Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein (1)

Rate this item
(1 Vote)
Manifestasi Al-Quran dalam Kebangkitan Imam Husein (1)

Peristiwa Karbala merupakan salah satu revolusi unik yang sulit dicarikan bandingannya dalam sejarah. Meskipun harus ditebus dengan kesyahidan beliau dan keluarga serta pengikutnya, tapi perjuangan Imam Husein berhasil membongkar kebohongan propaganda rezim lalim yang berlindung di balik nama Islam.

Salah satu parameter untuk menilai benar atau tidaknya perjuangan Imam Husein adalah al-Quran sebagai sumber ajaran Islam. Al-Quran dan Ahlul Bait merupakan dua manifestasi dari sebuah hakikat. Satu sisi menunjukkan rahmat, dan kecintaan Allah swt. Di sisi lain, menunjukkan hidayat Allah swt kepada umat manusia.

Imam Husein adalah salah satu manifestasi dari manusia unggul tersebut yang memiliki hubungan cinta dengan Sang Pencipta, dan yang kehidupannya terikat dengan al-Quran. Imam Husein mendapat bimbingan langsung Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah dan Imam Ali bin Abi Thalib.

Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Sejak usia dini beliau telah mengenal dan mempelajari al-Quran. Rasulullah Saw dalam hadis terkenal Tsaqalain, menyebut Ahlul Bait-nya dan al-Quran saling terikat dan bersabda: "Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka : kitab Allah (al-Quran) dan itrahku (Ahlul Bait) dan keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiku di telaga surga."

Mengingat Ahlul Bait memiliki hubungan yang sedemikian kuat dengan al-Quran, maka tafsir al-Quran juga harus dicari dalam ucapan dan amal mereka, karena khazanah kemuliaan dan keutamaan al-Quran tersimpan dalam wujud mereka.

Di kalangan para Imam dan Aulia Allah, Imam Husein merupakan manifestasi dari harga diri, kebebasan, kepemimpinan, jihad dan kesyahidan. Nilai-nilai tersebut dijalankan Imam Husein dengan bersandar kepada Al Quran dan contoh terbaik orang yang menjalankan Al-Quran, yaitu Rasulullah Saw.

Meskipun masih kecil ketika itu, Imam Husein selama enam tahun hidup bersama Rasulullah Saw dan mendapatkan bimbingan langsung dari beliau.

Tidak hanya itu, ayahnya, Imam Ali adalah murid sekaligus sahabat paling setia Rasulullah Saw. dan Ibunya, Sayidah Fatimah adalah puteri Rasulullah saw. Kehadiran orang-orang besar yang tidak pernah terpisah dari Al-Quran ini di sekitar Imam Husein membimbing jalan hidup beliau.

Imam Husein memahami dengan baik al-Quran yang menjadi samudera keagungan ilmu dan pengetahuan, sekaligus petunjuk kehidupan umat manusia.

Mengenai masalah ini, Imam Husein berkata, "Kitab ilahi terdiri dari empat isi: teks, rumus dan simbol, anugerah dan hakikat. Teks kalimat untuk masyarakat umum. Rumus dan simbol untuk hamba Allah khusus. Anugerah kelembutan untuk aulia Allah. Sedangkat hakikat untuk para Nabi,".

Puncak dari kebangkitan Imam Husein adalah peristiwa Asyura yang terjadi pada 61 Hijriah. Peristiwa besar tersebut menjadi perhatian besar para ulama dan pemikir besar dunia. Berbagai karya telah dihasilkan. Tidak hanya buku, tapi juga karya seni dengan media yang beraneka ragam.

Dari sekian banyak analisis mengenai perjuangan Imam Husein di Karbala, salah satunya menyoroti masalah hubungan al-Quran dengan perjuangan Imam Husein.

Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Perjalanan hidup Imam Husein berhubungan erat dengan al-Quran sehingga pada detik-detik akhir hidupnya di padang gersang Karbala, beliau tetap memberikan nasehat dengan ayat-ayat al-Quran. Bahkan, beliau menunjukkan kepada pasukan Yazid tentang akibat yang akan mereka alami dengan membacakan ayat-ayat ilahi.

Setelah kematian Muawiyah, Imam Husein ditekan oleh penguasa Madinah untuk berbaiat kepada Yazid. Di hadapan tekanan tersebut dan dalam menjawab tuntutan penguasa Madinah, Imam Husein menyebut dirinya dan Ahlul Bait sebagai khazanah risalah dan imamah, serta menyebut Yazid sebagai orang yang fasiq. Kemudian kepada penguasa Madinah, Imam Husein as berkata, "Dia adalah orang yang fasiq, lalu bagaimana mungkin aku berbaiat kepadanya?"

Menghadapi tekanan penguasa Madinah, Imam Husein kemudian berkata, "Aku dari keluarga suci sebagaimana Allah telah menurunkan ayat tentang mereka kepada Rasulnya: Sesungguhnya Allah berkehendak melenyapkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya." (al-Ahzab ayat 33)

Imam Husein tetap menghadapi tekanan dari penguasa Madinah dan akhirnya beliau bersama rombongan keluarganya keluar dari Madinah menuju Mekkah selain untuk menunaikan haji juga untuk menghindari bahaya.

Ketika itu Imam Husein membacakan ayat 21 surat al-Qasas: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu." Doa inilah yang dibaca Nabi Musa ketika terbebas dari cengkeraman Firaun.

Setibanya di Mekah, Imam Husein kembali mengucapkan doa yang juga diucapkan oleh Nabi Musa dan disebutkan dalam al-Quran: Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): "Semoga Tuhanku membimbingku ke jalan yang benar".

Pembacaan ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Imam Husein di masanya sama seperti Nabi Musa, sendirian dan menghadapi ancaman dari pemerintah zalim, juga menunjukkan puncak ketidakpedulian umat Islam saat itu dalam mendukung Ahlul Bait Nabi.

Imam Husein yang tidak dapat menerima kezaliman dan kesewenang-wenangan Yazid serta pendistorsian hukum dan sunnah Islam oleh manusia fasiq itu, memutuskan untuk menyadarkan para pemimpin kabilah Arab. Beliau di Mekkah menulis dua surat untuk warga Basrah dan Kufah.

Tulisan al-Quran yang dinisbatkan pada Imam Husein as
Kepada warga Basrah beliau menulis, "Sesungguhnya Rasulllah Saw telah diutus untuk kalian dengan al-Quran dan aku menyeru kalian kepada al-Quran dan sunnah Rasul Saw karena mereka telah menyimpangkan sunnah dan menghidupkan kembali bid'ah! Jika kalian mengikutiku, maka aku akan membimbing kalian ke jalan kebahagiaan dan kebebasan."

Kepada warga Kufah, Imam Husein menulis, "... bukan pemimpin kecuali jika seseorang yang mengamalkan kitab Allah Swt (al-Quran), menegakkan keadilan, menjadikan kebenaran sebagai pilar hukum masyarakat dan menjaga dirinya tetap berada di jalan lurus Allah Swt."

Imam Husein datang ke Karbala menentang Yazid yang lalim, tidak lain dari perjuangannya untuk menegakkan nilai-nilai al-Quran.

Read 1505 times