Hari Quds Internasional dan Perjuangan Palestina

Rate this item
(0 votes)
Hari Quds Internasional dan Perjuangan Palestina

 

 

Pada hari Jum’at akhir Ramadan tahun 1441 H yang bertepatan dengan 22 Mei 2020, di berbagai belahan dunia diperingati sebagai Hari Quds Internasional. Hari Quds Internasional ini merupakan agenda tahunan yang diinisiasikan oleh Republik Islam Iran, sejak tahun 1979 sebagai salah satu buah dari Revolusi Islam Iran demi mendukung perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaan dari cengkeraman rezim Zionis Israel. Diperingati pada saat dunia sedang dilanda Covid-19 tahun 2020 sekarang, tentu tidak mengurangi sebuah perjuangan esensial bagi komunitas bangsa untuk mencapai kemerdekaannya seperti Palestina.

 


Palestina sebagai wilayah spiritual dari para Nabi ditulis dengan liris oleh penyair Arab-Palestina abad ke-20, Mahmoud Darwish dalam karyanya “Di Yerusalem”  yang menceritakan perjuangan para Nabi di wilayah itu. Perlawanan bangsa Palestina yang terjadi pada peralihan abad ke-20 sampai ke-21 ketika masalah hak-hak asasi manusia dibicarakan di mimbar-mimbar terbuka menjadi tanda belum terhapusnya penjajahan di muka bumi.

 


Kita sekarang hidup di fase sejarah ketika manusia semakin menyadari akan harkat dan martabat nilai-nilai  kemanusiaan universal. Namun, berbagai tragedi kemanusiaan di Palestina, menunjukkan pada kita, bahwa ada situasi yang belum final dari perjuangan untuk meraih harkat kemanusiaan yang tinggi kalau masih ada, dalam istilah Bung Karno, “exploitation de nation par nation” (“ekploitasi satu bangsa oleh bangsa lain”).

 


Seorang penyair dengan spirit puisi perlawanan seperti Mahmoud Darwish, atau seorang kritikus post-kolonialis seperti Edward Said dengan karya “Orientalisme” yang monumental, atau anak-anak yang melemparkan batu-batu ke arah tank baja Israel, berjuang untuk kemerdekaan Palestina dengan cara yang sangat keras. Dukungan bagi perjuangan kemerdekaan Palestina juga datang dari berbagai negara yang memiliki sikap serta kepedulian yang sama agar eksploitasi sesama itu bisa dihentikan. Dipastikan, Hari Quds Internasional akan mendapat dukungan juga dari seluruh dunia, walaupun situasi akan lebih ‘senyap’ dari tahun-tahun sebelumnya di mana hari tersebut selalu diperingati dengan gegap-gempita dan orang-orang di berbagai kota turun ke jalanan. Ancaman Covid-19 yang membuat situasinya kini berubah, walaupun tidak akan mengurangi esensi bagi perjuangan kemerdekaan rakyat dan bangsa Palestina.

 

 

 

Peringatan Hari Quds Internasional di Iran

Peran Iran

Hari Quds Internasional adalah refleksi kritis serta nyata dari dunia Islam atas pelanggaran hak-hak asasi manusia di tanah para Nabi Palestina. Iran, melalui visi yang sangat tajam dari Imam Khomeini di tahun 1979 dengan mencanangkan Jum’at terakhir bulan Ramadan sebagai Hari Quds Internasional. Bagi penulis, pembebasan Palestina, bukan masalah sebuah komunitas bangsa menganut mazhab tertentu. Ini adalah problem umat Islam secara keseluruhan, ketika kita mestinya selalu merasa diingatkan oleh sebuah hadits Nabi Muhammad Saw, ”Antara orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain ibarat satu bangunan yang satu itu menguatkan.” (HR. Imam Muslim).

 


Iran sudah berada di garda depan untuk merebut hak-hak kaum tertindas rakyat Palestina. Diperlukan kelebaran hati serta sikap tidak terjebak pada ‘kesalahan berpikir logis’ serta dibayangi-bayangi permasalahan fanatisme mazhab secara berlebihan untuk membangun kekuatan serta kemeslahatan bersama bagi kepentingan rakyat Pelestina.

 


Pemimpin spiritual Iran, Ayatullah Rahullah Khomeini telah menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap problem kemanusiaan di Palestina. Demikian juga orang-orang seperti Syahid Murtadha Muthahhari—salah seorang dari arsitek Revolusi Islam yang penting, menunjukkan kepeduliaan yang sama. Sementara, seorang yang visioner sekaligus revolusioner seperti Ali Syariati, telah membedah anatomi struktur sosial dari adanya dua realitas yang berlawanan, dari ‘penindas’ dengan ‘ditindas’, atau antara struktur sosial anak-anak ideologi ‘Kabil’ dengan ‘Habil’. Penerus garis Ideologi Republik Islam Iran seperti Qasem Soleimani yang syahid 3 Januari 2020, adalah pejuang tangguh bagi perjuangan hak-hak rakyat Palestina.

 


Untuk menghadapi sebuah ‘hegemoni’ seperti dalam istilah Gramsci, yang diperlukan sekarang adalah persatuan umat karena sebenarnya, itulah esensi pesan dari ayat Al-Qur’an yang dipakai sebagai rujukan otoritatif mazhab kalam apapun yang menjadi realitas historis dari umat Islam.”Berpegang teguhlah kalian pada tali Allah, dan jangan bercerai-berai”, (QS. Ali ‘Imran [3]: 103).

 


Pada saat terjadi penyebaran Covid-19 yang sangat menguntungkan rezim Zionisme global Israel, memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina semakin mendapatkan tantangan yang keras serta berat. Lewat momentum peringatan Hari Quds Internasional, dunia Islam harus memfokuskan diri pada pembebasan al-Quds serta dukungan terhadap ketertindasan rakyat Palestina, harus tetap menjadi prioritas utama. Pada saat yang bersamaan, juga harus mempertajam penglihatan terhadap segala kemungkinan pengalihan masalah yang bisa mempengaruhi pemikiran umat untuk melupakan agenda pembebasan Palestina ini.

 

 

 

 

 

 

 


Urgensi dari Hari Quds Internasional  sekarang adalah sebuah fakta yang begitu nyata ketika Amerika Serikat dengan Israel secara sepihak memaksakan kehendak mereka, lewat apa yang dinamakan dengan Kesepakatan Abad atau Konspirasi Abad. Lewat kesepakatan tersebut, Palestina dipaksa untuk berada pada situasi ‘tertindas’ selamanya. Para pengungsi  Palestina di luar negeri, tidak bisa kembali ke tanah airnya, sehingga yang tersisa dari Palestina pun hanya Tepi Barat dan Jalur Gaza. Hak-hak rakyat Palestina akan terhapus, dan dengan pembayaran sejumlah uang, Paletina akan tetap berada dalam situasi terjajah secara permanen.


Bendera Indonesia dan Palestina di Gaza
Ketika Palestina dirundung masalah sampai sekarang, momentum Hari Quds Internasional, mesti mengingatkan kita pada memori kolektif sebagai sebuah bangsa. Faktanya adalah pengakuan kedaulatan Indonesia untuk pertama kali, justru datang dari Palestina, bukan dari negara-negara Barat. Kemudian disusul Mesir serta negara-negara Arab lain seperti Suriah, Irak, Lebanon, Yaman, Arab Saudi, serta Afganistan. Dengan kata lain, bahwa pengakuan kedaulatan Indonesia, yang diproklamasikan oleh Dwi-Tunggal Soekarno-Hatta, 17 Agustus 1945, datang dari solidaritas dunia Islam di kawasan Arab dengan Palestina sebagai pelopornya yang utama.

 


M. Zein Hassan sebagai Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia dalam bukunya “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri" (2017:40) telah menyampaikan informasi akurat terkait peran, penggalangan opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia. Palestina menunjukkan taji untuk berani bersikap, di saat negara-negara lain masih ragu untuk mengambil keputusan. Dukungan bagi kemerdekaan Indonesia diwakili oleh Mufti Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, bahkan diberikan setahun sebelum Indonesia benar-benar diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta, yang secara terbuka menyambut kemerdekaan Indonesia, yang saat itu baru dijanjikan oleh Perdana Menteri Jepang Kuniaki Kaisa. Dukungan bagi kemerdekaan Indonesia itu, bahkan sekaligus dengan dukungan finansial, dari seorang saudagar kaya di Palestina, yang diberikannya kepada M. Zein Hasan di Bank Arabia.

 


Segala bentuk dukungan Palestina itu tentu memberi makna yang besar bagi Indonesia yang telah mencapai kemerdekaannya. Padahal saat itu Palestina sedang berjuang untuk lepas dari imperialisme Inggris, serta tiga tahun setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1948, dirampas kemerdekaannya oleh rezim Zionisme Israel.

Iran telah menginisiasi Hari Quds Internasional pada Jum’at terakhir Ramadan yang sekarang jatuh pada 22 Mei 2020. Momentum Hari Quds Internasional tahun sekarang ini menjadi penting, yang bersamaan dengan merebaknya Covid-19 serta Palestina dijebak pada Kesepakatan Abad yang akan menempatkan negara itu dalam posisi tertindas secara permanen. Sedangkan momentum Hari Quds Internasional bagi Indonesia, mengingatkan kesadaran kolektif rakyat kita akan jasa Palestina yang pertama kali memberikan dukungan bagi kedaulatan Indonesia.

 


Rekomendasi dari tulisan ini, pertama, Indonesia, Iran serta negara-negara Islam di dunia harus membuka katup bagi dialog serta kerja sama untuk mengatasi ketertindasan rakyat Palestina. Kedua, perlunya dukungan yang kuat bagi rakyat Palestina untuk menentukan nasib serta kedaulatannya sendiri secara demokratis, termasuk mengembalikan para pengungsi Palestina ke tanah air yang mereka cintai.

 


*Dodo Widarda, Direktur Iranian Corner Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan aktivis Nahdlatul Ulama.

Read 814 times