
کمالوندی
Jejak AS dalam Kerusuhan di Iran
Pelaksanaan program reformasi harga bensin di Iran pada 15 November 2019 memicu protes damai di Tehran dan beberapa kota lain, tapi sekelompok perusuh menunggangi aksi ini dengan target merusak fasilitas publik dan pribadi, termasuk bank-bank, pusat layanan darurat, mobil ambulans, dan transportasi umum.
Sayangnya peristiwa pahit ini yang disertai dengan perilaku kekerasan, telah menyebabkan kematian sejumlah orang.
Persoalan ekonomi selalu menjadi salah satu isu paling krusial bagi negara mana pun. Pengalaman banyak negara mencatat bahwa terobosan apapun di sektor ekonomi sering mendapat perlawanan. Sikap ini didasari dari kajian ilmiah atau juga karena kekhawatiran pihak-pihak yang merasa dirugikan atas pelaksanaan sebuah kebijakan.
Tentu saja, pelaksanaan program reformasi harga bensin di Iran bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena pendapatan dari kenaikan harga bensin ini dialokasikan untuk membantu masyarakat kelas bawah.
Pelaksanaan program ini juga bertujuan untuk memanajemen konsumsi energi di Iran. Menurut para ahli, pelaksanaan program penting ini seharusnya dilakukan sejak beberapa tahun lalu dan secara bertahap, karena pelaksanaan serempak akan memicu shock dan reaksi keras di masyarakat. Terlebih tingginya inflasi dalam beberapa tahun terakhir telah menambah kekhawatiran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa persoalan ekonomi memiliki dampak pada masyarakat kelas bawah. Contohnya dapat dilihat dalam aksi protes yang meluas dan berbulan-bulan di Prancis. Namun, ketika aksi itu terjadi di Iran, negara-negara Barat menjadikannya sebagai peluang untuk melakukan intervensi politik.
Para pemimpin Eropa rama-ramai mengeluarkan pernyataan interventif dalam menanggapi kerusuhan di Iran. Dalam hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Sayid Abbas Mousavi menganggap sikap bias mereka sebagai campur tangan dalam urusan internal Iran.
"Mereka lebih baik mengatasi masalah dan kekacauan di dalam negerinya serta mencari cara untuk memulihkan ketidakpuasan yang besar, di mana setiap minggu muncul dalam berbagai bentuk di Eropa," ujarnya.
Perusakan fasilitas publik oleh sekelompok perusuh di Tehran.
Abbas Mousavi mengatakan bahwa Eropa pertama-tama harus menjawab alasannya mengikuti arogansi AS dalam menyanksi dan menjalankan terorisme ekonomi terhadap rakyat Iran, kemudian menjelaskan alasan mencampuri dan meneteskan air mata buaya dalam membela para perusuh dan perusak fasilitas publik dan bahkan properti pribadi di Iran.
Pengalaman dalam beberapa tahun terakhir – seperti kerusuhan pasca pemilu presiden 2008 dan protes lain terkait masalah ekonomi – menunjukkan bahwa AS dan musuh-musuh Iran demi mencapai tujuannya, akan memanfaatkan setiap peluang termasuk aksi damai rakyat, sebagai sarana untuk merusak ketenangan masyarakat dan menciptakan krisis.
Tentu saja dibutuhkan waktu untuk mencapai hasil yang diharapkan lewat program perbaikan pola konsumsi energi di Iran. Pemerintah juga perlu mewaspadai gerakan-gerakan yang ingin merusak ketenangan dan keamanan masyarakat.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam sebuah pernyataan menyinggung aksi protes yang terjadi setelah pemerintah menaikkan harga bensin. "Pemimpin tiga lembaga tinggi negara mengambil sebuah keputusan dengan dukungan para pakar, dan wajar jika keputusan ini harus dijalankan," ujarnya.
"Dalam situasi seperti ini, para penjahat, kubu anti-revolusi, dan musuh Iran beraksi dan mendukung tindakan perusakan dan instabilitas seperti ini. Perusakan seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah dan justru menambahnya dengan munculnya ketidakamanan. Jangan sampai ada yang membantu para penjahat ini. Tidak ada manusia yang berakal dan cinta negaranya akan melakukan pekerjaan seperti itu. Pekerjaan ini adalah tindakan para penjahat, bukan ulah masyarakat biasa," ungkap Ayatullah Khamenei.
Selama dua tahun terakhir, pemerintah AS mencoba menghancurkan ekonomi Iran dengan menarik diri dari kesepakatan nuklir JCPOA dan menerapkan sanksi yang melumpuhkan, tetapi gagal mencapai tujuannya. Setelah sanksinya gagal, Washington berusahan menciptakan kekacauan dengan tujuan merongrong Republik Islam.
Gedung Putih dalam sebuah pernyataan interventif, mengulangi tuduhan tak berdasar terhadap Iran, dan mendukung segelintir perusuh yang merusak fasilitas publik di beberapa kota Iran dengan dalih kenaikan harga bensin.
Ketua Kelompok Aksi Iran di Departemen Luar Negeri AS, Brian Hook dalam wawancaranya dengan televisi BBC, secara terbuka menyatakan kepuasan atas kerusuhan di Iran.
"Kami mencoba belajar dari protes tahun-tahun sebelumnya, di mana pemerintah Iran tidak mengizinkan para pengunjuk rasa untuk berkomunikasi satu sama lain melalui internet. Ketika saya berada di posisi ini, kami memberikan teknologi kepada orang-orang Iran untuk dapat berkomunikasi satu sama lain selama protes. Kami juga menyediakan jalan pintas ke orang-orang Iran di internet, yang memungkinkan para pemrotes untuk saling terhubung," ujarnya.
Aksi pawai mendukung keamanan negara.
Seorang peneliti senior di The Heritage Foundation, Theodore R. Bromund percaya bahwa pemerintahan Trump mengharapkan kebijakannya bekerja di Iran dalam jangka panjang dan pendekatan terbaik dalam hal ini adalah mengadopsi strategi "pengenaan biaya."
"Pendekatan ini berupaya membuat lawan Anda yang kurang kaya mengeluarkan biaya secara tidak proporsional untuk tindakan-tindakan yang tidak Anda sukai, dengan maksud mencegah atau bahkan melelahkan mereka. Seperti yang dilakukan AS di bawah Mikhail Gorbachev - itu baik dan bagus," jelasnya.
Di bidang propaganda media, dua saluran satelit, "Manoto" dan "Iran International" telah memainkan peran kunci dalam memicu kerusuhan, di samping program-program khusus televisi BBC yang disiarkan dari London.
Jelas bahwa ada banyak pandangan yang berbeda, dan kadang ada biaya politik dan sosial dalam melaksanakan reformasi infrastruktur ekonomi. Namun, pelaksanaan sekaligus akan memicu kekhawatiran di masyarakat.
Saat ini tuntutan serius masyarakat Iran kepada pemerintah adalah mengurangi beban hidup mereka dan mengatasi masalah ekonomi. Pemerintah dituntut untuk meningkatkan upayanya demi mengatasi masalah tersebut.
Perlu dicatat bahwa rakyat Iran tidak akan pernah mentolerir ketidakamanan dan kerusuhan, serta tidak akan membiarkan para perusuh memancing di air keruh. Untuk itu, rakyat Iran di berbagai kota turun ke jalan-jalan untuk mengutuk para perusuh dan menyatakan mendukung keamanan negara.
Ratusan ribu warga di kota Zanjan, Tabriz, Lorestan, Gorgan, Shahrekord, Ardabil, Hamedan, Shiraz, Arak, dan berbagai kota lainnya turun ke jalan untuk mengecam para perusuh dan pendukung asing mereka.
Pada Senin kemarin, ratusan ribu penduduk Tehran juga menggelar pawai untuk menegaskan dukungan mereka kepada keamanan negara. Para peserta pawai meneriakkan yel-yel "Mampus Amerika" dan "Mampus Israel" serta mengecam keras para perusuh yang merusak dan membakar fasilitas publik.
Produksi dan Kegairahan Ekonomi dalam Perspektif Ayatullah Khamenei
Bekerja menjadi dasar perlindungan ekonomi negara agar tidak dirugikan oleh sanksi. Mengakali sanksi adalah taktik, melindungi negara dalam menghadapi sanksi adalah strategi dan hal ini harus dilakukan.
Sejumlah produsen, pengusaha dan pelaku ekonomi pada Selasa, 19 November, hadir di Huseiniyeh Imam Khomeini ra melakukan pertemuan dengan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran. Pertemuan yang disebut Pemimpin Besar Revolusi Islam diselenggarakan demi menghormati para produsen disambut dengah harapan besar.
Pertemuan sejumlah produsen, pengusaha dan pelaku ekonomi dengan Ayatullah Khamenei
Jelasl bahwa kekuatan ekonomi memainkan peran yang menentukan dalam kekuatan dan keberlanjutan suatu negara. Dalam pengalaman dunia, orang tidak dapat menemukan negara yang mengibarkan bendera kejayaan dan martabat tanpa tegar berdiri di atas kaki produksi nasionalnya. Oleh karena itu, kegairahan dalam produksi dan pertumbuhan ekonomi adalah salah satu masalah utama dan penting dalam menyelesaikan masalah negara. Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada awal pidatonya menekankan hal ini:
"Bahwa kita peduli dengan masalah ekonomi, karena dalam sistem Islam, ekonomi memainkan peran yang sangat penting. Merupakan kesalahan besar bagi sebagian orang untuk berpikir bahwa dalam sistem Islam telah diabaikan untuk menghasilkan kekayaan dan memperluas kesejahteraan masyarakat dan untuk menghasilkan perusahaan-perusahaan penghasil kekayaan yang penting. Salah satu pilar terpenting sistem Islam adalah pengayaan masyarakat dan bangsa; kekayaan nasional. Tentu saja, pandangan sistem Islam tentang kekayaan berbeda dari pandangan pemerintah material dan sistem materialisme -baik apa yang didunia dikenal dengan kapitalisme yang disebut Liberalisme, atau apa yang dikenal sebagai sistem Marxis dan sistem Sosialisme dan sejenisnya. Dalam sistem Islam, produksi kekayaan nasional adalah sebuah nilai, dan distribusi kekayaan nasional yang adil juga sebuah nilai."
Rahbar menambahkan, pengembangan dan produksi ekonomi membutuhkan pelopor dan kepemimpinan. Pelopornya, adalah Anda, para pengusaha dan produsen. Para pelopor di bidang ini adalah para produsen. Ini adalah arena penting dan kritis dalam perang ekonomi yang dilancarkan terhadap kita.
Rahbar menekankan, "Medan ini adalah medan tempur. Ada berbagai bentuk perang ekonomi di dunia. Mereka yang terlibat dalam urusan ekonomi internasional dengan jelas melihat bahwa negara-negara dan kekuatan-kekuatan, dan seluruh dunia, berperang karena masalah ekonomi. Sekarang, misalnya, selama masa kepresidenan Amerika ini, perang dan perseteruan ini telah terjadi: dengan Cina satu arah, dengan Korea Selatan satu arah, dengan Eropa satu arah, dengan yang lain satu arah, tetapi bukan berarti sebelumnya tidak pernah ada. Karena dengan beragam bentuk, tetapi perang ini terkadang mengambil tempat yang biadab dan menjijikkan. Seperti perang dengan kita dalam perekonomian, di mana sanksi-sanksi ini mengambil sisi yang lebih menjijikkan dan kriminal, tetapi sanksi sudah ada sejak awal revolusi. Tetapi dalam sepuluh tahun terakhir tentu saja secara alami meningkat intensitasnya, dan sanksi ini masih akan ada terus."
Penerapan sanksi sepihak dan pembatasan keuangan dan perdagangan selalu menjadi salah satu alat ilegal sistem hegemonik Amerika untuk memberikan tekanan pada Republik Islam Iran selama empat puluh tahun terakhir. Perlawanan terhadap sanksi ini menghasilkan kemandirian masyarakat pada kemampuan dan sumber daya lokal dan eksploitasi kemampuan dan potensi masyarakat. Terutama jika ini digabungkan dengan perencanaan pemerintah yang koheren dan tekad nasional, itu akan mencapai tujuan yang diinginkan.
Rahbar mengatakan, "Tetapi tugas dasar untuk melindungi ekonomi negara dari bahaya sanksi adalah ini. Mengakali sanksi adalah taktik, mengamankan negara dari sanksi adalah strategi, ini yang harus dilakukan, harus melakukan, sehingga kita tidak boleh rentan terhadap sanksi ... Strategi dasar kita adalah melindungi ekonomi dari sanksi; membuat tidak rentan dan mempersenjatai Revolusi adalah dengan senjata produksi dalam negeri dan kehendak dalam negeri dan sejenisnya. Salah satu berkah dalam hal ini, yaitu bahwa kita bergerak menuju mobilitas domestik. Inilah yang mengeluarkan ekonomi negara dari pensyaratan."
Merujuk pada kapasitas tak terbatas negara itu, termasuk pemanfaatan populasi berusia muda hingga 20 tahun mendatang sebagai invetasi utama negara dan mendesak produsen untuk mengubah ancaman sanksi menjadi peluang dan menjelaskan caranya, "Ada dua hal mendasar: satu, masalah populasi, jangan biarkan populasi menurun, jangan biarkan populasi pemuda menurun, dan tingkatkan angka kelahiran. Kedua, untuk menciptakan kekayaan berkelanjutan bagi negara, dua hal ini harus dikerjakan. Bahwa saya bersikeras tentang angka kelahiran dan masalah memiliki anak dan sejenisnya artinya seperti yang telah saya jelaskan."
Penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara pertumbuhan ekonomi dan jumlah produsen di suatu negara. Negara yang memiliki sejumlah besar produsen dan pengusaha sebagai penggerak bisnis dan ekonomi yang lebih kuat. Salah satu hasil dari kewirausahaan adalah penciptaan dan pengembangan teknologi, produksi kekayaan di masyarakat, pembukaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Produksi kekayaan adalah poin penting.
"Salah satunya adalah masalah penciptaan kekayaan. Negara ini memiliki banyak kelebihan, kapasitas negara sangat banyak, semua memiliki tugas. Saya di sini, baik untuk aktivis ekonomi, untuk masyarakat umum, untuk elit akademik, untuk organisasi non-pemerintah publik, dan untuk perangkat media - dan untuk lembaga pemerintah... Kebijakan Pasal 44 untuk Anda yang aktif secara ekonomi, memunculkan hak dan kewajiban. Anda punya tanggung jawab, lakukanlah... Menyiapkan rantai spesial dengan rencana operasional dan peta jalan, yakni dari produksi sains, teknologi, desain dan teknisi untuk membuat peralatan, hingga mesin, sampai pasokan bahan baku hingga produksi produk, pemasaran, distribusi, yang semuanya menjadi tanggung jawab Anda untuk melakukannya. Insya Allah."
Pertemuan sejumlah produsen, pengusaha dan pelaku ekonomi dengan Ayatullah Khamenei
Dalam beberapa tahun terakhir, Rahbar untuk meningkatkan kekuatan ekonomi Iran telah memperkenalkan Ekonomi Muqawama (Ekonomi Resistif) sebagai konsep utama. Ekonomi Resistif, yang berhadapan dengan ekonomi yang bergantung dan konsumen, membutuhkan semangat dan budaya jihad. Menurut ayat-ayat al-Quran dan riwayat, jihad adalah upaya suci dan perjuangan yang dibentuk untuk Allah dan di jalan Allah. Dalam jihad ekonomi, rakyat Iran memiliki semangat spontan dan produktif yang, jika digunakan dengan benar, akan mengarah pada stabilitas ekonomi dan peningkatan kuantitatif dan kualitatif dalam produktivitas. Penekanan Pemimpin Besar Revolusi Islam pada pemanfaatan tepat guna sumber daya manusia, peningkatan produktivitas nasional, dan mendukung tenaga kerja dan modal Iran merupakan tugas pemerintah, para pelaku produksi dan masyarakat.
Dalam konteks ini, hambatan hukum untuk memulai produksi dan hambatan keuangan dan moneter yang parah akibat dari inefisiensi sistem perbankan harus dihilangkan untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan kekuatan kemandirian ekonomi. Sekaitan dengan hal ini, Rahbar menyatakan, "Hal pertama yang saya tekankan adalah lembaga-lembaga pemerintah harus serius adalah memperbaiki lingkungan bisnis; semua yang dikatakan oleh mereka sebelum ini adalah karena kurangnya peningkatan dalam lingkungan bisnis; aturan yang mengganggu, undang-undang yang menghambat, kinerja yang terkadang salah, bukan karena disengaja, sekalipun mungkin saja ada kasus yang disengaja. Mereka perlu menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk produksi di negara itu, yaitu lingkungan yang menguntungkan dalam mendukung gerakan produktif dan orientasi produksi, sebagai lawan dari orientasi impor dan ketergantungan pada asing. Letakkan peraturan ini ke arah yang menguntungkan produksi, sehingga impor, broker, spekulasi, dan sejenisnya menjadi terisolasi. Ini adalah masalah yang paling penting, interaksi saling menghormati dengan pelaku yang sehat dan kredibel. Pekerjaan lainnya adalah kemampuan yang tinggi di bidang teknik dan teknologi lembaga-lembaga peralatan militer ditransfer ke perangkat sipil, tingkat aktivitas teknik kami di sektor militer untungnya sangat tinggi. ..Kemampuan teknik ini, kemampuan teknologi ini dapat diterapkan pada mobil, minyak bumi, berbagai sektor, masalah ruang, hingga masalah sipil."
Poin penting dan terakhir dalam kata-kata Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah untuk memperhatikan hasil dari upaya ini dan perjuangan dan perlawanan. Rahbar mengatakan, "Semua harus mengetahui, baik itu teman maupun musuh, bahwa kita telah memukul mundur musuh di arena perang militer. Pada perang politik, kita juga telah memukul mundur musuh. Begitu juga di arena perang intelijen, kita juga telah memukul mundur musuh. Peristiwa baru-baru ini, juga begitu, ini bukan pekerjaan masyarakat, tetapi ini adalah pekerjaan intelijen, dan mereka telah terpukul mundur... Dan dengan karunia Allah Swt, kami juga pasti akan mengalahkan dan mendorong mundur musuh dalam perang ekonomi, Saya melihat masa depan yang cemerlang di bidang ekonomi, sebagaimana yang telah saya sampaikan kuncinya ada pada produksi dan kegairahan produksi. Insya Allah."
Intervensi Barat di Urusan Internal Iran
Barat pasca kemenangan Revolusi Islam di Iran dan pembentukan pemerintahan Republik Islam, senantiasa memilih pendekatan permusuhan terhadap Tehran. Sekaitan dengan ini, Barat berusaha menekan Republik Islam Iran dengan harapan mampu menumbangkan pemerintahan ini.
Upaya Barat tersebut direalisasikan mulai dari perang yang dipaksakan Iran-Irak, klaim palsu terkait program nuklir Iran serta berbagai sanksi dengan alasan ini.
Pelopor upaya anti Iran dari Barat adalah Amerika Serikat. Para presiden Amerika baik dari Republik maupun Demokrat, selama empat dekade lalu dengan berbagai kebijakan, berusaha melemahkan dan menumbangkan Republik Islam Iran. Namun upaya mereka sia-sia.
Kerusuhan terbaru di Iran dengan alasan kenaikan bensin meletus sejak hari Jumat (15 November 2019). Peristiwa ini menurut pandangan Barat khususnya Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa sama halnya dengan peluang untuk mengintervensi urusan internal Iran. Dalam hal ini mereka bukan saja secara terang-terangan mendukung para perusuh, tapi juga berusaha menekan Republik Islam untuk tidak melawan mereka.
Padahal berbagai bukti menunjukkan ada campur tangan Barat untuk memperluas aksi kerusuhan dan instabilitas di Iran serta kerusuhan ini diprogram sebelumnya. Besarnya aksi perusakan fasilitas publik di kerusuhan terbaru mengindikasikan bahwa kerusuhan tersebut bukan pekerjaan warga biasa, tapi hasil dari sebuah skenario yang telah dirancang sebelumnya.
Untuk menjelaskan kerusuhan di Iran, pertama-tama kita harus merujuk sikap Amerika dan kemudian sejumlah pemerintah Eropa serta tujuan mereka. Presiden AS, Donald Trump senantiasa menunjukkan sikap anti Iran dan menekankan kebijakan represi maksimum terhadap Tehran untuk memaksa Iran menerima keinginan Washington.
Trump menyalahgunakan setiap peluang untuk mengintervensi urusan internal dan mengumbar klaim mengasihani rakyat Iran. Sekaitan dengan ini, Gedung Putih, Ahad (17/11/2019) sore dalam statemen intervensifnya seraya mengulang klaim palsu anti Iran, mendukung segelintir perusuh yang melakukan aksi perusakan fasilitas publik dengan dalih kenaikan harga bensin di sejumlah kota Iran.
Di statemen Gedung Putih disebutkan, "Amerika Serikat mendukung rakyat dan protes damai anti pemeritah. Kami mengutuk pemanfaatan pasukan pembunuh dan pembatasan ketat terhadap demonstran." Sikap Gedung Putih ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Luar Negeri AS. Brian Hook, utusan khusus AS untuk Iran Senin (18/11/2019) seraya mengulang klaim palsu anti Iran dalam sebuah statemen intervensifnya secara transparan menyatakan, Amerika sangat mendukung perusuh dan kerusuhan di Iran.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo yang negaranya memiliki berkas tebal intervensi di urusan internal Iran, Sabtu (16/11) malam di akun twitternya seraya menyinggung berbagai protes di sejumlah kota Iran akibat reformasi harga bensin mengklaim, Washington mendukung rakyat Iran. Sementara menurut pandangan Iran, pemerintah Trump tengah menyalahgunakan kondisi saat ini demi memajukan tujuan busuknya dan mereka tidak memiliki niat baik apapun terhadap warga Iran.
Pemerintah Trump yang berulang kali menggulirkan beragam tudingan terhadap Iran, dalam hal ini ia mengekar pendekatan represi maksimum untuk memaksa Iran mengubah perilakunya dan memaksakan tuntutan ilegal Amerika dalam bentuk 12 tuntutan Mike Pompeo. Selain itu, ia mengklaim sangat mengasihani rakyat Iran.
Trump seraya mengumumkan keluarnya AS dari JCPOA dan memulihkan kembali sanksi nuklir terhadap Iran, secara praktis telah mengobarkan perang ekonomi dengan menciptakan kemiskinan luas dan instabilitas di Iran. Ia dan petinggi Amerika lainnya berulang kali berbicara mengenai pentingnya represi maksimum terhadap rakyat Iran dengan anggapan mampu membuat rakyat dan pemerintah Iran saling berhadapan dalam koridor kebijakan pemiskinan dan pemberontakan.
Hal ini menunjukkan kedengkian besar Trump terhadap bangsa Iran karena kegagalannya menundukkan rakyat Iran melalui upayanya mengalahkan Republik Islam Iran. Amerika secara langsung berusaha mengkoordinir kerusuhan di Iran dan mengarahkannya. Dalam hal ini, Direktur eksekutif institut Ron Paul, Daniel McAdams mengungkapkan, Dinas Rahasia AS (CIA) berperan dalam aksi kerusuhan terbaru di Iran.
Daniel McAdams Selasa (19/11) dalam wawancaranya dengan televisi Russia to day (RT) terkait instabilitas dan kerusuhan terbaru di Iran mengatakan, transformasi terbaru Iran bukan sekedar protes kenaikan harga bensin, tapi sebuah kerusuhan yang dikobarkan melalui anasir Amerika di Iran serta mengikuti teladan CIA.
Ia mencontohkan kelompok MKO sebagai anasir AS dan mengatakan, bentuk kerusuhan seperti ini mayoritasnya hasil dari kinerja CIA yang dilancarkan oleh pemerintahan Donald Trump dan sejak tahun lalu tanggung jawabnya diserahkan kepada Michael D'Andrea, salah satu perwira tinggi CIA yang juga dikenal dengan julukan Ayatollah Mike.
Koran New York Times dalam laporannya yang mendapat respon besar, menguak rencana yang dipimpin D'Andrea di CIA untuk mengobarkan kerusuhan dan instabilitas di Iran yang didukung oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Model dan esensi kerusuhan terbaru di Iran serta laporan dan statemen petinggi Amerika selama beberapa pekan terakhir menunjukkan bahwa AS sebelum meletusnya protes di Iran telah melakukan banyak persiapan.
Salah satu anggota Demokrat beberapa hari setelah meletusnya kerusuhan di Iran mengklaim, "Protes di seluruh Iran menunjukkan bahwa kepemimpinan ulama di Iran mulai runtuh dan Iran membutuhkan kebebasan lebih besar." Sementara Koran Haaretz Israel sebelumnya mengutip berbagai sumber resmi AS menulis, "Anggota DPR Amerika meyakini bahwa saat ini merupakan kesempatan langka untuk menjatuhkan pemerintahan Iran."
Pusat Studi Keamanan Internasional di bawah pengawasan pemerintah AS merilis laporan detail mengenai kerusuhan dan protes di Iran dan laporan ini menunjukkan bahwa Amerika senantiasa menyusun program bagi transformasi internal Iran.
Amerika di kerusuhan tahun 2018 di sejumlah wilayah Iran juga ingin menumbangkan pemerintahan Republik Islam dan Trump serta petinggi Washington lainnya mempertebal tekadnya untuk menekan Tehran. Protes dua tahun lalu merupakan salah satu faktor berpengaruh bagi keluarnya AS dari JCPOA dan penerapan kembali sanksi baru demi menekan lebih keras Tehran.
Richard Grenell, duta besar Amerika di Jerman pada 19 November 2019 di akun twitternya menulis, "Kami mendengarlam suara rakyat Iran. Kami menyadari kesulitan yang ada, namun saat ini kami tidak dapat merilis perincian lebih besar atas apa yang telah kami lakukan hingga kini."
Sejumlah negara Eropa seperti Jerman dan Perancis secara terang-terangan juga mendukung kerusuhan terbaru di Iran dan menuntut represi lebih keras terhadap Republik Islam Iran. Ini menunjukkan bahwa Eropa meski mengklaim menentang pandangan Amerika di isu kesepakatan nuklir (JCPOA) dan menekankan untuk menjaga kesepakatan ini demi kepentingan pribadi mereka, namun mereka satu suara dengan Amerika di pendekatan anti Iran dan upaya untuk melemahkan dan menumbangkan pemerintah Tehran.
Departemen Luar Negeri Perancis 18 November 2019 dalam sebuah statemen intervensif mengklaim pentingnya menghormati kebebasan berpendapat dan hak protes damai di Iran. Ini merupakan respon pertama Perancis atas transformasi dan kerusuhan terbaru di Iran yang dilakukan melalui statemen intervensif.
Perancis dan Jerman Dukung Kerusuhan di Iran
Seruan Deplu Perancis atas protes damai di Iran dirilis ketika hanya beberapa hari lalu, aksi demi rompi kuning di Perancis berujung pada kekerasan atas campur tangan aparat keamanan.
Sementara pemerintah Jerman saat merespon transformasi terbaru di Iran dalam sebuah statemen intervensifnya menuntut perhatian terhadap tuntutan demonstran. Jubir Angela Merkel 18 November dalam sebuah statemen intervensifnya meminta Iran supaya apa yang diklaim sebagai protes legal di Iran dihormati dan tuntutannya dipenuhi. Ia mengatakan, ketika warga mengungkapkan ketidakpuasannya atas kondisi ekonomi dan politik, seperti apa yang terjadi di Iran saat ini, harus dihormati. Lebih lanjut ia meminta pemerintah Iran membalas dengan tepat tuntutan ini melalui pendekatan dialog.
Kesamaan sikap AS dan Eropa terkait kerusuhan terbaru di Iran menunjukkan bahwa meski pemerintah Trump memainkan peran polisi buruk dan trioka Eropa serta Uni Eropa memainkan peran polisi baik terkait Iran, namun karena esensi permusuhan dengan Iran pada akhirnya mereka memiliki tujuan sama, yakni berusaha menumbangkan pemerintahan Republik Islam Iran.
Amerika menganggap bahwa dengan perang syaraf dan aksi-aksi penumbangan yang disertai dengan represi ekonomi terhadap Iran, mereka dapat memaksa Tehran menyerah terhadap tuntutannya. Pendekatan Amerika ini berarti intervensi di urusan internal Iran, sebuah langkah yang sepenuhnya ilegal menurut hukum internasional dan piagam PBB.
Pada dasarnya pendekatan AS terhadap Iran sekedar bertumpu pada ancaman, kekerasan dan pemaksaaan. Sementara pendekatan Eropa lebih halus melalui upaya diplomatik dan menolak menjalankan komitmennya di JCPOA.
Rakyat Iran Kecam Kerusuhan di negaranya
Meski demikian Iran selama empat puluh tahun senantiasa melawan kebijakan dan langkah-langkah Barat pimpinan Amerika dan secara praktis mematahkan konspirasi ini. Iran telah membuktikan bahwa mereka sukses melawan kebijakan permusuhan Barat.
Rakyat Iran berulang kali menunjukkan loyalitas mereka terhadap pemerintah Republik Islam dan tekad mereka melawan konspirasi Barat. Mengingat kejahatan besar Amerika dan sejumlah negara Eropa terhadap rakyat Iran, aksi penipuan dengan kedok solidaritas terhadap bangsa ini tidak mampu menipu bangsa Iran.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Sayid Abbas Mousavi seraya mengisyaratkan statemen intervensif Menlu AS, Mike Pompeo dalam mendukung perusuh mengatakan, rakyat terhormat Iran dengan baik menyadari bahwa statemen seperti ini tak lebih ungkapan bermuka dua dan menjijikkan serta tidak memiliki rasa solidaritas yang jujur.
Jalan Buntu Pembentukan Kabinet Zionis
Seiring kegagalan Netanyahu dan Benny Gantz membentuk kabinet baru dan permintaan presiden rezim Zionis terhadap Knesset untuk mencalonkan seorang perdana menteri baru, krisis politik yang melanda Israel tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Artikel ini akan menelisik faktor penyebab dan konsekuensi dari krisis politik tersebut.
Krisis politik pembentukan kabinet baru yang terjadi di Israel saat ini disebabkan oleh dua faktor penting.
Faktor pertama berkaitan dengan ambisi haus perang Benjamin Netanyahu yang menjabat sebagai perdana menteri rezim Zionis Israel. Sejak menjabat sebagai PM Israel, Netanyahu di tahun 2009 hingga kini telah melancarkan sejumlah perang di Jalur Gaza di antaranya: perang 8 hari 2012, perang 51 hari 2014, perang 4 hari 2018 dan perang 2 hari 2019. Selain itu, aksi pemboman yang dilakukan rezim Zionis terhadap Gaza juga terus berlanjut.
Meskipun banyak korban manusia dan tidak manusiawi yang ditimbulkan dari aksi brutal Israel di Gaza, tapi kelompok-kelompok perlawanan Palestina terus memperkuat sistem pertahanannya, sehingga seiring waktu bisa memaksa rezim Zionis mempersingkat durasi perang yang dilancarkannya terhadap Jalur Gaza.
Pada saat yang sama, kabinet Netanyahu juga dipaksa untuk menerima gencatan senjata pada November 2018 yang berdampak digelarnya pemilu parlemen dini. Oleh karena itu, salah satu konsekuensi utama perang yang disulut Netanyahu di Jalur Gaza adalah gempa politik yang berpotensi besar mengakhiri kehidupan politiknya, dan mungkin juga vonis hukuman penjara atas kasus korupsi yang melilitnya, meskipun dia berusaha keras untuk mencegahnya. Jaksa rezim Zionis pada 21 November 2019 menyampaikan kemungkinan vonis hukuman yang akan diterima Netanyahu.
Faktor kedua dalam krisis politik Israel saat ini mengenai didahulukannya kepentingan pribadi dan kelompok dalam pembentukan kabinet baru. Setelah kegagalan Netanyahu dan Gantz untuk membentuk kabinet, Presiden Rezim Zionis, Reuven Rivlin meminta Knesset menunjuk perdana menteri baru karena pertimbangan politik. Saat ini tiga nama yang muncul: Netanyahu, Gantz dan Lieberman.
Jaksa rezim Zionis menyatakan bahwa Netanyahu didakwa dengan lima tuduhan menerima suap, penipuan, pemalsuan, pelanggaran dan pengkhianatan. Setelah gagal membentuk kabinet, Netanyahu menolak berkoalisi dengan Benny Gantz, pemimpin Koalisi Biru dan Putih, karena Netanyahu ingin tetap berada di jabatan perdana menteri untuk menikmati kekebalan politik dari keputusan pengadilan terhadap dirinya sendiri.
Benny Gantz menolak bergabung dengan Netanyahu karena dia melihat koalisi biru-putih yang dia pimpin sebagai pemenang pemilihan dan berhak untuk membentuk kabinet. Koalisi biru dan putih memenangkan 33 kursi dalam pemilu 17 Maret, sedangkan partai Likud memenangkan 32 kursi.
Di sisi lain, Avigdor Lieberman, pemimpin Yisrael Beiteinu yang mengundurkan diri dari kabinet pada November 2018, memainkan peran penting dalam kegagalan pemilu April dan September 2019, sehingga Netanyahu dan Gantz gagal membentuk kabinet baru. Lieberman menekankan empat kasus korupsi yang melilit Netanyahu, serta perselisihannya dengan perdana menteri tentang Yahudi Ortodoks, yang secara efektif menjegal kabinet sayap kanan membentuk kabinet baru.
Lieberman juga menolak berkoalisi dengan Gantz karena dukungan koalisi Arab terhadap Benny Gantz melawan Netanyahu. Bahkan, Lieberman menjadikan penghapusan faksi Arab dari koalisi, sementara Gantz mampu membentuk kabinet baru hanya dengan dukungan faksi Arab dan Yusrail Beiteinu. Selain itu, ketidakcocokan Netanyahu dan Gantz berkaitan dengan masalah posisi Netanyahu untuk tetap berada di kantor perdana menteri hingga kini.
Kini pertanyaannya sekarang, bagaimana krisis politik Israel akan berakhir.
Tahapan pertama, presiden rezim Zionis meminta Knesset menunjuk rezim seorang perdana menteri baru. Menurut aturan hukum rezim Zionis, mayoritas 120 anggota parlemen harus mencalonkan kabinet dalam waktu 14 hari dan 61 dari 120 anggota parlemen harus memberikan suaranya. Kemudian calon perdana menteri akan diberikan waktu selama 21 hari untuk membentuk kabinet. Tapi, mengingat kondisi perpecahan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara partai-partai Zionis dan kelompok-kelompok politik, tampaknya tidak akan tercapai kesepakatan tentang perdana menteri baru di kalangan anggota Knesset.
Tahapan kedua, jika parlemen gagal mencalonkan perdana menteri baru atau jika perdana menteri yang dicalonkan oleh parlemen gagal membentuk kabinet baru, kemungkinan akan digelar pemilu baru yang ketiga dalam setahun terakhir. Partai manapun yang memenangkan dua persen suara dapat menduduki kurdi di parlemen. Sebanyak 61 dari 120 anggoata parlemen harus mendukung perdana menteri yang dicalonkan untuk membentuk kabinet baru. Tapi masalahnya tidak ada jaminan bahwa partai atau faksi yang akan memenangkan mayoritas suara dari 61 kursi dalam pemilu ketiga. Oleh karena itu, jalan buntu yang muncul sejak April lalu akan terulang kembali.
Krisis politik saat ini akan memiliki konsekuensi besar bagi rezim Zionis.
Pertama, kelanjutan situasi saat ini akan mengakibatkan hilangnya kekuatan politik di wilayah pendudukan, dan kondisi ini mejadi tantangan besar bagi fungsi eksekutif penting seperti program pembangunan dan infrastruktur. Sebab ,arus politik sebagian besar hanya memikirkan kemenangan pemilu dan meraih kekuasaan.
Kedua, konsekuensi penting lain dari situasi krisis politik saat ini akan menimpa Netanyahu. Hanya satu hari setelah kegagalan Gantz membentuk kabinet dan pada hari yang sama presiden Zionis menunjuk kabinet sebagai perdana menteri baru, jaksa penuntut umum secara resmi mendakwa Benjamin Netanyahu dengan tuduhan korupsi, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan. Sebagai tanggapan, Netanyahu mengklaim dakwaan itu adalah upaya untuk meluncurkan kudeta dan menggulingkan pemerintah sayap kanan. Dia juga bersekeras tidak akan pernah mundur dari jabatan perdana menteri.
Abdul Bari Atwan, seorang analis politik Arab terkemuka setelah menyikapi pengumumkan kejahatan Netanyahu oleh pengadilan rezim Zionis, dengan menulis bahwa keputusan jaksa penuntut Israel adalah vonis politik bagi Netanyahu. Marwan Beshara, seorang analis politik Timur Tengah dalam wawancara dengan Al Jazeera mengatakan bahwa pengumuman tuduhan korupsi oleh jaksa penuntut umum rezim Zionis Israel terhadap Benjamin Netanyahu akan mengakhiri masa depan politiknya.
Sementara itu, Ketua DPR Israel Avigdor Lieberman menyerukan pengadilan Netanyahu, dan Yair Lapid, selaku orang kedua di Partai Biru dan Putih bersikeras bahwa tuduhan terhadap Netanyahu berarti dia tidak akan lagi berkuasa. Pemimpin partai buruh juga mengumumkan rencana untuk mengajukan pengaduan ke Mahkamah Agung rezim Ziojis Israel untuk menyerukan pemecatan Netanyahu. Oleh karena itu, Netanyahu berpotensi mengulang nasib pendahulunya Ehud Olmert yang berada di jeruji besi.
Ketiga, konsekuensi lain dari krisis politik Israel saat ini akibat kegagalan pembentukan kabinet baru telah mengganggu rencana AS untuk mewujudkan prakarsa Kesepakatan Abad, karena memerlukan kehadiran perdana menteri yang didukung secara politik. Sebagai contoh, salah satu bagian terpenting dari kesepakatan abad ini adalah normalisasi hubungan rezim Zionis dengan negara-negara Arab. Meskipun pemerintah AS telah mengambil langkah lain untuk menjalankan kesepakatan abad dengan mengakui pemukiman Zionis sebagai tindakan legal, tapi secara keseluruhan implementasi prakasa ini membentur dinding, salah satunya sebagai dampak dari krisis politik rezim Zionis.
Perlawanan Tangguh Palestina terhadap Zionis
Perlawanan Islam Palestina menghujani tanah pendudukan dengan roket untuk membalas pembunuhan dua komandan Gerakan Jihad Islam di Gaza dan Damaskus oleh rezim Zionis. Israel kembali mengibarkan bendera putih dalam menghadapi hujanan roket kubu perlawanan Palestina.
Hanya tiga hari setelah digempur oleh roket-roket pejuang Palestina, rezim Zionis langsung memohon gencatan senjata dan menerima syarat yang diajukan oleh Gerakan Jihad Islam. Kekalahan seperti ini sangat memalukan bagi sebuah rezim, yang dilengkapi dengan senjata modern dan mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Eropa.
Israel dalam beberapa tahun terakhir berusaha melumpuhkan perlawanan Islam Palestina dengan meneror para pemimpin dan komandan Brigade Qassam dan Quds. Pembunuhan tokoh-tokoh Palestina mungkin dapat menciptakan sebuah keamanan semu bagi Zionis, dan menganggap operasi teror akan melemahkan gerakan perlawanan Palestina, tetapi faktanya hal seperti ini tidak pernah terjadi.
Perlu dicatat bahwa perlawanan rakyat Palestina terhadap Zionis tidak bertumpu pada individu tertentu. Jika kita membuka daftar teror yang dilakukan Israel, kita menemukan bahwa mereka telah membunuh banyak tokoh perlawanan selama bertahun-tahun, tetapi aksi ini tidak pernah merusak tekad rakyat Palestina dalam melawan penjajah Zionis.
Strategi meneror para pemimpin gerakan perlawanan oleh Zionis justru kontraproduktif dan semakin memperkuat persatuan rakyat Palestina dalam menghadapi agresi Israel.
Israel mengira bahwa dengan menghabiskan puluhan miliar dolar dan membangun sistem pertahanan udara Iron Dome, dapat melindungi kota-kota di tanah pendudukan dari serangan roket dan drone kelompok perlawanan Islam di Palestina dan Lebanon.
Gerakan perlawanan Islam di Palestina dan Lebanon telah menunjukkan kepada para pemimpin Zionis bahwa strategi memagari langit Palestina pendudukan dari serangan roket dan drone, hanya sebuah ilusi.
Serangan roket baru-baru ini memaksa satu juta pemukim Zionis di tanah pendudukan meninggalkan rumah mereka dan berlindung di bunker bawah tanah. Serangan ini dilakukan untuk membalas tindakan Zionis meneror salah satu komandan senior Gerakan Jihad Islam.
Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan di akun Twitter-nya, menyatakan, "Sirine peringatan berbunyi di selatan dan tengah Israel. Satu juta warga Israel berlindung di bunker, sementara sekolah dan tempat-tempat kerja tutup."
Media-media Israel melaporkan bahwa rudal-rudal yang dipakai Gerakan Jihad Islam Palestina dalam perang 11 November adalah baru dan Tel Aviv ketakutan atas kemampuan militer kubu perlawanan.
Channel 13 televisi rezim Zionis menyatakan Gerakan Jihad Islam Palestina menembakkan rudal ke Israel, di mana hulu ledaknya berbobot 300 kilogram. Rudal ini jatuh di sebuah distrik Zionis di perbatasan Gaza dan menyisakan lubang dengan diameter 16 meter dan kedalaman 2 meter.
"Rudal ini membawa bahan peledak yang jauh lebih besar dari rudal-rudal yang dipakai oleh kelompok-kelompok Palestina di Gaza, di mana bobotnya membuat para pejabat Israel terkejut. Rudal ini dibangun di Gaza," kata laporan Channel 13 Israel.
Brigade Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam Palestina, sebelum ini memperkenalkan rudal baru Buraq-120 dan mengatakan rudal ini sepenuhnya dibangun di Palestina.
Gerakan Jihad Islam Palestina dalam sebuah pernyataan mengumumkan bahwa rudal Buraq-120 sudah dimanfaatkan untuk militer dan untuk pertama kalinya digunakan dalam menyerang distrik Zionis, al-Khuzairah. "Rudal ini adalah versi canggih dengan daya rusak yang tinggi dan presisi, yang sudah diperkenalkan sebelum ini," tambahnya.
Juru bicara Brigade Quds, Abu Hamza mengatakan, "Rudal baru Buraq-120 akan merusak perhitungan musuh di masa perang. Ketakutan rezim Zionis benar-benar terlihat setelah rudal Buraq-120 mengenai sasaran yang dituju di tanah pendudukan."
Anggota Knesset Israel, Ofer Shelah mengakui kemenangan Gerakan Jihad Islam Palestina dalam perang habis-habisan dengan rezim Zionis. Dia mengakui bahwa Gerakan Jihad Islam dengan melumpuhkan kegiatan di Tel Aviv, telah mempertontonkan sebuah kemenangan.
"Beberapa jam setelah gencatan senjata diumumkan antara Israel dan Jihad Islam, kelompok ini telah 'menyandera kita' selama tiga hari," ujarnya.
Seorang analis politik Israel, Gal Prager menuturkan, "Semua kelompok dengan nama Jihad Islam telah menyerang kita. Rezim Zionis melakukan sebuah kesalahan besar dengan membunuh Baha Abu al-Ata. Saat ini semua kelompok Palestina dengan nama Jihad Islam telah menyerang kita dan mereka sepakat menyerang kita, dan Netanyahu bersalah dalam hal ini."
Dua komandan Gerakan Islam satu di Jalur Gaza dan satu lagi di Damaskus, diteror atas perintah Netanyahu. Namun, ia gagal menciptakan keamanan dan stabilitas politik di tanah pendudukan. Kali ini, Netanyahu juga gagal dalam membentuk pemerintah dan sangat mungkin sebuah pemilu lain akan digelar di tanah pendudukan Palestina.
Netanyahu berusaha menarik suara dari kubu ekstrem kanan Zionis, dan percaya bahwa dengan meneror pemimpin Jihad Islam, ia dapat memenangkan pemilu. Tetapi, taktik ini justru membawa kekalahan bagi Zionis dan kembali memperlihatkan kekuatan kelompok perlawanan Palestina. Ia menuai kritikan luas setelah meneror dua komandan Jihad Islam Palestina. Netanyahu termasuk salah satu orang yang diselamatkan menyusul serangan rudal ke Tel Aviv.
Dalam hal ini, Mantan Kepala Staf Gabungan Militer Israel, Gabi Ashkenazi mengatakan, "Gambar Netanyahu sedang lari menyelamatkan diri telah membuat malu setiap warga Israel dan tidak pernah membuat kami senang menyaksikan fenomena ini."
"Saya yakin masalah ini tidak ada hubungannya dengan iklim politik internal, tapi menyaksikan pemandangan itu akan membuat setiap orang kecewa dengannya (Netanyahu)," tambahnya.
Berdasarkan laporan surat kabar Maariv, para pejabat di militer rezim Zionis dan Mossad mengatakan bahwa Netanyahu memanfaatkan kami untuk memajukan agenda kampanyennya. Netanyahu baik di kancah internal maupun regional dan internasional, mengalami sebuah kekalahan total.
Rezim Zionis di bawah pimpinan Netanyahu, sedang kehilangan banyak teman dan sekutunya dari masa-masa sebelumnya. Kebijakan imperialis dan agresif Zionis telah membebani sekutu-sekutu Israel dan mereka tidak mau lagi memberikan dukungan langsung kepada Zionis.
Hal ini bisa dilihat dari reaksi negara-negara Eropa dalam menanggapi keputusan Presiden Donald Trump mengakui pembangunan distrik Zionis di tanah pendudukan Palestina. Banyak negara Eropa mengecam langkah tersebut dan beberapa pihak seperti Luksemburg dan Ketua Partai Buruh Inggris, Jeremy Corbyn, mendesak Eropa untuk mengakui negara merdeka Palestina.
Presiden Iran: AS Negara Penjahat dan Teroris
Presiden Iran menyinggung sanksi luar biasa Amerika Serikat terhadap rakyat Iran dan mengatakan, Amerika adalah negara penjahat dan teroris.
Hassan Rouhani, Selasa (3/12/2019) bertepatan dengan "Hari Difabel Internasional", saat bertemu sejumlah penyandang cacat di Tehran menuturkan, Amerika dengan menerapkan sanksi menindas yang disebutnya tekanan ekonomi paling keras, ingin menundukkan rakyat Iran.
Rouhani menambahkan, rakyat Iran di bawah tekanan ekonomi berat, dan sanksi menindas, mampu menjaga kemuliaannya dan dengan perlawanan serta kesabaran, mereka berhasil melewati kondisi sulit dan akhirnya menang.
Presiden Iran menjelaskan, perlawanan rakyat Iran telah memaksa musuh berusaha berdialog dan berunding dengan Tehran, serta mengirim pesan-pesan khusus.
"Pesan dan permintaan khusus untuk berunding musuh, bertolak belakang dengan klaim yang selalu dipublikasikan mereka, dan Eropa yang merupakan penengah, juga mengetahui hal ini," pungkasnya.
Rusia Ajak Dunia Bantu Berdirinya Negara Merdeka Palestina
Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan dukungan terhadap Palestina, dan menekankan pentingnya upaya untuk mendirikan negara merdeka Palestina.
IRNA (3/12/2019) melaporkan, Deputi Menlu Rusia, Sergei Vershinin menuturkan, Rusia mendukung upaya menghidupkan kembali persatuan dan integritas Palestina, serta pemilu di seluruh wilayah Palestina.
Ia menambahkan, Presiden Vladimir Puitn sejak tahun 2005 sampai sekarang, 17 kali bertemu dengan Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas.
Menurut Vershinin, volume transaksi perdagangan Rusia dan Palestina pada tahun 2018 mengalami peningkatan 66 persen dibandingkan tahun 2017.
"Tujuan kami adalah meningkatkan kerja sama dan memanfaatkan kapasitas yang ada untuk mencapai tujuan ini," imbuhnya.
Deputi Menlu Rusia menegaskan, kami percaya dengan upaya bersama, kita bisa membantu rakyat Palestina meraih kemerdekaannya suatu hari nanti, dan mendirikan negara yang menjadi bagian dari sistem perdamaian dan keamanan kawasan.
Komandan Israel: Iran, Hamas dan Hizbullah Sangat Cerdas
Komandan Divisi Pertahanan Udara, Israel Air Force, IAF menyebut Iran, Hizbullah dan Hamas sangat cerdas. Menurutnya, ancaman dari Jalur Gaza telah mengganggu konsentrasi Israel pada front utara yaitu perbatasan Lebanon.
Fars News (3/12/2019) melaporkan, Brigjen Ran Kochav dalam sebuah seminar yang digelar di Rishon LeTsiyon, wilayah pendudukan, memperingatkan kemampuan tempur kelompok perlawanan Palestina di Gaza dan Lebanon serta rudal-rudal mereka.
Sebagaimana diberitakan surat kabar Maariv, Ran Kochav menuturkan, militer Israel sudah melakukan banyak upaya untuk mengatasi ancaman rudal yang terus berkembang, tapi pertahanan udara penuh tidak mungkin dilakukan.
Ia menambahkan, upaya musuh mempersenjatai diri dengan rudal yang lebih canggih dan baru memaksa Israel masuk perlombaan senjata, dan langkah musuh membuat kami harus terus mempertahankan pengembangan sistem pertahanan udara.
Menurut Kochav, Israel ingin memusatkan perhatiannya pada perbatasan Lebanon, karena itu adalah front yang lebih berbahaya, namun ancaman permanen Jalur Gaza merusak konsentrasi kami.
Ia menegaskan, musuh Israel termasuk Iran, Hamas dan Hizbullah memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. (
UEA Berharap Seluruh Wilayah Suriah di Bawah Assad
Salah satu atase Uni Emirat Arab di Suriah berharap keamanan, stabilitas dan ketenangan dapat terwujud di seluruh wilayah negara ini.
Kantor berita resmi Suriah, SANA (3/12/2019) melaporkan, Abdul Hakim Ibrahim Al Nuaimi pada peringatan ulang tahun UEA ke-48 di Damaskus mengatakan, kami mengucapkan terimakasih kepada pemerintah dan rakyat Suriah yang telah menyambut pejabat kementerian luar negeri negara kami, dan mengurangi permasalahan yang akan dihadapi kedutaan besar UEA di Damaskus.
Di awal krisis Suriah, UEA mengambil sikap berseberangan dengan pemerintah Damaskus, namun tahun lalu setelah pemerintah Suriah berhasil memenangkan perang melawan kelompok teroris, UEA membuka kembali kedubesnya di Damaskus.
Kisah Abu Nawas; Merasa Sedih
Abu Nawas sedang duduk seorang diri di sudut mesjid. Ia nampak sedih sekali. Tiba-tiba seorang teman menghampirinya dan bertanya,
“Kenapa engkau terlihat bersedih wahai Abu Nawas?” tanya temannya.
“Ibu mertuaku sangat bawel, aku selalu bertengkar denganya. Ia bersumpah tidak akan berbicara kepadaku selama seminggu.?” Jawab Abu Nawas.
“Bukankah itu kabar baik, seharusnya kamu senang?” Kata temannya.
“Bagaimana aku bisa senang,,, Ini adalah hari terakhir dari semingu itu!!?” Jawab Abu Nawas kesal.
Tahukah hikmah apa yang bias kita dapatkan dari kisah ini?
Hikmahnya adalah kenapa ibu mertua itu selalu mempunyai image “menyebalkan” bagi para menantu? dan dengan kisah di atas,harusnya menjadi sebuah ajang pengkoreksian diri untuk para ibu mertua sehingga mereka bisa mempunyai hubungan yang baik dengan menantunya.