Islamophobia di Barat (4)

Rate this item
(0 votes)
Islamophobia di Barat (4)

 

Islamophobia dan sentiment anti-Muslim di Eropa menemukan dimensi baru setiap harinya. Pola baru serangan terorisme terhadap warga Muslim ditemukan di Eropa, tetapi pemerintah dan media setempat tidak tertarik untuk mengulas kejahatan ini dan mereka tampaknya tidak merasa prihatin atas serangan teror terhadap Muslim.

Serangan terorisme rasialis terhadap warga Muslim sedang menyebar di berbagai negara Eropa. Mereka mengadopsi pola yang dilakukan teroris takfiri Daesh dan juga tindakan yang terbilang baru.

Serangan rasisme terhadap warga Muslim di Inggris lebih parah dari negara lain Eropa. Kasus pertama serangan mobil terhadap warga Muslim di Eropa terjadi di Inggris. Melepas penutup kepala wanita Muslim secara paksa atau menyerang dengan senjata tajam, termasuk serangan rasisme yang melibatkan kelompok rasis di Eropa. Serangan ini meningkat tajam selama beberapa bulan terakhir.

Data pihak kepolisian Inggris menunjukkan insiden yang terkait dengan kebencian naik sebesar 23 persen dalam 11 bulan pasca referendum Brexit. Di beberapa daerah Inggris dan Wales, kejahatan berbasis kebencian meningkat lebih dari 40 persen, dan beberapa daerah termasuk Gwent, Nottinghamshire dan Kent melonjak lebih dari setengahnya dalam setahun.

Pada 16 Juli 2017, jilbab seorang wanita Muslim dicopot paksa oleh seorang pria dalam serangan keji di London, di tengah lonjakan insiden kejahatan rasial di Inggris. "Pria di stasiun Baker Street dengan paksa menarik jilbab saya dan ketika saya secara naluriah mengambil balik jilbab saya, ia memukul saya," tulis Aniso Abdulqadir via akun Twitter-nya sambil memposting gambar pria yang menyerangnya.

Sayap kanan ekstrem di Eropa mengadopsi pola baru dalam melakukan serangan teror terhadap warga Muslim yaitu penyiraman air keras. Kejahatan ini merupakan salah satu tindakan anti-kemanusiaan yang terjadi di berbagai negara, tetapi penggunaan pola ini oleh sayap kanan ekstrem untuk menyerang warga Muslim Eropa adalah sebuah fenomena baru.

Sejumlah kasus penyiraman air keras terhadap warga Muslim terjadi di Inggris selama 2017. Lima warga Muslim terluka akibat serangan penyiraman air keras di London dalam satu malam pada Juli 2017. Pada 21 Juni 2017, serangan air keras menyebabkan dua sepupu Muslim (Jameel Muhktar dan Resham Khan) terluka parah di timur London.

Pelaku dan para korban sama sekali tidak saling mengenal. Padahal, pelaku dan korban biasanya saling mengenal dalam kasus serangan air keras dan motifnya pun karena sakit hati atau balas dendam. Namun, kasus serangan air keras di Inggris didorong oleh pemikiran ekstrem dan rasisme.

Media-media Inggris terutama BBC – sebagai corong propaganda terbesar negara itu – memperlihatkan reaksi yang berbeda dalam kasus kejahatan ini. BBC tidak meyinggung isu terorisme dan rasisme dalam serangan air keras terhadap lima warga Muslim Inggris.

Media milik pemerintah Inggris ini dalam laporannya mengulas tentang sejarah penyiraman air keras di berbagai negara, dan serangan air keras terhadap warga Muslim dianggap sebagai insiden biasa yang melibatkan beberapa geng dan perampok.

Setelah serangan air keras terhadap seorang Muslim, juru bicara Kepolisian Metropolitan London mengatakan para penyerang menargetkan pengemudi delivery dengan tujuan mencuri sepeda motor atau sarana transportasi mereka.

Dalam kasus serangan terhadap Jameel Muhktar dan Resham Khan, polisi Metropolitan London awalnya mengesampingkan motif agama atau ras dalam kejahatan itu. Namun, polisi kemudian mengatakan bahwa bukti baru yang ditemukan mendorong mereka untuk menyelidiki serangan itu sebagai kejahatan rasial.

Jameel Muhktar menuturkan bahwa dia dan sepupunya menjadi sasaran karena agama mereka. "Ini jelas merupakan kejahatan rasial," katanya kepada Channel 4 News. "Saya percaya itu ada hubungannya dengan Islamophobia."

Mukhtar menambahkan bahwa jika itu dibalik dan seorang pria Asia menyerang pasangan Inggris dengan air keras, seluruh negara tahu itu akan digolongkan sebagai serangan teror.

Menurut laporan Dewan Kepala Polisi Nasional Inggris (NPCC), lebih dari 400 serangan asam atau zat korosif dilakukan dalam enam bulan hingga April 2017 di seluruh wilayah kepolisian di Inggris dan Wales. Daerah yang umumnya dihuni oleh komunitas Muslim London, termasuk Newham, Barking and Dagenham, Tower Hamlets, Havering, dan Redbridge, mencatat kasus serangan air keras terbanyak.

Jika serangan ini melibatkan seorang Muslim atau imigran Muslim, maka gelombang propaganda terhadap Muslim dan Islam akan mengguncang negara-negara Barat, dan kondisi korban serangan akan selalu menghiasi media-media Barat.

Puluhan kasus serangan air keras terhadap wanita dan pria Muslim terjadi di Inggris, tetapi para politisi dan media-media Eropa tidak begitu menyoroti aksi teror itu.

Menurut laporan Huffington Post, jumlah media yang meliput kasus serangan air keras sangat terbatas, terutama jika korbannya Muslim. Selain itu, penelitian untuk menyingkap alasan meningkatnya fenomena ini juga sedikit.

Publikasi yang minim ini tentu saja sejalan dengan kebijakan Islamophobia yang diadopsi oleh negara-negara Barat, terutama pemerintah Inggris. Media-media Barat khususnya BCC memainkan peran efektif dalam menyebarkan Islamophobia di Barat. Media pro-sayap kanan di Inggris mengesankan Islam dan masyarakat Muslim sebagai sumber masalah di negara itu.

Dalam perspektif mereka, Islam mensponsori terorisme dan Muslim adalah pelaku utama serangan teror. Sayap kanan ekstrem Inggris seperti, Britain First dan neo-Nazi secara terbuka mengancam aksi balas dendam terhadap warga Muslim.

Kampanye Islamophobia digaungkan oleh kelompok-kelompok tersebut. Orang-orang seperti Brigitte Gabriel, Milo Yiannopoulos, Ayaan Hirsi Ali, Glenn Beck, Pamela Geller, Katie Hopkins, dan banyak lainnya, menguasai kolom artikel di media-media Barat. Mereka kadang terang-terangan menggunakan kata-kata rasis untuk menyerang warga Muslim.


Saat ini, belum bisa diprediksi kapan fenomena Islamophobia dan sentimen anti-Muslim di Barat akan berakhir. Banyak dari pemimpin dan pemikir Barat berbicara tentang perlunya pemisahan antara ajaran Islam dan ideologi kelompok-kelompok teroris seperti Daesh dan Al Qaeda, namun kampanye Islamophobia masih terjadi secara luas di negara-negara Barat.

Pemerintah di Barat sepenuhnya menyadari tentang motif dari tindakan teror yang dilakukan oleh sayap kanan ekstrem dan rasis. Pesan-pesan rasis yang bernada ancaman banyak tersebar di media sosial, dan pesan ini jelas ditujukan kepada imigran dari Asia atau Muslim.

Di media-media Barat, tidak ada seorang pun yang akan menjawab pertanyaan ini, siapa yang telah memicu sentimen anti-Islam di Barat? Karena para politisi Barat mengabaikan hasil penelitian tentang hubungan antara ideologi radikal dengan pemerintah Arab Saudi. Negara-negara Barat tetap memperluas hubungan politik, ekonomi, dan militer dengan rezim Al Saud meski mengetahui bahwa Wahabisme memainkan peran utama dalam menyebarkan pemikiran radikal dan terorisme di Barat.

Wahabisme memiliki interpretasi yang keliru tentang ajaran Islam yang menyerukan keadilan dan perdamaian. Kelompok Wahabi memainkan peran utama dalam merusak citra Islam di Barat dan menciptakan ruang bagi pembenaran Islamophobia di sana.

Dapat dikatakan bahwa pemerintah dan media-media Barat ikut terlibat dalam tindakan teror, yang dilakukan oleh kelompok teroris takfiri dan kubu sayap kanan ekstrem dan rasis di Barat.

Read 573 times