Palestina dalam Perspektif Rahbar

Rate this item
(0 votes)
Palestina dalam Perspektif Rahbar

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah Sayid Ali Khamenei menganggap masalah Palestina sebagai masalah pertama umat Islam.

Beliau di hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan tahun 2021 dalam tayangan televisi mengatakan, “Masalah Palestina tetap merupakan masalah bersama umat Islam yang paling penting dan paling hidup.”
 
Sejak Imam Khomeini, Pendiri Republik Islam Iran mengumumkan hari Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia dengan maksud untuk mendukung rakyat tertindas Palestina, dan menunjukkan penentangan tegas atas agresi serta kejahatan rezim Zionis Israel, babak baru perjuangan di Palestina terbuka, dan Hari Quds menjadi sebuah hari internasional bagi seluruh umat Islam, dan menjadi faktor solidaritas Muslim dunia dalam mendukung hak legal rakyat tertindas Palestina. Sekarang setelah berlalu sekian puluh tahun, cakupan solidaritas dan dukungan terhadap Palestina telah melampuai batas Dunia Islam.
 
Di Iran, masalah Palestina selalu menjadi masalah strategis bagi pemerintahan Republik Islam. Ayatullah Khamanei mengatakan, “Masalah Palestina tetap merupakan masalah bersama umat Islam yang paling penting dan paling hidup. Kebijakan sistem kapitalisme global penindas dan haus darah, telah memutus tangan sebuah bangsa dari rumah-rumah mereka, dari tanah air ayah dan kakek mereka, dan menempatkan rezim teroris dan penduduk asing di sana.”
 
Ayatullah Khamenei dengan pertanyaan “Apa yang lebih lemah dan lebih tidak berdasar daripada logika rapuh pendirian rezim Zionis ?”, menyadarkan kita bahwa orang-orang Eropa berdasarkan klaim mereka sendiri telah menindas kaum Yahudi selama Perang Dunia ke-II, tapi mereka justru menuntutkan balas kaum Yahudi dari orang Muslim dengan cara mengusir sebuah bangsa di Asia Barat dan melakukan pembunuhan sadis di negara itu.
 
Rahbar menjelaskan, “Inilah logika yang dijadikan sandaran oleh negara-negara Barat, memberikan dukungan berlebihan dan membabi buta terhadap rezim Zionis, dan dengan cara ini mereka melanggar semua klaim dustanya terkait hak asasi manusia dan demokrasi. Peristiwa menggelikan dan menyedihkan ini terus berlangsung selama lebih dari 70 tahun, dan sesekali, lembaran baru ditambahkan kepadanya.” 
 
Dalam pandangan Ayatullah Khamenei, orang-orang Zionis sejak hari pertama telah menjadikan “Palestina yang terampas” sebagai “pangkalan teroris”. Oleh karena itu beliau menegaskan, “Israel bukanlah sebuah negara, tapi sebuah pangkalan teroris yang menyerang bangsa Palestina dan bangsa-bangsa Muslim lain. Perlawanan terhadap rezim haus darah ini adalah perlawanan atas penindasan dan perlawanan atas terorisme, dan ini merupakan kewajiban kita semua.” 
 
Rahbar menilai pendudukan Palestina merupakan target yang sudah dirancang bertahun-tahun sebelum pendirian rezim Zionis, dan merupakan campur tangan aktif Barat di negara-negara Muslim untuk menancapkan paham sekularisme dan nasionalisme ekstrem, dan menaikkan penguasa-penguasa tiran dan bergantung, atau boneka Barat.
 
Ayatullah Khamenei percaya bahwa pendudukan rezim Zionis atas bagian tubuh umat Islam ini (Palestina) menjadi sumber banyak kelemahan dan kesulitan di Dunia Islam, dan kelemahan serta perpecahan di tubuh umat Islam ini yang melatari bencana pendudukan Palestina. Inggris yang mendesain dan mengawal konspirasi utama, para pemilik tanah Zionis menjalankannya dengan uang dan senjata, dan Uni Soviet merupakan negara pertama yang mengakui secara resmi pendirian negara ilegal dan mengerahkan sejumlah banyak Yahudi ke sana.
 
Ayatullah Khamenei menjelaskan, “Sekarang kondisi dunia tidak seperti hari itu, kita harus selalu mempertimbangkan realitas ini. Hari ini perimbangan kekuatan sudah berubah dan menguntungkan Dunia Islam. Berbagai peristiwa politik dan sosial di Eropa dan Amerika Serikat, telah melucuti kelemahan dan kekacauan mendalam, pada struktur, manajemen dan moral negara-negara Barat, dan menunjukkannya kepada masyarakat dunia. Pemilu di AS dan ujian yang mengungkap kebobrokan para pejabatnya yang penuh klaim dan sombong itu, juga kegagalan menghadapi pandemi Corona dalam setahun di AS dan Eropa, serta peristiwa-peristiwa memalukan seputar masalah tersebut, serta kekacauan politik, dan sosial terbaru di sejumlah negara besar Eropa, semua menjadi tanda penurunan dan keruntuhan kamp militer Barat.”
 
Rahbar menilai kemajuan pasukan perlawanan di wilayah-wilayah Muslim yang paling sensitif, peningkatan kemampuan pertahanan dan serangan mereka, peningkatan kesadaran diri, motivasi dan harapan di tengah bangsa-bangsa Muslim, peningkatan kecenderungan pada syiar-syiar Islam dan Al Quran, pertumbuhan ilmu pengetahuan, peningkatan tuntutan kemerdekaan, dan kecenderungan bangsa-bangsa untuk bersandar pada diri sendiri, adalah tanda-tanda penuh berkah akan datangnya masa depan yang lebih baik. 
 
Tanah Palestina adalah wilayah yang menghubungan peradaban-peradaban. Palestina dan Baitul Maqdis adalah tanah para nabi, tempat lahir dan awal penyebaran agama-agama Ilahi, serta kiblat pertama umat Islam yang selalu menjadi pusat perhatian, dan penghormatan para pengikut agama, dan bangsa-bangsa besar dunia. Dari sudut pandang Rahbar, untuk membebaskan pusat suci ini, semua negara Muslim harus bersinergi, semuanya harus memiliki satu tujuan asasi yang tampak tidak begitu jauh untuk diraih.
 
Rahbar menerangkan, “Sinergitas umat Islam dengan poros Al Quds, adalah mimpi buruk bagi Zionis, dan para pendukungnya seperti AS dan Eropa. Proyek gagal ‘Kesepakatan Abraham’, disusul upaya normalisasi hubungan beberapa negara Arab yang lemah dengan rezim perampok, adalah upaya-upaya putus asa untuk lari dari mimpi buruk tersebut. Saya katakan dengan tegas, upaya-upaya ini tidak akan berhasil, kemerosotan dan proses keruntuhan rezim Zionis sudah dimulai, dan tidak akan pernah berhenti.”
 
Ayatullah Khamenei menilai berlanjutnya perlawanan di dalam wilayah pendudukan dan penguatan garis jihad dan kesyahidan, juga dukungan negara dan bangsa-bangsa Muslim dunia terhadap pejuang Palestina, merupakan dua faktor determinan yang menentukan masa depan cerah Palestina. Rahbar meminta seluruh politisi, intelektual, ulama, partai politik, dan kelompok masyarakat yang menemukan posisinya dalam gerakan global ini, untuk turut memainkan peran.
 
Ayatullah Khamenei menyampaikan akhir pidatonya dalam bahasa Arab, yang ditujukan kepada para pemuda Palestina. Rahbar mengatakan, dapat dipastikan untuk menghadapi musuh biadab, tidak ada cara lain selain menggunakan kekuatan, dan di antara pemuda Palestina, peluang kekuatan itu ada.
 
Ayatullah Khamenei setelah menyampaikan salam kepada rakyat dan pemuda pemberani Palestina, serta tokoh-tokoh terkemuka yang kesyahidan mereka memberikan pengaruh besar dalam gerakan perlawanan menuturkan, “Perjuangan rakyat Palestina dan darah suci para syuhada perlawanan, berhasil mengibarkan bendera yang diberkati ini, dan melipatgandakan beratus-ratus kali kekuatan internal jihad Palestina, pemuda Palestina suatu kali membela diri mereka dengan melemparkan batu, namun hari ini dengan meluncurkan rudal presisi ke arah musuh.”
 
Rahbar mengingatkan, meski puluhan tahun sudah tanah suci Palestina dan Al Quds berada di bawah pendudukan manusia-manusia paling kotor dan paling keji, dan selama lebih dari 70 tahun mereka membunuhi pemilk tanah ini, merampok, memenjarakan dan menyiksanya, namun tetap tidak berhasil menaklukkan tekad rakyat Palestina. 
 
Ia menjelaskan, “Palestina hidup dan jihad terus berlanjut, dengan bantuan Allah Swt pada akhirnya Palestina akan mengalahkan musuh bengis. Al Quds yang mulia dan seluruh wilayah Palestina adalah milik rakyatnya, dan akan kembali kepada mereka, Insyaallah, ‘dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah’ (QS Ibrahim ayat 20).”
 
Dalam hal ini Ayatullah Khamenei menyebut persatuan sebagai senjata terbesar rakyat Palestina. Ia menuturkan, “Rakyat Palestina baik di Gaza, Al Quds maupun Tepi Barat, di wilayah pendudukan tahun 1948, bahkan di kamp-kamp pengungsian, harus menciptakan persatuan, dan harus menggunakan strategi sinergitas. Setiap bagian harus melindungi bagian-bagian yang lain, dan menggunakan sarana yang dimilki saat mereka ditekan.”
 
Ayatullah Khamenei menegaskan, “Harapan untuk menang hari ini lebih besar dari sebelumnya. Perimbangan kekuatan sudah berubah lebih menguntungkan rakyat Palestina, Zionis semakin lemah dari tahun ke tahun, pasukannya yang diklaim sebagai ‘militer yang tak pernah kalah’ hari ini, setelah kalah dalam Perang 33 Hari di Lebanon, dan dalam Perang 22 Hari serta 8 Hari di Gaza, berubah menjadi ‘militer yang tak akan pernah menyaksikan kemenangan’. Situasi politiknya yang terpaksa menggelar empat pemilu dalam dua tahun, dan kondisi keamanannya yang terus menerus mengalami kekalahan, serta animo warga Yahudi untuk melakukan ‘migrasi terbalik’, menjadi cela bagi rezim banyak omong ini. Upaya terus menerus yang dibantu AS untuk menormalisasi hubungan dengan beberapa negara Arab merupakan indikasi lain dari kelemahan rezim Israel, dan ini pun tidak akan membantunya.”
 
Pada saat yang sama front perlawananan mengalami peningkatan. Rahbar menjelaskan, “Di saat rezim Zionis mengalami kemerosotan, front perlawanan Palestina mengalami peningkatan kemampuan, dan ini merupakan kabar baik tentang masa depan yang cerah. Peningkatan kekuatan pertahanan dan militer, kemandirian dalam pembuatan senjata efektif, percaya diri para pejuang, kesadaran yang terus bertambah di antara para pemuda, perluasan lingkaran perlawanan hingga ke seluruh wilayah negara Palestina dan ke luar batas wilayahnya, kebangkitan terbaru para pemuda dalam membela Masjid Al Aqsa, dan tersampaikannya pesan perlawanan dan ketertindasan bangsa Palestina kepada masyarakat internasional di banyak wilayah dunia.” 
 
Rahbar menambahkan, “Para pejuang Palestina bisa mengusulkan sebuah referendum bagi seluruh penduduk asli Palestina. Referendum ini akan menentukan sistem politik negara, dan semua penduduk asli Palestina dari berbagai suku dan agama termasuk para pengungsi akan dilibatkan di dalamnya. Sistem politik ini akan mengembalikan para pengungsi ke Palestina, dan akan menentukan nasib warga asing yang menduduki wilayah Palestina. Para pejuang Palestina harus melanjutkan perlawanan legal dan moralnya terhadap rezim penjajah sekuat tenaga sampai tuntutan ini diterima.”
 
Ayatullah Khamenei mengakhiri pidatonya dengan sebuah kalimat, “Dengan Nama Allah, bergeraklah maju, dan ketahuilah bahwa ‘Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya’ (QS Al Hajj ayat 40).” 

Read 479 times