Ampunan dan Kebesaran

Rate this item
(0 votes)
Ampunan dan Kebesaran

“... Aku telah meremehkan perintah maulaku; bila beliau mempertanyakanku, aku tidak berhak untuk protes. Meski Hasan bin Ali adalah seorang pemaaf, namun aku harus menyiapkan diri untuk dihukum. Karena dengan demikian, bertahan menghadapi hukuman maulaku, akan terasa lebih ringan...namun...namun..."

Demikianlah apa yang terlintas dalam pikiran budak Imam Hasan dan seketika itu juga Imam Hasan memanggilnya. Sang budak dengan langkah pelan-pelan menuju pada Imam Hasan as. Dia berpikir bagaimana caranya meminta maaf kepada maulanya. Begitu berhadap-hadapan dengan beliau, sang budak terpikir:

“Maulaku adalah orang yang akrab dengan al-Quran. Maka aku akan meminta bantuan al-Quran untuk menyelamatkan diriku.”

Saat itu juga terlintas dalam pikirannya untuk mengatakan, “Wal Kazdiminal Ghaizha.”

Imam Hasan tersenyum dan berkata, “Aku telah menekan kemarahanku.”

Sang budak tahu bahwa jalan keluarnya terlah terjawab. Dengan lebih tenang dia berkata, “Wal ‘Afina ‘Aninnas.”

Imam Hasan berkata, “Aku telah mengabaikan kesalahanmu.”

Sang budak merasa dirinya berhasil dan bergumam, “Aku akan melepaskan peluruku yang terakhir, seraya berkata, “Wallahu Yuhibbul Muhsinin.” (QS. Ali Imran: 134)

Kali ini Imam Hasan berkata, “Aku membebaskanmu di jalan Allah, agar aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.”

Tidak Membalas Keburukan dengan Keburukan

Salah satu dari budak Imam Hasan as sangat buruk akhlaknya. Namun Imam Hasan senantiasa memperlakukannya dengan baik dalam upaya dia bisa menjadi baik dan menyesali perilaku buruknya.

Imam Hasan memiliki seekor kambing di rumahnya. Dengan berjalannya waktu beliau menyayangi kambing itu. Suatu hari beliau tahu bahwa kaki kambing itu patah. Hatinya trenyuh melihat kambing itu dan bertanya kepada budaknya, “Mengapa kaki kambing ini jadi begini?”

Sang budak menjawab, “Aku yang mematahkannya.”

Dengan takjub Imam Hasan as berkata, “Mengapa engkau menzaliminya?”

Dengan nada congkak budak itu menjawab, “Karena aku ingin menyakitimu.”

Imam Hasan as sejenak berpikir dan berkata, “Ringkasi barang-barangmu dan pergilah dari rumah ini, dari saat ini engkau bebas.”

Budak itu terkejut dan berkata, “Mengapa Anda bebaskan aku?!”

Imam Hasan as berkata, “Agar aku menjawab perbuatan burukmu dengan perbuatan baik.”

Budak itu menundukkan kepalanya dan terdiam, sepertinya dia benar-benar malu.

Semua Kasih Sayang Ini?!

Seorang lelaki mendengar banyak cerita tentang kasih sayang dan kedermawanan Imam Hasan as. Namun dia ragu untuk menyelesaikan masalahnya, apakah harus pergi menemui Imam Hasan ataukah tidak. Pada akhirnya dia mengambil keputusan untuk mendatangi beliau.

Imam saat itu sedang duduk di masjid dan lelaki ini masuk mendekatinya. Imam tahu bahwa lelaki ini punya satu keperluan. Oleh karena itu beliau tersenyum padanya dengan penuh kasih sayang seraya berkata, “Hai lelaki! aku berpikir engkau ada masalah?” sebelum lelaki itu menjawab, Imam Hasan berkata, “Bersabarlah sedikit, aku akan menyelesaikan masalahmu.”

Imam Hasan memerintahkan kepada salah satu sahabatnya, “Berikanlah uang supaya dia bisa menyelesaikan masalahnya!”

Sabahat beliau memberikan uang kepada lelaki yang membutuhkan itu dan menyenangkan hatinya. Lelaki yang membutuhkan itu tidak percaya bahwa masalahnya bisa terselesaikan secepat ini. Dia menghadap kepada Imam Hasan dan berkata, “Wahai Putra Rasulullah! Aku merasa takjub bahkan Anda tidak menanyakan apa masalahku. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana aku harus menyampaikan masalahku kepada Anda!”

Imam Hasan as berkata, “Ksatria yakni membantu seseorang yang membutuhkan sebelum orang tersebut menyampaikan masalahnya. Perbuatan seperti ini mencegah jatuhnya harga diri seorang mukmin dan tidak mengalirkan keringat malu di dahinya.”

Lelaki itu tidak tahu apa yang harus dikatakannya untuk menjawab kasih sayang Imam Hasan. Butir-butir keringat memenuhi dahinya; namun keringat ini bukan keringat malu.

Memenuhi Hajat Seorang Mukmin

Begitu seorang lelaki menyampaikan masalahnya kepada Imam Hasan as, beliau langsung memakai sepatunya dan pergi menyelesaikan masalahnya. Di pertengahan jalan, mereka menyaksikan Imam Husein as sedang mengerjakan salat. Imam Hasan berkata kepada lelaki tersebut, “Mengapa engkau tidak mendatangi saudaraku untuk menyelesaikan masalahmu?”

Lelaki itu menjawab, “Beliau sedang sibuk salat dan ibadah, dan saya tidak ingin mengganggu beliau.”

Imam Hasan as berkata, “Sepertinya masalahmu harus selesai melalui bantuanku. Bagaimanapun juga, bila Husein mendapatkan taufik ini, memenuhi hajatmu baginya lebih besar dari satu bulan menjalani i’tikaf.” (Emi Nur Hayati)

Read 1244 times