کمالوندی

کمالوندی

Topik-topik yang akan disampaikan, dari lisan sebuah tetesan yang ingin menjelaskan tentang samudera yang luas.

Imam Khomeini adalah fakih dan marji’ yang paling pandai. Pada saat yang sama beliau juga seorang filsuf. Namun bukan filsuf yang bersandar pada prinsip orang lain. Tapi seorang filsuf yang memiliki dasar ijtihad dan filsafat.

Imam menjelaskan tiga pembahasan tafsir. Kita tidak memiliki usaha sekuat usaha beliau dalam pembahasan tafsir. Beliau menjelaskan poin-poin filsafat yang sampai di dunia. Surat penghargaan sampai ke Qom dari seluruh penjuru dunia dan para filsuf dunia telah mengakui pendapat-pendapat baru Imam. Imam sendiri telah mewujudkan gerakan baru di dunia, berbeda dengan filsafat-filsafat yang ada. Almarhum Haj Agha Mostafa meski hanya sebentar belajar kepada beliau, tapi dikenal sebagai seorang filsuf.

---

Sebagian orang yang dengki atau yang tidak tahu, mengatakan bahwa Imam Khomeini sampai pada tanggal 15 Khordad tidak berkecimpung dalam urusan politik dan masyarakatlah yang menyeretnya ke dalam masalah ini. Padahal orang-orang yang bersama Imam Khomeini tahu bahwa sejak beliau belajar di hauzah dan belajar kepada almarhum Ayatullah Hairi Yazdi atau di masa Ayatullah Boroujerdi, memiliki banyak perbedaan pendapat dengan mereka dalam urusan politik. Namun beliau tidak menyampaikan masalah  ini di hadapan opini umum demi menjaga persatuan Islam. Karena adanya kemungkinan hancurnya persatuan masyarakat Islam.

Imam Khomeini tidak pernah meninggalkan salat tahajjud. Dalam kondisi sakit, sehat, di penjara, saat bebas, dalam pengasingan, bahkan di atas tempat tidur rumah sakit jantung, beliau tetap mengerjakan salat tahajjudnya.

Ketika beliau sakit di Qom, dan atas perintah dokter, beliau dibawa ke Tehran. Pada waktu itu hawa sangat dingin dan hujan salju, dan jalan-jalan mengalami pembekuan. Imam berjam-jam berada di dalam mobil ambulance dan setelah dipindahkan ke rumah sakit jantung, beliau tetap tidak meninggalkan salat tahajjudnya.

Suatu malam ketika datang dari Paris ke Tehran, semua yang ada di dalam pesawat tidur, dan hanya Imam Khomeini yang mengerjakan salat tahajjud di bagian tingkat atas pesawat.

Sebagian Pasdaran di Qom menceritakan bahwa kadang-kadang saat Imam Khomeini tidak tidur malam untuk mengerjakan salat tahajjud, beliau menanyakan kondisi mereka.

Suatu hari Imam Khomeini berkata:

“Kesinilah! Ringkesi karpet ini. Karena di atas karpet ini ada gambar binatang dan mengerjakan salat di dalam sebuah ruangan yang ada gambarnya manusia atau binatang hukumnya makruh.”

Masalah ini menunjukkan kesensitifan beliau terhadap masalah agama.

---

Imam Khomeini ra
Imam Khomeini berada di Najaf selama tiga belas tahun dan beliau secara rutin membaca ziarah Jamiah Kabirah. Di malam-malam hari, selain saat pergi ke Karbala atau benar-benar sakit, sehingga tidak bisa keluar dari rumah, setiap malam pada jam tertentu, beliau pergi ke makam Imam Ali as dan membaca ziarah Jamiah Kabirah. Ziarah yang paling sedikit membutuhkan waktu satu jam. Tapi seseorang merasa bahwa dia benar-benar berada di hadapan para imam maksum as dan menyampaikan hak mereka dan pada hakikatnya adalah satu putaran pelajaran mengenal imam.

Kecintaan Imam Khomeini kepada Ahlul Bait Rasulullah Saw tidak bisa dijelaskan. Imam Khomeini adalah pecinta mereka. Seorang pecinta yang begitu mendengar suara “Ya Husein” dengan sendirinya air matanya mengalir. Begitu seorang pembaca kidung Ahlul Bait mengatakan, “Assalamu Alaika Ya Aba Abdillah” tetesan air mata mengalir dari matanya dan ini adalah kecintaan yang tidak sedikit.

Suatu hari adalah hari syahadahnya Sayidah fathimah as, Imam Khomeini diminta untuk ikut hadir acara bersama para staf kantornya. Ketika Imam Khomeini datang dan duduk, begitu salah satu staf kantor membaca kidung duka, Imam Khomeini menangis dengan suara keras. Sehingga staf itu sebentar saja membacanya demi menjaga kondisi Imam. Tapi air mata Imam Khomeini senantiasa mengalir di pipinya. Meski dunia menafsirkan tangisan Imam dengan beragam tafsiran, tapi beliau tidak malu-malu menangis, bahkan di depan kamera tetap menangis untuk Aba Abdillah.

---

Suatu hari salah seorang rohani di madrasah Refah berkata kepada Imam Khomeini, “Mengapa Anda tidak banyak menyebut Imam Zaman af dalam pidato Anda?”

Imam Khomeini bangkit dan berkata:

“Apa yang Anda katakan? Apakah Anda tidak tahu bahwa apa yang kita miliki adalah dari Imam Zaman af. Apa yang saya miliki adalah dari Imam Zaman af dan apa yang kita miliki dari revolusi adalah dari Imam Zaman af?” (Emi Nur Hayati)

Dikutip dari penuturan Hujjatul Islam Wal Muslimin Mohammad Ali Anshari Kermani

Sumber: Pa be Pa-ye Aftab II; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh

Senin, 04 Desember 2017 15:17

Dalam Pencarian Pemimpin Yang Pandai

Buraihah adalah ulama Kristen yang berusia tujuh puluh tahun di masa Imam Shadiq as dan menjadi kebanggaan umat Kristiani.

Sudah lama keyakinannya tentang agama Kristen telah melemah dan mencari agama yang benar. Dia juga melakukan dialog dan pembahasan dengan banyak orang muslim. Dia punya istri yang senantiasa menjadi curahan hatinya tentang masalah agama. Namun dengan semua itu dia belum menemukan hasilnya. Sampai ketika para pengikut keluarga Rasulullah Saw mengenalkan Hisyam bin Hakam; salah satu murid hebat dan ilmuwan Imam Shadiq as kepadanya.

Suatu hari Buraihah pergi ke toko Hisyam di Kufah bersama orang-orang Kristen. Mereka melihat Hisyam sedang mengajar al-Quran kepada murid-muridnya. Buraihah berkata kepada Hisyam, “Saya telah melakukan dialog dan pembahasan dengan semua ilmuwan dan teolog Islam. Tapi saya belum menemukan hasilnya. Sekarang saya datang untuk berdialog denganmu.”

Hisyam sambil tertawa sambil berkata kepadanya, “Bila engkau mengharapkan mukjizatku seperti mukjizatnya Nabi Isa as, maka aku tidak punya.”

Kemudian dia bertanya tentang Islam kepada Hisyam dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Lalu Hisyam bertanya kepadanya tentang agama Kristen tetapi dia tidak bisa menjawab. Akhirnya Buraihah malu dan para jemaahnya menyampaikan rasa penyesalannya. Akhirnya mereka meninggalkannya.

Buraihah kembali ke rumahnya dan menceritakan kejadian pertemuannya dengan Hisyam kepada istrinya.

Sang istri berkata, “Bila engkau sedang mencari agama yang benar, maka jangan sedih. Di mana saja engkau melihat kebenaran, maka terimalah. Jangan keras kepala di jalan ini." Buraihah menerima ucapan istrinya dan pada hari yang lain dia kembali lagi menemui Hisyam dan berkata, “Apakah engkau punya seorang guru dan pemimpin?”

Hisyam berkata, “Iya.”

Buraihah berkata, “Siapakah dia dan berada di mana dan bagaimana kondisinya?”

Hisyam menceritakan sedikit tentang ras, kemaksuman, ilmu, kedermawanan dan keberanian Imam Shadiq as. Kemudian berkata:

“Hai Buraihah! Allah menetapkan setiap hujjah untuk masyarakat pada masa-masa yang lalu dan Dia juga menetapkannya untuk masyarakat di masa pertengahan dan masa terakhir. Hujjah Allah dan agama-Nya tidak akan pernah hilang.”

Buraihah berkata, “Engkau benar.” Kemudian Buraihah bersama istrinya dan Hisyam pergi ke Madinah untuk menemui Imam Shadiq as.

Hisyam bersama Buraihah dan istrinya menempuh jarak yang panjang antara Kufah dan Madinah. Mereka datang ke rumah Imam Shadiq as untuk menemui Imam Shadiq as. Di sana mereka bertemu Imam Kazhim as putranya Imam Shadiq as yang pada waktu itu usianya tidak sampai dua puluh tahun.

Hisyam menceritakan kisahnya dengan Buraihah kepada Imam Kazhim as. Pada saat itu Imam Kazhim as berkata kepada Buraihah:

“Sejauh apa engkau mengenal kitab [injil]mu?”

Buraihah berkata, “Saya mengenalnya.”

Imam Kazhim as berkata, “Sebatas apa engkau mengetahui maknanya?”

Buraihah berkata, “Saya mengetahuinya dengan baik dan saya meyakininya.”

Kemudian Imam Kazhim membaca sebagian dari isinya kitab Injil. Buraihah begitu terpengaruh oleh bacaan injil Imam dan pada saat itu juga dia beriman dan berkata, “Sudah lima puluh tahun saya telah mencari-cari Anda atau orang yang seperti Anda.”

Berbicara Dalam Ayunan

Ya’qub Sarraj berkata, “Saya datang menemui Imam Shadiq as. Saya melihat beliau sedang berdiri di dekat ayunan putranya; Musa as. Musa yang berada di dalam ayunan berbicara dengan beliau. Setelah pembicaraan keduanya selesai, saya mendekati Imam Shadiq as dan beliau berkata kepada saya, “Pergi dekatilah maulamu [yang ada di dalam ayunan] dan ucapkan salam kepadanya.”

Saya mendekati ayunan dan mengucapkan salam. Musa bin Jakfar yang pada saat itu masih kecil dan berada di dalam ayunan, menjawab ucapan salam saya dengan fasih dan berkata kepada saya, “Pergilah dan gantilah nama yang kemarin engkau tetapkan untuk putrimu. Kemudian datanglah kepadaku. Karena Allah menilai tidak  bagus nama ini.” (Ya’qub mengatakan, Allah telah menganugerahi saya seorang anak perempun dan saya namakan dia dengan nama Humaira.)

Imam Shadiq as berkata kepada saya, “Pergilah dan kerjakan perintahnya [Musa] supaya engkau mendapatkan hidayah.”

Sayapun pergi dan mengganti nama anak perempuan saya. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as

Senin, 04 Desember 2017 15:14

Individu dan Masyarakat dalam Islam

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti yang nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat mengakkan keadilan (QS 57; 25)

Oleh: M. Ma’ruf, Direktur-Religious Democracy Institute

Muthahhari dalam buku Inna ad –Din ‘inda Allah al-Islam, mengawali dengan ayat Al-Quran (QS 57; 25) untuk membangun argumentasi definisi keadilan dan sanggahan relatifitas keadilan. Pada bagian akhir tulisan, beliau menyimpulkan;

“Dasar keadilan adalah hak-hak nyata dan punya realitas. Keadilan bukanlah persamaan. Keadilan juga bukan keseimbangan yang tidak bertumpu pada hak. Akan tetapi keadilan bertumpu pada hak yang mempunyai realitas dan fitrah. Individu mempunyai hak, masyarakat juga mempunyai hak. Keadilan berawal dari usaha memberi hak pada individu yang memang berhak menerimanya. Keadilan berarti menjaga dan memelihara hak-hak itu. Karena itu pada setiap zaman keadilan adalah suatu realitas yang tidak lebih dari satu. Pernyataan keadilan adalah i’tibari adalah salah belaka.”

Muthahhari berpendapat, keadilan berarti keseimbangan dalam masyarakat. Tercipta dengan cara menjaga hak-hak individu dan masyarakat. Hak dan kewajiban individu dan masyarakat bersifat timbal balik. Hanya saja hak tidaklah bersifat timbal balik bagi Allah. Karena hak yang dimiliki Allah atas mahkluknya  berbeda dari hak yang dimiliki seseorang atas orang lain. Tidak ada seorangpun punya hak atas Allah, sedangkan manusia hanya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab pada Allah.

Imam Ali berkata, sekiranya ada zat yang hanya berlaku haknya atas orang lain, dan tidak punya kewajiban pada orang lain, maka zat itu hanya Allah (Najh al-Balaghah 214). Imam Ali juga mengatakan, sebagai pemimpin kalian, aku punya hak atas kalian, begitu juga sebagai rakyat, kalian punya hak atas diriku. (Najh al-Balaghah, khutbah 214).

Nahjul Balaghah
Oleh karena itu, salah jika dikatakan hanya pemipin sajalah yang memiliki hak atas rakyat. Menurut Imam Ali, hukum bersifat universal mencakup pemimpin dan rakyat. Hukum bersifat timbal balik dan dua arah. Urusan pemimpin tidak akan terlaksana  tanpa keteguhan rakyat, dan urusan rakyat tidak akan terlaksana tanpa keteguhan pemimpin.

Individu dan Masyarakat

Berkenaan dengan relasi individu dan mayarakat, Muthahhari berpendapat bahwa relasi antara individu dan masyarakat dekat dengan pengertian asimilasi bukan kombinasi. Kombinasi memiliki pengertian kumpulan beberapa hal yang diletakkan satu disamping lainya, tidak lebih dari itu. Seperti campuran kacang kedelai dan kacang  adas, keduanya tetap dalam keadaan masing-masing meski dicampur. Seperti halnya udara, campuran antara oksigen dan ozon.

Namun berbeda dengan pengertian asimilasi, jika dua atau tiga unsur berbeda dicampur maka hasilnya saling mendekat dan memberi pengaruh sehingga menghasilkan unsur baru, menjadi perpaduan unsur kedua dan ketiga. Seperti juga air merupakan senyawa dua unsur gas, oksigen dan hidrogen yang melahirkan unsur yang berbeda dari  dua unsur asalnya.

Analogi lain, seperti ribuan batu dalam posisi saling berdekatan di padang pasir selama ratusan tahun, batu-batu tersebut tidak akan saling mempengaruhi. Begitu juga dengan ketika kita menanam ribuan pohon di hutan. Masing-masing pohon-pohon itu hanya berurusan dengan air, udara dan cahaya. Sementara manusia dan masyarakat memiliki emosi, keyakinan dan pikiran yang saling mengambil kepribadian satu sama lain. Masyarakat bukan hanya campuran melainkan asimilasi yang kuat sebagaimana air. Individu dan masyarakat saling mempengaruhi.

Hakekat sebuah kumpulan yang disebut masyarakat itu adalah satu. Masyarakat punya umur dan ruh. Masyarakat juga memiliki kepribadian.  Al-Quran mengatakan; Tiap-tiap umat mempunya ajal.  Bila telah datang ajalnya, maka mereka tidak akan mengendurkanya barang sesaatpun dan juga tidak memajukanya barang sesaatpun. (QS; 7;340

Al-Quran
Dengan demikian terdapat hubungan yang bersifat alamiah antara individu, masyarakat, hak dan kewajiban, pemenuhan keadilan yang bertumpu pada hak yang mempunyai realitas dan fitrah.   Basis keadilan yang diperjuangkan dalam Islam tidak bertumpu pada fokus realitas individu (individualisme dalam liberalisme), sehingga masyarakat yang bersifat iktibariyah hanya kumpulan individu. Juga bukan fokus pada masyarakat sebagai realitas hakiki (komunisme) dengan menafikkan realitas individu.

Islam menganggap baik individu dan masyarakat sebagai realitas hakiki bukan iktibari, keduanya saling mempengaruhi dibawah relasi dengan Tuhan sebagi sumber fitrah. Pemenuhan hak dan kewajiban timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, individu dengan pemimpin, masyarakat dengan pemimpin-semuanya dalam rangka menjalankan kewajiban kepada Allah. Baik individu dan masyarakat, mau tidak mau, dalam gerak sejarahnya kembali kepada Allah. Semakin sempurna pergerakanya maka semakin bertauhid.

Hak dan kewajiban individu dan masyarakat serta pemenuhan keadilan di dunia berkaitan erat dengan kehidupan akherat. Maka dapat disimpulkan bahwa baik liberalisme dan komunisme, dapat beririsan dengan Islam sejauh terpenuhinya keadilan di dunia, meski pandangan dunia kedunya saling menafikan. Akan tetapi pemikiran Islam jauh lebih maju dalam usaha pemenuhan keadilan di dunia, karena berbasis pada timbangan keadilan akherat. Keadilan itu satu, ditopang oleh realitas hak dan kewajiban individu dan masyarakat yang hakiki sesuai dengan fitrahnya.

Menlu Jepang menekankan perlunya penekanan lebih tegas terhadap Korut untuk menghentikan uji coba rudalnya.

Taro Kono, Menlu Jepang menjelaskan bahwa Korut tidak menggubris tuntutan dunia internasional dan terus menguji senjatanya.

“Pyongyang telah membahayakan Kawasan dan dunia karena uji coba rudalnya” tambah Kono dalam wawancaranya dengan CNN.

Menurut Kono, untuk lepas dari bahaya Korut, harus diciptakan embargo baru yang mengikat lebih erat ekonomi Pyongyang.

“Menekan keras ekonomi Korut dapat menarik Korut ke meja perundingan” jelasnya.

Perlu diketahui bahwa, pada hari jumat kemarin, Presiden Korsel menyatakan bahwa Korsel dan AS tidak akan melakukan serangan senjata terhadap negara tetangganya tersebut.

Quebec, Berita Dunia – Dilansir dari Anatoli, Babak Barin, salah seorang hakim di Pengadilan Tinggi Propinsi Quebec, Kanada menangguhkan sebuah pasal undang-undang tentang pelarangan menggunakan penutup wajah secara penuh di tempat-tempat umum bagi warganya untuk sementara. Ia menganggap bahwa peraturan tersebut tidak sesuai dengan konstitusi dan diskrimitatif terhadap pemeluk agama Islam.

Hakim telah meminta kepada pemerintah untuk menetapkan pedoman yang jelas untuk mengesahkan undang-undang tersebut.

Sebagian wanita penduduk propinsi Quebec yang beragama Islam menggunakan Burqa, sebuah kain atau sejenisnya yang digunakan untuk menutupi wajah. Seperti di negara-negara besar Eropa pada umumnya seperti Perancis, Belgia, Belanda, Bulgaria dan Jerman, Kanada juga telah memberlakukan pelarangan menutupi wajah secara penuh di tempat-tempat umum. Meskipun berbagai lembaga HAM menganggap undang-undang tersebut sebagai bentuk Islamphobia.

Meski demikian, pemerintah Quebec sebelumnya mengklaim bahwa pemberlakuan undang-undang ini dimaksudkan untuk melakukan pemisahan antara politik dan kehidupan beragama serta bertujuan untuk menjaga keselamatan publik.

Menurut pengakuan pemerintah Quebec, penangguhan pasal tentang pelarangan penutupan wajah di tempat umum ini akan berlanjut hingga musim panas tahun 2018 mendatang.

Baghdad, Berita Dunia – Wakil Presiden Irak, Nouri Al-Maliki saat menanggapi pernyataan Emmanuel Macron, Presiden Perancis yang ditujukan kepada Irak mengatakan, “Undang-undang dasar Perancis tak memperbolehkan negara tersebut untuk ikut campur dalam urusan negara lain. Namun kami telah dikejutkan dengan pernyataan Presiden negara tersebut. Ia meminta kepada kami untuk membubarkan kelompok Hashd Shaabi.

Mantan Perdana Menteri Irak tersebut juga mengatakan, “Kami dengan tegas menolak campur tangan Perancis dalam hal ini. Tentunya hal itu merupakan bentuk intervensi masalah dalam negeri Irak dan melanggar hak kedaulatan negara ini dan bahkan bertentangan dengan undang-undang Perancis sendiri.”

Washington, Berita Dunia – Sekali lagi Donald Trump, Presiden AS, mengklaim bahwa ia akan tetap menang di Pemilu 2020.

Dinukil dari Bloomberg News dilaporkan bahwa Donald Trump terlihat sangat senang setelah melihat rancangan penurunan pajak dimenangkan di majelis Senat dan mengklaim bahwa di pemilu 2020 nanti dia tetap akan terpilih.

“Apakah Demokrat melantik orang yang tidak kita kenal? Namun di masa depan kita (Republik) tetap tidak akan terkalahkan. Kami tidak terkalahkan. Salah satu alasannya adalah hal-hal yang terjadi sekarang di pasar bisnis dan yang terjadi di sektor pekerjaan,” tegasnya.

Donald Trump menegaskan klaimnya ini setelah disetujuinya rancangan penurunan pajak di majelis Senat. Rancangan pajak tersebut disetujui oleh 51 anggota Senat, sedangkan 49 menyuarakan tidak setuju. Tidak ada satupun anggota Senat Demokrat yang menyetujui rancangan tersebut. Sedangkan dari partai Republik sendiri, hanya Bob Corker, ketua komite hubungan luar negeri Senat, yang tidak setuju.

Berdasarkan rancangan penurunan pajak versi Trump tersebut, nilai pajak perusahaan dari 35% turun menjadi 20%. Saat ini, majelis Senat harus menggabungkan rancangan ini dengan racangan yang telah disetujui sebelumnya oleh Dewan Perwakilan AS dan diakhir, harus diserahkan ke Presiden untuk ditandatangani.

Rancangan yang disetujui di Dewan Perwakilan dan Senat memiliki banyak perbedaan, namun dari segi penurunan nilai pajak, kedua-duanya sama yaitu dari 35% menjadi 20%.

Sejak periode kepresidenan Ronald Reagan, penurunan pajak periode ini termasuk penurunan yang paling tinggi. Para pengkritik Donald Trump yakin bahwa hal ini hanyalah menguntungkan orang kaya. Sedangkan yang miskin dan menengah akan menghadapi lebih banyak masalah.

Terdapat rintangan-rintangan dalam proses kemasyarakatan agama dan untuk mencapai tujuannya. Al-Quran telah menyebutkan rintangan-rintangan tersebut, diantaranya:

1. Kesombongan dan mengikuti hawa nafsu:

«أَ فَکُلَّما جاءَکُمْ رَسُولٌ بِما لا تَهْوى‏ أَنْفُسُکُمُ اسْتَکْبَرْتُمْ فَفَریقاً کَذَّبْتُمْ وَ فَریقاً تَقْتُلُون»

“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Qs Al-Baqarah [2]: 87)
Berdasarkan ayat ini, karena para pemimpin Yahudi merasa terancam kehidupan perekonomian mereka karena ajaran-ajaran dan ahkam para Nabi, maka mereka melawan perkataan para nabi dan tetap menuruti hawa nafsunya. Oleh itu, mereka memasang badan untuk memberontak, berlaku sombong dan merasa dirinya sangat besar. Mereka  menolak para nabi dan menilai bahwa para Nabi adalah orang-orang yang berdusta, bahkan sebagian mereka sampai membunuh nabi.

2. Bertahannya para penguasa dan orang-orang kaya

    وَ ما أَرْسَلْنا فی‏ قَرْیَةٍ مِنْ نَذیرٍ إِلاَّ قالَ مُتْرَفُوها إِنَّا بِما أُرْسِلْتُمْ بِهِ کافِرُون»

“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (Qs Saba [34]: 184)

3. Mengikuti bujuk rayu setan
«وَ ما أَرْسَلْنا فی‏ قَرْیَةٍ مِنْ نَذیرٍ إِلاَّ قالَ مُتْرَفُوها إِنَّا بِما أُرْسِلْتُمْ بِهِ کافِرُون»

“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.” (Qs Al-Nahl [16]: 63)

4. Keras kepala dan mencari-cari alasan:

    فَإِن کَذَّبُوکَ فَقَدْ کُذِّبَ رُسُلٌ مِّن قَبْلِکَ جَاءُوا بِالْبَیِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَالْکِتَابِ الْمُنِیر»ِ

 “Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.” (Qs Ali Imran [3]: 184)

Minggu, 22 Oktober 2017 13:55

Pendeta Yang Masuk Islam

Imam Musa bin Jakfar as masuk ke sebuah goa di salah satu desa di Syam secara tidak dikenal dan di sana ada seorang pendeta yang setiap tahun memberi wejangan kepada masyarakat. Pendeta itu merasa ketakutan saat melihat Imam yang penuh dengan keagungan dan kewibawaan.

Kemudian dia bertanya kepada Imam, “Anda orang asing?”

Imam menjawab, “Iya.”

Dia berkata, “Anda bagian dari kami ataukah musuh kami?”

Imam menjawab, “Saya bukan bagian dari Anda.”

Dia berkata, “Anda termasuk umat yang mendapatkan rahmat?”

Imam menjawab, “Iya.”

Dia berkata, “Anda termasuk ulamanya ataukah orang bodohnya?”

Imam menjawab, “Saya bukan dari orang-orang bodohnya.”

Dia berkata, “Bagaimana mungkin menurut keyakinan kami, pohon tuba akarnya ada di rumah Isa as dan menurut Anda di rumah Muhammad, sementara cabangnya ada di semua rumah-rumah surga?”

Imam menjawab, “Sebagaimana matahari, cahayanya sampai ke semua tempat, dan menerangi setiap tempat, padahal aslinya ada di langit.”

Pendeta itu berkata, “Bagaimana mungkin makanan surga tidak bisa habis dan dimakan seberapa banyakpun tidak akan berkurang.”

Imam menjawab, “Sebagaimana lampu di dunia, seberapa banyakpun dia memberikan cahaya, tidak akan berkurang darinya.”

Pendeta berkata, “Di surga, naungannya memanjang, yang manakah contohnya di dunia?

Imam menjawab, “Sebelum terbitnya matahari naungan memanjang.”

Pendeta berkata, “Bagaimana mungkin di surga ada makan dan minum tapi tidak ada kencing dan buang air besar?”

Imam menjawab, “Sebagaimana janin yang ada di dalam rahim ibunya, dia makan dan minum tapi tidak kencing dan tidak buang air besar.”

Pendeta berkata, “Bagaimana mungkin penghuni surga memiliki pembantu yang mengambilkan segala yang diinginkan tanpa harus diperintahkan?”

Imam menjawab, “Sebagaimana setiap kali manusia memerlukan sesuatu, anggota badannya memahaminya dan mengerjakan apa yang diinginkannya tanpa perintahnya.”

Pendeta berkata, “Kunci surga dari emas ataukah perak?”

Imam menjawab, “Kunci surga adalah lisan hamba yang mengatakan “La Ilaha Illallah”

Pendeta berkata, “Anda benar.” Akhirnya dia menerima Islam bersama orang-orang yang bersamanya.

Minggu, 22 Oktober 2017 13:55

Hati Nurani dan Peradaban

Rorty mengatakan, bertindak sesuai dengan moral tidak perlu dicari dasar-dasar filosofis, religius, atau ideologisnya! Kriteria moral hanya satu: tekad untuk tidak bersikap kejam (Rorty, 1989). Secara implisit Rorty mengajak kita menganalisa lagi sumber terpenting yang sementara ini terlupakan, yaitu dasar moral yang dimiliki oleh semua lapisan manusia dari berbagai bangsa,etnis dan agama.

Dasar-dasar moral tentunya bersifat  universal, primordial dan tidak berubah. Agama menyebutnya fitrah. Budha menyebutnya kekayaan hati. Perenialis menyebutnya the origin. Orang awam lebih akrab dengan hati nurani.

Dr. Mutahahari mengkategorikan  kecenderungan kepada kesempurnaan, keindahan,  keadilan, kebahagiaan, ilmu, kebahagiaan, dan sebagainya sebagai bagian dari kecenderungan hati nurani.(Muthahhari, 2015). Aspek lain dari hatinurani yaitu pengetahuan. Setiap manusia memiliki simpanan yang terdalam dalam dirinya yang dapat menjadi akar pengetahuan purbawi yang disebut Plato dengan pengetahuan fitri dan Descartes menyebutnya innate idea.

Aktifitas manusia didrive oleh dorongan-dorongan tadi. Namun terkadang insting yaitu dorongan partikular menutup hati nurani. Jadilah sebagian orang lebih sibuk mengumpul-ngumpulkan harta dibanding menabung kebaikan, mencari kekuasaan dibanding memperjuangkan keadilan, mengejar ijazah dibanding ilmu, mendamba popularitas dibanding prestasi.

Metamorfosis dari insting ke hati nurani

Dominasi insting akan memudar manakala manusia merasakan kebahagiaan mengaktualkan hati nuraninya. Tapi sebaliknya yang tidak  pernah mengaktualkan hati nurani akan terjebak dalam dominasi insting kehewanan, rakus dengan kenikmatan-kenikmatan bendawi, kekuasaan, hegemoni, dan eksoteris.

Insting dibutuhkan terutama di awal-awal kehidupan agar manusia memiliki motivasi untuk survive, mengembangkan species, menolak ancaman-ancaman eksternal dan mempertahankan apa yang dimilikinya.  Salah satu insting yang paling kuat dominasinya adalah insting untuk menyukai sesuatu yang menarik baginya. Instingnya ini seperti juga akal instrumennya adalah panca indera. Manusia yang  hidup tanpa insting akan kehilangan semangat dan selera untuk menyukai kehidupan.

Pendidikan berbasiskan Hati nurani

Kurikulum pendidikan juga jangan sampai mendistorsi hati nurani; yaitu dorongan untuk mengetahui segala sesuatu ini, keinginan untuk menyibak segala misteri yang ada di sekelilingnya termasuk dalam dirinya sendiri. Setiap anak didik dengan keunikan masing-masing  memiliki potensi ini untuk menyukai sejarah, saint, agama, fisika, dan sebagainya. Keinginan ini menjadi meredup tatkala mengalami proses pembelajaran yang membosankan, arogansi guru yang tidak suka dikritik, atau metode yang tidak efektik lagi untuk memancing rasa penasaran (curioisity) sang anak didik. Anak-anak dijejali dengan informasi yang tidak memancing rasa keinginan tahunya, atau tidak melihat relevansinya dengan kehidupannya. Atau para  pendidik gagal mengembangkan pendekatan yang membuat sang anak didik tertarik untuk mengembangkan potensi hati nuraninya.

Salah satu sisi kehidupan manusia adalah kegiatan ekonomi yang bisa disederhanakan sebagai kegiatan untuk mencari usaha, aktifitas untuk bisa survive, menghasilkan sesuatu dan memproduksi sesuatu. Aktifitas yang sangat menyita waktu ini dan selalu dilakukan sepanjang hidup manusia bisa dilihat dari dua sisi. Pertama sebagian kegiatan yang didrive  insting untuk memenuhi kebutuhan dasariyah setiap manusia yaitu makan, minum dan sejenisnya. dan kedua dilihat dari hati nurani yaitu dorongan untuk mandiri, berdiri sendiri. Dengan pendekatan pertama kegiatan ekonomi menjadi kegiatan yang sama dilakukan oleh hewan, mencari,mengumpulkan dan menumpuk-numpuk hanya untuk memenuhi hasrat-hasrat biologisnya.   Namun dengan motivasi kedua, aktifitas ekonomi menjadi kegiatan yang mulia yaitu untuk membebaskan dirinya dari perbudakan orang lain dan memerdekakan dari ketergantungan kepada yang lain.  Dengan niat yang kedua kegiatan berdagang, bekerja, bertani, menjadi supir angkot, loper koran menjadi memiliki makna eksistensial.  Setiap orang akan bersungguh-sungguh dan akan berusaha jujur, tidak curang dan tidak menghalalkan segala cara, sebab.

Demikian juga aktifitas ekonomi yang berbasiskan fitrah adalah dalam rangka menjadikan independen, mandiri dan tidak bergantung pada yang lain. Andaikan yang mendrivenya adalah keinginan mandiri, merdeka dan bebas,maka tentu perjuangannya lebih bermartabat dan merasa bangga dan bukan sekedar ingin mencari laba semata.

bersambung ....