Dosen UB: Di Bawah Sanksi, Iran Capai Kemajuan Signifkan

Rate this item
(0 votes)
Dosen UB: Di Bawah Sanksi, Iran Capai Kemajuan Signifkan

 

Perjalanan Revolusi Islam Iran yang saat ini memasuki usia ke-42 tahun hingga kini masih menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk para akademisi Indonesia.

Yusli Effendi, Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Brawijaya dalam wawancara baru-baru ini dengan jurnalis Parstoday Indonesia menjelaskan pandangannya mengenai Revolusi Islam Iran yang saat ini berulang tahun ke-42 tahun.

"Ini adalah Revolusi Islam yang pertama dan mungkin yang terakhir di dunia Islam dalam abad modern ini. Revolusi ini adalah revolusi yang fenomenal, revolusi yang memberikan inspirasi dan menyemangati dunia Islam, termasuk Indonesia untuk melihat bahwa laju perubahan itu mungkin dan niscaya. Dan gerakan masyarakat di dunia Islam itu punya kontribusi yang besar untuk turut serta dalam perubahan gerak sejarah," ujar pengajar program Timur Tengah Universitas Brawijaya. 

Ia juga menyampaikan harapannya sebagai warga negara Indonesia yang ingin melihat Iran tetap berdiri tegak memperjuangkan kepentingan dunia Islam, dan kepentingan negara-negara yang selama ini tertindas oleh struktur Internasional yang tidak adil.

"Saya berharap Iran juga tetap teguh untuk memperjuangkan haknya memiliki nuklir demi kepentingan damai, dan juga tidak terus-menerus mendapatkan sanksi atau embargo ekonomi," papar Sekretaris Lakpesdam PCNU kota Malang.

Menjawab pertanyaan mengenai sanksi ketat AS yang diamini sejumlah negara dunia terhadap Iran, jebolan program master universitas terkemuka Inggris ini menilai kondisi Iran masih cukup stabil, bahkan bisa meraih sejumlah kemajuan signifikan di tengah derasnya sanksi.

"Meskipun Iran hingga kini menghadapi tekanan sanksi yang sangat ketat, tapi saya melihat Iran memiliki keunggulan teknologi, dan mungkin layak untuk ditularkan dan dilanjutkan dalam bentuk kerja sama dengan Indonesia seperti capaian-capaian atau prestasi untuk membuat teknologi-teknologi screening covid yang murah dan terjangkau," jelasnya.

Dosen Universitas Brawijaya ini menjelaskan pandangannya dengan membeberkan bukti mengenai keberhasilan Iran di bidang sains dan teknologi, dan berbagi pengalaman kunjungannya ke berbagai tempat di Iran, termasuk Pardis Tecnology Park yang berada di wilayah timur Tehran.

"Saya pernah mengunjungi [Pardis] Tecnopark Tehran, yang memberikan gambaran bahwa sebenarnya Iran adalah bangsa yang besar dan memiliki keunggulan teknologi yang bisa membantu negara-negara muslim lainnya seperti Indonesia untuk alih teknologi dan saling berbagi perkembangan teknologi sehingga nanti bisa punya manfaat yang banyak  bagi warga di dunia Islam maupun peradaban pada umumnya," jelas Yusli. 

Mengenai hubungan Iran dan Indonesia, dosen senior hubungan internasional ini mengharapkan hubungan kedua negara Muslim tersebut akan semakin erat dan terus berkembang di berbagai bidang.

"Semoga hubungan kedua negara lebih baik, lebih intens, dan diplomasi antara kedua negara lebih menyentuh kepada masyarakat hingga pandangan-pandangan minor yang selama ini dipropagandakan bisa lebih berimbang diterima oleh masyarakat Indonesia," ungkapnya.

Di penghujung statemennya, Yusli kembali menekankan masalah peningkatan hubungan antara Iran dengan Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

"Saya ingin melihat kedua bangsa ini bergaul dengan lebih intens, memiliki hubungan people to people maupun government to government yang lebih erat, karena agak malu juga bahwa sebenarnya dua negara yang mewakili dunia Islam ini hanya memiliki sedikit kerja sama," pungkasnya.

Read 553 times