Falsafah Penciptaan dalam Pandangan Al-Quran dan Hadist

Rate this item
(0 votes)
Falsafah Penciptaan dalam Pandangan Al-Quran dan Hadist

Kita ketahui bahwa Allah swt menciptakan manusia memiliki tujuan ilahi, bukan untuk bermain, senda gurau atau hal sia- sia lainnya.

Allah Swt berfirman dalam surat Mukminun ayat 115, Al-Alaq ayat 8, Al-Insyiqaq ayat 6:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْناكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَ تُرْجَعُونَ، إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى، يَا أَيُّهَا الاِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلاقِيهِ.

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?, Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kalian akan kembali, Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.“

Jelas bahwa tujuan penciptaan manusia adalah agar mereka kelak kembali kesisi tuhannya. (Qaus Shu’ud) tentu banyak sekali ayat-ayat yang berkenaan dengan hakikat ini. Misalnya:

Allah Swt berfirman surat al-Kahfi ayat 110 dan surat Yunus ayat 7 :

مَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدَا، إِنَّ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ. أُولَئِكَ مَأْواهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

” Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.“

Tujuan penciptaan adalah pertemuan di Stasiun terkahir dengan pencipta kita Allah Swt. Untuk menuju Stasiun terakhir maka kita membutuhkan kendaraan untuk bisa sampai kepada tujuan akhir kita.

Lalu kendaraan apa yang harus kita naiki sehingga bisa sampai ketujuan?

Manusia untuk sampai kepada tujuan harus mengetahui dulu hakikat Dunia ini diciptakan untuk apa? Dunia diciptakan  untuk menempa manusia agar bisa bertemu  dengan sang penciptanya. Untuk itu dunia bukanlah Stasiun terakhir melainkan rute perjalanan yang memiliki muatan ujian, musibah, rasa sakit, lapar, haus dan aneka ujian lainnya, sebagai tempat  penempaan manusia agar bisa sampai kepada tujuan.

Allah swt berfirman surat al-Mulk ayat 2:

خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَياةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Jelas, segala sesuatu yang berhubungan dengan Dunia ini adalah untuk menguji manusia agar sampai di telaga pertemuan dengan Allah swt. Untuk sampai kepada sang maha sempurna, maka kita harus menaiki tangga demi tangga kesempurnaan itu dengan ujian dan musibah.

Untuk itu Allah swt sudah menyediakan Rel perjalanan untuk kita, tinggal pilih!! Jalan Kebaikan dan kesempurnaan yang diakhiri dengan pertemuan, atau jalan keburukan dan kesesatan yang diakhiri dengan keterasingan dan kesengsaraan.

Allah swt berfirman dalam Surat al-Insan ayat 3 dan Kahfi ayat 29:

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا، فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ.

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”

Al-Quran menamai jalan menuju kesempurnaan dan perjumpaan dengan Allah swt dengan “Jalan yang Lurus” (Shirat Al-Mustaqim). Jalan yang selalu kita ulang-ulang setiap hari ketika kita Shalat yaitu, “ Ya Allah ya tuhan kami, Tunjukilah kami Jalan yang lurus”!!!

Manusia selalu merasa yakin bahwa dirinya berada dijalan yang lurus, namun hakikatnya mereka sedang menjauhi jalan lurus tersebut. Semakin berjalan bukan semakin dekat, melainkan semakin jauh.

Untuk itu kita harus tahu, bagaimana kita menapaki dengan benar jalan yang lurus tersebut?

Allah Swt pencipta kita memerintahkan kita untuk berjalan dijalan yang lurus, maka mustahil secara logika tidak menjelaskan metode yang benar kepada kita cara berjalan dijalan yang lurus tersebut.

Allah swt berfirman dalam surat Al-Imran 31 dan surat Al-Ahzab 21:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ، لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Jalan keselamatan dan menapaki setapak demi setapak jalan yang lurus tidak lain adalah mengikuti Rasulullah saww dan mengikuti perintahnya serta meninggalkan segala larangannya.

Allah Swt berfirman surat Al-Hasyr ayat 7 dan surat al-Najm ayat 3:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا، وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى.

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).“

Rasulullah saww telah menentukan jalan keselamatan dan jalan yang lurus itu dengan mengikuti Al-Quran dan Ahlul Bayt-nya.

Rasululla saww bersabda,

إنّي تركت فيكم ما إن تمسّكتم به لن تضلّوا بعدي، كتاب الله حبلٌ ممدود من السماء إلى الأرض، وعترتي أهل بيتي، ولن يفترقا حتّى يردا عليّ الحوض.

Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian, jika kalian memegangnya erat-erat, maka kalian tidak akan pernah tersesat sepeninggalku. Kitab Allah tali yang membentang dari langit ke bumi, dan Ahlul-baytku . Karena seseungguhnya keduanya tidak akan pernah terpisah hingga bertemu denganku di Al-haudh kelak.

Hadist diatas sudah dibahas diberbagai macam buku dan kitab, baik secara matan maupun sanad. Hadis Tsaqalain sudah mencapai derajat mutawatir dan diriwayatkan oleh 100 lebih dari sahabat Rasulullah saww.

 

Jalan lurus dan keselamatan untuk mencapai kesempurnaan hingga kelak bertemu dengan Tuhan itu adalah dengan mengenal dan mengikuti Hujjah Allah Swt  disetiap zaman.

Ketika kita mengenal Hujjah Allah swt setiap zaman, maka kita sedang berjalan dijalan yang di inginkan Allah swt yaitu jalan yang lurus.

Imam Sajjad as berkata,

نحن أبواب الله ونحن الصراط المستقيم

Kamilah Pintu-pintu Allah swt dan kami pulalah Jalan yang lurus itu (Tafsir Mizan Allamah Thaba’thabai)

Benar!! Sebagaimana sebagian kaum muslimin gembar-gemborkan bahwa Al-quran adalah petunjuk. Namun petunjuk yang bisu, didalamnya terkandung tafsir,takwil, Umum, khusus, muhkamat dan mutasyabihat. Membutuhkan penjelas dan pengajar yang mampu menjelaskan seratus persen makna Al-Quran. Amirul mukminin Ali as meng-istilahi dengan “Quran berjalan”.

Imam Ali as berkata,

ذلك الكتاب الصامت وأنا الكتاب الناطق

AL-Quran adalah Kitab yang bisu, sedangkan aku adalah Al-quran yang berbicara dan berjalan. (Bihar al-Anwar juz.39 hal.272)

Untuk itu, perkataan “cukup bagi kami Kitabullah” adalah kesalahan fatal dalam mengikuti Jalan yang lurus, karena itu bukan apa yang diinginkan Allah swt dan Rasulullah saww, melainkan hanya ijtihad pribadi yang tidak sesuai dengan Nash.

Setelah Allah dan Rasul saww menunjuki kita jalan yang lurus, maka pilihan ada pada diri kita sekarang. Mengikuti apa yang diperintahkan, maka kita akan sampai kepada tujuan yaitu bertemu dengan Allah swt di stasiun terakhir. Atau kita meninggalkan mereka, maka kita tergolong orang yang dimurkai (Maghdubi) dan orang yang tersesat (Dhallin).

[Abu Syirin Al-Hasan]

Read 2724 times