Nasib Musuh Imam Husein as: Asma Kharijah

Rate this item
(0 votes)

9. Asma Kharijah

Asma Kharijah merupakan bangsawan dan orang kaya Kufah serta tokoh dari kabilah Qais.

Sumber-sumber sejarah menyebutnya sebagai pribadi yang punya pengaruh dan pendukung Bani Umayah. Begitu getolnya ia mendukung Bani Umayah sehingga secara terang-terangan banyak orang yang menyebutnya Umawi al-Hawa, penyembah Umayah. Asma Kharijah memiliki posisi khusus di istana para khalifah yang sezaman dengannya. Bahkan ia termasuk orang dekat istana, pemberani dan orang Arab yang dermawan. Biasanya ia menjadi pelaksana wali kota dan sering mengintervensi peristiwa yang terjadi.

Ayahnya Kharijah bin Hishn dari kabilah Bani Fazarah. Ia bersama sejumlah tokoh kabilahnya memilih Islam dan mendatangi Rasulullah Saw pasca Perang Tabuk. Pamannya Ainiyah bin Hishn merupakan tokoh dan seorang pemberani Arab yang terkenal permusuhannya dengan Nabi Muhammad Saw, tapi di peristiwa Fathu Makkah, ia menemui Rasulullah Saw dan memeluk Islam. Sementara anaknya Hindun, suami Ubaidillah bin Ziyad yang kemudian menikah dengan Basyar bin Marwan dan setelah itu dengan Yusuf Tsaqafi. Tiga kali kawin membuatnya terkenal.

Asma Kharijah sendiri dari keluarga ibu Hasan al-Mutsanna, anak Imam Hasan Mujtaba dan menantu Imam Husein as. Berdasarkan bukti-bukti yang ada ia lahir sekitar tahun kedua Hijrah, tapi peristiwa kehidupannya hingga tahun 51 Hq tidak tercatat dalam sejarah.

Di tahun 51 Hq di masa Muawiyah, lewat perintah Ziyad bersama beberapa orang pembesar Kufah memfitnah Hijr bin Adi, sahabat dekat Imam Ali as. Mereka bersaksi akan kafirnya Hijr bin Ad di hadapan Muawiyah yang membuat Muawiyah membunuh Hijr bin Adi bersama anak dan sahabatnya.

Ketika Hindun, anaknya menikah dengan Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Irak, Asma berkuasa di Basrah. Jabatannya di Basrah dengan sendirinya menunjukkan posisinya dan keluarganya di Kufah. Dalam penjelasan peristiwa Irak, ketika Imam Husein as bangkit, nama Asma tidak terlihat, sekalipun ia sendiri Syiah, tapi ia termasuk sahabat dekat Ubaidillah bin Ziyad dan termasuk pelaku kejahatan di Karbala. Ia menjadi penyebab terbunuhnya Hani bin Urwah dan Muslim bin Aqil. Hanya sedikit sumber-sumber sejarah yang menulis namanya sebagai seorang yang mengundang Imam Husein as ke Kufah. Kebanyakan sumber sejarah justru tidak mencatat kehadirannya di Karbala.

Menurut penukilan seluruh sejarawan, tahun 60 Hq dalam peristiwa penangkapan Hani bin Urwah Muradi, Asma bersama Muhammad bin Asy'ats ditugaskan untuk melakukan pekerjaan ini tapi setelah itu ia memrotes perilaku Ibnu Ziyad terhadap Hani. Akibat protesnya itu ia dihukum. Peristiwa ini terjadi mendekati peristiwa Karbala.

Beberapa waktu sebelum terjadinya peristiwa Karbala, Asma Kharijah telah memperingatkan Mukhtar at-Tsaqafi soal penentangannya terhadap Ibnu Ziyad, tapi Mukhtar melontarkan kata-kata buruk kepada Ibnu Ziyad, sehingga ia ditangkap dan dipenjarakan atas perintah Ibnu Ziyad.

Pasca syahadah Imam Husein as di hari Asyura dan keluarganya ditawan, Hasan al-Mutsanna juga ikut tertawan. Asma Kharijah yang masih punya hubungan keluarga lewat ibu dengan Hasan al-Mutsanna membawanya keluar dari rombongan tawasanan dan berkata, "Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan anak Khulah, ibu Hasan al-Mutsanna dan masih dari kabilah yang sama dengan Asma, mengalami kesulitan." Ia lalu memerintah Umar bin Saad untuk menyerahkan Hasan kepadanya.

Berdasarkan penukilan sebagian sumber, Hasan al-Mutsanna menderita luka di sekujur badannya dan Asma mengobatinya selama di Kufah. Setelah sembuh, ia mengirimkan Hasan ke kota Madinah kepada keluarnya.

Pada tahun 67 Hq, ketika Mukhtar at-Tsaqafi bangkit menuntut balas pembantaian Imam Husein as dan syuhada Karbala, ia berhasil menguasai Kubah. Mukhtar mengepung Abdullah bin Muthi' di Dar al-Imarah. Pada waktu itu, Asma bersamanya. Asma mendorong Abdullah bin Muthi' meminta surat perlindungan bagi dirinya dan tokoh-tokoh Kufah. Dalam serangan yang dimulai dari Arqah ke kota Kufah, Asma dan Syabat bin Rabi' mencegah Ibrahim bin Asytar memerangi Khawarij atas dasar dengki.

Dengan mencermati masalah ini dan hubungan akrab antara Asma dan Ubaidillah bin Ziyad, Mukhtar mengeluarkan perintah untuk merusak rumah Asma. Akibatnya ia lari ke gurun pasir dan bergabung dengan keluarganya. Di sebagian penukilan disebutkan, Asma pergi ke Syam dan rumahnya dirusakkan atas perintah Mukhtar.

Setelah Abdul Malik bin Marwan, pasca meninggalnya Yazid, ia menjadi penguasa kota Syam, menang melawan Mush'ab bin Zubair, saudara Abdullah bin Zubair, penguasa Basrah dan setelah ia memasuki kota Kufah, Asma Kharijah beranggapan Hamid bin Harits Kalbi ingin memrotes kekayaan Bani Fazarah. Masalah ini menyebabkan terjadinya perang antara Bani Qais dan Bani Kalb yang dikenal dengan perang Yaum Nabat Qain. Seorang anak laki-lakinya bernama Ainiyah ikut dalam perang ini.

Sebagian sumber mengutip sejumlah pertemuan yang dilakukan Asma dengan Abdul Malik bin Marwan. Di tempat lain disebutkan ia ikut hadir dalam pertemuan-pertemuan Hajjaj bin Yusuf Tsaqafi.

Nama Asma terkadang disebut dalam golongan Tabi'in yang menukil hadis dari Ali bin Abi Thalib as dan Abdullah Masud.

Sebagian sejarawan bahkan menisbatkan sejumlah ucapan hikmah kepadanya. Ibnu Nadim menukil adanya buku bernama "Asma bin Kharijah al-Fazari" tapi sudah musnah. Sebagian penyair seperti Farazdaq menganggapnya sebagai seorang tokoh dan dermawan. Kedermawanannya dikenal di Kufah. Farazdaq mengingatnya sebagai orang baik, pasca kematian Hajjaj bin Yusuf.

Asma Kharijah memiliki anak bernama Malik bin Asma yang menjadi tokoh di kabilahnya. Ia sempat menjadi penguasa kota Isfahan di masa Hajjaj bin Yusuf, tapi ia akhirnya dipenjara akibat pengkhianatan dalam masalah harta. Hassan bin Asma, anak lain Asma Kharijah yang menurut kutipan Thabari disebutkan ia ikut dalam penangkapan Hani bin Urwah. Sementara Ainiah, anak Asma yang lain di masa kebangkitan Mukhtar merupakan anggota pasukan Ubaidillah bin ziyad. Hindun merupakan putrinya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebagian sumber menyebut Aflah bin Malik sebagai cucunya yang menjadi tokoh Khorasan dan berteman dengan Abu Muslim Khorasani.

Dalam sejarah tidak disebutkan tanggal kematian Asma Kharijah.

Ada perbedaan mengenai tahun kematian Asma. Dan perbedaan itu dimulai dari tahun 66 Hq (685) hingga tahun 82 Hq (701). Hal penting yang patut diperhatikan, bersamaan dengan masa kehidupannya, Asma bin Haritsah Salami merupakan sahabat Nabi Muhammad Saw meninggal tahun 66 Hq. Ada pribadi lain bernama Asma bin Hakam Fazari yang meninggal di Perang Shiffin dan merupakan sahabat Imam Ali as. Ia disebutkan juga meriwayatkan dari Imam Ali as. Oleh karenanya, tidak jauh bila disebutkan bahwa nama Asma ini terkadang tercampur aduk dengan dua nama lain dalam sumber-sumber sejarah, baik yang sebelum atau sesudahnya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber:

1. Dairah al-Maarif Bozourg-e Eslami dengan mengutip dari Thavari, Abu al-Faraj Isfahani, Ibnu Asakir, Ibnu Abi Hatim, Jahizh dan sumber-sumber lainnya.

2. Farhang Ashoura.

3. Nafas al-Mahmum.

4. Maarif wa Maariif.

Read 2429 times