Optimisme Dialog Saudi dan Iran

Rate this item
(0 votes)
Optimisme Dialog Saudi dan Iran

 

Setelah lebih dari lima tahun terjadi pemutusan hubungan politik dan ekonomi antara Arab Saudi dengan Iran, kini kedua negara membuka dialog baru.

Reuters mengutip pejabat Kementerian Luar Negeri Saudi yang mengatakan bahwa pembicaraan antara Tehran dan Riyadh terus berlanjut.

Sebelumnya pada 19 April 2021, Saeed Khatibzadeh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengomentari berita tentang dialog Iran-Saudi dengan mengatakan bahwa Iran senantiasa menyambut digelarnya dialog dengan kerajaan Arab Saudi yang akan menguntungkan rakyat kedua negara dan mendorong terciptanya stabilitas di kawasan.

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman dalam wawancara dengan televisi Al-Arabiya juga mengungkapkan harapan negaranya dapat memiliki hubungan baik dengan Iran sebagai negara tetangga. Pendekatan ini dapat berdampak signifikan pada deeskalasi di kawasan dalam beberapa dimensi.

Salah satu aspek penting dalam mengkaji pemicu perubahan pendekatan Riyadh untuk bernegosiasi dan menyelesaikan ketegangan dengan Iran berkaitan dengan pemahaman pejabat Saudi yang lebih realistis saat ini atas tuntutan politik dan tekad negara-negara di kawasan untuk menjauhkan diri dari kebijakan Saudi. Dari sudut pandang ini, mengurangi tingkat krisis di pusat-pusat regional yang penting merupakan kepentingan strategis Riyadh.

Kamran Karami, analis politik Timur Tengah menganggap krisis Yaman menjadi salah satu poin terpenting dari perubahan arah pendekatan Riyadh tersebut. Setelah enam tahun berperang di Yaman, Arab Saudi tidak mencapai tagetnya yang telah menelan sebagian besar anggaran belanja negaranya. Di sisi lain, Houthi semakin kuat dengan meraih kekuasaan di berbagai bidang.

Tidak diragukan lagi, pemahaman yang realistis dari pejabat Saudi tentang situasi saat ini di kawasan dan upaya mencapai titik kunci bahwa strategi menciptakan ketegangan dan krisis tidak menguntungkan kepentingan mana pun adalah dua fakta penting yang telah memengaruhi pendekatan Arab Saudi untuk mengoreksi perilakunya di masa lalu.

Di sisi lain, perubahan perimbangan kekuatan di kawasan dan peran berpengaruh front perlawanan dalam perubahan ini merupakan faktor lain yang membuat Putra Mahkota Saudi menyimpulkan bahwa era petualangan di kawasan telah berakhir.

Pengalaman menunjukkan bahwa intervensi AS dan kehadiran pihak asing di kawasan  tidak menghasilkan apa-apa selain ketidakamanan dan hilangnya sumber daya serta kekayaan Arab Saudi dan negara-negara Arab lain yang berbatasan dengan Teluk Persia.

Rangkaian komponen-komponen tersebut menyebabkan Arab Saudi  mengubah pendekatan masa lalu untuk membuka jalan bagi deeskalasi di kawasan. Tentu saja, keberhasilan dalam hal ini bergantung pada variabel lain, seperti peran destruktif rezim Zionis Israel di kawasan.

Rezim Zionis menganggap hubungan baik antara Iran dan negara-negara di kawasan merugikan kepentingannya dalam menjalankan kesepakatan abad. Berbagai aksi destruktif seperti menciptakan ketidakamanan di pinggiran Iran bertujuan untuk membalikkan keadaan saat ini. Saat ini peran destruktif Amerika Serikat dan Israel sekarang jelas bagi semua negara regional. Kehadiran AS di Afghanistan dan Irak, serta intervensi provokatifnya di Suriah, Yaman, dan kawasan Teluk Persia telah menyebabkan ketidakstabilan dan penyebaran terorisme di kawasan tersebut. Kini, Amerika tidak punya posi selain meninggalkan kawasan, dan inilah tuntutan bangsa-bangsa regional.

Prioritas kebijakan luar negeri Iran berupaya menjalin hubungan baik dengan tetangganya tanpa campur tangan asing. Dalam hal ini, Iran telah menyampaikan prakarsa perdamaian Hormuz kepada negara-negara kawasan yang menekankan komitmen bersama untuk menjaga keamanan dan perdamaian regional yang berkesinambungan.

Read 605 times