Nahkoda Kapal

Rate this item
(0 votes)
Nahkoda Kapal

Faidh bin Mukhtar mengatakan, “Saya waktu itu ada bersama Imam Shadiq as. Di sana saya memeluk dan mencium Sayidina Musa bin Jakfar yang masih kecil.

Imam Shadiq berkata, “Engkau adalah kapal dan anak ini adalah nahkoda kapal itu. Sebagaimana nahkoda kapal menyelamatkan dan mengarahkan kapal dari kesesatan dan ombak lautan yang keras menuju jalan yang lurus dan pantai, anak ini juga memiliki peran seperti ini di antara kalian.”

Tahun berikutnya saya pergi haji dan membawa uang dua ribu dinar. Yang seribu saya berikan kepada Imam Shadiq as dan yang seribunya lagi saya berikan kepada Sayid Kazhim as [Musa bin Jakfar].

Kemudian ketika saya datang menemui Imam Shadiq as, beliau berkata kepada saya, “Engkau menyamakan Musa dengan aku?”

Saya katakan, “Demi Allah! Mengenalkan Musa sebagai imam setelahku adalah perintah dari Allah dan Allah menjadikannya sebagai imam dan nahkoda kapal setelahku.”

Ampunan dan Kedermawanan

Imam Musa Kazhim as juga bertani seperti masyarakat lainnya. Beliau memiliki kebun kurma yang ditanamnya sendiri. Setahun berlalu, pada musim gugur, kurma sudah masak dan harus dipanen, kemudian membawanya ke pasar dan menjualnya.

Imam mengambil dua pekerja untuk membantunya memetik kurma. Bertiga pergi ke kebuh dan bekerja. Satu dari pekerja itu memanjat kurma dan memotong batang-batang yang penuh dengan kurma, kemudian meletakkannya di sebuah sudut. Pekerja yang kedua memisahkan kurma-kurma dari batangnya dan memasukkannya ke dalam sebuah kantong.

Ketiganya sedang sibuk bekerja. Seketika itu juga pekerja yang sedang berada di atas pohon matanya tertuju ke pekerja kedua. Pekerja kedua sedang mengambil beberapa batang penuh dengan kurma dan membawanya ke arah dinding kebun tanpa sepengetahuan imam. Ketika mendekati dinding dia meletakkan batang-batang itu secara pelan-pelan di balik dinding dan kembali lagi ke tempat semula. Pekerja yang ada di atas pohon, turun. Dia menuju ke arah pekerja kedua dan berkata kepadanya, apa yang telah engkau lakukan? Mengapa engkau meletakkan batang-batang yang penuh kurma di belakang dinding? Tahukah engkau apa maknanya hal ini?

Pekerja kedua sadar akan kesalahannya. Wajahnya memucat dan ketakutan. Pekerja pertama menggandeng tangannya dan membawanya kepada imam dan berkata, “Lelaki ini mengambil beberapa batang yang penuh kurma dan meletakkannya di balik dinding itu dan nanti akan mengambilnya.

Imam sejenak diam. Kemudian menghadap ke arah pekerja kedua dan bertanya, “Apakah engkau lapar dan engkau mengambil kurma untuk engkau makan sendiri?”

Pekerja itu menjawab, “Tidak.”

Imam bertanya, “Apakah engkau membutuhkan uang? Engkau mau menjualnya?”

Pekerja itu berkata, “Tidak.”

Imam dengan ketenangannya bertanya, “Lalu mengapa engkau melakukan hal ini?”

Pekerja itu menjawab, “Setan telah menipuku. Tiba-tiba saja saya ingin melakukan hal ini tapi saya sadar bahwa ini adalah salah dan saya meminta maaf.”

Imam memegang tangannya dan dengan penuh kasih sayang berkata, “Alangkah baiknya bila engkau mengatakan kepadaku bahwa engkau membutuhkan kurma.

Sekarang, beberapa batang itu sebagai milikmu dan jangan engkau lakukan kembali hal ini.

Kemudian beliau berkata kepada pekerja yang pertama, “Jangan engkau sampaikan masalah ini kepada siapapun. Jangan sampai engkau menghancurkan harga dirinya!”

Dermawan dan Berakhlak Bagus

Imam Musa bin Jakfar berkata, “Orang yang dermawan berakhlak bagus mendapatkan perhatian dari Allah dan Allah senantiasa melindunginya sampai dia dimasukkan ke dalam surga.

Allah tidak mengutus seorang nabi pun kecuali harus dermawan. Ayahku juga sampai saat mendekati kewafatannya, mewasiatkan kepadaku agar dermawan dan berakhlak yang bagus. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as.

Read 1581 times