Merindukan Sosok Rasulullah saw

Rate this item
(3 votes)
Merindukan Sosok Rasulullah saw

Rasulullah SAW adalah orang yang makan di atas tanah, yang duduk laksana duduknya seorang budak, yang menjahit sandal dan bajunya dengan tangannya sendiri, yang mengendarai keledai yang tak berpelana dan membawa tumpangan di belakangnya.

Dalam benak saya, dan tentunya dalam benak semua yang mempelajari sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, ketika membayangkan beliau, maka yang terlintas secara spontanitas adalah seorang yang lemah lembut, penyayang, berwibawa serta mempesona wajah dan penampilannya. Terbayangkan dalam benak saya, ketika beliau berbicara dan berceramah serta bercengkrama dengan keluarganya, para sahabatnya dan anak-anak kecil. Bayangan yang begitu indah dan menarik. Terkadang saya tidak bisa menahan nafas panjang, bahkan menahan air mata saat itu, atau ketika bercerita tentang beliau, maka kata-kataku menjadi terbata-bata karena terharu sehingga saya tidak bisa melanjutkan cerita.

Realitas sikap dan tindakan Nabi Muhammad SAW. tentu lebih indah dari apa yang saya bayangkan. Pengenalan saya tentang beliau hanya melalui beberapa ayat Qur’an dan lembaran-lembaran sejarah dan riwayat saja. Melalui itu saja, sudah cukup bagi saya untuk menyimpulkan bahwa beliau adalah manusia super dan luar biasa. Beliau manusia tapi tidak seperti manusia. Dan tidak heran banyak dari non Muslim terdahulu hingga sekarang masuk agama Islam karena akhlak beliau. Di antaranya seorang orientalis wanita berkebangsaan German, Annemarie Schimmel.

Sekedar untuk berbagi, berikut ini saya kutip penjelasan tentang sifat dan sikap Rasulullah SAW dari murid utama beliau, Imam Ali bin Abi Thalib as, dan dari salah satu orang yang sangat mengagumi beliau, Habib Ali bin Muhammad al Habsyi.

Ketika menerangkan pribadi Rasulullah SAW., Imam Ali bin Abi Thalib as berkata : “Ikutilah Nabimu yang paling baik dan paling suci, karena pada dirinya terdapat suri tauladan bagi yang meneladaninya dan tempat berduka yang paling duka. Hamba yang paling Allah cintai adalah orang yang meneladani Nabi-Nya dan mengikuti jejaknya. Dia telah melepaskan dunia dan tidak memperdulikannya. Dia adalah penghuni dunia yang paling kurus dan paling sering lapar. Telah ditawarkan padanya dunia, namun dia enggan menerimanya. Dia mengetahui bahwa Allah tidak menyukai sesuatu, maka diapun tidak menyukainya. Allah meremehkan sesuatu, maka diapun meremehkannya dan jika Allah menganggap kecil sesuatu, maka diapun menganggapnya kecil.

Rasulullah SAW adalah orang yang makan di atas tanah, yang duduk laksana duduknya seorang budak, yang menjahit sandal dan bajunya dengan tangannya sendiri, yang mengendarai keledai yang tak berpelana dan membawa tumpangan di belakangnya. Pernah suatu hari di atas pintu rumahnya dipasang tabir yang bergambar. Lalu beliau berkata kepada salah seorang isterinya, ”Wahai Fulanah, hilangkan tabir itu dariku, karena jika aku melihatnya, maka aku akan ingat dunia dan segala keindahannya.’’

Dia berpaling dari dunia dengan hatinya, mematikan ingatan kepada dunia dari dalam jiwanya dan menyukai hilangnya hiasan dunia dari pandangannya, agar dia tidak menjadikannya sebagai perhiasan, dan menganggapnya kekal serta mengharapkan kesempatan darinya. Maka dia keluarkan (cinta) akan dunia dari jiwanya, dia enyahkan hal itu dari hatinya, serta dia hilangkan semua itu dari perhatiannya.”

Dalam kitab maulid, Simth al Durar, Habib Ali al Habsyi menjelaskan tentang Rasulullah SAW di antaranya sebagai berikut:
“Bila dia  (Rasulullah )berbicara,maka mutiara-mutiara ilmu dan hikmah ditaburkannya. Dialah pemimpin yang setiap kali tertawa, cukup tersenyum dengan anggun.Perilakunya lembut selembut angin sepoi nan sejuk. Wajahnya cerah secerah taman yang menyegarkan. Keanggunan, kesucian, serta rasa malu selalu mengiringinya dan menghiasi gerak-geriknya.

“Dia selalu terdepan dalam berbuat kebajikan. Lembut hatinya, luas kasih sayangnya, terutama bagi kaum beriman. Dia teramat baik dan teramat penyantun. Tiada berucap sesuatu melainkan berisi kebaikan. Sederhana perangainya.Singkat dan padat kalimat yang diucapkannya. Bila si miskin memanggilnya dia selalu tanggap memenuhinya segera. Dirinya bagai ayah penuh kasih saying untuk si yatim-piatu atau janda yang lemah. Rendah hatinya namun amat kuat wibawanya sehingga orang paling kuatpun gemetar berhadapan  dengannya.”

Tentu masih banyak penjelasan yang indah tentang kehidupan Nabi Muhammad  SAW. dari para pecinta dan pengagum beliau. Tapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana menghadirkan sifat, sikap dan perangai beliau itu di tengah kehidupan kita, kaum Muslimin, apalagi di saat realita kaum Muslimin dewasa ini carut marut; saling menghujat, memfitnah bahkan membunuh. Meneladani sifat, sikap dan perangai beliau yang mulia dan indah saat ini benar-benar diperlukan, dan harus dimulai dari kita, kaum Muslimin, dalam kehidupan sehari-hari bersama keluarga, teman dan masyarakat umum; baik Muslim maupun non Muslim.

Sudah cukup lelah kita menyaksikan kondisi kaum Muslimin dewasa ini, baik di tanah air maupun di luar sana. Kondisi seperti sekarang ini, pada satu sisi, membuat musuh-musuh Islam tertawa dan senang, dan pada sisi yang lain, menyebabkan non Muslim tidak simpatik terhadap agama Islam. Dengan demikian, Islam gagal diperkenalkan sebagai agama yang penuh damai dan kasih saying.
Dalam hal ini, para ulama, kaum agamis dan aktifis dari kaum Muslim mesti berada di barisan terdepan dalam meng-implementasikan nilai-nilai Islami yang universal, yang telah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW. secara sempurna. Mereka, dalam pandangan masyarakat umum, sebagai pembawa ajaran Islam dan pihak yang paling bertanggung jawab dalam memperkenalkan ajaran Islam.  Masyarakat umum menilai Islam dari tingkah laku para ulama, kaum agamis dan aktifis Islam, dan mereka akan mengikuti segala yang mereka lakukan. Karena itu, makin intim seseorang dengan simbol-simbol Islam, maka makin dianggap mencerminkan ajaran Islam. Kesan yang buruk tentang Islam dalam diri masyaraka saat menyaksikan sifat dan sikap para ulama dan para agamis Muslim menjadi tanggung jawab mereka.

Read 2640 times