnya neraka, seperti lahar membara yang muncul dari kawah gunung berapi.
Dari satu ayat tadi terdapat lima pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Nafsu manusia bersifat memberontak dan tamak serta menuntunnya pada hal-hal buruk, maka dalam segala situasi hendaknya berhati-hati terhadap hawa nafsu agar tidak menjebak seseorang.
2. Beriman kepada hari akhir (maad) dan neraka, memainkan peran penting dalam mengontrol manusia dan memperbaiki diri seseorang serta orang lain.
3. Langkah pertama perbaikan adalah memperbaiki diri sendiri dan keluarga, baru kemudian masyarakat.
4. Pendidikan agama untuk anak-anak adalah tugas dan tanggung jawab pemimpin keluarga.
5. Malaikat adalah pengelola sistem di dunia dan akhirat, dan mereka mengelola surga dan neraka berdasarkan perintah Ilahi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (7) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (8)
Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan. (66: 7)
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (66: 8)
Melanjutkan ayat sebelumnya yang berbicara tentang menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka, ayat ini pertama-tama ditujukan kepada orang-orang kafir dan menyatakan, "Tidak diterima udzur pada hari kiamat. Karena hari kiamat adalah tempat manifestasi perbuatan, dan perbuatan buruk yang melembaga dalam diri seseorang dan tidak dibersihkan dengan taubat dan ampunan, akan menjadi penyebab azab seseorang di neraka, sebagaimana ayat sebelumnya juga menyebutkan bahwa di neraka, api muncul dari dalam diri manusia.
Dalam lanjutan ayat tersebut, sekali lagi kembali ke dunia dan mengatakan kepada orang-orang yang beriman, solusi keselamatan manusia adalah bertaubat dan kembali dengan jujur dan ikhlas kepada Allah, agar Allah menutupi keburukannya dan mengampuninya.
Wajar jika seseorang yang bersih dari pencemaran dosa, akan terbuka jalan masuk surganya dan berada dalam bayang-bayang rahmat Tuhan. Nasehat taubat yang ditekankan dalam ayat ini sebenarnya adalah taubat yang datang dari dalam jiwa dan mengungkapkan penyesalan yang nyata dari seseorang (bukan sekedar karena akibat dosa yang tampak seperti tidak terpuji dan tercela di mata orang). Dengan kata lain, pertobatan sejati adalah ketika seseorang memutuskan untuk tidak kembali melakukan dosa itu dan tidak mengulanginya.
Lanjutan ayat tersebut mengacu pada keadaan orang-orang mukmin dan para sahabat serta pengikut Rasulullah di hari kiamat dan mengatakan: Pada hari orang-orang yang berdosa ahli neraka dihina dan dipermalukan, mereka (orang-orang mukmin) akan mendapat pujian dan kebanggaan; Cahaya keimanan terpancar dalam diri mereka, dan mereka memohon kepada Allah keabadian dan kesempurnaan cahaya itu.
Dari dua ayat tadi terdapat tujuh pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Taubat dan permintaan ampun di hari kiamat tidak berguna. Selama kita di dunia dan masih memiliki kesempatan, mari kita perbaiki masa lalu kita dengan taubat.
2. Api neraka dan azab di hari kiamat adalah buah dari amal perbuatan manusia itu sendiri.
3. Manusia harus menghindari perbuatan dosa, dan jika tergelincir atau berbuat dosa, maka secepatnya ini harus bertaubat sehingga dirinya tidak dicap berbuat dosa.
4. Orang mukmin tidak terjaga dari perbuatan dosa, dan terkadang ia berbuat dosa dan maksiat, tapi tanda-tanda keimanannya adalah menyesal dan bertaubat dari dosa.
5. Selama manusia belum bersih dan suci dari kotoran, maka ia tidak akan masuk surga, karena surga adalah tempat orang-orang yang suci dan bersih, bukan orang buruk dan berdosa.
6. Taubat dan minta ampunan, membersihkan kekelaman masa lalu manusia dan juga peluang bagi pertumbuhan dan kesempurnaan manusia.
7. Perbuatan baik manusia di dunia akan muncul dalam bentuk cahaya di hari kiamat.
Surat At-Tahrim 1-5
Surat At-Tahrim 1-5
سورة التحريم
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (1) قَدْ فَرَضَ اللَّهُ لَكُمْ تَحِلَّةَ أَيْمَانِكُمْ وَاللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (2)
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (66: 1)
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (66: 2)
Surat At-Tahrim diturunkan di Madinah dan terdiri dari 12 ayat. Ayat-ayat pertama surat ini membahas hukum haram dan mengharamkan hal-hal halal bagi dirinya. Oleh karena itu, surat ini dinamakan At-Tahrim. Di akhir surat ini menyebutkan tentang dua wanita salehah dan wanita zalim, agar orang-orang beriman dapat meneladani orang-orang saleh dan bertakwa serta terhindar dari jalan dan orang-orang yang rusak dan zalim.
Ada di antara istri-istri Nabi yang iri terhadap yang lain, sehingga mereka berusaha mengadu tentang makanan yang telah disiapkan dan dimakan oleh istri Nabi yang lain. Misalnya, mereka berkata: Wahai Rasulullah, makanan yang kamu makan baunya tidak enak dan mulutmu bau.
Untuk mengatasi masalah tersebut dan membahagiakan istri-istri tersebut, Rasulullah bersumpah tidak akan memakan makanan tersebut lagi agar mulutnya tidak berbau busuk dan tidak membuat istri-istri yang lain menjadi tidak puas. Ayat-ayat ini diturunkan dan Rasulullah diingatkan mengapa kamu menyusahkan diri sendiri tanpa alasan dan apa yang dihalalkan oleh Allah, kamu jadikan haram bagi dirimu sendiri? Langgar sumpah Anda dengan memberikan penebusan dan akhiri larangan yang dibuat sendiri ini. Oleh karena itu, Rasulullah memerdekakan seorang budak dan menghalalkan apa yang diharamkannya bagi dirinya.
Dari dua aya tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Para nabi berada dalam bimbingan ilahi dan Tuhan dengan petunjuk-Nya, membimbing mereka ke jalan yang lurus dan benar.
2. Dalam Islam, monastisisme yang termasuk bentuk mengharamkan kelezatan hal-hal yang halal tidak diterima, karena Tuhan menghendaki apa yang dihalalkan kepada hamba-Nya dimanfaatkan.
3. Tuntutan suami-istri satu sama lain tidak boleh menyebabkan yang halal menjadi haram atau yang haram menjadi halal. Dengan kata lain, dalam lingkungan keluarga, mendapatkan kepuasan isteri adalah hal yang dapat diterima dalam rangka keridhaan Tuhan.
4. Sumpah mempunyai nilai dan keabsahan jika dalam kerangka hukum Ilahi, bukannya seseorang seseorang ingin menjadikan sesuatu yang halal menjadi haram bagi dirinya dengan cara bersumpah.
وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هَذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ (3) إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ (4)
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (66: 3)
Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. (66: 4)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya yang menggambarkan kelakuan salah sebagian istri Nabi terhadap Rasulullah Saw, ayat ini mengatakan: Selain rasa cemburu, salah satu hal yang dibenci dari sebagian istri adalah membuka rahasia, sedangkan kewajiban istri adalah untuk melindungi rahasia masing-masing.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat, Rasulullah menceritakan suatu rahasia kepada salah satu istrinya dan memintanya untuk tidak menceritakannya kepada orang lain, namun dia menceritakan rahasia tersebut kepada istri Nabi yang lain dan mengungkapkannya. Allah memberi tahu Rasul-Nya tentang kejadian ini. Rasulullah Saw mengingatkan istrinya bahwa dirinya telah melakukan kesalahan tersebut dan tentunya Nabi tidak menceritakan keseluruhan ceritanya secara detail agar istrinya tidak semakin malu.
Lanjutan ayat tersebut menasihati kedua wanita tersebut (penyampai rahasia dan pendengar) agar bertaubat atas kesalahannya dan berkata: Dengan demikian hati kalian telah menyimpang dari jalan yang benar; Kalau tidak bertaubat dan tidak berhenti, sebenarnya kalian berdua bersekongkol melawan Nabi. Tentu saja kalian tidak akan berhasil, karena Tuhan, malaikat dan orang-orang mukmin yang saleh adalah sahabat dan pendukung Rasulullah.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Menjaga rahasia merupakan salah satu ciri pasangan yang saleh dan bertakwa, dan mengungkap rahasia pasangan dianggap sebagai tindakan atau persekongkolan melawannya.
2. Rasulullah juga terkadang terjebak dalam beberapa masalah dalam keluarga, hal ini disebabkan oleh beberapa istri yang menyediakan sarana untuk menyakitinya, namun Nabi bersikap toleran dan damai serta memaafkan kesalahan mereka dengan lapang dada.
3. Terkadang dalam lingkungan rumah dan keluarga, kita perlu melupakan dan berlapang dada, dan jalan taubat serta kembali harus terbuka bagi si pelaku. Oleh karena itu, ketika menemukan kesalahan yang dilakukan salah satu anggota tidak boleh mengacaukan lingkungan keluarga dan menimbulkan ketegangan dalam rumah tangga serta melemahkan hubungan keluarga.
4. Ketika Rasulullah dihina dan difitnah, atau terjadi persekongkolan melawannya, maka tugas orang beriman adalah membelanya dengan tegas agar musuh tidak melemahkan dan merusak kedudukannya.
عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا (5)
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (66: 5)
Meskipun Rasulullah mempunyai beberapa istri dan beberapa di antaranya menyebabkan ketidaknyamanan dan kesakitan, namun Rasulullah tidak menceraikan satu pun dari mereka dan selalu memaklumi mereka.
Ayat ini memperingatkan istri-istri Nabi untuk tidak menyalahgunakan akhlak kedermawanan Nabi dan tidak berpikir bahwa Nabi tidak akan pernah menceraikan mereka, melainkan hak ini tetap dimiliki oleh Nabi. Selain itu, jangan berpikir bahwa mereka adalah wanita terbaik; Jika Nabi menceraikan mereka, maka perempuan-perempuan yang lebih baik dan layak akan dinikahi Nabi.
Dalam ayat ini juga disebutkan beberapa ciri-ciri istri yang layak, yang dapat menjadi tolok ukur dalam memilih istri dalam berumah tangga. Menjadi seorang Muslim dan beriman adalah syarat pertama pernikahan, dan seorang Muslim tidak boleh menikah dengan non-Muslim. Mempunyai sifat rendah hati terhadap istri, dan bertaubat serta orang yang rajin shalat dan puasa termasuk ciri-ciri yang ditegaskan dalam ayat ini.
Menariknya, dalam ayat tersebut, keperawanan tidak dianggap sebagai nilai istimewa. Artinya, seorang wanita yang sudah berkeluarga, jika ia mempunyai sifat-sifat tersebut, maka kondisi tidak perawan, tidak mengurangi nilai-nilainya.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Perceraian adalah pilihan terakhir dalam perselisihan keluarga, bukan pilihan pertama. Jika pasangan tetap bersikeras pada kesalahannya, memiliki semangat yang tidak konsisten dan terus menerus mengganggu ketentraman keluarga dengan menimbulkan ketegangan, maka mungkin salah satu pilihannya adalah berpisah (talak).
2. Seorang janda atau perempuan yang ditalak memiliki hak untuk menikah lagi, dan mereka tidak boleh dilarang mempunyai suami lagi sampai akhir hayatnya.
3. Nilai sejati seorang perempuan adalah kesempurnaan akhlak, kemanusiaan dan spiritualitasnya, bukan usia atau keperawanannya.
Surat At Talaq 8-12
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا وَعَذَّبْنَاهَا عَذَابًا نُكْرًا (8) فَذَاقَتْ وَبَالَ أَمْرِهَا وَكَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهَا خُسْرًا (9) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ آَمَنُوا قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا (10)
Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. (65: 8)
Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar. (65: 9)
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, (65: 10)
Di episode sebelumnya dibahas mengenai hukum keluarga terkait talak. Dalam ayat ini Allah Swt memperingatkan muslim bahwa jika kalian tidak bertindak sesuai dengan perintah Tuhan di berbagai urusan pribadi, keluarga dan sosial, maka kalian akan menderita akibat yang parah seperti generasi sebelumnya.
Ketidaktaatan kepada Allah mempunyai hukuman berat yang menimpa manusia di dunia dan di akhirat. Tentu saja hukuman ini didasarkan pada keadilan dan perhitungan yang cermat, sehingga di satu sisi tidak ada seorang pun yang dirugikan, dan di sisi lain diperhitungkan perbedaan antara yang baik dan yang buruk.
Lanjutan ayat tersebut berbunyi: Ambillah hikmah dari kaum-kaum yang membangkang dan tidak taat di masa lalu dan ketahuilah bahwa nasib orang-orang yang durhaka tidak lain hanyalah kerugian di dunia dan di akhirat. Jangan disangka mereka adalah orang-orang pintar dan cerdas yang meraih kemenangan di dunia ini, karena kehidupan manusia tidak berakhir dengan kematian dan yang terpenting adalah kondisi dan nasibnya di akhirat.
Sebagian orang beranggapan bahwa siksa dunia akan menyelamatkan seseorang dari hukuman akhirat, padahal masing-masing siksa itu menimpa seseorang sebanding dengan kemaksiatan kepada Allah. Orang bijaksana yang beriman kepada Tuhan mengetahui bahwa satu-satunya cara untuk lepas dari hukuman dunia dan akhirat adalah dengan bertakwa dan menghindari kemaksiatan kepada Tuhan.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Ketidaktaatan dan melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya akan mengakibatkan kerugian dan kehancuran dunia serta siksa yang berat di akhirat.
2. Janganlah kita berbangga dengan kesenangan dan kesuksesan sesaat yang datang karena ketidaktaatan dan pembangkangan melawan Tuhan; Sebaliknya, persoalan yang sangat penting adalah nasib dan akhir perbuatan manusia.
3. Akal dan iman tidak terpisah. Mengikuti akal akan membawa manusi kepada keimanan, dan menciptakan spirit takwa dalam dirinya.
4. Akal dan wahyu adalah sarana keselamatan. Keduanya senantiasa mencegah manusia dari hal-hal buruk, dan memperingatkannya sehingga ia akan meraih keselamatan dan kebahagiaan abadi.
رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا (11)
(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya. (65: 11)
Bersamaan dengan turunnya Al-Qur'an, Allah mengutus seorang nabi yang berdasarkan ayat-ayat kitab Allah yang jelas, menyeru manusia dari keburukan menuju kebaikan, dan mereka menerima seruan tersebut dengan iman dan amal saleh serta mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Perlu diketahui bahwa segala bentuk kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan dalam beriman, dan segala bentuk kerusakan, kemungkaran, dan perbuatan dosa merupakan bentuk kegelapan bagi manusia. Oleh karena itu, para nabi datang untuk membawa manusia kepada tauhid dalam pemikiran dan keyakinan serta mengajak berbuat baik. Dalam hal ini manusia dibimbing dari kegelapan menuju terang dan menjadi bahagia.
Walaupun berbuat dosa, kerusakan, dan kemungkaran itu ada kenikmatan dan kebahagiaan, namun tentu saja kenikmatan itu hanya sesaat dan tidak stabil. Namun orang yang beramal saleh akan memperoleh kenikmatan yang tetap dan abadi yang tidak dapat diperoleh di dunia yang fana ini, dan hanya di surga akhiratlah seseorang dapat menikmati kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada habisnya itu. Di surga itu, Allah telah menyiapkan rezeki yang terbaik bagi orang-orang yang bertakwa.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Kitab samawi saja tidak cukup untuk memberi hidayah manusia, harus ada nabi yang membimbing manusi dikehidupan sehari-hari berdasarkan ajaran kitab samawi tersebut, dan para nabi ini menjadi teladan praktis bagi manusia.
2. Jalan yang sesat itu banyak dan tersebar, oleh karena itu kata kegelapan itu dalam bentuk jamak, tetapi jalan yang benar tidak lebih dari satu, oleh karena itu kata terang itu berbentuk tunggal.
3. Tujuan pengutusan para nabi adalah untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan yang mereka ciptakan sendiri, dan menarik manusia ini ke jalan yang terang dan kebenaran.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا (12)
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (65: 12)
Ayat ini, yang merupakan akhir dari Surat At-Talaq, merujuk pada kebesaran alam semesta dan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas dalam menciptakan dan merencanakan dunia dan mengatakan: "Tuhan menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi." Angka tujuh dalam ayat ini bisa berarti banyaknya bintang di langit atau banyaknya planet yang kondisinya mirip dengan bumi; Atau bisa juga merujuk pada suatu kenyataan di dunia yang belum diwahyukan kepada umat manusia dan akan menjadi jelas baginya di kemudian hari seiring dengan berkembangnya ruang lingkup ilmu pengetahuan.
Namun penciptaan saja tidak cukup, pengelolaan dan perencanaan dunia yang luar biasa ini, yang awal, akhir, dan dimensinya masih belum diketahui manusia meskipun terdapat peralatan dan teleskop yang canggih, adalah hal yang lebih penting yang mengungkapkan pengetahuan dan kekuatan tak terbatas sang Pencipta.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Tuhan yang kita percayai adalah Pencipta sekaligus Tuhan; Artinya, penciptaan dunia ada di tangan-Nya dan juga pengelolaan urusannya. Oleh karena itu, dua kata yang lebih banyak digunakan dibandingkan kata lain tentang Tuhan dalam al-Qur'an adalah Pencipta dan Tuhan.
2. Alam semesta merupakan ruang kelas terbesar untuk mengenal Tuhan dan kebesaran-Nya, meski sebagian orang hanya memandang makhluk dan mengabaikan Sang Pencipta.
3. Pengetahuan Tuhan tentang segala sesuatu adalah lengkap, akurat dan tanpa cela.
Syahid Muthahari; Ulama Pemikir, Sang Putra Ideologis Khomeini
Murtadha Muthahari (1298-1358 Hs) yang dikenal dengan sebutan Ustadz Muthahari dan Syahid Muthahari, adalah seorang pemikir, peneliti, ulama, sastrawan, dosen, dan salah satu ulama terkemuka Iran abad dua puluh.
Ayatullah Muthahari adalah murid Imam Khomeini dan mufasir besar Syi’ah, Allamah Tabataba’i, yang mampu menjadi ijtihad puncak dalam segala bidang kajian Islam, pemikir mendalam dan peneliti teliti, serta dalam beberapa bidang seperti filsafat, fiqih dan ushul fiqh. Syahid Mutahari adalah salah satu guru besar filsafat dan teologi Islam serta tafsir Al-Qur'an yang telah menulis banyak karya tentang berbagai topik menarik.
Selain kegiatan ilmiah, Muthahari memainkan peran penting dalam politik sebelum dan sesudah Revolusi Islam Iran. Beliau adalah salah satu orang berpengaruh dan salah satu pemimpin intelektual Revolusi Islam Iran. Di antara aktivitas Muthahari, kita dapat menyebutkan perjuangan melawan arus Marxisme, pendirian Hosseiniyeh Irshad untuk diskusi para intelektual, dan kepemimpinan di Dewan Revolusi hingga hari kesyahidannya.
Peringatan kesyahidan Ayatullah Muthahari di Iran dinamakan sebagai Hari Guru sebagai bentuk penghormatan terhadap kedudukan guru yang mulia dengan berbagai kiprahnya yang begitu besar.
Gerakan Pencerahan di Universitas
Pada tahun 1333 Hs, Ustadz Muthahari mulai mengajar di Universitas Tehran. Beliau mengajar di Fakultas Teologi dan Studi Islam di Universitas Tehran selama lebih dari dua puluh tahun. Ketika itu, Syahid Muthahari mengajar program di tingkat sarjana hingga doktoral mengenai ilmu-ilmu umum Islam dari logika, filsafat Islam, teologi, tasawuf, fiqih, dan ushul fiqh. Selain itu, beliau melakukan gerakan pencerahan di kampus dengan menyampaikan pandangannya menanggapi berbagai isu kontroversial seperti hubungan antara filsafat dan mistisisme, agama dan sains, sebagai isu lainnya.
Islam sebagai Pijakan
Syahid Mutahhari percaya bahwa Islam adalah agama yang tidak diperkenalkan dengan baik, sehingga seringkali disalahpahami. Faktanya agama ini berangsur-angsur berubah di mata masyarakat, dan alasan utamanya mengenai kehadiran sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam, tapi membawa ajaran yang salah. Dalam pandangannya, agama ini sangat dirugikan oleh sebagian orang yang mengaku mendukungnya. Oleh karena itu, Muthahari melancarkan gerakan pencerahan termasuk di universitas mengenai Islam dengan sudut pandang yang menarik dan dalam.
Menyingkap Penyebab Kecenderungan Materialisme
Buku Penyebab Materialisme merupakan penyelesaian dua kuliah Ustadz Muthahari di universitas Tehran yang diterbitkan pada tahun 1350 Hs. Karya ini ditulis pada saat di kalangan generasi muda sedang terjadi mengalami kecenderungan aliran materialistis, termasuk Marxisme. Dalam buku ini, syahid Motahari mengkaji peran gereja, konsep filosofis, sosial dan politik, dan lainnya dalam mendorong kecenderungan menuju materialisme, dan menjelaskan penyebab kemerosotan dan penyimpangan dalam bidang ini.
Pandangan Dunia Islam
Murthadha Motahari sangat cepat merespon berbagai perkembangan pemikiran ketika itu, termasuk beragam penyimpangannya dan memberikan solusinya dalam publikasi dengan kekhasan pandangan yang dalam dan ketajamannya.
Karya yang diterbitkan
Shahid Motahari menulis lebih dari 50 buku, beberapa di antaranya yang paling penting adalah: Pengantar Pandangan Dunia Islam, keakraban dengan Al-Qur'an, Islam dan tuntutan zaman; manusia sempurna, Revolusi Islam, Republik Islam, Pendidikan dalam Islam, Tauhid, kenabian, Maad, Imam Hosseini, keadilan ilahi, pelajaran dari Nahjul al-Balaghah, penyebab materialisme, alam semesta, filsafat akhlak, filsafat sejarah, masalah jilbab, hak-hak perempuan dalam Islam dan lainnnya.
Penasihat Terpercaya Imam Khomeini
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran dan jatuhnya rezim Pahlevi, Ayatullah Muthahari banyak melakukan aktivitas untuk menstabilkan pemerintahan Islam, termasuk menjadi penasihat Imam Khomeini yang paling penting dan terpercaya.
Kesyahidan
Setelah berakhirnya pertemuan pada tanggal 11 Mei 1358 tentang isu-isu terkini negara, seseorang di gang memanggil namanya dari belakang. Ketika Motahari menoleh ke belakang, dia dibunuh olehnya. Orang tersebut adalah salah satu anggota kelompok Furqan berbahaya bernama "Mohammed Ali Basiri". Kelompok yang mempunyai pandangan ekstrim terhadap agama dan masyarakat. Usai penembakan, Morteza Motahari dilarikan ke rumah sakit, namun pengobatan dokter tidak berhasil dan akhirnya ia syahid.
Sebagian dari pesan Imam Khomeini tentang kesyahidannya
“Meskipun menghadapi tangan orang-orang yang berkeinginan buruk dan suka berpetualang, tapi Revolusi Islam atas kehendak dan bimbingan ilahi telah meraih keberhasilan. Meskipun demikian, kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terjadi pada negara ini, terutama di bidang Islam dan ilmu pengetahuan akibat ulah orang-orang munafik anti-Revolusi, seperti pembunuhan berbahaya terhadap mendiang ilmuwan besar dan ahli Islam, Haji Sheikh Murtadha Muthahari (semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian). Apa yang harus saya katakan tentang beliau yang memberikan jasa berharga bagi Islam dan ilmu pengetahuan, dan sangat disayangkan bahwa tangan pengkhianat mengambil pohon yang bermanfaat ini dari bidang ilmu pengetahuan dan Islam dan merampas buah-buahnya yang berharga dari semua orang. Muthahari adalah anak yang saya sayangi dan penopang yang kokoh dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan serta pengabdian yang bermanfaat bagi Islam, bangsa dan negara. Semoga Allah swt menganugerahkan rahmat kepadanya."
Pandangan Ayatullah Khamenei mengenai Syahid Muthahari
“Jika upaya syahid [Mutahhari] untuk memenuhi kebutuhan intelektual berbagai lapisan dan mengangkat isu-isu baru tidak berdampak pada masyarakat, kini masyarakat Islam akan berada dalam situasi yang berbeda.”
Beberapa kata-kata terkenal dari syahid Muthahari
Jihad
Al-Qur'an menegaskan, jika ingin memasukkan rasa takut ke dalam hati musuh dan mencegah pikiran mereka untuk menyerang wilayahmu, maka persiapkan kekuatanmu dan jadilah pihak yang kuat. (Jihad hal.28)
Bekerja dalam Islam
Islam adalah musuh pengangguran. Manusia harus melakukan pekerjaan yang bermanfaat karena ia mendapat manfaat dari masyarakat. Pekerjaan adalah faktor konstruktif terbaik bagi individu dan masyarakat, dan pengangguran adalah faktor terbesar penyebab kerusakan. Oleh karena itu bekerjalah dengan baik. (Wahyu dan Nubuwah / hal. 118)
Posisi perekonomian
Mazhab Islam yang realistis dan tidak memandang ekonomi sebagai landasan, namun juga tidak mengabaikan peran pentingnya. (Sepuluh pidato / hal. 309)
Kehidupan Timur
Sudah saatnya Barat belajar falsafah hidup dari Timur, dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan industrinya. (Etika seksual / hal. 28)
Pandangan Dunia Monoteistik
Pandangan dunia monoteistik memiliki daya tarik dan daya pikat, memberikan vitalitas dan dorongan kepada manusia, menyajikan tujuan-tujuan yang luhur dan suci, serta menciptakan manusia yang tidak mementingkan diri sendiri. (Koleksi karya, vol. 2/hal. 84)
Rasulullah saw dan Konsultasi
Meskipun Rasulullah saw adalah seorang Nabi yang tidak mengharapkan masukan maupun pendapat mereka, namun beliau selalu berkonsultasi dengan masyarakat agar dapat memberikan karakter akhlak kepada mereka. (Hikmah dan Nasehat hal. 120)
Nabi Muhammad saw dan Masalah Palestina
Jika Nabi Muhammad saw masih hidup, apa yang akan beliau lakukan hari ini? Aku bersumpah demi Allah, Nabi Muhammad saw di makam sucinya hari ini akan marah terhadap orang-orang Yahudi. Aku bersumpah demi Tuhan, kita lalai. Demi Allah, persoalan yang membuat hati Rasulullah saw berdarah saat ini mengenai persoalan Palestina… Demi Allah, kita bertanggungjawab atas persoalan ini.
Mengapa Ayatullah Raisi Dicintai Rakyat Iran?
Menurut seorang analis, “Ayatullah Raisi seorang yang dicintai. Seorang yang tidak menyindur, tidak suka ribut, tidak menjadi oposisi, tidak suka menantang saingan politiknya.”
1. Dalam waktu singkat, Ayatullah Raisi pergi ke berbagai wilayah di Iran untuk mengunjungi dan menindaklanjuti segala pekerjaan, sehingga warga yang dikunjungi merasa seakan-akan dia baru saja datang kemarin.
Salah satu penyebab kerinduan warga Iran adalah karena mereka bisa menyentuhnya dari dekat berkali-kali. Saat puncak virus Corona melanda, dia mengunjungi rumah sakit dan apotek, seluruh masyarakat Iran merasa dia sangat memperhatikan mereka. Nah, wajar jika keakraban ini selalu menyertai, dan Masyarakat Iran pasti merasakan begitu banyak kerinduan dan kesedihan saat ini.
2. Ayatullah Raisi seorang yang dicintai. Seorang yang tidak menyindur, tidak suka ribut, tidak menjadi oposisi, tidak suka menantang saingan politiknya dan tidak pernah membuat masyarakat merasa khawatir. Nah, pribadi tanpa orang seperti itu tanpa batas dan penuh kesalehan pasti akan dicintai dan dicintai.
3. Hari ketika Ayatullah Raisi memimpin tempat suci Imam Reza as, dia menciptakan semangat spiritual di kalangan masyarakat. Hari ketika dia berpartisipasi dalam pemilihan umum presiden tahun 2017, meskipun dirinya kalah, tapi dia menciptakan semangat terhadap nilai-nilai dan religiusitas di kalangan masyarakat umum.
Ketika Syahid Raisi menjadi Ketua Mahkamah Agung, dia melahirkan modal agama dan pada tahun 2021, saat memenangkan pemilihan umum presiden, dirinya meningkatkan semangat religiusitas dan idealisme. Jiwa pencari Tuhan dapat menciptakan gelombang religiusitas dan valueisme dalam masyarakat dalam tiga bidang yang tampaknya berbeda, mulai dari pengelola tempat suci Imam Ridha as dan Mahkamah Agung hingga bidang politik.
4. Meskipun Ayatullah Raisi telah meninggal dunia secara lahiriah, tapi kemenangan besar beliau adalah mempertegas rasa pengabdian pemerintah Republik Islam Iran kepada rakyat, yang diperkuat dan diperdalam dengan berkah kesyahidannya.
Darah syuhada selalu bertindak sebagai lawan dari musuh dan dapat mengganggu rancangan perang media dan ekonomi senilai jutaan dolar untuk mengubah perasaan dan perhitungan rakyat Iran. Jika kesyahidan Qassem Soleimani menyebabkan kebangkitan besar otoritas dan modal sosial Republik Islam, maka kesyahidan Ayatullah Raisi adalah langkah kedua dan selanjutnya, yaitu memperkuat rasa percaya, optimisme, dan pengabdian pemerintah dan Republik Islam Iran kepada rakyat.
Ahli Tafsir: Manusia Harus Tahu Dunia Hanya Tempat Ujian
Menurut Mohammad Ali Ansari, Ahli Tafsir Al-Quran, Allah SWT dalam ayat 35 surah Al-Anbiya berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
"کُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوکُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَیْرِ فِتْنَةً وَإِلَیْنَا تُرْجَعونَ"
Dalam ayat tersebut terdapat poin-poin yang dapat diambil hikmahnya sebagai berikut:
Ayat 35 menyatakan hukum umum kematian bagi semua jiwa tanpa kecuali.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati."
"کُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ"
Setelah menyebutkan hukum umum kematian, timbul pertanyaan, apa tujuan dari kehidupan yang tidak berkelanjutan ini dan apa gunanya?
Al-Qur'an melanjutan ucapan ini dengan mengatakan, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
"وَ نَبْلُوکُمْ بِالشَّرِّ وَ الْخَیْرِ فِتْنَةً وَ إِلَیْنا تُرْجَعُونَ"
Sebenarnya, jawaban Al-Qur'an adalah bahwa tempat utama manusia bukanlah di dunia ini, tetapi di tempat lain. Manusia hanya datang ke sini untuk mengikuti ujian, dan setelah menyelesaikan ujian dan mendapatkan kesempurnaan yang diperlukan, manusia akan pergi ke tempat utamanya, yang merupakan tempat tinggal di akhirat.
Upaya Nabi SAW Luruskan Pemikiran Keliru dan Meremehkan Perempuan
Mohammad Ali Anshari, salah seorang penafsir Al Quran, sekaligus ahli agama mengatakan, Nabi Muhammad SAW, telah berusaha keras meluruskan pemikiran-pemikiran keliru bangsa Arab, terkait anak perempuan.
Ia mengutip sebuah hadis dari Rasulullah SAW yang bersabda, «نِعمَ الوَلَدُ البَنَاتُ مُلَطِّفَاتٌ مُجَهِّزَاتٌ مُؤمِنَاتٌ مُبَارَکاتٌ مُفَلَّیَاتٌ» "Betapa baiknya anak perempuan, penuh kelembutan dan kasih sayang, siap melayani, membantu dan menghilangkan kesedihan, penuh berkah dan kesucian."
Ali Anshari menambahkan, Nabi Muhammad SAW menyebarluaskan budaya ini di tengah masyarakat Arab, sehingga pemikiran keliru terkait anak perempuan bisa disingkirkan, dan pemikiran jahiliyah yang merasuk dalam benak manusia bisa dicerabut.
Ia melanjutkan,
"Nabi Muhammad SAW bersabda, betapa baiknya anak perempuan, mereka lebih lembut dari anak laki-laki, dan memainkan peran lebih besar dalam mempersiapkan kehidupan, mereka orang yang supel, berkah Tuhan, ada di dalam wujud mereka, dan memiliki kesucian-kesucian yang terkadang tak dimiliki anak laki-laki."
Kata-kata indah ini disampaikan Nabi Muhammad SAW, untuk menegaskan kepada masyarakat bahwa anak-anak perempuan kalian punya nilai khusus di sisi Allah SWT.
Anshari mengutip hadis lain dari Nabi Muhammad SAW yang bersabda, «رحم الله اب البنات» "Semoga Allah SWT, merahmati mereka yang memiliki anak perempuan." Karena anak perempuan penuh berkah, dan menyenangkan.
«و هن الباقیات الصالحات» دختران برای پدر و مادر میراث نیک و صالحی هستند. "Anak perempuan adalah warisan kebaikan dan kesalehan bagi ayah dan ibunya."
Pada hadis yang lain, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa pun yang memiliki dua anak perempuan, maka di hari kiamat, ia akan bersamaku."
Menurut Mohammad Ali Anshari, ini adalah perkataan yang sangat lembut dari Nabi Muhammad SAW tentang anak perempuan.
"Di hadis yang lain Rasululullah SAW bersabda, 'Allah SWT lebih menyayangi anak-anak perempuan kalian, dan setiap manusia yang menciptakan kegembiraan bagi anak perempuan, dan perempuan dewasa, maka hatinya akan gembira'," imbuhnya.
Pengajar Al Quran ini juga menyinggung sebuah peristiwa sejarah dan menuturkan, "Nabi Muhammad SAW menerima kabar gembira telah mendapatkan seorang anak perempuan di masjid, dan orang-orang berkata anak beliau perempuan. Nabi Muhammad SAW menyaksikan wajah orang-orang Arab, yang tidak menganggap anak perempuan mulia, dan berkata, «ریحانه اشمها» "Ia adalah seorang anak perempuan seharum bunga yang diberikan Allah SWT kepadaku."