Intisari Wasiat Imam Khomeini; Tawakal kepada Allah

Rate this item
(0 votes)
Intisari Wasiat Imam Khomeini; Tawakal kepada Allah

Kami menjadikan persatuan sebagai prinsip dan bila kita juga merasa ada kewajiban syaariat, tapi bila dalam melaksanakannya bakal muncul ketegangan dan menghancurkan persatuan, sudah barang tentu melaksanakan hal yang kita anggap kewajiban syariat itu menjadi haram dan menjaga persatuan adalah wajib.

Pasca wafatnya Imam Khomeini ra, para pejabat tinggi negara menyikapi masalah yang terjadi secara cerdas dan kokoh. Semua pribadi dan lembaga yang dianggap musuh dapat berinvestasi pada mereka ternyata menyikapi konspirasi musuh dengan tegar, jujur dan ikhlas. Mulai dari keluarga kantor, keluarga Imam Khomeini dan anak-anaknya, hingga para pejabat negara, ulama dan tokoh masyarakat kita dengan baik, tegar, tegas, cerdas, ikhlas menyikapi masalah ini. Kejadian ini pada hakikatnya membuat musuh kebingungan.

Di barisan selanjutnya para pejabat negara ternyata juga memiliki sikap yang sama. Sementara masyarakat umum, sejujurnya dalam kesucian dan keikhlasan mereka tidak patut diragukan. Dalam periode ini, semua menunjukkan sikap yang benar. Sudah semestinya kewaspadaan dan perhatian pada konspirasi musuh senantiasa mendapat perhatian. Ketika musuh berkeinginan menciptakan perselisihan, biasanya mereka tidak menjelaskan niatnya secara transparan, tapi mereka menyampaikan ucapannya bagi benak kelompok yang merasa memang benar ucapan itu dan harus menyikapnya dengan protes. Sampai di sini kewaspadaan merupakan satu hal yang penting dan harus menghadapi konspirasi musuh.

Saya tidak dapat melupakan peristiwa di musim semi 1365 Hs, hari ketika Imam Khomeini ra terbaring di rumah sakit. Beliau mengalami masalah jantung dan telah terbaring di sana sekitar sepuluh atau lima belas hari. Waktu itu saya tidak berada di Tehran. Agha Haj Ahmad, anak Imam yang mulia, menelpon saya dan meminta agar saya segera ke Tehran. Saya langsung paham ada masalah bagi Imam Khomeini ra. Waktu itu juga saya berangkat dan seteah menyelesaikan perjalanan selama beberapa jam, saya tiba di Tehran. Saya termasuk orang pertama dari pejabat negara yang, mungkin sekitar sepuluh jam setelah beliau dilarikan ke rumah sakit, berada di sisi beliau. Pada waktu itu, saudara Hashemi Rafsanjani tengah berada di medan perang dan tidak ada orang lain lagi yang mengetahui masalah ini.

Saya melewati hari-hari yang sangat mendebarkan dan sulit. Saya menemui Imam. Ketika telah dekat dengan pembaringannya, saya tak dapat menahan diri dan langsung menangis. Beliau memandang saya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Setelah itu beliau mengucapkan beberapa patah kata. Karena ucapan beliau pendek, saya menghapalnya dan kemudian keluar dari ruangan lalu menulis ucapan beliau. Agha Sanei juga berada di ruang itu. Saya meminta bantuannya agar dapat menuliskan ucapan Imam sesuai dengan yang disampaikannya.

Kami sangat khawatir ketika jantung Imam Khomeini ra mengalami masalah. Ketika saya tiba, beliau telah siap menghadapi kejadian yang mungkin akan terjadi. Mestinya, ungkapan paling penting yang ada dalam benak beliau dalam kondisi sangat sensitif seperti itu kepada kami. Beliau berkata, ÔÇ£Kalian harus kuat dan jangan sampai merasa lemah. Bertawakallah kepada Allah. Asyiddau ÔÇÿAlal Kuffar Ruhamau Bainahum.[1] Bila kalian bersatu, niscaya tidak ada yang dapat melakukan sesuatupun terhadap kalian.ÔÇØ Menurut saya, wasiat Imam Khomeini ra dapat diringkas dalam beberapa kalimat ini.

Beliau benar-benar seorang hakim dan bukti sempurna dari ucapan ÔÇ£Shairurat al-Insan ÔÇÿAlaman ÔÇÿAqliyan Mudhahiyan Lil ÔÇÿAlamil ÔÇÿAiniÔÇØ. Manusia merasa semua hakikat dunia terejawantahkan pada dirinya. Beliau melihat dan memahami segala sesuatu dengan jelas dan terang benderang sesuai dengan cahaya jiwa, pandangan rahmani dan hikmahnya, bukan dengan argumentasi dan penyusunan silogisme biasa, sementara orang lain berusaha menyampaikan dirinya ke sana dengan bantuan tongkatnya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Madhe Khourshid; Gozideh-i az Khaterat Hazrate Ayatollah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Darbare-ye Shakhsiyat-e Imam Khomeini ra, Rahbar-e Kabir-e Engqhelab Eslami, Entesharat Enqelab Eslami, 1391 HS, Tehran, cetakan pertama.



[1] . QS. al-Fath: 29, ÔÇ£Orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.ÔÇØ

Read 1970 times