
کمالوندی
Kegagalan Operasi Delta Force AS di Tabas
Pada tanggal 5 Ordibehesht 1359 Hijriyah Syamsiah (24 April 1980), 6 pesawat dan 8 helikopter Amerika Serikat menyusup ke wilayah Iran dengan alasan membebaskan 53 sandera di Tehran.
Namun, tujuan asli agresi itu adalah melaksanakan skenario kudeta militer dan menggulingkan sistem Republik Islam Iran yang baru berdiri, yang bangkit menentang hegemoni AS.
Pada 4 November 1979, AS membentuk unit Delta Force yang terdiri dari 132 personel terlatih untuk menyerang Iran dan membebaskan para sendera. Agresi militer AS di Gurun Tabas ini dilancarkan dengan sandi Operation Eagle Claw.
Ketika sedang mengudara di wilayah Iran, salah satu helikopter mengalami kerusakan teknis di 120 km Kerman dan terpaksa mendarat. Seluruh awaknya kemudian menumpang helikopter lain. Helikopter kedua ini pada akhirnya juga mengalami kendala teknis dan terpaksa kembali ke kapal induk.
Namun, 6 pesawat dan 6 helikopter lainnya berhasil sampai di Gurun Tabas dan mendarat di daerah terpencil ini di kegelapan malam. Sialnya, sebuah helikopter lain mengalami gangguan teknis ketika mengisi bahan bakar dan ketika misi utama belum dijalankan, tiga helikopter telah berkurang.
Setelah menerima informasi dari pusat komando, Presiden AS waktu itu, Jimmy Carter memerintahkan pembatalan operasi dan meminta pasukan kembali ke markas. Tapi ketika pesawat dan helikopter mulai mengudara, tiba-tiba terjadi badai pasir. Pesawat C-130 dan helikopter CH-53 terbakar setelah bertabrakan di udara. Dalam insiden itu, delapan personel AS tewas terbakar dan empat helikopter gagal terbang dan ditinggalkan. Sisa pasukan Amerika meninggalkan Tabas dengan lima pesawat tersisa dan kembali ke kapal induk USS Nimitz.
Pasukan komando AS ini sebelumnya dikirim ke Arizona dan menjalani latihan keras di wilayah yang mirip dengan Gurun Tabas, Iran. Latihan ini untuk mempersiapkan mereka menghadapi medan sulit dan siap melancarkan operasinya.
Namun, Operation Eagle Claw berubah menjadi neraka yang membakar pasukan AS di Gurun Tabas dan operasi ini berakhir dengan kegagalan total. Menteri Pertahanan AS waktu itu, Harold Brown mengatakan, "Delapan tentara Amerika tewas dalam operasi gagal Tabas dan para sandera belum dibebaskan hingga Ronald Reagen menjabat presiden pada Januari 1981."
Peristiwa Tabas kembali menguak sifat agresor Amerika. Namun demikian skandal ini bukan akhir dari agresi negara itu. AS tidak belajar dari kegagalan di Tabas dan terus mengobarkan permusuhan terhadap Iran dengan berbagai cara.
Saat ini AS mengadopsi kebijakan untuk mengucilkan Iran dengan membentuk koalisi dan kampanye anti-Tehran. Mengesankan Iran sebagai ancaman bagi tetangganya dan bahkan Eropa telah menjadi sebuah tujuan strategis bagi AS.
Puing-puing pesawat Amerika yang hancur di Gurun Tabas.
Tetapi, AS dengan kemunafikannya telah menyebabkan ketegangan, konflik, serta penyebaran terorisme dan ekstremisme di wilayah Asia Barat (Timur Tengah). Kebijakan keliru yang diadopsi AS selama beberapa dekade terakhir, mendorong Donald Trump untuk berkata, "AS telah menghabiskan 7 triliun dolar di kawasan tanpa mencapai apapun." Tentu saja Trump melanjutkan jalan salah yang sama.
AS mengambil banyak langkah untuk merusak stabilitas regional dan mengusik Iran seperti, memberlakukan kontrol ilegal terhadap kebebasan navigasi di kawasan, memperkuat armada tempurnya serta mengerahkan pasukan dan peralatan militer di Suriah dan Irak.
AS memperkenalkan dirinya sebagai pendukung bangsa Iran ketika negara itu justru meningkatkan tekanan terhadap rakyat Iran. Sebagai contoh, Washington menentang pengiriman bantuan medis internasional kepada Tehran dan menghalangi negara ini mengimpor peralatan medis untuk melawan wabah virus Corona.
Langkah ini menunjukkan bahwa kebijakan konfrontatif AS terhadap Iran semakin kehilangan akal sehat. Demi memperlihatkan taringnya, negara adidaya ini rela melakukan tindakan anti-kemanusiaan yang paling bawah sekalipun yaitu melarang pengiriman obat-obatan dan bahan pangan ke Iran. AS memanfaatkan momen penyebaran virus Corona di Iran untuk meningkatkan tekanannya dengan tujuan strategis menggulingkan rezim.
Iran – di tingkat regional dan internasional serta dari segi ekonomi – bukanlah sebuah negara yang lemah. Sebaliknya, Amerika-lah yang berada pada posisi yang pasif.
Para pejabat AS tidak pernah berhenti memusuhi bangsa Iran dan sistem Republik Islam selama 14 tahun terakhir. AS mulai memperlihatkan permusuhannya terhadap bangsa Iran sejak kemenangan revolusi. Negara itu melakukan berbagai cara untuk menumbangkan sistem Republik Islam termasuk, intervensi militer, aksi kudeta, dukungan kepada rezim Saddam untuk menyerang Iran, serta mengganggu keamanan perbatasan Iran dengan membentuk dan mendukung kelompok-kelompok teroris.
AS mengesankan Iran sebagai pembuat onar di kawasan dan mencoba merusak hubungan Tehran dengan negara-negara regional. Sejalan dengan misi itu, Washington memasukkan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dalam daftar organisasi terorisme. Padahal, IRGC selalu membela bangsa Iran dan keamanan regional pada kondisi yang paling sulit sekali pun.
Pada 3 Januari 2020, AS dalam sebuah tindakan terorisme membunuh Komandan Pasukan Quds Iran, Letnan Jenderal Qasem Soleimani dan rekan-rekannya di dekat Bandara Internasional Baghdad.
Mereaksi kejahatan itu, IRGC pada 8 Januari menembakkan 13 rudal ke pangkalan militer Amerika, Ain al-Assad di Provinsi al-Anbar, Irak. Republik Islam Iran tidak pernah menjadi pihak yang memulai perang, tetapi jika terancam dan diserang, ia siap membela keamanannya dengan penuh kekuatan.
Dalam sebuah aksi provokatif pada Juni 2018, AS menerbangkan sebuah drone mata-mata ke wilayah udara Iran. Namun, drone Global Hawk ini ditembak jatuh oleh pasukan udara IRGC di wilayah Kuh-e Mubarak, Provinsi Hormozgan.
Televisi CNN menyatakan AS telah mendapatkan salah satu pelajaran yang paling penting di ketinggian 22 ribu kaki.
Koresponden senior CNN, Nick Walsh dalam tulisannya dengan judul "What shooting down a $110M US drone tells us about Iran" mengatakan bahwa ini merupakan bukti nyata dari meningkatnya kemampuan militer Iran.
Iran memamerkan drone Global Hawk AS yang ditembak jatuh oleh IRGC.
Analis Timur Tengah dan Afrika Utara di Jane's Defense Weekly, menuturkan, "Mereka berhasil. Insiden itu menunjukkan bahwa ketika Iran benar-benar melakukan investasi, ini benar-benar harus diperhitungkan. Kami tahu tentang rudal balistik mereka, tetapi sepertinya kondisi sistem pertahanan udara mereka juga seperti itu."
"Beberapa tahun yang lalu ini akan menjadi kejutan, tetapi sekarang perlengkapan pertahanan udara baru mereka terlihat jauh lebih mengesankan," tambahnya.
Pemerintah AS – demi mencapai target kebijakannya dan memaksa Iran untuk bernegosiasi – mencoba mengisolasi Iran di bawah tekanan politik dan ekonomi yang sangat kuat, tetapi Republik Islam bukanlah sebuah negara yang lemah.
Pada dasarnya, perilaku dan cara usang ini memperlihatkan bahwa pemerintah AS masih berpikiran seperti 40 tahun lalu dan terperangkap dalam ilusi petualangan di Gurun Tabas, yang mengakibatkan kekalahan memalukan bagi Washington.
Saat ini para pejabat AS berada dalam posisi pasif, dan dengan berbagai retorika yang agresif, berusaha mengesankan bahwa mereka menguasai situasi, padahal jalan yang mereka tempuh justru jalan buntu.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pidato, mengatakan kemajuan revolusi di tengah konspirasi anti-Republik Islam selama 40 tahun, adalah bukti dari ketidakmampuan AS dalam menghentikan gerakan bangsa Iran.
"Musuh Iran telah menerapkan berbagai tekanan politik, ekonomi, dan propaganda luas terhadap bangsa ini selama 40 tahun, tapi mereka tidak mampu berbuat apa-apa bahkan ketika Republik Islam baru berdiri," ungkapnya.
Ayatullah Khamenei menjelaskan Amerika, Eropa, dan bahkan Uni Soviet telah mengambil tindakan apapun yang mereka mampu untuk melawan Iran selama 40 tahun ini, tapi mereka gagal. Tentu saja aksi mereka menimbulkan gangguan dan kerugian, namun mereka tidak mampu menghentikan gerakan dan kemajuan Republik Islam.
Pejabat Militer Israel Akui Kesuksesan Peluncuran Satelit Iran
Sejumlah pakar dan pejabat rezim Zionis Israel, terkait peluncuran satelit militer pertama Iran ke luar angkasa mengakui bahwa peluncuran satelit ini penting bagi program antariksa Iran, terutama bagi angkatan bersenjata negara itu.
Fars News (25/4/2020) melaporkan, empat hari setelah peluncuran satelit Nour oleh Iran ke luar angkasa, pejabat militer dan antariksa Israel mengakui keberhasilan Iran ini.
Surat kabar Israel, Haaretz menulis, seorang pejabat keamanan Israel yang tidak bersedia diungkap identitasnya menuturkan, peluncuran satelit ini pada kenyataannya adalah sebuah prestasi penting bagi program antariksa Iran secara umum, dan bagi angkatan bersenjata negara ini secara khusus, hasil terpentingnya adalah kenyataan bahwa peluncuran satelit Iran sukses dilakukan.
Uzi Rubin, orang yang disebut sebagai "bapak rudal" Israel kepada Haaretz mengatakan, peluncur satelit, dan satelitnya sendiri dipasang dan diisi bahan bakar dalam kondisi tegak lurus di sebuah pangkalan bawah tanah, kemudian siap untuk diluncurkan. Saya percaya ini adalah peluncuran uji coba untuk mengembangkan metode baru peluncuran satelit militer.
Menurut Uzi Rubin, Iran telah menyampaikan pesan kuat melalui peluncuran satelit ini, yaitu meski berada di tengah krisis Corona, dengan kepercayaan diri penuh ia mampu meluncurkan sebuah satelit militer.
Tolak Kesepakatan Gantz dan Netanyahu, Ribuan Zionis Berdemontrasi
Ribuan orang Zionis berunjuk rasa menyerukan supaya Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu diadili dan menentang kesepakatan politik yang tercapai antara Benny Gantz dan Benjamin Netanyahu.
AFP Minggu (26/4/2020) melaporkan, para pemrotes yang berunjuk rasa di Rabin Square, Tel Aviv pada Sabtu (25/4). mengecam 'Kesepakatan Senin' antara Gantz dan Nentanyahu, dan menilainya sebagai manuver politik Netanyahu untuk menyelamatkan diri dari persidangan atas tuduhan suap, penipuan dan pelanggaran kepercayaan.
Media Israel melaporkan sekitar 2.000 orang yang menggunakan masker bergabung dalam aksi protes tersebut. Sebagian dari pengunjuk rasa mengibarkan bendera hitam sebagai bentuk protes.
Sebelumnya, Netanyahu dan Gantz menandatangani kesepakatan politik hari Senin (20/04) untuk membentuk "pemerintahan darurat nasional."
Netanyahu dan Gantz akan berbagi kekuasaan selama masa pemerintahan tiga tahun. Setelah satu setengah tahun menjabat, Netayanhu akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri, dan digantikan oleh Benny Gantz.
Kesepakatan koalisi antara Partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu dan Partai Biru Putih pimpinan Benny Gantz mengakhiri kebuntuan politik yang sudah berlangsung sejak lama. Sebelumnya, selama tiga kali pemilihan umum Israel, tidak ada pihak yang berhasil mencapai mayoritas mutlak. Sekalipun meraih suara terbanyak, Netanyahu berkali-kali gagal membentuk pemerintahan koalisi.
Tolak Kesepakatan Gantz dan Netanyahu, Ribuan Zionis Berdemontrasi
Ribuan orang Zionis berunjuk rasa menyerukan supaya Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu diadili dan menentang kesepakatan politik yang tercapai antara Benny Gantz dan Benjamin Netanyahu.
AFP Minggu (26/4/2020) melaporkan, para pemrotes yang berunjuk rasa di Rabin Square, Tel Aviv pada Sabtu (25/4). mengecam 'Kesepakatan Senin' antara Gantz dan Nentanyahu, dan menilainya sebagai manuver politik Netanyahu untuk menyelamatkan diri dari persidangan atas tuduhan suap, penipuan dan pelanggaran kepercayaan.
Media Israel melaporkan sekitar 2.000 orang yang menggunakan masker bergabung dalam aksi protes tersebut. Sebagian dari pengunjuk rasa mengibarkan bendera hitam sebagai bentuk protes.
Sebelumnya, Netanyahu dan Gantz menandatangani kesepakatan politik hari Senin (20/04) untuk membentuk "pemerintahan darurat nasional."
Netanyahu dan Gantz akan berbagi kekuasaan selama masa pemerintahan tiga tahun. Setelah satu setengah tahun menjabat, Netayanhu akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri, dan digantikan oleh Benny Gantz.
Kesepakatan koalisi antara Partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu dan Partai Biru Putih pimpinan Benny Gantz mengakhiri kebuntuan politik yang sudah berlangsung sejak lama. Sebelumnya, selama tiga kali pemilihan umum Israel, tidak ada pihak yang berhasil mencapai mayoritas mutlak. Sekalipun meraih suara terbanyak, Netanyahu berkali-kali gagal membentuk pemerintahan koalisi.
Rezim Zionis Sita Pendapatan Otorita Palestina
Pengadilan rezim Zionis Israel memerintahkan penyitaan pendapatan pajak Otorita Palestina senilai 450 juta shekel setara 127 juta dolar.
Keputusan pengadilan rezim Zionis tersebut dibuat mengikuti vonis pengadilan sebelumnya yang menyalahkan Otorita Palestina sebagai pihak yang bertanggungjawab atas berbagai aksi operasi mati syahid.
Berdasarkan putusan itu, vonis pertama dikeluarkan untuk menyita sementara semua aset yang diblokir dari Otorima Palestina, dan pada tahap kedua, 50 juta shekel dari properti pembayar pajak akan disita.
Rezim Zionis mengklaim bahwa Otoritas Palestina menggunakan uang pajak untuk membantu keluarga para korban operasi martir dan tahanan Palestina.
Tahun lalu, kabinet keamanan rezim Zionis menyetujui proposal yang diajukan Menteri Urusan Perang Israel, Naftali Bennett untuk memblokir pendapatan Otorita Palestina dari penerimaan pajak senilai 149 juta shekel atau 43 juta dolar.(
Juni, Perundingan Penarikan Pasukan AS dari Irak
Juru Bicara Panglima Angkatan Bersenjata Irak mengumumkan bahwa perundingan mengenai penarikan pasukan AS dari wilayah Irak akan dilakukan Juni mendatang.
Abdul Karim Khalaf hari Minggu (26/4/2020) mengatakan bahwa pemerintah Baghdad serius untuk menerapkan ketetapan parlemen Irak yang menyerukan penarikan penuh pasukan AS dari negaranya.
Ia menjelaskan, Amerika Serikat sejauh ini telah menarik sejumlah tentaranya dari Irak.
"Pada Juni mendatang, kedua negara akan meninjau sepenuhnya rencana dan jadwal penarikan pasukan AS yang tersisa di Irak," tegas juru bicara panglima angkatan bersenjata Irak.
Salah satu prioritas utama Mustafa al-Kazemi, selaku perdana menteri baru Irak, adalah menuntaskan masalah penarikan pasukan AS dari Irak, yang telah menjadi tuntutan rakyat negara Arab ini.(
Tadarus Bersama Rahbar pada Hari Pertama Ramadhan
Tadarus yang dikenal dengan "Keakraban dengan al-Quran" digelar di Mushalla Imam Khomeini ra di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran pada hari Sabtu, 25 April 2020.
Acara terbatas dan dihadiri oleh para Qari itu terhubung langsung melalui video conference dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di Huseiniyah Imam Khomeini ra di Tehran.
Umat Islam di Republik Islam Iran mulai menunaikan ibadah puasa bulan suci Ramadhan 1441 H pada hari Sabtu.
Ketika Rahbar Menekankan agar Tidak Takut Ancaman Musuh Islam dan Kekuatan Zalim
"Satu-satunya jalan untuk membebaskan umat manusia dari penindasan, diskriminasi, perang, instabilitas, dan pelecehan atas nilai kemanusiaan, serta mewujudkan keamanan, keselamatan dan ketenangan, adalah dengan mengamalkan perintah al-Quran."
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan poin penting dan bernilai al-Quran ini di hari pertama bulan Ramadhan di acara "Keakraban dengan al-Quran" yang diselenggarakan hari Sabtu (25/04/2020) di Mushola Tehran, dan terhubung langsung dengan Huseiniyah Imam Khomeini, yang dihadiri Ayatullah Sayid Ali Khamenei.
Menjelaskan masalah ini, Ayatollah Khamenei menambahkan, "Salah satu perintah praktis al-Quran terkait dengan cara menyusun aturan dalam hidup, jika hal ini bersandar pada kekuatan, uang dan nafsu, maka manusia tidak akan pernah merasakan kehidupan hakiki dan maknawi, tapi jika manusia meletakkan kehidupan dunianya di atas fondasi kebaikan, maka selain mendapatkan manfaat duniawai, ia juga pasti akan mencapai tujuan hakiki kehidupan."
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
Ayatullah Khamenei menjelaskan, al-Quran juga memerintahkan kita untuk tidak percaya dan tidak cenderung pada kezaliman, menegakkan keadilan dalam hidup, serta tidak berkhianat, termasuk tidak mengkhianati amanah yang diberikan untuk menduduki jabatan pemerintahan. Rahbar menegaskan, tidak takut pada musuh dan berdiri kokoh melawannya, merupakan perintah penting al-Quran, dan kondisi beberapa negara Muslim hari ini yang terus dilecehkan oleh kekuatan-kekuatan penindas, adalah buah dari ketakutan pada musuh Islam
Dari awal kemenangan Revolusi Islam hingga saat ini, bangsa Iran telah menentang konspirasi para musuh dan membuktikan kepada musuh bahwa mereka tidak dapat ditembus. Terbebas dari monarki otoriter dan herediter, melawan semua konspirasi Amerika, meningkatkan kredibilitas dan rasa hormat Iran di kawasan dan dunia, menghilangkan penghinaan historis dan menjaga martabat nasional dalam menghadapi kebijakan pembangunan dan monopoli AS adalah salah satu pencapaian utama dari empat dekade pertama kemenangan Revolusi Islam. Setelah kemenangan revolusi, bangsa Iran, dengan mengandalkan ajaran al-Quran dan membebaskan manusia dari penindasan, berhasil merusak semua perimbangan dan perhitungan musuh.
Sebagaimana yang disampaikan Ayatullah Khamenei, "Tidak terkalahkannya bangsa Iran dalam menghadapi ancaman, tekanan dan konspirasi adalah karena berkah dari Islam yang mulia."
Kebesaran Iran adalah fakta sejarah dengan melihat musuh-musuh bangsa Iran telah gagal dalam konspirasi mereka. Dalam 41 tahun terakhir, Iran telah mampu berdiri bangga di arena yang sulit dan menunjukkan kapasitas dirinya.
Beberapa pencapaian ini dapat ditemukan di berbagai bidang seperti, kecemerlangan kekuatan bangsa Iran atas sistem dominasi, mempengaruhi perkembangan yang menentukan di kawasan dan membuat model di bidang perlawanan terhadap kekuatan arogan.
Mengandalkan fondasi strategis dalam ajaran-ajaran al-Quran, Revolusi Islam menempatkan dirinya untuk tidak akan menyerah melawan sistem dominasi dan memilih jalan independensi dan dan kepercayaan diri. Alasan utama untuk semua permusuhan dari kekuatan arogan terhadap revolusi ini harus dilihat dalam hal ini. Saat ini, ada front besar musuh berdiri di depan sistem Islam, yang tujuannya adalah untuk menghancurkan atau menginternalisasi Republik Islam, tetapi mereka belum dapat mencapai tujuan ini.
Dalam pandangan Pemimpin Revolusi, umat Islam dapat mengatasi masalah dengan mengandalkan nilai-nilai al-Quran, tetapi syarat penting adalah tidak perlu takut akan ancaman musuh. Ayatullah Khamenei menyebut satu-satunya jalan untuk membebaskan umat manusia dari penindasan, diskriminasi, perang, instabilitas, dan pelecehan atas nilai kemanusiaan, serta mewujudkan keamanan, keselamatan dan ketenangan, adalah dengan mengamalkan perintah al-Quran.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
Rahbar menyatakan harapannya, "Semoga setiap bangsa dan umat Islam, khususnya negara-negara Islam dan para pejabatnya mendapat taufik untuk mengamalkan istruksi praktis al-Quran, karena itu adalah obat untuk masalah."
Dari sudut pandang ini dan untuk alasan strategis, kata-kata Pemimpin Besar Revolusi dalam acara "Keakraban dengan al-Quran" adalah sistem dari hal-hal penting yang dapat menempatkan nasib dunia Islam dalam terang mempraktikkan ajaran-ajaran al-Quran di jalan kemuliaan, kekuatan dan kejayaan.
Rahbar: Takut pada AS, Konsekuensinya Sangat Pahit
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menyinggung teladan dan pelajaran agung yang diberikan Imam Khomeini agar tidak takut pada kekuatan-kekuatan arogan.
Rahbar mengatakan, takut pada Amerika Serikat membawa konsekuensi yang sangat pahit, dan selama bertahun-tahun, kita menyaksikan sendiri hal ini terjadi di beberapa periode pemerintahan Iran, karena takut pada Amerika, mereka harus menghadapi berbagai permasalahan yang pelik.
Fars News (26/4/2020) melaporkan, di hari pertama bulan suci Ramadhan, program acara "Kedekatan dengan Al Quran" diselenggarakan di Mushola Tehran, dan terhubung langsung dengan Huseiniyah Imam Khomeini, yang dihadiri Ayatullah Sayid Ali Khamenei.
Dalam acara ini, Ayatullah Khamenei menyebut satu-satunya jalan untuk membebaskan umat manusia dari penindasan, diskriminasi, perang, instabilitas, dan pelecehan atas nilai kemanusiaan, serta mewujudkan keamanan, keselamatan dan ketenangan, adalah dengan mengamalkan perintah Al Quran.
"Salah satu perintah praktis Al Quran terkait dengan cara menyusun aturan dalam hidup, jika hal ini bersandar pada kekuatan, uang dan nafsu, maka manusia tidak akan pernah merasakan kehidupan hakiki dan maknawi, tapi jika manusia meletakkan kehidupan dunianya di atas fondasi kebaikan, maka selain mendapatkan manfaat duniawai, ia juga pasti akan mencapai tujuan hakiki kehidupan," paparnya.
Rahbar menilai pengamalan atas serangkaian perintah Al Quran yang lain, akan melahirkan ketertiban dalam hubungan sosial.
"Di antara perintah ini adalah mencegah ghibah di masyarakat, dan menegakkan keadilan bahkan terhadap musuh sekalipun," imbuhnya.
Menurut Rahbar, satu lagi perintah Al Quran adalah tidak mengikuti isu-isu yang kita tidak yakin akan kebenarannya, dan salah satu masalah jurnalisme dunia hari ini adalah diabaikannya perintah tersebut, dan upaya untuk menyebarkan rumor serta isu.
Ayatullah Khamenei menjelaskan, Al Quran juga memerintahkan kita untuk tidak percaya dan tidak cenderung pada kezaliman, menegakkan keadilan dalam hidup, serta tidak berkhianat, termasuk tidak mengkhianati amanah yang diberikan untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Ia menegaskan, tidak takut pada musuh dan berdiri kokoh melawannya, merupakan perintah penting Al Quran, dan kondisi beberapa negara Muslim hari ini yang terus dilecehkan oleh kekuatan-kekuatan penindas, adalah buah dari ketakutan pada musuh Islam.
Syeikh Mufid
Muhammad bin Muhammad bin Nu'man atau lebih dikenal dengan Syeikh Mufid adalah seorang ulama besar Syiah, yang paling populer pada pertengahan abad ke-4 dan permulaan abad ke-5 Hijriyah.
Syeikh Mufid – karena kontribusinya yang luar biasa dalam pengembangan fiqih dan ilmu kalam Syiah – dianggap sebagai pelopor di bidang pemikiran Syiah. Lebih tepatnya, ia adalah peletak dasar-dasar ilmu kalam Syiah dan pembentuk model baru fiqih Syiah.
Setelah 10 abad berlalu, pemikiran-pemikiran konstruktif Syeikh Mufid masih menjadi perhatian para cendekiawan dan pemikir Islam. Ini adalah indikasi dari kedudukannya yang istimewa di ranah pemikiran Islam.
Syeikh Mufid lahir pada 11 Dzulkaidah pada tahun 336 H di daerah al-Akbari, sebuah kota di tepi timur Sungai Tigris di Baghdad, Irak. Ayahnya adalah seorang guru dan karenanya, anaknya juga terkenal dengan "Ibnu Mu'allim." Al-akbari dan al-Baghdadi adalah dua gelar lain Syeikh Mufid yang diambil dari tempat kelahirannya.
Sejak masa kecil, Syeikh Mufid bersama ayahnya pergi ke kota Baghdad untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam dari para ulama besar ilmu kalam seperti, Syeikh Shaduq, Ibnu Junaid Askafi Baghdadi, Hussain Bin Ali Basri, Ali Bin Isa Ramani, Jakfar bin Muhammad bin Qulawaih, Muhammad bin Imran Marzbani, Ibnu Hamzah Thabari, dan Ibu Dawud Qummi.
Iman yang kuat, kecerdasan, dan ketekunan membuat Syeikh Mufid menguasai semua cabang ilmu yang berkembang pada masa itu. Ia sangat manguasai ilmu kalam dan seni perdebatan ilmiah. Di masa Syeikh Mufid, Baghdad dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Berbagai aliran pemikiran berkembang di Baghdad dan masing-masing berusaha untuk membuktikan kebenaran akidahnya.
Dalam situasi seperti itu, Syeikh Mufid mampu membuktikan kebenaran akidah Syiah atas mazhab-mazhab lain dan ia diberi tempat khusus sebagai guru besar oleh penguasa Sunni kala itu.
Dua karya terkenal Syeikh Mufid, al-Irshad dan al-Amali.
Di masa mudanya, Syeikh Mufid memiliki kedudukan terhormat di kalangan ulama, bukan hanya ulama Syiah, tetapi para ulama dari mazhab-mazhab lain juga menghormati dan memuliakannya. Bukan hanya ulama dan masyarakat umum, para panguasa Dinasti Dailami juga berkunjung ke kediaman Syeikh Mufid untuk memberikan penghormatan, pada saat itu ia hanya berusia 34 tahun.
Syeik Mufid meninggal dunia pada tanggal 2 atau 3 Ramadhan tahun 413 di Baghdad. Sekitar 80 ribu orang ikut mengantarkan jenazahnya dan mayoritas mereka berasal dari para ulama mazhab-mazhab lain.
Ia memiliki pengaruh besar dalam pengembangan metode ijtihad Syiah. Ulama besar ini melakukan kerja keras untuk membersihkan ajaran Syiah dari pemikiran-pemikiran yang keliru. Sama seperti upayanya dalam membela akidah Islam dan makrifat Syiah dari serangan faham-faham pemikiran lain.
Syeikh Mufid bahkan memerangi pemikiran ekstrem dan tidak rasional yang berkembang di tengah pengikut Syiah dan ia mencatat banyak keberhasilan di bidang ini. Salah satu keyakinan keliru yang dipraktekkan di kalangan Syiah dan khususnya di kalangan Sunni pada masa itu adalah mengesampingkan akal dalam memahami agama.
Di masa keghaiban panjang Imam Mahdi as, para ulama bekerja keras untuk mengumpulkan hadis serta memilahnya antara hadis shahih dan cacat. Syeikh Shaduq juga menghabiskan usianya untuk menjaga khazanah ilmu pengetahuan ini. Sebagian besar ulama menaruh perhatiannya di bidang ini, namun setelah periode hadis berakhir, Syeikh Mufid berusaha memperkuat pondasi ijtihad Syiah dengan memanfaatkan akal secara proporsional.
Pada masa itu, para ulama menentang keras segala bentuk campur tangan akal untuk memahami agama. Metode ini menyebabkan tumpulnya pandangan dan munculnya pendekatan ekstrem dalam keyakinan masyarakat. Salah satu kontribusi penting Syeikh Mufid adalah memerangi pemikiran-pemikiran batil ini.
Ia memperkenalkan akal sebagai salah satu instrumen yang efektif untuk mengenal al-Quran dan hadis. Ia kemudian menyusun sebuah metode tentang prinsip-prinsip tepat penggunaan akal untuk memahami agama.
Makam Syeikh Mufid di Kazhimain, Irak.
Oleh karena itu, Syeikh Mufid memainkan peran mendasar dalam merumuskan prinsip-prinsip fiqih Syiah secara baku. Metode ijtihad ini adalah jalan tengah antara metode hadis Syeikh Shaduq dan metode induktif Ibnu Junaid di bidang fikih. Pedoman-pedoman istinbath (inferensi) hukum dituangkan dalam sebuah kitab berjudul al-Tadzkirah bi Ushul Fiqh. Kitab ini dikenal sebagai buku pertama yurisprudensi dalam sejarah disiplin ilmu ini.
Kita cukup menela’ah kitab Jawabat Ahl-il Musil fil ‘Adad war Ru'yah untuk memahami peran Syeikh Mufid dalam menawarkan sebuah metode yang komprehensif di bidang ijtihad dan inferensi hukum. Metode yang dipakai para ulama sekarang dalam menyimpulkan hukum dari ayat dan riwayat, benar-benar sama persis dengan metode Syeikh Mufid dalam kitabnya tersebut.
Metode istinbath Syeikh Mufid bisa ditemukan di buku-buku fiqih yang ditulis oleh para ulama kontemporer. Ini membuktikan kekuatan landasan usuh fiqh Syeikh Mufid dalam ijtihad Syiah sehingga diterima oleh semua pihak.
Jika kita ingin mengenal sepenuhnya tentang kiprah Syeikh Mufid dalam pengembangan pemikiran Syiah, maka dibutuhkan sebuah tim riset yang menguasai ilmu-ilmu Islam dan sejarah untuk menyingkap semua sisi intelektual ulama besar ini.
Kiprah lain Syeikh Mufid di bidang ilmu dan pemikiran akan kami hadirkan dalam edisi berikutnya.