Menyorot Pemilu Presiden Indonesia

Rate this item
(0 votes)

Pemilu presiden di Republik Indonesia, negara Islam yang paling besar jumlah penduduknya di dunia, digelar dalam suasana pengamanan ketat sejak Rabu (9/7) pagi. Sejak lengsernya Soeharto, ini merupakan pemilu presiden langsung ketiga yang digelar di negara ini.

 

Diprediksikan bahwa di antara 180-190 juta penduduk Indonesia yang berhak menyalurkan suara dari total 250 juta populasi negara ini, menyalurkan suaranya pada Rabu pagi untuk memilih presiden pilihan mereka dari dua kandidat yang bersaing, Joko Widodo dan Prabowo Subianto serta memimpin Jakarta untuk lima tahun kedepan.

 

Joko Widodo atau yang akrab dipanggil Jokowi, kandidat presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra merupakan dua kandidat presiden yang bersaing dalam pemilu kali ini.

 

Meski berbagai faktor tak terduga di pemilu presiden terbaru tidak dapat diabaikan, namun menurut para pengamat, pengalaman kedua kandidat akan sangat berpengaruh dalam menyedot suara rakyat. Karena dalam persaingan saat ini untuk memilih presiden, dari satu sisi ada Prabowo, mantan jenderal dari era Soeharto yang terlibat kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan dari sisi lain terdapat Jokowi, gubernur Jakarta dari kubu PDI-P yang memperioritaskan slogan Indonesia yang independen dalam kampanyenya.

 

Sementara itu, mengingat kedua kandidat sampai saat ini belum membandingkan pengalaman kepemimpinannya baik di tingkat nasional maupun internasional, kini peran mereka kedepannya di berbagai isu regional dan global menjadi pertanyaan utama para pengamat kawasan. Khususnya mengingat posisi khusus Indonesia di mata negara-negara ASEAN, pilpres di negara ini soroti secara serius oleh anggota organiasasi ini.

 

Hal ini dikarenakan di saat Indonesia disibukkan dengan pemilihan presiden, 540 hari lagi ASEAN memutuskan untuk merealisasikan Masyarakat Ekonomi ASEANyang ditentang keras oleh Amerika Serikat. Pastinya kinerja presiden baru dalam merealisasikan tujuan ini sangat menentukan.

 

Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan mengingat volume perdagangannya dengan negara-negara ASEAN serta populasi besarnya yang mencapai 250 juta jiwa sampai saat ini memainkan peran vatal dalam mensukseskan tiga tujuan pokok ASEAN, keamanan, kesatuan ekonomi dan kesatuan budaya-sosial.

 

Pengaruh besar Indonesia di ASEAN sejatinya menunjukkan peran berpengaruh negara ini dalam konstelasi ekonomi regional dan internasional, khususnya kawasan Asia-Pasifik. Indonesia juga termasuk dalam deretan negara ekonomi baru. Setelah menghadapi krisis ekonomi tahun 1997, dengan menerapkan kebijakan ekonomi yang tepat, Indonesia mampu menggenjot laju ekonominya dan dalam beberapa tahun terakhir indeks pertumbuhan ekonomi Jakarta mencapai empat hingga enam persen dengan nilai ekspor yang mencapai 199 miliar dolar.

 

Banyak pengamat yang menilai laju ekonomi ini berkat kinerja presiden sebelumnya dan mereka juga yakin presiden baru Indonesia selain bertanggung jawab melanjutkan laju ekonomi saat ini, juga harus memiliki kemampuan memperkokoh nilai-nilai kebersamaan, komitmen dengan Islam moderat dan demokrasi. Presiden baru Indonesia selain harus mampu mempertahankan stabilitas internalnegara kepulauan terbesar dunia ini,juga harus berhasil menjaga kepemimpinan Jakarta di kawasan khususnya di mata anggota ASEAN.

 

Mengingat tensi yang terjadi di tingkat regional antara dua kekuata besar, Cina dan Jepang, Indonesia mampu melanjutkan peran mediatornya dengan tetap mempertahankan netralitasnya. Ini merupakan tujuan dan pastinya hasil pilpres hari Rabu di Indonesia dapat menentukan prespektif negara ini.

Read 1664 times