Persaingan Iran-Arab Saudi di OPEC

Rate this item
(0 votes)

Sidang ke-164 Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dibuka pada hari Rabu (4/12) di Wina, Austria. Agenda pertemuan itu adalah untuk menentukan kebijakan produksi OPEC dan memilih sekjen baru organisasi.

 

Pertemuan tersebut dinilai sangat penting dan sensitif mengingat digelar di tengah transformasi politik dan geopolitik di wilayah Timur Tengah, khususnya setelah tercapainya kesepakatan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1 di Jenewa, Swiss.

 

Keputusan untuk mempertahankan tingkat produksi anggota OPEC, laporan sekjen organisasi mengenai perkembangan pasar minyak global, laporan komisi ekonomi sidang OPEC, dan laporan produksi minyak OPEC, termasuk isu-isu yang akan dibahas dalam sidang ke-164 organisasi itu.

 

Iran, Irak, Arab Saudi, Kuwait, Venezuela, Qatar, Libya, Uni Emirat Arab, Aljazair, Nigeria, Angola, dan Ekuador, adalah negara-negara anggota OPEC.

 

OPEC sejak Desember 2011 hingga sekarang mempertahankan target produksinya sebesar 30 juta barel per hari, dengan harapan bisa menjaga harga minyak tetap stabil dan relatif tinggi untuk saat ini.

 

Akan tetapi dengan memperhatikan prospek kembalinya minyak Iran ke pasar dunia dan meningkatnya produksi minyak Irak dalam beberapa bulan terakhir, maka penting bagi negara-negara anggota OPEC untuk mendiskusikan masalah pagu produksi mereka.

 

Iran menekankan akan mempertahankan sahamnya dalam masalah produksi minyak di OPEC. Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh telah mengambil bagian dalam pertemuan tingkat menteri OPEC pada hari Rabu (4/12).

 

Zanganeh mengatakan, "Industri minyak Iran – setelah kesepakatan Jenewa – sedang bersiap untuk kembali secara penuh ke pasar minyak global." Dia juga menyeru negara-negara anggota OPEC untuk membuka ruang bagi kapasitas produksi minyak Iran.

 

Dia menuturkan, Iran akan segera meningkatkan ekspor minyak mentah ke empat juta barel per hari setelah sanksi dicabut. "Kami tidak punya kesulitan teknis untuk meningkatkan ekspor dan kembali ke empat juta barel per hari," jelasnya.

 

Zanganeh memperkirakan bahwa produksi minyak Iran akan disesuaikan dengan kesepakatan nuklir antara Republik Islam dan kelompok 5+1. Dia juga mengkonfirmasikan dimulainya pembicaraan kontrak minyak dengan beberapa perusahaan besar asing seperti, Total Perancis, Shell Belanda, PB Inggris, dan Exxon AS.

 

Pernyataan itu dianggap sebagai tantangan potensial bagi Arab Saudi. Menteri Perminyakan Saudi, Ali al-Naimi berusaha untuk meredakan kekhawatiran, dan mengatakan bahwa ia tidak melihat perang harga di pasar. "Saya berharap Iran kembali dan memproduksi semua yang mereka bisa," ujarnya. Tapi ia menolak mengurangi tingkat produksi.

 

Sebelum sanksi minyak berlaku hampir setahun lalu, Iran adalah produsen terbesar kedua minyak OPEC setelah Saudi. Selama masa sanksi, Saudi telah meningkatkan produksinya untuk menggantikan pasokan minyak dari Iran.

Read 1825 times