Menyimak Pertemuan Zarif dan Ashton di Brussel

Rate this item
(0 votes)
Menyimak Pertemuan Zarif dan Ashton di Brussel

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Muhammad Javad Zarif Senin (1/9) dini hari bersama rombongan bertolak dari Tehran menunjtu Brussel untuk merundingkan isu-isu bilateral dan nuklir.

Seperti dilaporkan Deplu Iran, Zarif selama di Belgia selai bertemu dengan petinggi negara ini juga akan menemui Catherine Ashton, Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa dan koordinator negosiasi nuklir membahas transformasi yan berkaitan dengan perundingan antara Republik Islam dan Kelompok 5+1. Menlu Iran kemudian akan melanjutkan lawatannya ke Luxemburg dan Italia.

Iran dan Kelompok 5+1pada 20 Juli memperpanjang negosiasi nuklir hingga empat bulan ke depan, tepatnya hingga 24 November. Babak baru negosiasi nuklir Iran dan Kelompok 5+1 rencananya bakal digelar beberapa hari lai sebelum sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.

Bertepatan dengan lawatan Zarif ke Brussel, Reza Najafi, wakil tetap Iran di Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina menyatakan, hingga kini dari lima langkah yang disepakati dengan IAEA, tiga diantaranya telah dilaksanakan. Adapun terkait dua langkah lainnya recananya akan digelar sidang tingkat ahli dan teknis pada hari Ahad di Tehran dengan melibatkan delegasi teknis IAEA dan perundingan dalam kasus ini akan terus berlanjut.

Lawatan Zarif ke Brussel ini dilakukan di tengah-tengah kondisi baru membayangi proses perundingan nuklir, yakni sanksi baru yang dijatuhkan Amerika terhadap Iran. Iran dalam perundingan dengan Kelompok 5+1 berhasi mencapai kesepahaman cukup baik dengan negara-negara Eropa, namun sikap keras kepala Amerika untuk melanjutkan sanksi sepihak yang tercatat sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional, membuat langkah selanjutnya semakin sulit dan rumit.

Mencermati proses perundingan dan langkah-langkah yang telah diambil dalam koridor kesepakatan sementara Iran dan Kelompok 5+1 pada 24 November 2013, menunjukkan bahwa Iran telah melakukan upayanya untuk menggelar perundingan serius dan konstruktif dengan kelompok 5+1. Jika tujuan dari Barat dalam perundingan ini bukan untuk menekan Tehran yang ditujukan untuk mencegah kemajuan sains dan teknologi Iran, maka peluang untuk mencapai kesepakatan terbuka lebar. Namun sayangnya sikap Amerika menunjukkan bahwa Washington berbeda dengan isi kesepakatan Jenewa berupaya mempertahankan agenda perundingan pada poros Iranphobia.

Presiden Republik Islam Iran, Hassan Rouhani pada hari Ahad (31/8) dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Finlandia, Erkki Tuomioja di Tehran mengkritik sikap Amerika tersebut dan menjelaskan, Iran tidak akan menerima segala bentuk diskriminasi dan menghendaki haknya secara penuh di bidang nuklir.

Rouhani menekankan, menciptakan kendala dan mencegah riset serta pengembangan sains di bidang nuklir adalah garis merah Tehran dan Iran tidak akan bernegosiasi mengenai kemampuan pertahanan termasuk sistem rudal yang dimilikinya.

Kini peluang dengan cepat akan habis dan lawatan Zarif ke Brussel serta perundingannya dengan Ashton dapat memperkuat negosiasi ini. Pertemuan ini sangat penting mengingat dua sisi, pertama Iran dan negara-negara Eropa memiliki kepentingan bersama dan juga memiliki dalih serta movit khusus untuk memperluas hubungan di antara mereka. Kedua, Uni Eropa berbeda dengan dikte Amerika, tidak sejutu dengan kebijakan Amerika Serikat khususnya sanksi sepihak terhadal Iran yang telah banyak merugikan kepentingan mereka dalam perdagangan bebas dunia.

Oleh karena itu, negara-negara Eropa bertekad berupaya mengakhiri perundingan dengan skor win-win. Statemen menlu Finlandia di Tehran dan penekanannya atas urgensitas normalisasi hubungan antara Uni Eropa dan Iran dalam kondisi sensitif saat ini membenarkan pandangan tersebut.

Erkki Tuomioja menjelaskan, hasil final negosiasi nuklir harus berakhir dengan skor win-win bagi kedua pihak.

Read 1849 times