
کمالوندی
Falsafah Penciptaan dalam Pandangan Al-Quran dan Hadist
Kita ketahui bahwa Allah swt menciptakan manusia memiliki tujuan ilahi, bukan untuk bermain, senda gurau atau hal sia- sia lainnya.
Allah Swt berfirman dalam surat Mukminun ayat 115, Al-Alaq ayat 8, Al-Insyiqaq ayat 6:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْناكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَ تُرْجَعُونَ، إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى، يَا أَيُّهَا الاِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلاقِيهِ.
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?, Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kalian akan kembali, Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.“
Jelas bahwa tujuan penciptaan manusia adalah agar mereka kelak kembali kesisi tuhannya. (Qaus Shu’ud) tentu banyak sekali ayat-ayat yang berkenaan dengan hakikat ini. Misalnya:
Allah Swt berfirman surat al-Kahfi ayat 110 dan surat Yunus ayat 7 :
مَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدَا، إِنَّ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ. أُولَئِكَ مَأْواهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
” Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.“
Tujuan penciptaan adalah pertemuan di Stasiun terkahir dengan pencipta kita Allah Swt. Untuk menuju Stasiun terakhir maka kita membutuhkan kendaraan untuk bisa sampai kepada tujuan akhir kita.
Lalu kendaraan apa yang harus kita naiki sehingga bisa sampai ketujuan?
Manusia untuk sampai kepada tujuan harus mengetahui dulu hakikat Dunia ini diciptakan untuk apa? Dunia diciptakan untuk menempa manusia agar bisa bertemu dengan sang penciptanya. Untuk itu dunia bukanlah Stasiun terakhir melainkan rute perjalanan yang memiliki muatan ujian, musibah, rasa sakit, lapar, haus dan aneka ujian lainnya, sebagai tempat penempaan manusia agar bisa sampai kepada tujuan.
Allah swt berfirman surat al-Mulk ayat 2:
خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَياةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Jelas, segala sesuatu yang berhubungan dengan Dunia ini adalah untuk menguji manusia agar sampai di telaga pertemuan dengan Allah swt. Untuk sampai kepada sang maha sempurna, maka kita harus menaiki tangga demi tangga kesempurnaan itu dengan ujian dan musibah.
Untuk itu Allah swt sudah menyediakan Rel perjalanan untuk kita, tinggal pilih!! Jalan Kebaikan dan kesempurnaan yang diakhiri dengan pertemuan, atau jalan keburukan dan kesesatan yang diakhiri dengan keterasingan dan kesengsaraan.
Allah swt berfirman dalam Surat al-Insan ayat 3 dan Kahfi ayat 29:
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا، فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ.
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”
Al-Quran menamai jalan menuju kesempurnaan dan perjumpaan dengan Allah swt dengan “Jalan yang Lurus” (Shirat Al-Mustaqim). Jalan yang selalu kita ulang-ulang setiap hari ketika kita Shalat yaitu, “ Ya Allah ya tuhan kami, Tunjukilah kami Jalan yang lurus”!!!
Manusia selalu merasa yakin bahwa dirinya berada dijalan yang lurus, namun hakikatnya mereka sedang menjauhi jalan lurus tersebut. Semakin berjalan bukan semakin dekat, melainkan semakin jauh.
Untuk itu kita harus tahu, bagaimana kita menapaki dengan benar jalan yang lurus tersebut?
Allah Swt pencipta kita memerintahkan kita untuk berjalan dijalan yang lurus, maka mustahil secara logika tidak menjelaskan metode yang benar kepada kita cara berjalan dijalan yang lurus tersebut.
Allah swt berfirman dalam surat Al-Imran 31 dan surat Al-Ahzab 21:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ، لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Jalan keselamatan dan menapaki setapak demi setapak jalan yang lurus tidak lain adalah mengikuti Rasulullah saww dan mengikuti perintahnya serta meninggalkan segala larangannya.
Allah Swt berfirman surat Al-Hasyr ayat 7 dan surat al-Najm ayat 3:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا، وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى.
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).“
Rasulullah saww telah menentukan jalan keselamatan dan jalan yang lurus itu dengan mengikuti Al-Quran dan Ahlul Bayt-nya.
Rasululla saww bersabda,
إنّي تركت فيكم ما إن تمسّكتم به لن تضلّوا بعدي، كتاب الله حبلٌ ممدود من السماء إلى الأرض، وعترتي أهل بيتي، ولن يفترقا حتّى يردا عليّ الحوض.
Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian, jika kalian memegangnya erat-erat, maka kalian tidak akan pernah tersesat sepeninggalku. Kitab Allah tali yang membentang dari langit ke bumi, dan Ahlul-baytku . Karena seseungguhnya keduanya tidak akan pernah terpisah hingga bertemu denganku di Al-haudh kelak.
Hadist diatas sudah dibahas diberbagai macam buku dan kitab, baik secara matan maupun sanad. Hadis Tsaqalain sudah mencapai derajat mutawatir dan diriwayatkan oleh 100 lebih dari sahabat Rasulullah saww.
Jalan lurus dan keselamatan untuk mencapai kesempurnaan hingga kelak bertemu dengan Tuhan itu adalah dengan mengenal dan mengikuti Hujjah Allah Swt disetiap zaman.
Ketika kita mengenal Hujjah Allah swt setiap zaman, maka kita sedang berjalan dijalan yang di inginkan Allah swt yaitu jalan yang lurus.
Imam Sajjad as berkata,
نحن أبواب الله ونحن الصراط المستقيم
Kamilah Pintu-pintu Allah swt dan kami pulalah Jalan yang lurus itu (Tafsir Mizan Allamah Thaba’thabai)
Benar!! Sebagaimana sebagian kaum muslimin gembar-gemborkan bahwa Al-quran adalah petunjuk. Namun petunjuk yang bisu, didalamnya terkandung tafsir,takwil, Umum, khusus, muhkamat dan mutasyabihat. Membutuhkan penjelas dan pengajar yang mampu menjelaskan seratus persen makna Al-Quran. Amirul mukminin Ali as meng-istilahi dengan “Quran berjalan”.
Imam Ali as berkata,
ذلك الكتاب الصامت وأنا الكتاب الناطق
AL-Quran adalah Kitab yang bisu, sedangkan aku adalah Al-quran yang berbicara dan berjalan. (Bihar al-Anwar juz.39 hal.272)
Untuk itu, perkataan “cukup bagi kami Kitabullah” adalah kesalahan fatal dalam mengikuti Jalan yang lurus, karena itu bukan apa yang diinginkan Allah swt dan Rasulullah saww, melainkan hanya ijtihad pribadi yang tidak sesuai dengan Nash.
Setelah Allah dan Rasul saww menunjuki kita jalan yang lurus, maka pilihan ada pada diri kita sekarang. Mengikuti apa yang diperintahkan, maka kita akan sampai kepada tujuan yaitu bertemu dengan Allah swt di stasiun terakhir. Atau kita meninggalkan mereka, maka kita tergolong orang yang dimurkai (Maghdubi) dan orang yang tersesat (Dhallin).
[Abu Syirin Al-Hasan]
Filosofi Haji dan Pesan Kemanusiaan
Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar kata Ka’bah?. Bagi yang belum pernah melihat atau mendapatkan informasi tentang Ka’bah kecuali bahwa Ka’bah sebagai arah kaum muslimin menghadapkan wajahnya ketika berinteraksi ‘intim’ dengan Tuhannya, adalah wajar jika membayangkan Ka’bah adalah sebuah bangunan yang megah dan indah. Itupula yang saya bayangkan tentang Ka’bah di usia belum balighku dulu. Saya bayangkan Ka’bah berupa istana megah, sebuah karya arsitektur yang indah, dibangun dengan cita rasa estetika yang tinggi, penuh dengan ornamen-ornamen yang mahal, bisa jadi terbuat dari emas, berlian atau pecahan-pecahan intan permata, penuh dengan warna-warna yang menyejukkan mata. Pernah pula saya bayangkan dia berupa bangunan semacam menara yang menjulang tinggi dimana didalamnya terkubur seorang tokoh manusia yang penting, bisa seorang pahlawan, raja, imam, atau malah Nabi.
Tapi ternyata tidak! yang kita saksikan dari Ka’bah hanyalah bangunan kubus yang sama sekali tidak memiliki keindahan arsitektural, seni atau kualitas yang biasa kita saksikan pada bangunan-bangunan yang diklaim sebagai keajaiban dunia, tidak ada warna-warni sama sekali. Bangunan ini hanya terbuat dari batu-batu hitam keras yang tersusun dengan cara yang sederhana, dengan kapur putih sebagai penutup celah-celahnya. Dan di dalam bangunan persegi itu, pernah kubayangkan ada bongkahan sesuatu yang selama ini dikejar-kejar manusia sebut saja, emas, intan permata, atau mutiara manikam. Atau di dalamnya ada manusia tempat mencurahkan perhatian, perasaan, tempat meminta wejangan dan nasihat agar lurus dalam menjalani kehidupan. Sekali lagi semuanya itu terbantahkan, ternyata didalamnya tidak ada-apa, sama sekali kosong! Tidak ada sesuatupun juga. Bisa jadi ketika melihatnya timbul pertanyaan dan keraguan benarkah bangunan ini pusat agama, shalat, cinta, hidup dan kematian kita? Benarkah Kubus yang yang tanpa dekorasi ini adalah arah kaum muslimin menghadapkan wajahnya di dalam shalatnya, benarkah dia pusat eksistensi, keyakinan, cinta dan kehidupan manusia bahkan ke arah ini pula kaum muslimin yang mati dikuburkan? Apa yang dicari oleh mereka yang berseliweran disekelilingnya, yang seolah melupakan segala yang dimilikinya, ditempat itu mereka menumpahkan perasaan, tangis dan air mata, bersimpuh penuh pengharapan, merendahkan diri serendah-rendahnya, menciumnya dengan penuh perasaan cinta dan sedari sana timbul kerinduan mendalam untuk kembali ?.
Abrahah pun heran dengan Ka’bah ini, ia berusaha menyaingi, dengan membangun tempat peribadatan yang lebih megah dan terbuat dari ornament yang sangat mahal bahkan bagi peziarah ia janjikan hadiah yang banyak, tetap saja Ka’bah ramai dengan kerumunan orang. Kedengkiannya semakin besar, ia bermaksud meruntuhkan Ka’bah, dengan ribuan pasukan yang menunggang gajah ia menuju Makkah, kota tempat Ka’bah berdiri tegak. Ia dan pasukannya menyangka akan mendapatkan perlawanan hebat dari penduduk Makkah yang tidak ingin rumah ibadahnya dihancurkan. Setibanya disana, ia malah mendapatkan tontonan yang membingungkan, tidak ada satupun penduduk Makkah yang menjaga atau berusaha melindungi Kabah, semuanya menyelamatkan diri ke bukit-bukit. Bahkan Abdul Muthalib, pembesar kaum Qurays menghadap ke Abrahah hanya untuk mengambil unta-unta yang dirampas pasukan Abrahah. Tentang ini Abdul Muthalib, Kakek Rasulullah hanya menjawab singkat, “Unta-unta ini milik kami, karenanya kami harus mengambilnya kembali, sedangkan Ka’bah adalah rumah Allah, Dia sendirilah yang memberinya penjagaan”. Ya, Ka’bah, bukan milik siapa-siapa, ia milik Tuhan seutuhnya, tidak diberikan kesiapapun, tidak diamanahkan apalagi diwariskan.
Patut engkau ketahui, meskipun rumah Allah, Ka’bah tetap hanyalah bangunan. Hanyalah kumpulan batu gunung yang hitam pekat. Ka’bah bukanlah tujuan dari kedatanganmu. Kesederhanaan Ka’bah yang kamu lihat di hadapanmu mengingatkan akan tujuan perjalananmu. Ka’bah adalah penunjuk arah. Ada hal lain yang harus menjadi tujuan akhir perjalananmu. Gerakan abadi yang kamu lakukan adalah gerakan menuju Allah, bukan menuju Ka’bah. Kamu datang untuk memenuhi undangan Allah. Setiap orang diantara kalian harus mengenakan pakaian yang telah ditentukan, kamu tidak memiliki dirimu lagi, kamu harus meleburkan diri dan tidak boleh memasuki rumah suci ini jika engkau masih terikat dengan dirimu, masih memikirkan dirimu sendiri. Kesederhanaan Ka’bah menunjukkan betapa kemewahan dan kemegahan bukanlah tujuan hidupmu. Ka’bah adalah Baitullah, rumah Allah. Dibangun oleh Ibrahim atas perintah-Nya. Ketika kau menghadapnya sesungguhnya merupakan tamparan keras buatmu, buatmu yang membangun rumah dengan penuh ornamen mahal yang hanya akan membuatmu pongah.
Haji, Menghampiri Allah
Kota Mekkah disebut juga “Bait-Atiq”. Atiq berarti bebas. Kota ini tidak dimiliki siapapun juga. Tak seorangpun berhak menguasainya. Kota ini milik Allah ‘sepenuhnya’. Dengan beberapa ketentuan seorang muslim ketika bepergian atau melakukan perjalanan jauh dari rumahnya boleh menyingkat shalat-shalatnya atau menggabungkannya. Tetapi di kota Mekkah, darimanapun engkau datang dan betapapun jauhnya perjalanan yang engkau tempuh, shalatmu harus sempurna dan tidak boleh disingkatkan. Sebab kedatanganmu karena memenuhi panggilan, kamu bukanlah tamu, Mekkah negerimu sendiri, kamu tidak sedang bepergian jauh, kamu melakukan perjalanan pulang ke negerimu. Kedatanganmu disambut layaknya seorang sahabat dan anggota keluarga Allah yang telah lama pergi, dan pulang kembali. Kembalilah engkau kepada-Nya, dengan penuh kecintaan dan kerinduan. Tidakkah engkau mendengar seruan Ibrahim : "Dan serulah manusia untuk melakukan Haji. Mereka akan datang kepadamu dengan bertelanjang kaki atau dengan menunggang unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (Qs. 22 : 27) "Dan kepunyaan Allah-lah Kerajaan langit dan bumi dan kepada Allahlah kembali semua makhluk." (Qs. 24 : 42) Engkau harus menghadap dan pulang kepadanya dengan penuh ketulusan hati, tidak dikotori oleh motif-motif lain. Ketulusan hati itu tampak jelas dalam ayat Al-Quran yang memerintahkanmu berhaji. ''Karena Allah SWT, wajib bagi manusia untuk menunaikan ibadah haji, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah.'' (QS Ali Imran: 97). ''Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah SWT.'' (QS Al-Baqarah: 196). Perintah haji dalam dua ayat di atas, ditekankan harus lillah, tulus karena Allah SWT. Redaksi demikian tidak ditemukan di ayat lain yang isinya perintah untuk beribadah, seperti shalat, zakat, dan puasa. Meskipun, pada dasarnya semua ibadah harus lillah, terlebih lagi haji yang menuntut perjuangan dan kerja keras, menguras apapun yang menjadi milikmu, lahir dan batin dalam waktu yang tidak sedikit. Ibadah haji mencerminkan kepulangan seorang manusia kepada Allah yang mutlak, yang tidak memiliki keterbatasan dan yang tak diserupai oleh sesuatu apapun. Pulang kepada Allah merupakan sebuah gerakan menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, nilai dan fakta-fakta. Dengan melakukan perjalanan menuju keabadian ini manusia tidak akan “sampai” kepada Allah; Dia hanya memberikan petunjuk yang benar, tapi Dia bukan merupakan tujuan yang hendak dicapai. Menunaikan haji sama halnya menjumpai sahabat-terbaik yang telah menciptakan manusia sebaik-baik ciptaan dari makhluk lain. Allah sedang menantikan. Dengan demikian kamu pun harus mencoba untuk meninggalkan istana-istana kebesaran, gudang-gudang kekayaan dan kuil-kuil yang menyesatkan. Manusia – melalui ibadah haji, akan melepaskan diri dari perbuatan serigala (sebuah tindakan penindasan bagi orang-orang yang dipimpinnya).
Hijir Ismail
Di sebelah barat Ka’bah ada sebuah tembok rendah yang berbentuk setengah lingkaran dan menghadap ke Ka’bah. Bangunan ini disebut Hijir Ismail. Hijir bisa berarti pangkuan juga bisa diartikan pakaian wanita sebelah bawah. Tersebutlah dalam riwayat, Hajar adalah perempuan Ethopia yang miskin. Ia sahaya dari Sarah istri Ibrahim. Hajar dinikahi Ibrahim untuk memperoleh anak. Lahirlah Ismail. Kecemburuanlah yang membuat Sarah meminta Ibrahim untuk ‘mengusirnya’. Oleh Ibrahim, dibawalah Hajar dan Ismail, yang ketika itu masih bayi ke padang pasir yang luas, tidak terdapat apa-apa. Di atas pangkuan Hajarlah Ismail di besarkan. Hijir Ismail, adalah bangunan di samping Ka’bah, tempat Hajar membesarkan Ismail, dan di situ pula Hajar, ibunda Ismail dikuburkan. Dan Allah memerintahkanmu agar ketika melakukan thawaf juga mengelilingi Hijir Ismail dan tidak hanya mengelilingi Ka’bah saja, jika tidak demikian ibadah haji yang kamu lakukan tidak diterima Allah SWT. Subhanallah, kuburan seorang sahaya perempuan hitam Afrika merupakan bagian dari Ka’bah, dan hingga kiamat nanti manusia-manusia senantiasa akan berthawaf mengelilinginya. Betapa anehnya, kepada hambanya yang terhina, terlemah dan terusir di antara makhluk-makhluk-Nya, Allah memberikan tempat di sisiNya. Dia datang, memerintahkan kepada Ibrahim untuk dibuatkan rumah, dan meminta dibangunkan di sebelah rumah Hajar. Allah memilih menjadi tetangga seorang perempuan hitam yang terusir. Ali Shariati menuliskan : Di antara semua manusia; Dia memilih perempuan Di antara semua perempuan; Dia memilih seorang budak Di antara semua budak; seorang sahaya yang berkulit hitam
Ketika kau mengetahui bahwa sesungguhnya ritual-ritual haji yang kamu lakukan adalah untuk memperingati Hajar, seorang budak perempuan hitam yang dihinakan dan diremehkan, masihkah engkau merasa lebih tinggi dari manusia selainmu? Masih beranikah engkau sepulang dari ritual hajimu kau membanggakan diri dan acuh terhadap kehidupan mereka yang terpinggirkan secara sosial? Allah datang dan memilih bertetangga dengan seseorang yang senantiasa terhina, kalau kamu bisa jadi lain, kamu datang untuk menggusur mereka, karena bagimu mereka mengotori bangunanmu.
Wallahu ‘alam bisshawwab
[Ismail Amin, WNI sementara menetap di Iran]
Mempersembahkan Sembelihan di Hari Idul Qurban
Makna Idul Qurban
Idul Qurban berasal dari dua kata dalam bahasa Arab, Ied dan Qurban. “Ied” dari kata ‘aada - ya’uudu, bermakna ‘kembali’. Qurban, dari kata qaraba-yaqrabu, bermakna ‘mendekat’. ‘Qarib’ adalah ‘dekat’, dan ‘Al-Muqarrabuun’ adalah ‘(hamba) yang didekatkan’. Idul Qurban kemudian bisa kita maknai sebagai sebuah hari dimana kita berupaya kembali pada hakikat kemanusiaan kita yang mendambakan dekat dengan yang Maha Rahim. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mendekat kepada-Nya (taqarrub Ilallah), Jalaluddin Rumi menyebut, sebanyak helaan nafas manusia. Allah SWT pun memberi motivasi, "Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, agar kamu beruntung" (Qs. Al-Maidah : 35).
Salah satu cara hamba untuk lebih mendekat kepada-Nya adalah dengan menginfakkan harta, termasuk berqurban, "Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah)." (Qs. At-Taubah : 99).
Tentu saja yang kita qurbankan adalah sesuatu yang kita cintai, sesuatu yang sebenarnya sangat berat untuk kita lepaskan. Sebab belumlah disebut berqurban jika yang kita keluarkan adalah sesuatu yang membuat kita tidak merasa kehilangan apa-apa, sesuatu yang ringan hati kita keluarkan. “Kamu sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan (Al-Birr), sebelum kamu menginfakkan (tunfiquu) bagian (harta) yang kamu cintai (mimma tuhibbuun). Dan apa saja yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali-Imran : 92). Artinya, seseorang yang misalnya bergaji sampai 60 juta per bulannya, dengan mengeluarkan dana sejuta untuk menyembelih kambing di hari ini, apakah bisa dianggap berqurban ? apakah itu sudah sampai pada tingkat ‘menginfakkan bagian harta yang dicintai’ ? apakah jiwa merasakan adanya rasa berqurban dibanding banyaknya sisa harta yang dimiliki ? sebagaimana ayat di atas, bisakah itu mencapai derajat al-Birr ?. Bisa kita bayangkan, bagaimana rasa taqarrub nabi Ibrahim as yang bersedia mengurbankan anak kesayangannya di altar persembahan atau sebagaimana Imam Ali as dan keluarganya yang memberikan makanan yang disukainya sehingga surah Al-Insan turun untuk menceritakan keutamaan mereka. Atau justru kaum paganisme yang menyembelih yang tercantik di antara gadis-gadis mereka untuk bertaqarrub kepada tuhan-tuhan mereka.
Tentu kita butuh refleksi diri. Setiap tahun tidak sedikit dari kita yang menyisihkan dana untuk merayakan hari ini dengan penyembelihan hewan qurban. Namun adakah transformasi jiwa yang terjadi ?. Adakah saudara-saudara kita itu merasa lebih dekat kepada Allah yang Maha Besar ?. Ketika kedekatan dengan Allah tidak bertambah, jiwa tidak menjadi semakin halus dan lembut, jasad tidak semakin beramal shalih, pikiran tidak semakin cemerlang dan bijaksana tentu ada yang salah dari ritual pengorbanan mereka. Padahal sebenarnya lewat hari ini mereka dapat menemukan bukan saja amal terbaik, tetapi didekatkan oleh Allah sedekat-dekatnya sampai mencapai derajat ‘Al-Muqarrabuun’.
“Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu." (Qs. Al-Hajj : 37). Hewan ternak yang saudara-saudara qurbankan hari ini sesungguhnya, bukan dagingnya, bukan darahnya, bukan tulang belulangnya, bukan harganya melainkan ketaqwaanlah yang bisa mencapai-Nya. Semoga kita bisa berqurban dan berinfaq sampai pada titik kita benar-benar berat melakukannya, sebab adanya rasa cinta yang sangat pada yang kita qurbankanlah yang bisa mendekatkan kita pada-Nya.
Idul Adha, Memaknai Penyembelihan
Nama lain Idul Qurban, adalah Idul Adha. Adha memiliki makna penyembelihan. Harus ada yang kita sembelih pada hari ini. Bukan persoalan apa kita memiliki harta atau tidak untuk menyembelih. Kita yang termasuk belum memiliki kemampuan untuk menyembelih hewan qurban, sesungguhnya telah diberi kemampuan untuk melakukan prosesi penyembelihan lain, menyembelih ‘kambing’, ’sapi’, maupun ‘hewan ternak’ lain yang berjubelan dan beranak pinak dalam diri kita. Hewan ternak sesungguhnya tamsil dari dominasi hawa nafsu dan syahwat kita. Tamsil segala kesesatan dan keburukan; kebodohan, kedengkian, ketakaburan, buruk sangka, kemalasan, kecintaan pada hal-hal material dan aspek lainnya yang harus kita sembelih dari diri kita. Allah SWT menyebut orang-orang yang buta hati, akal dan pikirannya lebih sesat dari hewan ternak. Pendidikan dan pergaulan yang salah bisa jadi telah merubah kita yang manusia menjadi hewan-hewan ternak tanpa sadar.
Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi-ye Ma'nawi menafsirkan empat ekor burung yang disembelih dan dicincang oleh nabi Ibrahim as dalam surah Al-Baqarah ayat 260 sebagai empat ekor unggas yang ada dalam diri kita. Keempat ekor unggas itu adalah bebek yang mencerminkan kerakusan, ayam jantan yang melambangkan nafsu, merak yang menggambarkan kesombongan dan gagak yang melukiskan keinginan. Dan menurut Rumi kita hanya bisa kembali hidup sebagaimana manusia ketika kita berani menyembelih keempat unggas ini, sebagaimana Ibrahim as mencincangnya. Di antara keempat unggas ini, bebeklah yang paling mewakili karakter kebanyakan kita. Tentang bebek Rumi bercerita :
Bebek itu kerakusan, karena paruhnya selalu di tanah
Mengeruk apa saja yang terbenam, basah atau kering
Tenggorokannya tak pernah santai, sesaatpun
Ia tak mendengar firman Tuhan, selain makan minumlah!
Seperti penjarah yang merangsek rumah-rumah
Dan memenuhi kantongnya dengan cepat
Ia masukkan ke dalam kantongnya baik dan buruk
Permata atau kacang tiada beda
Ia jejalkan ke kanting basah dan kering
Kuatir pesaing akan merebutnya
Waktu mendesak, kesempatan sempit,
Ia ketakutan…..
dengan segera di bawah tangannya
Ia tumpukkan apapun….
Better late than never. Sudah waktunya sekarang, tidak harus selalu menunggu hari seperti ini untuk melakukan penyembelihan. Bermula hari ini, kita persembahkan diri kita yang telah tersembelih dari sifat-sifat yang sepantasnya hanya dimiliki hewan ternak kepada Allah Dzat yang Maha Suci, yang cinta kepada mereka yang senantiasa menyucikan dan menyembelih dirinya.
Idul Adha, Memaknai Kembali
“Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah dirimu atau keluarlah dari kampung halamanmu," ternyata mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka." (Qs. An-Nisa : 66). Sudah waktunya pula kita belajar untuk ‘keluar dari kampung’ kita : belajar untuk keluar dari zona nyaman dan memerdekakan diri dari dominasi nafsu jasadiyah menuju jiwa kita yang sejati. Masih ada dunia lain di luar ‘kampung’ kita ini, yang bisa jadi selama ini kita anggap berbahaya. Juga harus ada upaya untuk keluar dari keegoisan diri kita dan belajar memahami orang lain. Memahami mereka yang selama ini kita kutuk karena berbeda.
Dalam surah An-Nisa' ayat 100 Allah SWT berfirman, "Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dalam syarah 40 hadits Imam Khomeini ra menafsirkan rumah pada ayat ini adalah ego kita. Ya, rumah yang paling berat kita tinggalkan adalah kepentingan-kepentingan keakuan kita. Setiap hari kita sibuk, kecapaian dan kelelahan hanya untuk mempromosikan citra kita dihadapan manusia, hanya untuk memenuhi kepentingan diri kita. Kita masih berputar-putar di area rumah dan kampung kita, tanpa selangkahpun keluar. Rumah dan kampung telah menjadi zona nyaman yang sayang untuk kita tinggalkan, sebab melangkah keluar selalu membutuhkan pengorbanan, butuh kepayahan dan keletihan. Dalam surah Ali Imran Allah SWT berfirman, "Segeralah kamu pada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasanya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang-orang yang taqwa, yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya dalam suka dan duka, orang yang sanggup mengendalikan amarahnya, yang memaafkan orang lain dan sesungguhnya Allah suka dengan orang yang berbuat baik." Bersegera menuju Allah SWT berarti melangkah menjauh dari rumah keakuan kita, meninggalkan kampung ego kita, kembali keharibaan-Nya yang penuh kasih. Kembali kepada-Nya tidaklah selalu berarti mati dan meninggalkan dunia ini. Rasulullah saww bersabda, "Mutu qabla antamutu, matilah sebelum kamu mati." (Bihar Al-Anwar 66:317). Kematian pada kata perintah mutu adalah kematian mistikal, kematian ego atau kematian diri. Ibnu Arabi menyebutnya al mawt al-iradiy, kematian keinginan.
Adalah benar, bahwa kita adalah makhluk organis --begitu kata A.N. Whitehead-- yang bebas menentukan hidup. Kita bebas menentukan atau merancang jenis hidup apa yang kita inginkan. Kita bebas untuk memilih, hidup sebagai manusia atau berkubang seperti hewan ternak. Tetap berleha-leha di dalam rumah dan kampung yang bukan negeri kita sebenarnya, atau berhijrah kembali menuju-Nya. "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." (Qs. Al-Fajr : 27-28)
Selamat Hari Raya Idul Adha 1437 H.
Wallahu 'alam bishshawwab
[Ismail Amin, WNI sementara menetap di Iran]
Qurban Meniadakan Kehendak Diri
Kita awali pagi 10 dzulhijjah dengan memanjatkan syukur ke hadirat ilahi. Puji bagi dia, yang telah memanjangkan umur kita, yang telah memberikan kita tambahan usia, sehingga ‘id, hari raya demi hari raya, kita lalui dalam limpahan nikmat-Nya yang tak terhingga.
Puji bagi dia, yang telah mempercayai kita, untuk mengelola setiap detik dan tarikan nafas dalam hidup kita, dengan harapan setiap detik akan mendekatkan kita kepada Tuhan, dan setiap tarikan nafas membersihkan kita dari dosa dan kemaksiatan.Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada kekasih junjungan alam, Nabi besar Muhammad SAW, kelurga beliau yang disucikan, dan para sahabat serta tabi’in yang mengikuti jalan beliau dalam kecintaan.
Kita awali hari yang suci ini dengan membesarkan asma ilahi. Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar wa lillahil hamd. sehari yang lalu, di padang arafah, saudara-saudara kita yang berada di tanah suci, mengakui kelemahan dan kerendahan dirinya, memohonkan ampun atas setiap dosa yang diperbuatnya. Mengikuti jemaah haji, marilah kita sampaikan ‘arafah kita, kita sampaikan pengakuan kita di hadapan Allah swt:
Ya Allah, inilah kami, hamba-hamba-mu yang kau beri nikmat sebelum dan sesudah kau ciptakan kami. Kau jadikan kami di antara mereka yang mendapat petunjuk dalam agama-mu. Kau bimbing kami pada kebenaran-mu. Kau jaga kami dengan kekuasaan-mu. Kau arahkan kami untuk mencintai para kekasih-mu dan membenci para musuh-musuh-mu.Ya Allah, kemudian kau berikan kepada kami perintah, dan kami membangkang-mu. Kau cegah kami berbuat salah dan kami menentang-mu.
Kau larang kami dari berbuat maksiat kepada-mu dan kami lawan perintah-mu. Inilah kami di hadapan-mu, kecil, hina, dina, rendah dan ketakutan; mengakui setiap dosa besar yang kami lakukan, dan kesalahan banyak yang sudah kami kerjakan. Kami berlindung pada maaf-mu; kami bersandar pada kasih-mu. Ampuni setiap dosa kami. Jadikan setiap langkah kami sesudah ini adalah langkah yang mendekatkan kami kepada-mu.Bersama kita di tanah suci, jemaah haji bergerak menuju mina. Mereka bersiap untuk melempar jumrah. Bersama mereka marilah kita lempari setan dengan batu-batu keimanan kita.
Dalam tafsir Al-Kabir, Al-Fakhr Al-Razi mengisahkan sebuah percakapan antara Tuhan dengan hamba-nya. Alkisah, Allah swt berfirman kepada hamba-nya, “wahai hamba-Ku, telah-Ku jadikan taman surga bagimu dan kaupun telah memperuntukkan tamanmu untuk-ku. Tapi renungkanlah, apakah telah kau lihat taman-ku sekarang ? apakah engkau sudah masuk ke dalamnya ?” si hamba berkata, “belum ya Robbi.” Allah berfirman lagi, “apakah Aku sudah masuk ke dalam taman mu?” si hamba menjawab, “sudah ya Robbi.”Allah kembali berfirman, “ketika engkau hampir masuk ke dalam surga-Ku, Aku keluarkan setan dari taman-Ku, semuanya untuk mempersiapkan kehadiranmu.
Aku berkata kepadanya, ‘keluarlah dari sini dalam keadaan hina dina.’ Aku keluarkan musuhmu sebelum kau masuk ke dalamnya.Sekarang apa yang kamu lakukan. Aku sudah berada di taman-mu tujuh puluh tahun. Mengapa belum juga kau keluarkan musuh-Ku?. Mengapa belum kau usir dia ?” si hamba berkata, “Tuhanku, engkau berkuasa mengeluarkan dia dari taman-mu. Tapi aku, seorang hamba yang rentan dan lemah. Aku tidak-Kuasa mengeluarkanya."Allah kemudian berfirman, “orang lemah akan menjadi kuat apabila ia memasuki perlindungan raja yang perkasa. Masuklah dalam perlindungan-Ku, sehingga engkau sanggup mengeluarkan setan dari taman hatimu.
Ucapkanlah a’udzu billahi minasy syaithan al-rajim. Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.”Kitalah hamba Allah yang disuruh untuk mengusir setan dari hati kita. Sebagaimana pada hari ini, para jemaah haji melempari jamrah untuk meneladani bagaimana Nabi Ibrahim mengusir setan-setan yang menggodanya, marilah kita lempari setan-setan yang bersemayam dalam hati kita, sehingga tentram Allah swt masuk ke dalamnya.Setelah melempar jumrah, jemaah haji di tanah suci kemudian berkurban. Ibadah kurban yang diawali dengan pengorbanan Nabi Ibrahim as adalah bentuk tertinggi dari kecintaan: bahwa demi menyembah Tuhan, segala bentuk kehendak diri harus ditiadakan.
Ibrahim as adalah seorang manusia, yang sangat mendambakan seorang putra. Ketika putra yang dinantikanya bertahun-tahun lahir ke dunia, Ibrahim diperintahkan untuk menyembelihnya.Ibrahim di hadapkan pada dua pilihan: mendahulukan kehendak dirinya atau menaati perintah Tuhannya. Ibrahim tahu, kecintaanya pada Tuhan tak akan tulus sebelum ia persembah-kan sesuatu yang sangat dicintainya. Bukankah Allah swt berfirman, “lan tanalul birra hatta tunfiqu mim ma tuhibbun…tidaklah sekali-kali kamu sampai pada kebaikan sebelum kamu berikan harta yang paling kamu cintai (QS. Ali Imran:92). Dan ismail adalah anak semata wayang Ibrahim, yang kepadanya tertumpah segenap kasih dan sayang Ibrahim as. Ia persembahkan putra yang sangat dicintainya, demi untuk membuktikan kecintaanya kepada Allah Swt.
Perjalanan para jemaah haji adalah potret kecil kehiduapan manusia. Dimulai dari arafah, maka hal pertama yang harus kita lakukan, adalah mengakui kelemahan dan kerendahan diri kita, di hadapan Allah swt. Kita akui segenap dosa kita, kita sampaikan permohonan taubat kita.Setelah pengakuan itu, jemaah haji kemudian berkurban.
Seolah-olah Allah swt ingin menyatakan bahwa pengakuan sejati, taubat yang tulus, hanya lah taubat yang disertai dengan keinginan untuk selalu mendahulukan kehendak Allah, untuk selalu manaati Allah dengan segenap kecintaan, dan meninggalkan keiginan-keinginan duniawi, meskipun untuk itu, sebagaimana Ibrahim, kita harus korbankan apa yang sangat kita cintai.Setelah itu, mulailah para jemaah haji mencukur rambutnya, mereka akhiri periode ihram mereka. Mereka bertahallul.
Jadilah mereka manusia yang dibersihkan dari dosa-dosanya. Jadilah mereka para haji yang kembali dalam keadaan suci, sebagaimana bayi yang baru dilahirkan ibunya. Kesucian hanya akan diperoleh setelah pengakuan dan pengorbanan.Setalah pengakuan dan pengorbanan, jamaah haji kembali pada kesucian. Begitu pula setiap insan, setelah pengakuan dan pengorbanan, mereka akan kembali pada kesucian. Jemaah haji kemudian bergerak menuju baitullah. Di sana mereka berputar mengitari rumah Tuhan. Pengakuan dan taubat yang sempurna-pengorbanan yang paripurna-adalah taubat dan pengorbanan yang diiringi dengan perputaran di seputar rumah Tuhan.
Dengan kata lain, taubat kita hanya akan diterima, pengorbanan kita hanya akan dikabulkan, sekiranya kita memelihara sisa umur kita untuk terus menerus berputar di sekitar rumah Tuhan. Jemaah haji yang memelihara kesucian, setelah seluruh ritus dan amalan, diperintahkan untuk mengemban sebuah kewajiban, untuk senantiasa menghabiskan hidupnya hanya dalam ketaatan kepada Tuhan, sebagaimana di tanah suci, setelah ‘arafah, tahallul, dan kurban, mereka thawaf di seputar rumah Tuhan.Karena itu, apa pun yang kita lakukan, kita tidak menjauhi Tuhan. Kita persembahkan kekayaan kepada Tuhan dengan membagi-bagikannya kepada hamba-hamba-Nya yang memerlukan.
Bukankah dalam sebuah hadis qudsi, Allah swt berfirman, “Dekatilah aku di tengah orang-orang kecil di antara kamu. Temuilah aku di tengah orang-orang yang menderita.” Kita peruntukan kedudukan kepada Tuhan dengan menggunakanya untuk melindungi orang-orang yang lemah dan dilemahkan. Kita syukuri semua anugerah Tuhan kepada kita, dengan berusaha membahagiakan sesama manusia. Insya Allah, dengan begitu, kita bergabung dengan jemaah haji, yang memperoleh haji yang mabrur, sa’i yang masykur, dan usaha yang tidak pernah merugi.Dengan senantiasa berputar di sekitar rumah Tuhan. Kita menjalankan syukur yang sebenar-benarnya.
Dalam surat Al-Baqarah, Allah swt bercerita tentang tiga kelompok manusia: orang bertaqwa, orang kafir, orang munafik, adalah penyakit yang yang bersemayam dalam hati mereka. Penyakit itu ditandai dengan dusta yang mereka lakukan. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambahpenyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih karena dusta yang mereka lakukan.(QS. Al-Baqarah:10)Apa yang dimaksud dengan dusta ? berdusta bukan saja menyampaikan sesuatu yang bukan fakta. Berdusta dalam banyak ayat Al-Quran, ditandai dengan dua hal. pertama, kurangnya manusia mensyukuri nikmat Tuhanya.
Bukankah turun kepada kita surat Al-Rahman, yang menceritakan nikmat Tuhan yang tak terhingga, bukankah ada satu ayat yang paling sering dibaca berulang, “fabiayyi ala’I rabbikuma tukaddziban?” wahai jin dan manusia, nikmat Tuhan manakah yang akan kalian dustakan? Nikmat Tuhan yang manakah yang belum kalian syukuri ?Kedua, kata dusta dalam Al-Quran juga berarti meninggalkan sunnah dan ajaran Nabi. Kaddzabat tsamudu bitaghwaha, kaum tsamud telah mendustakan rasulnya karena kesesatan mereka (QS. Al-Syams;11); kaddzabat qoblahum qaumu nuhin wa’adin wa fir’aun dzul awtad, telah mendustakan para rasul sebelum mereka itu, kaum nuh ‘Ad, dan fir’aun yang mempunyai tentara yang banyak (QS.Shad;12).
Tidak-Kurang dari 70 ayat dalam Al-Quran bercerita tentang dusta yang dilakukan kaum-kaum terdahulu, yaitu perbuatan mereka yang meninggalkan sunnah yang diajarkan Nabi-Nabi mereka.Marilah kini kita lihat diri kita, seberapa banyak lagi sunnah Nabi yang masih kita ikuti? Apakah kita termasuk kedalam kelompok mereka yang mendustakan ajaran rasul-Nya? Menjelang wafatnya, Rasulullah saw bersabda, “aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, sekiranya kalian pegang teguh keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu kitab Allah, dan keluargaku, ahli baitku.” Apakah kita masih mendawamkan Al-Quran dalam keseharian hidup kita ? Apakah kita msih menjadikanya pedoman, untuk menuntun kebingungan kita? Ataukah kita hanya meletakkanya sebagai penghias ruangan muka.Kemanakah kini pusaka yang kedua? Keluarga suci yang dititipkan Nabi untuk umatnya? Tahukah kita siapa mereka? Pernahkah kita baca sejarah mereka agar menjadi cerminan hidup kita?
Sekiranya kita menjawab tidak untuk setiap pertanyaan itu, kembalilah ke ‘arafah, akuilah setiap kekurangan itu, kembalilah berkurban, tinggalkan seluruh kehidupan dunia, untuk kemudian kembali dan mengikuti ajaran Nabi dan keluarganya, setalah itu bercukurlah, dan mulailah untuk berputar di sekitar rumah Tuhan, dengan menghabiskan sisa usia kita, dalam syukur dan perkhidmatan, dengan senantiasa menjadikan Al-Quran dan kelurga suci Nabi sebagai pedoman.Marilah kini kita berdoa, semoga Allah yang Maha Kuasa, berkenan untuk memberikan karunia, menganugerahkan kita kemampuan, untuk senantiasa bertaubat dan berkurban, sehingga jadilah kita Ibrahim-ibrahim baru, yang menjawab setiap perintah Tuhan, dan melakukannya dengan penuh keikhlasan. Ya Allah, Tuhan kami, inilah hari yang penuh berkat dan keberuntungan.
Hari ini berkumpul kaum muslimin, memenuhi sudut-sudut bumi-mu, hadir di antara mereka, pemohon, peminta dan perindu. Ada di tengah-tengah mereka, yang kini berdiri ketakutan dan mengharapkan perlindunga-mu. Ya Allah, kami bermohon kepada-mu, Demi kemuran dan kebaikan-mu, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Gabungkan kami pada hari ini, dengan orang saleh yang berdoa kepada-mu.Ya Allah, angkatlah cobaanmu pada penduduk negeri ini. Terimalah taubat kami, dalam syukur dan pengorbanan kami.
Selamatkan kami dari adzab yang pedih, yang engkau turunkan dari atas kami, atau dari bawah kami, atau dengan perpecahan di antara kami. Ya Allah, sekiranya pada hari ini, engkau hanya menerima taubat orang yang berserah diri dan mengakui segala dosanya, demi keagungan-mu, kami berserah diri dan mengakui segala dosa kami. Ya Allah, sekiranya pada hari ini, engkau hanya menerima kurban orang yang senantiasa taat kepada-mu, demi kebesaran-mu kami bersumpah, untuk berusaha meghabiskan sisa usia kami, dalam peribadatan dan ketaatan kepada-mu.
Ya Allah, kami tidak akan mampu melakukan semua itu, kecuali karena kasih dan sayang-mu jua. Sampaikanlah salawat dan salam, kepada Muhammad junjungan alam, serta keluarganya yang di muliakan.
[Khotbah Idul Adha oleh Ustadz Haji Miftah F. Rakhmat di Lapangan AKPI, Jalan Kampus I, Bandung, Jumat, 22 Februari 2002/10 Dzulhijjah 1422 H]
Esensi Iedul Adha dan Imam Husein As
Menjelang hari raya Iedul Adha, kaum muslimin berbondong-bondong menyambutnya dengan sambutan meriah. Walaupun memiliki kedudukan kedua setelah Iedul Fitri, namun untuk kaum faqir-miskin sebuah anugerah tak terkira dengan kiriman daging-daging segar yang mereka selama ini idamkan. Jangankan membeli daging, untuk makan sehari-hari saja mereka kebingungan.
Iedul Adha hari raya tanpa memberikan tekanan moral dan sosial, tidak seperti kakaknya Iedul Fitri. Tak perlu baju baru, bagi-bagi uang, memasak opor, bikin kue, THR, arus mudik atau arus balik.
Namun dibalik itu semua, Iedul Adha memiliki rahasia terpendam didalamnya. Rahasia sejarah, Tafsir, hadist dan falsafah kenapa terjadi setiap tahun Iedul Adha dengan mengorbankan Kambing , Sapi, Unta dan sejenisnya.
Allah Swt berfirman,
وفدیناه بذبح عظیم
Dan Kami tebus Hamba Shaleh itu dengan seekor sembelihan yang agung.
Beberapa Ahli tafsir, menafsirkan ayat diatas dengan Kambing atau Domba. Namun ada beberapa kejanggalan didalamnya, yaitu Allah swt memakai kata “Adhim” yang bermakna besar dan agung. Padahal Allah Swt mensifati dunia beserta isinya termasuk kambing, domba, gugusan bintang dan hal-hal bersifat kemateri-an lainnya dengan “Mata’un qalil”.
Allah Swt berfirman surat Al-Imran ayat 197 :
مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Itu (Dunia) hanyalah kesenangan Kecil (sementara), kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.
Allah Swt berfirman surat Al-Nisa ayat 77:
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ
Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.
Allah swt berfirman Surat Al-Taubah ayat 38:
فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.
Logika Al-Quran mengatakan bahwa Dunia dengan segala gemerlapnya adalah kenikmatan sedikit. Termasuk didalamnya Kambing dan hewan ternak lainnya, karena mereka adalah bagian dari dunia itu sendiri.
Untuk itu tidak sepadan jika Tafsiran Tebusan agung itu dengan kambing yang notabene-nya lebih kecil dari dunia itu sendiri. Bahkan Manusia lebih mulia dari dunia beserta isinya, karena Allah Swt menciptakan dunia beserta isinya untuk Manusia semata; Agar manusia sampai kepada tujuan peciptaan.
Kemudian aktor yang mengatakan”Tebusan Agung “ disini adalah Allah swt sendiri. Sang maha agung menyifati dunia dengan kecil, dan mensifati kambing sebagai bagian dari gemerlap dunia dengan “Agung”. Maka, jika ahli tafsir ngotot bahwa “tebusan agung” itu adalah kambing, maka mereka harus menerima kontradiksi yang terjadi antara Dunia yang “kecil” dan Kambing bagian dari dunia tersebut sebagai “Agung”. Hingga, dari sisi manapun tebusan agung itu tidak bisa ditafsirkan dengan SEEKOR KAMBING.
Tebusan Agung itu adalah Imam Husein as
Syeikh Shaduq meriwayatkan dari Imam Ridha sebuah Hadist yang panjang menjelaskan Kronologis sesungguhnya dari penyembelihan Ismail oleh Ibrahim as.
Sebelum Allah Swt mengirim seekor kambing kepada Ibrahim as, Kekasih Allah Swt tersebut berharap benar-benar menyembelih putranya, sehingga mendapatkan pahala Ahli musibah dan dinaikan derajatnya oleh Allah swt.
Allah Swt bertanya kepada Ibrahim, “Wahai Ibrahim! Dari seluruh makhluk ciptaan-Ku, siapa yang engkau cintai? Ibrahim menjawab, Kekasihmu Muhammad saww makhluk yang paling aku cintai.”
Allah swt bertanya, “Engkau lebih mencintai siapa, dirimu atau Kekasihku Muhammad saww? Ibrahim as menjawab, Tentu saja aku lebih mencintai Muhammad saww, ketimbang diriku.”
Allah Swt kembali bertanya, “Anaknya lebih engkau cintai, ataukah anakmu? Ibrahim menjawab, Anaknya lebih aku cintai dari anaku.”
Allah Swt kembali bertanya, “Putranya terbunuh ditangan Musuh dengan disembelih lebih menyakitkan hatimu, ataukah kematian putramu disembelih oleh musuh-musuhnya?”
Ibrahim as menangis seraya menjawab,” Kematian Putranya ditangan Musuhnya dengan disembelih lebih menyakitkan hatiku.”
Allah Swt dengan lantang berkata, “Wahai Ibrahim, Sesungguhnya kelak Al-Husein putra kekasihku Muhammad saww akan disembelih oleh kaum yang mengaku umat dari Muhammad. “
Ibrahim pun ketika mendengar itu tidak kuasa menahan tangisan dan meratap Wa Huseinah…
(Khisal Syeikh Shaduq juz.1 hal.58-89/Kanzul Daqaiq, Muhammad Ridha Qummi juz.11 hal.171-172)
Telaah sanad dan penjelasan Hadist diatas:
1. Hadist diatas dari sisi sanad tidak memiliki masalah (cacat), perawinya tergolong terpecaya seperti: Abdul Wahid ibn Muhammad Ibn Abdu Naisyaburi (Ustadz dari Syeikh Shaduq ), Ali ibn Muhammad Qutaibah Naisyaburi (Sahabat Imam Ridha as), Fadhl Bin Syadzan (Sahabat Para Imam Maksum). Mereka semua tidak memiliki kecacatan sama sekali. (Thabaqat A’lamu Syia juz.1 hal.205)
2. Sepanjang sejarah kemanusiaan, sembelihan paling agung hanyalah Imam Husein as Putra dari Rasulullah saww, Ali as dan Sayidah Fatimah as, penghulu pemuda surga, ketika kecilnya ditimang oleh jibril as.
Iedul Adha dari satu sisi adalah kebahagiaan, karena Ismail tidak jadi disembelih, namun juga kesedihan karena ditebus dengan Sang Tebusan Agung Imam Husein as.
Untuk itu ketika kita hendak menyembelih kambing, sunnahnya memberikan si kambing air minum.
Sejarah mencatat, ketika Imam Sajjad datang ketempat penyembelihan binatang kurban, beliau selalu mengulang-ulang kepada tukang jagal, sebelum disembelih, untuk memberikan air minum kepada hewan kurban tesebut.
Seraya menangis, "Ayahku Al-Husein disembelih dalam keadaan haus dengan mata kepalaku sendiri. Perlakukan mereka dengan baik, karena ayahku diperlakukan lebih buruk dari hewan ternak."
Ya Aba Abdillah Syafaatilah kami dan kedua orang tua kami.
یا وجیها عند الله اشفع لنا عند الله
[Abu Syirin Al-Hasan]
Duta Besar Inggris untuk Arab Saudi Masuk Islam bersama Istri
Sesuai dengan biografi resminya, Collis, yang bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Inggris tahun 1978 setelah menyelesaikan kuliah jurusan Bahasa Arab, lebih banyak ditugaskan di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan.
Menurut Kantor Berita ABNA, berita masuk Islamnya duta besar Inggris untuk Arab Saudi beserta istri menjadi viral di Arab Saudi. Simon Collis adalah duta besar Inggris pertama yang memeluk agama Islam dan pada tahun yang sama langsung menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu berhaji di tanah suci.
Foto duta besar Inggris tersebut bersama istrinya Huda Mujarkech yang mengenakan pakaian ihram tersebar luas di media sosial dan menjadi trending topic di negeri kerajaan tersebut. Disebutkan yang pertama kali memosting foto tersebut di media sosial adalah akun twitter milik Fawsiah al Bakr dengan bubuhan keterangan, “Dubes Inggri untuk Arab Saudi melaksanakan haji setelah masuk Islam: Simon Collis dan Istrinya Huda di Mekkah.”
Dubes Collis dan istrinya menyampaikan terima kasih kepada Fawziah, seorang penulis dan aktivis, atas tweetnya tersebut, sebagaimana diberitakan situs Al-Marsad pada Selasa (13/9).
Sesuai dengan biografi resminya, Collis, yang bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Inggris tahun 1978 setelah menyelesaikan kuliah jurusan Bahasa Arab, lebih banyak ditugaskan di kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan.
Tugas diplomasi pertamanya di Bahrain dari tahun 1981-1984, kemudian menjadi Wakil Dubes Inggris di Tunisia dari 1988-1990, kemudian Wakil Dubes Inggris untuk Yordania tahun 1996-1999, kemudian Konjen Inggris untuk Dubai tahun 2000-2004, dan Konjen Inggris untuk Basra (Irak) tahun 2004-2005.
Sebelum ke Arab Saudi, Simon Collis pernah ditunjuk menjadi Dubes Inggris untuk Qatar tahun 2005-2007, kemudian Dubes untuk Suriah dari 2007-2012, dan Dubes untuk Irak tahun 2012-2014. Saat ini, Collis bertugas menjadi Dubes Inggris untuk Arab Saudi sejak Januari 2015.
Pesan Kerukunan Islam Sunni-Syiah dari Kota Lucknow India
Shalat bersama di Lucknow tersebut mengirimkan pesan kerukunan kepada dunia, bahwa Sunni dan Syiah dapat bersatu dan rukun dalam jamaah yang sama.
Menurut Kantor Berita ABNA, berdiri dalam satu jamaah muslim Sunni dan Syiah India melaksanakan shalat Idul Adha bersama pada senin (12/9) di kota Lucknow ibu kota negara bagian Uttar Pradesh, India.
Shalat Idul Adha Sunni-Syiah tersebut terselenggara di kompleks Bara Imambara, peninggalan arsitektur Dinasti Mughal. Mayoritas muslim di Lucknow beraliran Syiah. Imam Bara artinya Imam Dua Belas, aliran Syiah yang paling besar.
Shalat berjamaah Sunni-Syiah di Bara Imambara tidak hanya pada momen Idul Adha namun juga pada momen Idul Fitri. Shalat bersama tersebut mengirimkan pesan kerukunan kepada dunia, bahwa Sunni dan Syiah dapat bersatu dan rukun dalam jamaah yang sama. Usai penyelenggaraan shalat, para jamaah saling bersalaman dan berangkulan mengucapkan selamat hari raya. Pendeta Kristen dan Hindu juga berpartisipasi dalam acara tersebut dan menikmati makan bersama yang disajikan.
Pesan Rahbar pada Hujaj
Pada malam haji, Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Sayyed Ali Khamenei menyampaikan pesan penting bagi umat Islam di seluruh dunia dan peziarah di Baitullah. Ziarah Ibrahim sebagai simbol martabat dan keagungan bangsa Islam melawan yang disebut pengganggu internasional dan menunjuk tragedi pahit Mina , kepada pemerintah dan negara-negara Islam dan menekankan : Dunia Islam , lebih luas dari pemerintahan maupun kaum Muslim dan mereka harus benar-benar mengenal penguasa Arab karena banyaknya kejahatan yang dilakukan dalam konteks dunia Islam. Jangan mengabaikan mereka yang mengelola dua Mesjid Suci dan Haji berdasar ide dasar mereka.
Isi pesan Pemimpin Revolusi Islam
بسم اللّه الرّحمن الرّحیم
وَ الحَمدُ لِلّهِ رَبِّ العالَمین وَ صَلَّی اللّهُ عَلی سَیّدِنا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ الطَّیِّبینَ وَ صَحبِهِ المُنتَجَبین وَ مَن تَبِعَهُم بِاِحسانٍ اِلی یَومِ الدّین.
Saudara dan Saudari Muslim di Seluruh Dunia!
Musim Haji bagi umat Muslim, merupakan sebuah kehormatan dan kemuliaan di mata seluruh makhluk, dan musimnya cahaya hati, kerendahan hati, dan doa kepada sang pencipta. Haji merupakan ritual sakral dan duniawi, ilahi dan umat.pada perintah yang sama «فَاذکُرُوا اللّهَ کَذِکرِکُم ءابآءَکُم اَو اَشَدَّ ذِکرًا» (۲) و «وَ اذکُرُوا اللّهَ فی اَیّامٍ مَعدوداتٍ» (۳ dari sisi «اَلَّذی جَعَلناهُ لِلنّاسِ سَوآءَنِ العاکِفُ فیهِ pidato وَالباد» (۴)
Dimensi tak berbatas dan berbeda yang mencerahkan.
Dalam ritual spesial ini, ketentraman waktu dan tempat sebuah pertanda yang jelas layaknya bintang-bintang yang bersinar, memberikan ketentraman pada hati manusia, dan para Haji tidak dikepung oleh ketidak amanan dari pihak-pihak zalim, dan manusia selalu menarik dirinya dan menjauhi ketidak amanan dan ingin menikmati keselamatan dirinya dalam suatu periode tertentu.
Haji Ibrahimi menghadiahkan Islam kepada Umat Muslim. Lambang martabat, spiritualitas, kesatuan dan kemuliaan. Kebesaran umat muslim dan ketergantungan mereka terhadap kekuatan ilahi menjadikan musuh-musuh yang dengki berusaha membuat umat islam jatuh ke limbah korupsi, penindasan,dan gangguan internasional dan mereka paksakan terhadap seluruh manusia. Haji merupakan simbol Islami dan Persatuan, «اَشِدّآءُ عَلَی الکُفّارِ رُحَمآءُ بَینَهُم» (۵) bersih dari segala bentuk kemusyrikan, kasih sayang dan persatuan mukmin.
Mereka yang melakukan ziarah Haji, mengurangi pariwisata, serta menyembunyikan permusuhan dan kebencian mereka terhadap revolusioner bangsa Iran di bawah judul "politisasi haji".Penguasa Suadi tahun ini benar-benar menutup rumah tercinta ini bagi peziarah Iran, kesesatan yang tumbuh dan yang tersisa hanyalah kekuatan zhalim dalam pembelaan kekuatan arogan dunia. Dan mereka aliansi dengan Zionis dan Amerika dan berusaha untuk memenuhi tuntutan yang mereka ketahui bahwa didalamnya pasti ada pengkhianatan.
Sekarang sudah mendekati satu tahun dari kejadian mengerikan Mina, yang mana ribuan orang dihari eid dengan pakaian ihram, dibawah teriknya matahari dengan mulut yang kehausan, meninggal dalam keadaan terzalimi. Sesaat sebelumnya juga di Masjidil Haram kumpulan orang dalam keadaan ibadah, tawaf dan sholat terbantai. Penguasa Saudi atas kejadian ini menganggapnya sebagai bentuk kecelakaan. Ini adalah apa yang semua peserta dan pengamat dan analis teknis memiliki konsensus tentang itu, dan sebagian dari analisa akan prasangka adanya unsur kesengajaan atas kejadian tersebut .keterlambatan dan kegagalan mereka dalam menyelamatkan orang-orang yang terluka dan setengah sadar yang mana jiwa mereka sangat merindukan eid qurban yang tidak lepas dari mulut-mulut mereka dari zikir-zikir ilahi.pria-pria yang hatinya rusak dan pelaku kejahatan Suadi juga membuat mereka jadi korban,disimpan dalam kontainer tertutup bahkan dipenjara bukannya dibantu memberikan pengobatan dan pertolongan dan akhirnya mereka syahid dalam keadaan haus.Ribuan keluarga dari negara-negara berbeda kehilangan orang yang mereka cintai dan rakyat mereka berduka. Dari Republik Islam Iran mendekati 500 orang yang syahid. Hati keluarga terluka dan bangsa bersedih.
Para penguasa Saudi bukannya meminta maaf dan menyesal atas insiden tersebut atau mengadili pelaku insiden tersebut. Dengan tidak malu dan berani, menolak pembentukan misi pencari fakta internasional islam. Dan alih-alih berdiri dan mengklaim musuh bebuyutannya Repulik Islam dan dengan bendera Islam dalam menghadapi ketidakpercayaan dan arogansi dengan menunjukkan kebencian dan kesemberonoan yang lebih banyak.
Trompet-terompet propaganda meraka dari para pemuka kanca perpolitikan yang kelakuannya di hadapan para Zionis dan Amerika membuat malu dunia Islam, sampai para pembuat Fatwa-fatwa pemakan haram dan tidak bertakwa yang secara jelas memberikan fatwa yang bertentangan dengan al Quran dan Sunnah, serta para penjilat-penjilat media yang bahkan hati nurani keprofesionalan merekapun tidak dapat mencegah mereka dari memberikan kabar-kabar bohong dan palsu, keseluruhan dari mereka melakukan usaha yang sia-sia dalam menyudutkan Republik Islam Iran sebagai penyebab dari pengharamam Jemaah haji Iran oleh Arab Saudi pada musim haji tahun ini.
Para penguasa penyebar fitnah yang dengan membentuk dan mendukung kelompok-kelompok takfiri membuat dunia Islam jatuh dalam peperangan saudara, pembunahan manusia-manusia tidak berdosa dan menjadikan Yaman, Iraq, Libia dan lainnya tenggelam dalam genangan darah; sesungguhnya lupa akan adanya rencana besar Allah swt sehingga mereka dengan tenangnya berjabat tangan persahabatan dengan Rezim Zionis dan menutup mata dari para muslim Palestina serta memperluas kezaliman mereka ke kota dan desa Bahrain.
Para penguasa yang tidak beragama dan berperasaan yang menyebabkan tragedi besar Mina dengan menggunakan nama pengurus dua tempat suci (Mekah dan Madinah) sesungguhnya telah menodai kesucian tempat tersebut dengan mengorbankan para jamaah haji pada hari idul Adha dan hari sebelumnya di masjidil Haram, tidak cukup dengan itu merekapun saat ini berusaha untuk memisahkan kejadian ini dengan permasalahan politik dan menuduh orang lain atas dosa yang mereka lakukan atau targedi yang terjadi atas sebab kelalaian mereka. Dan merekalah contoh hakiki dari ayat al Quran yang berbunyi:
وَ اِذا تَوَلّیٰ سَعیٰ فِی الاَرضِ لِیُفسِدَ فیها وَ یُهلِکَ الحَرثَ وَ النَّسلَ وَ اللّهُ لا یُحِبُّ الفَساد * وَ اِذا قیلَ لَهُ اتَّقِ اللّهَ اَخَذَتهُ العِزَّةُ بِالاِثمِ فَحَسبُهو جَهَنَّمُ وَ لَبِئسَ المِهاد
Pada tahun ini sesuai dengan apa yang dilaporkan, selain pelarangan dan penentangan terhadap jamaah Haji Iran dan negara lain merekapun dengan bantuan alat-alat penyadap Amerika dan Rezim Zionis berusaha untuk mengkontrol dan menyadap seluruh pergerakan jamaah Haji dengan hal ini mereka telah menjadikan Baitullah menjadi tempat yang tidak aman bagi siapapun.
Dunia Islam, Negara maupun rakyat Muslim sudah seharusnya mengenal dengan jelas wajah asli dari para penguasa Arab Saudi. Kita semua harus benar-benar mengenal hakikat dari kekejaman, ketidak berimanan, matrealisme dan ketergantungan mereka terhadap dunia Barat; kita sama sekali tidak boleh melepaskan mereka atas kelukuan zalim yang telah merka lakukan pada dunia Islam; dan atas keluakuan zalim juga yang mereka lakukan terhadap tamu-tamu Ilahi kita bersama-sama harus benar-benar memikirkan bagaimana kelanjutan kepengurusan dua tempat suci Islam (Mekah dan Madinah). Kelalaian kita dalam kewajiban tersebut akan berdampak dan menyebabkan permasalahan yang lebih besar dalam dunia Islam.
Saudara dan saudari muslim di seluruh dunia!
Sangat disayangkan pada tahun ini jamaah Haji Iran yang penuh dengan keikhlasan dan kerinduan ibadah tidak ada di sisi Jamaah Haji dari negara-negara lain, akan tetapi hati dan perhatian mereka akan selalu berada dan menyertai jamaah Haji lainnya serta selalu menghawatirkan keadaan dan juga selalu mendoakan keselamatan jamaah Haji dari rencana busuk pohon thagut terlaknat.
Saudara dan saudari Irani mari kita bersama mendoakan dalam seluruh doa, ibadah dan munajah kita semoga Allah swt mengangkat seluruh permasalahan yang ada pada umat Islam di seluruh dunia serta semoga Allah swt menggagalkan rencana jahat dan menghancurkan seluruh negara-negara penjajah dan Rezim Zionis.
Doa Kumail bin Ziyad ra
Doa Kumail bin Ziyad ra
Doa ini adalah salah satu doa yang sudah masyhur. Allamah Majlisi ra berkata, “Doa ini adalah doa yang terbaik. Doa ini adalah doa Nabi Khidhir as. Amirul Mukminin as telah menganjarkannya kepada Kumail, salah seorang sahabat khusus beliau. Doa ini dibaca pada malam nishfu Syakban dan malam Jumat. Doa ini sangat bermanfaat untuk menolak kejahatan musuh, membuka pintu rezeki, dan mengampuni dosa.”
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، وَ بِقُوَّتِكَ الَّتِيْ قَهَرْتَ بِهَا كُلَّ شَيْءٍ، وَ خَضَعَ لَهَا كُلُّ شَيْءٍ، وَ ذَلَّ لَهَا كُلُّ شَيْءٍ، وَ بِجَبَرُوْتِكَ الَّتِيْ غَلَبْتَ بِهَا كُلَّ شَيْءٍ، وَ بِعِزَّتِكَ الَّتِيْ لاَ يَقُوْمُ لَهَا شَيْءٌ، وَ بِعَظَمَتِكَ الَّتِيْ مَلأَتْ كُلَّ شَيْءٍ، وَ بِسُلْطَانِكَ الَّذِيْ عَلاَ كُلَّ شَيْءٍ، وَ بِوَجْهِكَ الْبَاقِيْ بَعْدَ فَنَاءِ كُلِّ شَيْءٍ، وَ بِأَسْمَائِكَ الَّتِي مَلأَتْ أَرْكَانَ كُلِّ شَيْءٍ، وَ بِعِلْمِكَ الَّذِيْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ، وَ بِنُوْرِ وَجْهِكَ الَّذِي أَضَاءَ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ. يَا نُوْرُ يَا قُدُّوْسُ، يَا أَوَّلَ اْلاَوَّلِيْنَ وَ يَا آخِرَ اْلاَخِرِينَ
Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, dengan kekuatan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu, kepadanya tunduk segala sesuatu dan terhadapnya merasa hina segala sesuatu, dengan keagungan-Mu yang dengannya Engkau kalahkan segala sesuatu, dengan kemuliaan-Mu yang segala sesuatu tidak dapat melawannya, dengan kebesaran-Mu yang memenuhi segala sesuatu, dengan kerajaan-Mu yang lebih tinggi dari sesuatu, dengan Zat-Mu yang kekal setelah sirnanya segala sesuatu, dengan asma-Mu yang memenuhi tonggak segala sesuatu, dengan ilmu-Mu yang mencakup segala sesuatu, dan dengan cahaya Zat-Mu yang menyinari segala sesuatu. Wahai Nur, wahai Yang Mahasuci, wahai Yang Awal dari segala yang awal dan wahai Yang Akhir dari segala yang akhir
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تَهْتِكُ الْعِصَمَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تُنْزِلُ النِّقَمَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تُغَيِّرُ النِّعَمَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تَحْبِسُ الدُّعَاءَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوْبَ الَّتِي تُنْزِلُ الْبَلاَءَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي كُلَّ ذَنْبٍ أَذْنَبْتُهُ، وَ كُلَّ خَطِيئَةٍ أَخْطَأْتُهَا،
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat merobek-robek tirai penjagaan(ku). Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat menyebabkan turunnya siksa. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat merusak karunia. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat merintangi doa. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang dapat menurunkan malapetaka. Ya Allah, ampunilah segala dosa yang pernah kulakukan dan setiap kesalahan yang pernah kukerjakan.
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَتَقَرَّبُ إِلَيْكَ بِذِكْرِكَ، وَ أَسْتَشْفِعُ بِكَ إِلَى نَفْسِكَ، وَ أَسْأَلُكَ بِجُوْدِكَ أَنْ تُدْنِيَنِيْ مِنْ قُرْبِكَ، وَ أَنْ تُوْزِعَنِيْ شُكْرَكَ، وَ أَنْ تُلْهِمَنِيْ ذِكْرَكَ،
Ya Allah, aku mendekatkan diri kepada-Mu dengan mengingat-Mu, aku memohon pertolongan kepada-Mu (untuk menuju) ke haribaan-Mu, aku memohon kepada-Mu dengan kemurahan-Mu agar Kaudekatkan daku ke haribaan-Mu, mengajarkanku untuk bersyukur kepada-Mu dan membimbingku untuk selalu mengingat-Mu
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ سُؤَالَ خَاضِعٍ مُتَذَلِّلٍ خَاشِعٍ أَنْ تُسَامِحَنِيْ وَ تَرْحَمَنِيْ وَ تَجْعَلَنِيْ بِقِسْمِكَ رَاضِيًا قَانِعًا، وَ فِي جَمِيعِ اْلاَحْوَالِ مُتَوَاضِعًا،
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu laksana permohonan seorang hamba yang rendah diri, hina, dan penuh kekhusyukan agar Engkau memaafkan dan mengasihiku serta menjadikanku rela nan puas dengan pemberian-Mu dan rendah hati dalam setiap keadaan
اَللَّهُمَّ وَ أَسْأَلُكَ سُؤَالَ مَنِ اشْتَدَّتْ فَاقَتُهُ، وَ أَنْزَلَ بِكَ عِنْدَ الشَّدَائِدِ حَاجَتَهُ، وَ عَظُمَ فِيْمَا عِنْدَكَ رَغْبَتُهُ، اَللَّهُمَّ عَظُمَ سُلْطَانُكَ وَ عَلاَ مَكَانُكَ وَ خَفِيَ مَكْرُكَ وَ ظَهَرَ أَمْرُكَ وَ غَلَبَ قَهْرُكَ وَ جَرَتْ قُدْرَتُكَ، وَ لاَ يُمْكِنُ الْفِرَارُ مِنْ حُكُومَتِكَ،
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu laksana permohonan orang yang telah terdesak oleh kesulitannya, yang hanya memohon keperluan kepada-Mu ketika ia ditimpa kesulitan dan yang besar dambaannya untuk meraih apa yang ada di sisi-Mu. Ya Allah, Mahaagung kerajaan-Mu, Mahatinggi kedudukan-Mu, selalu tersembunyi rencana-Mu, selalu tampak segala titah-Mu, selalu menang kekuatan-Mu, selalu mendominasi kekuasaan-Mu dan tidak mungkin untuk lari dari (cengkeraman) kekuasaan-Mu
اَللَّهُمَّ لاَ أَجِدُ لِذُنُوْبِيْ غَافِرًا، وَ لاَ لِقَبَائِحِيْ سَاتِرًا، وَ لاَ لِشَيْءٍ مِنْ عَمَلِيَ الْقَبِيْحِ بِالْحَسَنِ مُبَدِّلاَ غَيْرَكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ وَ بِحَمْدِكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَ تَجَرَّأْتُ بِجَهْلِيْ وَ سَكَنْتُ إِلَى قَدِيمِ ذِكْرِكَ لِيْ وَ مَنِّكَ عَلَيَّ،
Ya Allah, tidak kutemukan pengampun bagi dosa-dosakku, tidak pula
penutup bagi semua keburukanku dan tidak juga perubah kelakuanku yang buruk menjadi perbuatan baik melainkan Engkau. Tiada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau dan dengan segala puji kepada-Mu, aku telah menganiaya diriku, aku telah berani melanggar karena kebodohanku dan (meskipun demikian), aku masih merasa tenang karena Engkau masih selalu mengingatku dan melimpahkan karunia-Mu atas diriku
. اَللَّهُمَّ مَوْلاَيَ كَمْ مِنْ قَبِيْحٍ سَتَرْتَهُ، وَ كَمْ مِنْ فَادِحٍ مِنَ الْبَلاَءِ أَقَلْتَهُ (أَمَلْتَهُ)، وَ كَمْ مِنْ عِثَارٍ وَقَيْتَهُ، وَ كَمْ مِنْ مَكْرُوهٍ دَفَعْتَهُ، وَ كَمْ مِنْ ثَنَاءٍ جَمِيْلٍ لَسْتُ أَهْلاً لَهُ نَشَرْتَهُ،
Ya Allah, Maulaku, betapa banyak keburukan(ku) yang telah Kaututupi, betapa banyak malapetaka dahsyat yang telah Kauhindarkan, betapa banyak ketergelinciran (dosa) yang telah Kaujaga (dariku), betapa banyak malapetaka yang telah Kaugagalkan, dan betapa banyak pujian baik yang tak layak bagiku Kau anugerahkan.
اَللَّهُمَّ عَظُمَ بَلاَئِيْ، وَ أَفْرَطَ بِيْ سُوْءُ حَالِيْ، وَ قَصُرَتْ (قَصَّرَتْ) بِيْ أَعْمَالِيْ، وَ قَعَدَتْ بِيْ أَغْلاَلِيْ، وَ حَبَسَنِيْ عَنْ نَفْعِيْ بُعْدُ أَمَلِيْ (آمَالِيْ)، وَ خَدَعَتْنِي الدُّنْيَا بِغُرُورِهَا وَ نَفْسِيْ بِجِنَايَتِهَا (بِخِيَانَتِهَا) وَ مِطَالِيْ،
Ya Allah, besar sudah bencanaku, berlebihan sudah keburukan keadaanku,
sedikit sekali amal-amalku, membebaniku belenggu-belenggu (dosa)ku, angan-angan panjang (duniawi) telah menahan segala keuntungan dariku dan dunia telah memperdayaku dengan tipuannya, hawa nafsuku dengan tindak penentangannya dan kelalaianku (untuk bertobat).
يَا سَيِّدِيْ فَأَسْأَلُكَ بِعِزَّتِكَ أَنْ لاَ يَحْجُبَ عَنْكَ دُعَائِيْ سُوْءُ عَمَلِيْ وَ فِعَالِيْ، وَ لاَ تَفْضَحْنِي بِخَفِيِّ مَا اطَّلَعْتَ عَلَيْهِ مِنْ سِرِّيْ، وَ لاَ تُعَاجِلْنِيْ بِالْعُقُوْبَةِ عَلَى مَا عَمِلْتُهُ فِي خَلَوَاتِيْ، مِنْ سُوْءِ فِعْلِيْ وَ إِسَاءَتِيْ، وَ دَوَامِ تَفْرِيْطِيْ وَ جَهَالَتِيْ، وَ كَثْرَةِ شَهَوَاتِيْ وَ غَفْلَتِي،
Wahai Tuanku, kumohon kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu agar
kejelekan amal dan perilakuku tidak merintangi doaku dari-Mu, jangan Kaupermalukan aku karena rahasia-rahasiaku yang hanya diketahui oleh-Mu dan jangan
Kau segerakan siksaan karena semua yang kukerjakan dalam kesendirianku, dari buruknya perbuatan dan kejahatanku, keterusmenerusanku dalam kealpaan (dosa) dan kebodohan serta banyaknya nafsu dan kelalaianku
وَ كُنِ اَللَّهُمَّ بِعِزَّتِكَ لِيْ فِيْ كُلِّ الأَحْوَالِ (فِي الأَحْوَالِ كُلِّهَا) رَؤُوْفًا، وَ عَلَيَّ فِيْ جَمِيْعِ الأُمُوْرِ عَطُوْفًا، إِلَهِيْ وَ رَبِّيْ، مَنْ لِيْ غَيْرُكَ أَسْأَلُهُ كَشْفَ ضُرِّيْ وَ النَّظَرَ فِيْ أَمْرِيْ،
Ya Allah, dengan kemuliaan-Mu, sayangilah aku dalam segala suasana dan
kasihilah aku dalam segala urusan. Ilahi, Rabbi, siapa lagi bagiku selain Engkau yang dapat kumohon agar menguraikan jeratan tali deritaku dan memperhatikan urusanku.
إِلَهِيْ وَ مَوْلاَيَ، أَجْرَيْتَ عَلَيَّ حُكْمًا اتَّبَعْتُ فِيْهِ هَوَى نَفْسِيْ، وَ لَمْ أَحْتَرِسْ فِيْهِ مِنْ تَزْيِيْنِ عَدُوِّي، فَغَرَّنِيْ بِمَا أَهْوَى وَ أَسْعَدَهُ عَلَى ذَلِكَ الْقَضَاءُ فَتَجَاوَزْتُ بِمَا جَرَى عَلَيَّ مِنْ ذَلِكَ بَعْضَ (مِنْ نَقْضِ) حُدُودِكَ، وَ خَالَفْتُ بَعْضَ أَوَامِرِكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ (الْحُجَّةُ) عَلَيَّ فِي جَمِيْعِ ذَلِكَ، وَ لاَ حُجَّةَ لِيْ فِيْمَا جَرَى عَلَيَّ فِيْهِ قَضَاؤُكَ وَ أَلْزَمَنِيْ حُكْمُكَ وَ بَلاَؤُكَ،
Ilahi, Maulaku, Engkau telah menentukan sebuah hukum dan perintah terhadapku yang aku lebih mementingkan hawa nafsuku darinya, dan berkenaan dengannya, aku tidak bertindak waspada terhadap tipuan musuhku (hawa nafsu dan setan), lalu ia membujukku dengan hal-hal yang menggiurkan dan ketentuan (langit pun) menolongnya dalam hal ini sehingga aku berani melanggar sebagian ketentuan-ketentuan yang Kautetapkan bagiku dan menentang sebagian perintah-perintah-Mu. Maka, dalam semua (kelakuanku) itu Engkau memiliki dalih (untuk menjatuhkan hukuman) atasku, dan tiada alasan (lagi) bagiku (menolak) ketentuan (hukuman)-Mu atasku, dan (begitu juga) hukum dan bencana-Mu yang harus menimpaku.
وَ قَدْ أَتَيْتُكَ يَا إِلَهِيْ بَعْدَ تَقْصِيْرِي وَ إِسْرَافِيْ عَلَى نَفْسِيْ مُعْتَذِرًا نَادِمًا، مُنْكَسِرًا مُسْتَقِيْلاً، مُسْتَغْفِرًا مُنِيْبًا، مُقِرًّا مُذْعِنًا مُعْتَرِفًا، لاَ أَجِدُ مَفَرًّا مِمَّا كَانَ مِنِّيْ وَ لاَ مَفْزَعًا أَتَوَجَّهُ إِلَيْهِ فِيْ أَمْرِيْ غَيْرَ قَبُوْلِكَ عُذْرِيْ وَ إِدْخَالِكَ إِيَّايَ فِي سَعَةِ (سَعَةٍ مِنْ) رَحْمَتِكَ،
Kini aku datang menghadap-Mu, ya Ilahi, setelah semua kecerobohan dan
kezalimanku atas diriku memohon maaf, mengungkapkan penyesalan, dengan hati luluh, merasa jera, mengharap ampunan, bertaubat, mengakui (kelalaian), menyadari (kecerobohan dan) menginsafi (kesalahan). Tiada kutemui
tempat melarikan diri dari dosa-dosa yang telah kulakukan dan tiada pula tempat berlindung agar kuterlepas dari noda dan beban melainkan Kaukabulkan permohonan ampunanku dan memasukkan daku dalam lautan rahmat-Mu.
اَللَّهُمَّ (إِلَهِيْ) فَاقْبَلْ عُذْرِيْ، وَ ارْحَمْ شِدَّةَ ضُرِّيْ، وَ فُكَّنِيْ مِنْ شَدِّ وَثَاقِيْ، يَا رَبِّ ارْحَمْ ضَعْفَ بَدَنِيْ، وَ رِقَّةَ جِلْدِيْ، وَ دِقَّةَ عَظْمِيْ، يَا مَنْ بَدَأَ خَلْقِيْ وَ ذِكْرِيْ وَ تَرْبِيَتِيْ وَ بِرِّيْ وَ تَغْذِيَتِي، هَبْنِيْ ِلابْتِدَاءِ كَرَمِكَ وَ سَالِفِ بِرِّكَ بِيْ،
Ya Allah, terimalah alasan (pengakuan)ku ini, kasihanilah beratnya kepedihanku dan bebaskanlah daku dari jeratan belengguku. Ya Rabbi, kasihanilah kelemahan tubuhku, kelembutan kulitku, dan kerapuhan tulangku. Wahai Zat yang mula-mula menciptakanku, menyebut dan mendidikku, memperlakukanku dengan baik dan memberiku kehidupan, berikanlah kepadaku (anugerah-Mu) karena karunia-Mu yang terdahulu dan perbuatan baik-Mu terhadapku (yang telah Kaulakukan terhadap diriku).
يَا إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ وَ رَبِّيْ، أَ تُرَاكَ مُعَذِّبِيْ بِنَارِكَ بَعْدَ تَوْحِيْدِكَ، وَ بَعْدَ مَا انْطَوَى عَلَيْهِ قَلْبِيْ مِنْ مَعْرِفَتِكَ، وَ لَهِجَ بِهِ لِسَانِيْ مِنْ ذِكْرِكَ، وَ اعْتَقَدَهُ ضَمِيْرِيْ مِنْ حُبِّكَ، وَ بَعْدَ صِدْقِ اعْتِرَافِيْ وَ دُعَائِيْ خَاضِعًا لِرُبُوْبِيَّتِكَ،
Ya Ilahi, Tuanku dan Tuhanku, apakah Engkau akan menyiksaku dengan api-Mu
setelah aku mengesakan-Mu, setelah hatiku tenggelam dalam makrifat-Mu, setelah lidahku bergetar menyebut-Mu, setelah hatiku terikat cinta dengan-Mu, dan setelah segala ketulusan pengakuanku dan dan permohonanku seraya tunduk bersimpuh pada rububiyah-Mu?
هَيْهَاتَ أَنْتَ أَكْرَمُ مِنْ أَنْ تُضَيِّعَ مَنْ رَبَّيْتَهُ، أَوْ تُبْعِدَ (تُبَعِّدَ) مَنْ أَدْنَيْتَهُ، أَوْ تُشَرِّدَ مَنْ آوَيْتَهُ، أَوْ تُسَلِّمَ إِلَى الْبَلاَءِ مَنْ كَفَيْتَهُ وَ رَحِمْتَهُ،
Tidak, Engkau terlalu mulia untuk mencampakkan orang yang telah Kauayomi, menyisihkan orang yang telah Kaudekatkan, mengusir orang yang telah Kaunaungi, atau menjerumuskan ke jurang bencana orang yang telah Kaucukupi dan rahmati.
وَ لَيْتَ شِعْرِيْ يَا سَيِّدِيْ وَ إِلَهِيْ وَ مَوْلاَيَ، أَ تُسَلِّطُ النَّارَ عَلَى وُجُوْهٍ خَرَّتْ لِعَظَمَتِكَ سَاجِدَةً، وَ عَلَى أَلْسُنٍ نَطَقَتْ بِتَوْحِيْدِكَ صَادِقَةً وَ بِشُكْرِكَ مَادِحَةً، وَ عَلَى قُلُوْبٍ اعْتَرَفَتْ بِإِلَهِيْتِكَ مُحَقِّقَةً، وَ عَلَى ضَمَائِرَ حَوَتْ مِنَ الْعِلْمِ بِكَ حَتَّى صَارَتْ خَاشِعَةً، وَ عَلَى جَوَارِحَ سَعَتْ إِلَى أَوْطَانِ تَعَبُّدِكَ طَائِعَةً وَ أَشَارَتْ بِاسْتِغْفَارِكَ مُذْعِنَةً،
Aduhai diriku, wahai Tuanku, Ilahi dan Maulaku. Apakah Engkau akan melemparkan ke neraka wajah-wajah yang tunduk rebah karena kebesaran-Mu, lidah-lidah yang dengan tulus mengikrarkan keesaan-Mu dan dengan mensyukuri karunia-Mu ia memuji(-Mu), kalbu-kalbu yang dengan sepenuh hati mengakui ketuhanan-Mu, hati nurani yang dipenuhi dengan pengetahuan tentang-Mu sehingga ia bergetar ketakutan, dan anggota-anggota tubuh yang telah mematuhi untuk menjadi hamba-Mu dan dengan merendah ia memohon ampunan-Mu? Tidak sedemikian itu dugaan (kami) pada-Mu, dan juga tidak demikian kami diberitahukan tentang kemuliaan-Mu, wahai Zat Yang Mulia, ya Tuhanku
مَا هَكَذَا الظَّنُّ بِكَ وَ لاَ أُخْبِرْنَا بِفَضْلِكَ عَنْكَ، يَا كَرِيمُ يَا رَبِّ أَنْتَ تَعْلَمُ ضَعْفِيْ عَنْ قَلِيْلٍ مِنْ بَلاَءِ الدُّنْيَا وَ عُقُوبَاتِهَا وَ مَا يَجْرِيْ فِيْهَا مِنَ الْمَكَارِهِ عَلَى أَهْلِهَا، عَلَى أَنَّ ذَلِكَ بَلاَءٌ وَ مَكْرُوهٌ قَلِيْلٌ مَكْثُهُ، يَسِيْرٌ بَقَاؤُهُ، قَصِيْرٌ مُدَّتُهُ، فَكَيْفَ احْتِمَالِيْ لِبَلاَءِ الاَخِرَةِ وَ جَلِيْلِ(حُلُوْلِ) وُقُوْعِ الْمَكَارِهِ فِيهَا، وَ هُوَ بَلاَءٌ تَطُوْلُ مُدَّتُهُ، وَ يَدُوْمُ مَقَامُهُ، وَ لاَ يُخَفَّفُ عَنْ أَهْلِهِ ِلاَنَّهُ لاَ يَكُوْنُ إِلاَ عَنْ غَضَبِكَ وَ انْتِقَامِكَ وَ سَخَطِكَ، وَ هَذَا مَا لاَ تَقُوْمُ لَهُ السَّمَاوَاتُ وَ اْلأَرْضُ،
Engkau mengetahui kelemahanku (untuk menanggung) malapetaka dunia dan siksa-siksanya serta kesusahan-kesusahan yang menimpa para penghuninya, padahal semua
malapetaka dan kesusahan itu singkat zamannya, sebentar lalunya, dan pendek masanya. Maka, apakah mungkin aku sanggup menanggung bencana akhirat dan siksaan-siksaan yang dahsyat di sana? Sedangkan semua itu adalah bencana yang panjang masanya dan kekal, serta tidak akan diringankan bagi orang-orang yang berhak mendapatkannya, sebab semua itu terjadi karena murka, balasan, dan amarah-Mu. Inilah yang tidak dapat ditanggung oleh langit dan bumi
يَا سَيِّدِيْ فَكَيْفَ لِيْ (بِيْ) وَ أَنَا عَبْدُكَ الضَّعِيْفُ الذَّلِيلُ الْحَقِيْرُ الْمِسْكِيْنُ الْمُسْتَكِيْنُ، يَا إِلَهِيْ وَ رَبِّيْ وَ سَيِّدِيْ وَ مَوْلاَيَ، لأَيِّ الأَمُوْرِ إِلَيْكَ أَشْكُوْ، وَ لِمَا مِنْهَا أَضِجُّ وَ أَبْكِي، لأَلِيْمِ الْعَذَابِ وَ شِدَّتِهِ أَمْ لِطُوْلِ الْبَلاَءِ وَ مُدَّتِهِ، فَلَئِنْ صَيَّرْتَنِيْ لِلْعُقُوْبَاتِ مَعَ أَعْدَائِكَ وَ جَمَعْتَ بَيْنِيْ وَ بَيْنَ أَهْلِ بَلاَئِكَ وَ فَرَّقْتَ بَيْنِيْ وَ بَيْنَ أَحِبَّائِكَ وَ أَوْلِيَائِكَ،
Wahau Tuanku, bagaimana dengan diriku? Padahal aku adalah hamba-Mu yang lemah, rendah, hina, malang, dan papa. Ya Ilahi, Rabbi, Tuanku, dan Maulaku, kiranya urusan mana lagi yang dapat kuadukan kepada-Mu dan untuk urusan manakah aku mesti merintih dan menangis; untuk perihnya azab dan beratnya siksa, atau untuk lamanya derita dan langgengnya bencana? Sekiranya Engkau siksa aku bersama para musuh-Mu, Engkau kumpulkan aku bersama para penghuni siksa-Mu dan Engkau ceraikan aku dari para kekasih-Mu
فَهَبْنِيْ يَا إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ وَ مَوْلاَيَ وَ رَبِّيْ صَبَرْتُ عَلَى عَذَابِكَ، فَكَيْفَ أَصْبِرُ عَلَى فِرَاقِكَ، وَ هَبْنِيْ (يَا إِلَهِيْ) صَبَرْتُ عَلَى حَرِّ نَارِكَ، فَكَيْفَ أَصْبِرُ عَنِ النَّظَرِ إِلَى كَرَامَتِكَ، أَمْ كَيْفَ أَسْكُنُ فِي النَّارِ وَ رَجَائِيْ عَفْوُكَ، فَبِعِزَّتِكَ يَا سَيِّدِيْ وَ مَوْلاَيَ أُقْسِمُ صَادِقًا، لَئِنْ تَرَكْتَنِيْ نَاطِقًا لأَضِجَّنَّ إِلَيْكَ بَيْنَ أَهْلِهَا ضَجِيْجَ الآمِلِينَ (الآلِمِينَ)، وَ لأَصْرُخَنَّ إِلَيْكَ صُرَاخَ الْمُسْتَصْرِخِينَ، وَ لأَبْكِيَنَّ عَلَيْكَ بُكَاءَ الْفَاقِدِينَ، وَ لأُنَادِيَنَّكَ أَيْنَ كُنْتَ يَا وَلِيَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، يَا غَايَةَ آمَالِ الْعَارِفِيْنَ، يَا غِيَاثَ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ، يَا حَبِيبَ قُلُوبِ الصَّادِقِينَ، وَ يَا إِلَهَ الْعَالَمِينَ،
anggaplah (dalam kondisi seperti ini), ya Ilahi, Tuanku, Maulaku dan Rabbi, aku dapat sabar menanggung siksa-Mu, mana mungkin aku mampu bersabar berpisah dari-Mu? Dan anggaplah aku dapat bersabar menahan panas api-Mu, mana mungkin aku dapat menutup mata dari memandang anugerah (ampunan)-Mu? Atau mana mungkin aku tinggal di neraka padahal harapanku hanyalah maaf-Mu? Maka, demi kemuliaan-Mu, wahai Tuanku dan Maulaku, aku bersumpah dengan tulus seandainya Engkau biarkan aku berbicara (di sana), niscaya aku akan merintih di tengah para penghuninya seperti rintihan mereka yang masih menyimpan harapan, aku akan menjerit di hadapan-Mu layaknya jeritan mereka yang memohon pertolongan, aku akan menangis di haribaan-Mu seperti tangisan mereka yang kehilangan (harapan), dan aku akan menyeru-Mu di manakah Engkau, wahai Pelindung Mukminin, wahai Puncak Harapan kaum ‘ârif, wahai Lindungan kaum yang memohon perlindungan, wahai Kekasih hati hamba-hamba yang tulus, dan wahai Tuhan semesta alam.
أَ فَتُرَاكَ سُبْحَانَكَ يَا إِلَهِيْ وَ بِحَمْدِكَ، تَسْمَعُ فِيهَا صَوْتَ عَبْدٍ مُسْلِمٍ سُجِنَ (يُسْجَنُ) فِيهَا بِمُخَالَفَتِهِ، وَ ذَاقَ طَعْمَ عَذَابِهَا بِمَعْصِيَتِهِ، وَ حُبِسَ بَيْنَ أَطْبَاقِهَا بِجُرْمِهِ وَ جَرِيرَتِهِ، وَ هُوَ يَضِجُّ إِلَيْكَ ضَجِيْجَ مُؤَمِّلٍ لِرَحْمَتِكَ، وَ يُنَادِيْكَ بِلِسَانِ أَهْلِ تَوْحِيْدِكَ، وَ يَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِرُبُوْبِيَّتِكَ، يَا مَوْلاَيَ فَكَيْفَ يَبْقَى فِي الْعَذَابِ وَ هُوَ يَرْجُوْ مَا سَلَفَ مِنْ حِلْمِكَ، أَمْ كَيْفَ تُؤْلِمُهُ النَّارُ وَ هُوَ يَأْمُلُ فَضْلَكَ وَ رَحْمَتَكَ، أَمْ كَيْفَ يُحْرِقُهُ لَهِيْبُهَا وَ أَنْتَ تَسْمَعُ صَوْتَهُ وَ تَرَى مَكَانَهُ، أَمْ كَيْفَ يَشْتَمِلُ عَلَيْهِ زَفِيْرُهَا وَ أَنْتَ تَعْلَمُ ضَعْفَهُ، أَمْ كَيْفَ يَتَقَلْقَلُ بَيْنَ أَطْبَاقِهَا وَ أَنْتَ تَعْلَمُ صِدْقَهُ، أَمْ كَيْفَ تَزْجُرُهُ زَبَانِيَتُهَا وَ هُوَ يُنَادِيْكَ يَا رَبَّهْ، أَمْ كَيْفَ يَرْجُوْ فَضْلَكَ فِي عِتْقِهِ مِنْهَا فَتَتْرُكُهُ (فَتَتْرُكَهُ) فِيْهَا، هَيْهَاتَ مَا ذَلِكَ الظَّنُّ بِكَ وَ لاَ الْمَعْرُوفُ مِنْ فَضْلِكَ وَ لاَ مُشْبِهٌ لِمَا عَامَلْتَ بِهِ الْمُوَحِّدِيْنَ مِنْ بِرِّكَ وَ إِحْسَانِكَ،
Mungkinkah persangkaan terhadap-Mu, (sedang) Engkau Mahasuci, ya Ilahi dan demi pujian terhadap-Mu, kala Engkau mendengar suara seorang hamba Muslim yang terkurung di dalam neraka karena keingkarannya, merasakan siksanya karena kedurhakaannya, ditahan di antara lapisan-lapisannya karena dosa dan kezalimannya, sedangkan ia merintih kepada-Mu seperti rintihan orang yang menharap rahmat-Mu, menyeru-Mu dengan lidah ahli tauhid-Mu dan bertawassul kepada-Mu dengan (perantara) ketuhanan-Mu (lalu Engkau membiarkannya menderita sendirian)?! Ya Maulaku, bagaimana mungkin ia kekal dalam siksa sedangkan ia selalu mengharap karunia-Mu yang telah (terlimpahkan selalu)?Bagaimana mungkin api neraka menyakitinya sedangkan ia selalu mendambakan anugrah dan rahmat-Mu? Mana mungkin jilatannya menghanguskannya padahal Engkau dengar suaranya dan lihat
posisinya? Bagaimana mungkin kobarannya mengurungnya sedangkan Engkau mengetahui kelemahannya? Mana mungkin ia tergelapar-gelepar di dalamnya sedangkan Engkau mengetahui kejujurannya? Bagaimana mungkin Malaikat Zabâniyah (penjaga neraka) mengenyahkannya sedangkan ia menyeru-Mu, “Ya Rabbî”? Bagaimana mungkin ia mengharapkan anugerah-Mu untuk membebaskannya dari (sengatan api)nya lalu Kaubiarkan ia di dalamnya? Tidak, tidak demikianlah persangkaanku terhadap-Mu, bukan yang telah dikenal dari anugerah-Mu dan bukan pula seperti kebaikan-Mu yang pernah Kauperlakukan orang-orang yang bertauhid dengannya
فَبِالْيَقِيْنِ أَقْطَعُ لَوْلاَ مَا حَكَمْتَ بِهِ مِنْ تَعْذِيْبِ جَاحِدِيْكَ وَ قَضَيْتَ بِهِ مِنْ إِخْلاَدِ مُعَانِدِيْكَ لَجَعَلْتَ النَّارَ كُلَّهَا بَرْدًا وَ سَلاَمًا وَ مَا كَانَ (كَانَتْ) ِلأَحَدٍ فِيْهَا مَقَرًّا وَ لاَ مُقَامًا (مَقَامًا)، لَكِنَّكَ تَقَدَّسَتْ أَسْمَاؤُكَ أَقْسَمْتَ أَنْ تَمْلأَهَا مِنَ الْكَافِرِينَ، مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِينَ، وَ أَنْ تُخَلِّدَ فِيْهَا الْمُعَانِدِيْنَ، وَ أَنْتَ جَلَّ ثَنَاؤُكَ قُلْتَ مُبْتَدِئا وَ تَطَوَّلْتَ بِاْلإَنْعَامِ مُتَكَرِّما، أَ فَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لاَ يَسْتَوُوْنَ،
Dengan penuh keyakinan aku berani bersumpah, kalau bukan karena keputusan-Mu untuk menyiksa orang-orang yang mengingkari-Mu dan ketetapan dari-Mu untuk mengekalkan orang-orang yang melawan-Mu (di dalam neraka), niscaya Kaujadikan seluruh neraka sejuk dan damai serta ia tidak akan menjadi tempat tinggal bagi siapa pun. Tetapi, Mahakudus asma-Mu, Engkau telah bersumpah untuk memenuhinya dengan orang-orang kafir dari golongan jin dan manusia seluruhnya dan mengekalkan kaum durhaka di dalamnya. Engkau, sungguh agung pujian-Mu, Engkau telah berfirman sebelumnya dan telah memberikan anugerah (kepada seluruh makhluk) bahwa “apakah orang yang Mukmin itu sama dengan orang yang durjana (fasik)? (Sungguh) mereka itu tidak sama!”
إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ فَأَسْأَلُكَ بِالْقُدْرَةِ الَّتِيْ قَدَّرْتَهَا، وَ بِالْقَضِيَّةِ الَّتِيْ حَتَمْتَهَا وَ حَكَمْتَهَا، وَ غَلَبْتَ مَنْ عَلَيْهِ أَجْرَيْتَهَا، أَنْ تَهَبَ لِيْ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَ فِيْ هَذِهِ السَّاعَةِ كُلَّ جُرْمٍ أَجْرَمْتُهُ وَ كُلَّ ذَنْبٍ أَذْنَبْتُهُ وَ كُلَّ قَبِيْحٍ أَسْرَرْتُهُ وَ كُلَّ جَهْلٍ عَمِلْتُهُ، كَتَمْتُهُ أَوْ أَعْلَنْتُهُ، أَخْفَيْتُهُ أَوْ أَظْهَرْتُهُ، وَ كُلَّ سَيِّئَةٍ أَمَرْتَ بِإِثْبَاتِهَا الْكِرَامَ الْكَاتِبِيْنَ الَّذِيْنَ وَكَّلْتَهُمْ بِحِفْظِ مَا يَكُوْنُ مِنِّيْ وَ جَعَلْتَهُمْ شُهُودًا عَلَيَّ مَعَ جَوَارِحِيْ وَ كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيَّ مِنْ وَرَائِهِمْ وَ الشَّاهِدَ لِمَا خَفِيَ عَنْهُمْ، وَ بِرَحْمَتِكَ أَخْفَيْتَهُ، وَ بِفَضْلِكَ سَتَرْتَهُ،
Ya Ilahi, wahai Tuanku, aku memohon kepada-Mu dengan kodrat yang telah Kautentukan dan dengan qadhâ` yang telah Kautetapkan dan putuskan, serta Engkau pasti dapat mengalahkan orang dikenainya, agar Engkau mengampuni di malam dan saat ini juga setiap nista yang pernah kulakukan, setiap dosa yang pernah kukerjakan, setiap keburukan yang pernah kurahasiakan, setiap kebodohan yang pernah kulakukan; yang kusembunyikan atau kutampakkan, kututupi atau kutunjukkan, dan setiap kejelekan yang telah Engkau suruh para malaikat yang mulia untuk mencatatnya; mereka yang telah Kautugaskan untuk merekam segala yang ada padaku,
Kaujadikan mereka saksi-saksi bersama seluruh anggota badanku, sedangkan Engkau sendiri menjadi pengawas (segala perilaku)ku di belakang mereka dan saksi bagi apa yang tidak terpantau oleh mereka. Dengan rahmat-Mu Engkau telah menyembunyikan (keburukan-keburukan) itu dan dengan karunia-Mu Engkau telah menutupinya;
وَ أَنْ تُوَفِّرَ حَظِّيْ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ أَنْزَلْتَهُ (تُنْزِلُهُ)، أَوْ إِحْسَانٍ فَضَّلْتَهُ (تُفَضِّلُهُ)، أَوْ بِرٍّ نَشَرْتَهُ (تَنْشُرُهُ)، أَوْ رِزْقٍ بَسَطْتَهُ (تَبْسُطُهُ)، أَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ، أَوْ خَطَإٍ تَسْتُرُهُ،
dan agar Engkau memperbanyak bagianku dari setiap kebaikan yang Engkau turunkan, dari setiap karunia yang Kaulimpahkan, dari setiap keberuntungan yang Kausebarkan, dari setiap rezeki yang Kaucurahkan, dari setiap dosa yang Kauampuni, atau dari setiap kesalahan yang Kaututupi
يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، يَا إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ وَ مَوْلاَيَ وَ مَالِكَ رِقِّيْ، يَا مَنْ بِيَدِهِ نَاصِيَتِيْ، يَا عَلِيمًا بِضُرِّيْ (بِفَقْرِي) وَ مَسْكَنَتِيْ، يَا خَبِيْرًا بِفَقْرِيْ وَ فَاقَتِيْ،
Ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi, ya Ilahi, wahai Tuanku, wahai Maulaku, wahai Pemilik ikhtiarku, wahai Zat yang di tangan-Nya ubun-ubunku, wahai Zat yang mengetahui kesengsaraan dan kemalanganku, wahai Zat yang mengetahui kefakiran dan kepapaanku,
يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، أَسْأَلُكَ بِحَقِّكَ وَ قُدْسِكَ، وَ أَعْظَمِ صِفَاتِكَ وَ أَسْمَائِكَ، أَنْ تَجْعَلَ أَوْقَاتِيْ مِنَ (فِي) اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ بِذِكْرِكَ مَعْمُوْرَةً، وَ بِخِدْمَتِكَ مَوْصُوْلَةً، وَ أَعْمَالِيْ عِنْدَكَ مَقْبُوْلَةً حَتَّى تَكُونَ أَعْمَالِيْ وَ أَوْرَادِيْ (إِرَادَتِيْ) كُلُّهَا وِرْدًا وَاحِدًا وَ حَالِيْ فِيْ خِدْمَتِكَ سَرْمَدًا،
ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi, aku memohon kepada-Mu demi kebenaran dan kesucian-Mu, demi sifat-sifat dan
asma-Mu yang agung, jadikanlah waktu malam dan siangku dipenuhi oleh mengingat-Mu dan senantiasa berkhidmat kepada-Mu, dan
amal-amalku diterima di sisi-Mu sehingga seluruh perbuatan dan ucapanku menyatu (demi Engkau) dan keadaanku selalu berbakti kepada-Mu untuk selamanya.
يَا سَيِّدِيْ يَا مَنْ عَلَيْهِ مُعَوَّلِيْ، يَا مَنْ إِلَيْهِ شَكَوْتُ أَحْوَالِيْ، يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، قَوِّ عَلَى خِدْمَتِكَ جَوَارِحِيْ، وَ اشْدُدْ عَلَى الْعَزِيْمَةِ جَوَانِحِيْ، وَ هَبْ لِيَ الْجِدَّ فِي خَشْيَتِكَ وَ الدَّوَامَ فِي اْلإِتِّصَالِ بِخِدْمَتِكَ، حَتَّى أَسْرَحَ إِلَيْكَ فِي مَيَادِيْنِ السَّابِقِيْنَ وَ أُسْرِعَ إِلَيْكَ فِي الْبَارِزِيْنَ (الْمُبَادِرِيْنَ)، وَ أَشْتَاقَ إِلَى قُرْبِكَ فِي الْمُشْتَاقِينَ، وَ أَدْنُوَ مِنْكَ دُنُوَّ الْمُخْلِصِيْنَ، وَ أَخَافَكَ مَخَافَةَ الْمُوْقِنِينَ، وَ أَجْتَمِعَ فِيْ جِوَارِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ،
Wahai Tuanku, wahai Tempat tumpuan (hidup)ku, wahai Zat yang kepada-Nya kuadukan keadaanku, ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi, kokohkanlah anggota badanku untuk berkhidmat kepada-Mu, teguhkanlah hatiku untuk melaksanakan niatku, dan anugerahkanlah kepadaku kesungguhan untuk takut kepada-Mu dan senantiasa
berbakti kepada-Mu sehingga aku dapat bergegas menuju-Mu bersama para pendahulu, berlari kepada-Mu bersama orang-orang yang berpacu, merindukan untuk dekat ke (haribaan)-Mu bersama orang-orang yang merindukan-Mu, mendekat kepada-Mu bak dekatnya orang-orang yang yang tulus, takut kepada-Mu bak takutnya orang-orang yang yakin, dan berkumpul di haribaan-Mu bersama mukminin
اَللَّهُمَّ وَ مَنْ أَرَادَنِيْ بِسُوْءٍ فَأَرِدْهُ وَ مَنْ كَادَنِيْ فَكِدْهُ، وَ اجْعَلْنِيْ مِنْ أَحْسَنِ عَبِيْدِكَ نَصِيْبًا عِنْدَكَ وَ أَقْرَبِهِمْ مَنْزِلَةً مِنْكَ وَ أَخَصِّهِمْ زُلْفَةً لَدَيْكَ، فَإِنَّهُ لاَ يُنَالُ ذَلِكَ إِلاَّ بِفَضْلِكَ، وَ جُدْ لِيْ بِجُودِكَ، وَ اعْطِفْ عَلَيَّ بِمَجْدِكَ، وَ احْفَظْنِيْ بِرَحْمَتِكَ،
Ya Allah, sesiapa bermaksud buruk kepadaku, balaslah ia dan sesiapa ingin memperdayakanku, perdayakanlah ia, jadikanlah aku hamba-Mu yang paling baik
nasibnya di sisi-Mu, yang paling dekat kedudukannya dengan-Mu, dan yang paling paling istimewa tempatnya di dekat-Mu; karena semua itu tidak akan tercapai kecuali dengan karunia-Mu, limpahkanlah kemurahan-Mu padaku, sayangilah aku dengan keagungan-Mu, jagalah diriku dengan rahmat-Mu
وَ اجْعَلْ لِسَانِيْ بِذِكْرِكَ لَهِجًا، وَ قَلْبِيْ بِحُبِّكَ مُتَيَّمًا، وَ مُنَّ عَلَيَّ بِحُسْنِ إِجَابَتِكَ، وَ أَقِلْنِيْ عَثْرَتِيْ، وَ اغْفِرْ زَلَّتِي، فَإِنَّكَ قَضَيْتَ عَلَى عِبَادِكَ بِعِبَادَتِكَ، وَ أَمَرْتَهُمْ بِدُعَائِكَ، وَ ضَمِنْتَ لَهُمُ اْلإِجَابَةَ،
gerakkanlah lidahku untuk selalu berzikir kepada-Mu dan penuhilah kalbuku
dengan cinta kepada-Mu, anugrahkanlah kepadaku ijabah-Mu yang baik, dan ampunilah ketergelinciranku. Sungguh Engkau telah mewajibkan kepada hamba-hamba-Mu untuk beribadah kepada-Mu dan Engkau perintahkan mereka untuk berdoa kepada-Mu, serta Engkau menjamin kepada mereka untuk mengabulkannya
فَإِلَيْكَ يَا رَبِّ نَصَبْتُ وَجْهِيْ، وَ إِلَيْكَ يَا رَبِّ مَدَدْتُ يَدِيْ، فَبِعِزَّتِكَ اسْتَجِبْ لِيْ دُعَائِيْ، وَ بَلِّغْنِيْ مُنَايَ، وَ لاَ تَقْطَعْ مِنْ فَضْلِكَ رَجَائِيْ، وَ اكْفِنِي شَرَّ الْجِنِّ وَ اْلإِنْسِ مِنْ أَعْدَائِيْ،
Maka, kepada-Mu, ya Rabbi, kini kuhadapkan wajahku dan kepada-Mu, ya Rabbi,
kupanjatkan tanganku. Maka, demi kemuliaan-Mu, perkenankanlah doaku, sampaikan daku kepada cita-citaku, jangan Kauputuskan harapanku akan karunia-Mu, dan lindungilah aku dari kejahatan jin dan manusia musuh-musuhku
يَا سَرِيْعَ الرِّضَا، اغْفِرْ لِمَنْ لاَ يَمْلِكُ إِلاَّ الدُّعَاءَ، فَإِنَّكَ فَعَّالٌ لِمَا تَشَاءُ، يَا مَنِ اسْمُهُ دَوَاءٌ وَ ذِكْرُهُ شِفَاءٌ وَ طَاعَتُهُ غِنًى، ارْحَمْ مَنْ رَأْسُ مَالِهِ الرَّجَاءُ، وَ سِلاَحُهُ الْبُكَاءُ، يَا سَابِغَ النِّعَمِ، يَا دَافِعَ النِّقَمِ، يَا نُورَ الْمُسْتَوْحِشِينَ فِي الظُّلَمِ، يَا عَالِمًا لاَ يُعَلَّمُ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَ افْعَلْ بِيْ مَا أَنْتَ أَهْلُهُ.
Wahai Zat yang Mahacepat rida-Nya, ampunilah hamba yang tidak memiliki apa pun kecuali doa, karena Engkau akan melakukan apa yang Kaukehendaki. Wahai Yang asma-Nya adalah obat, mengingat-Nya adalah penyembuh, dan ketaatan-Nya adalah kekayaan, kasihanilah hamba yang modal utamanya hanya harapan dan senjatanya adalah tangisan. Wahai Penabur karunia, wahai Penolak bencana, wahai Cahaya (yang menerangi) mereka yang terhempas dalam kegelapan, wahai Yang Mahatahu tanpa diberitahu, sampaikanlah Muhammad dan keluarga Muhammad, dan lakukanlah atas diriku apa yang layak bagi-Mu.
وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ وَ الاَئِمَّةِ الْمَيَامِيْنِ مِنْ آلِهِ (أَهْلِهِ) وَ سَلَّمَ تَسْلِيمًا (كَثِيرًا)
limpahkanlah salawat-Mu atas semoga Allah selalu mencurahkan salawat dan salam atas Rasul-Nya dan para imam yang mulia dari kalangan keluarganya.
Hari Arafah dan Amalannya
Hari ke-9 Zulhijjah (Hari Arafah) dan Amalannya
Walaupun tidak disebut hari raya tapi hari ini termasuk hari raya dari hari-hari raya yang besar, yaitu di hari ketika Allah mengajak hamba-hamba-Nya untuk beribadah dan taat kepada-Nya serta Allah melapangkan kebaikan dan kedermawanan-Nya. Pada hari ini juga, setan tercela, terkucil, hina dan marah lebih dari hari-hari yang lain. Diriwayatkan bahwa Imam Zainul Abidin as mendengar seorang pengemis meminta kepada orang, lalu beliau mengatakan kepadanya, ”Celaka kamu, kamu meminta kepada selain Allah pada hari ketika janin pada rahim ibu mengharap agar dapat meliputinya keutamaan-Nya sehingga dia beruntung.”
Pada hari ini ada beberapa amalan:
Pertama, mandi.
Kedua, ziarah kepada Imam Husain as. Ganjaran ziarahnya seperti seribu kali haji, seribu kali umrah, seribu kali jihad bahkan lebih dari itu. Hadis yang menyebutkan keutamaan ziarah kepadanya pada hari ini cukup mutawatir. Sesiapa yang dapat kesempatan berziarah kepadanya pada hari ini dan hadir di bawah kubahnya yang suci, itu tidak kurang pahalanya daripada orang yang hadir di Arafah bahkan lebih dari itu.
Ketiga, salat dua rakaat setelah salat asar dan sebelum memulai membaca doa Arafah dengan beratapkan langit dan mengakui kepada Allah dosa-dosanya supaya dapat beruntung dengan mendapatkan pahala Arafah dan diampuni dosa-dosanya. Kemudian memulai amalan Arafah dan doa-doanya yang telah diriwayatkan dari para Imam suci as seperti doa Arafah dari Imam Husain di bawah ini.
Dalam al-Mishbah Kaf’ami mengatakan, disunnahkan untuk puasa pada hari ini apabila tidak membuat ia letih untuk berdoa dan mandi sebelum zawal lalu berziarah kepada Imam Husain as pada hari dan malam hari ini. Ketika zawal telah tiba, bersegeralah salat zuhur dan asar dengan beratapkan langit dengan memperindah rukuknya dan sujudnya. Setelah selesai, lalu salat dua rakaat. Pada rakaat pertama setelah membaca al-Fatihah, lalu membaca surah al-Ikhlash (al-Tawhid), sedangkan pada rakaat kedua setelah al-Fatihah, membaca surat al-Kâfirun. Kemudian salat lagi empat rakaat. Masing-masing membaca al-Fatihah (sekali) dan al-Ikhlas 50 kali.
Dari sekian doa yang dianjurkan untuk dibaca pada hari ini adalah doa Imam Husain as. Diriwayatkan dari Basyar dan Basyir bin Ghalib Asady, mereka berkata, “Saat itu kami bersama Imam Husain bin Ali as pada sore hari Arafah. Beliau keluar dari kemahnya dengan sangat khusuk. Beliau berjalan lambat-lambat hingga beliau dan keluarganya, anak-anaknya dan budak-budaknya berhenti di hamparan kaki gunung dengan menghadap ke kiblat. Kemudian beliau mengangkat tangannya seperti seorang pengemis yang sedang memelas iba, lalu membaca:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَيْسَ لِقَضَائِهِ دَافِعٌ، وَ لاَ لِعَطَائِهِ مَانِعٌ، وَ لاَ كَصُنْعِهِ صُنْعُ صَانِعٍ، وَ هُوَ الْجَوَادُ الْوَاسِعُ فَطَرَ أَجْنَاسَ الْبَدَائِعِ وَ أَتْقَنَ بِحِكْمَتِهِ الصَّنَائِعَ، لاَ تَخْفَى عَلَيْهِ الطَّلاَئِعُ، وَ لاَ تَضِيْعُ عِنْدَهُ الْوَدَائِعُ، (أََتَى بِالْكِتَابِ الْجَامِعِ، وَ بِشَرْعِ الْإِسْلاَمِ النُّوْرِ السَّاطِعِ، وَ لِلْخَلِيْقَةِ صَانِعٌ، وَ هُوَ الْمُسْتَعَانُ عَلَى الْفَجَائِعٌ)، جَازِيْ كُلِّ صَانِعٍ، وَ رَائِشُ كُلِّ قَانِعٍ، وَ رَاحِمُ كُلِّ ضَارِعٍ، وَ مُنْزِلُ الْمَنَافِعِ وَ الْكِتَابِ الْجَامِعِ بِالنُّورِ السَّاطِعِ، وَ هُوَ لِلدَّعَوَاتِ سَامِعٌ، وَ لِلْكُرُبَاتِ دَافِعٌ، وَ لِلدَّرَجَاتِ رَافِعٌ، وَ لِلْجَبَابِرَةِ قَامِعٌ، فَلاَ إِلَهَ غَيْرُهُ وَ لاَ شَيْئَ يَعْدِلُهُ وَ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،
Segala puji bagi Allah yang tiada seorang pun dapat menolak ketentuan-Nya, mencegah pemberian-Nya, dan tak ada seorang pun dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya. Dialah Allah Yang Maha Pemurah menciptakan segala jenis ciptaan dengan hikmah-Nya secara sempurna, tidak akan samar kepada-Nya setiap yang rahasia, tidak akan disia-siakan setiap titipan yang dititipkan kepada-Nya, (Datang dengan kitab yang menyeluruh dan dengan syariat Islam yang terang benderang dan yang menciptakan makhluk dan Dialah penolong pada setiap kesusahan] membalas setiap yang berbuat, mencukupkan setiap yang kanaah (merasa cukup) menyayangi setiap yang merendah (hati), menurunkan setiap yang bermanfaat dan kitab yang terkumpul (di dalamnya segala urusan) dengan cahaya yang terang benderang. Dialah Allah yang mendengar setiap doa, menolak setiap bencana, mengangkat setiap derajat, menghempaskan setiap yang sombong. Tidak ada tuhan selain Dia, tiada sesuatu pun menyamai-Nya, tiada sesuatu pun menyerupai-Nya, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahahalus, Maha Mengetahui dan Mahakuasa atas segala sesuatu
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَرْغَبُ إِلَيْكَ وَ أَشْهَدُ بِالرُّبُوْبِيَّةِ لَكَ مُقِرًّا (مُقِرٌّ) بِأَنَّكَ رَبِّيْ وَ أَنَّ إِلَيْكَ مَرَدِّيْ، ابْتَدَأْتَنِيْ بِنِعْمَتِكَ قَبْلَ أَنْ أَكُوْنَ شَيْئًا مَذْكُوْرًا وَ خَلَقْتَنِيْ مِنَ التُّرَابِ ثُمَّ أَسْكَنْتَنِي الْأََصْلَابَ آمِنًا لِرَيْبِ الْمَنُوْنِ وَ اخْتِلاَفِ الدُّهُوْرِ وَ السِّنِيْنَ، فَلَمْ أَزَلْ ظَاعِنًا مِنْ صُلْبٍ إِلَى رَحِمٍ فِيْ تَقَادُمٍ مِنَ الْأَيَّامِ الْمَاضِيَةِ وَ الْقُرُوْنِ الْخَالِيَةِ، لَمْ تُخْرِجْنِيْ لِرَأْفَتِكَ بِيْ وَ لُطْفِكَ لِيْ (بِيْ) وَ إِحْسَانِكَ إِلَيَّ فِيْ دَوْلَةِ أَئِمَّةِ الْكُفْرِ الَّذِيْنَ نَقَضُوْا عَهْدَكَ وَ كَذَّبُوْا رُسُلَكَ،
Ya Allah, sungguh aku mencintai-Mu, aku bersaksi dengan rububiyah-Mu, kuakui bahwa Engkau adalah Tuhanku, kepada-Mu pengembalianku, Engkau ciptakan aku dengan limpahan karunia-Mu, sedang aku ketika itu belum berupa apa pun yang dapat disebut, Kauciptakan aku dari tanah, Kautempatkan aku dalam sulbi, Kaujaga aku dari kematian, Kaulindungi aku dalam pergantian waktu dan usia, kemudian aku bergegas dari sulbi menuju rahim, di antara hari-hari berlalu dan masa-masa yang telah lewat, karena kasih sayang, kelembutan dan kebaikan-Mu padaku, tak Kaukeluarkan aku di negeri pemimpin-pemimpin kekafiran, yang membatalkan janji-Mu, yang mendustakan Rasul utusan-Mu,
لَكِنَّكَ أَخْرَجْتَنِيْ (رَأْفَةً مِنْكَ وَ تَحَنُّنًا عَلَيََّ) لِلَّذِيْ سَبَقَ لِيْ مِنَ الْهُدَى الَّذِيْ لَهُ يَسَّرْتَنِيْ وَ فِيْهِ أَنْشَأْتَنِيْ وَ مِنْ قَبْلِ ذَلِكَ رَؤُفْتَ بِيْ بِجَمِيْلِ صُنْعِكَ وَ سَوَابِغِ نِعَمِكَ، فَابْتَدَعْتَ خَلْقِيْ مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى وَ أَسْكَنْتَنِيْ فِيْ ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ بَيْنَ لَحْمٍ وَ دَمٍ وَ جِلْدٍ، لَمْ تُشْهِدْنِيْ خَلْقِيْ (لَمْ تُشَهِّرْنِيْ بِخَلْقِيْ) وَ لَمْ تَجْعَلْ إِلَيَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِيْ، ثُمَّ أَخْرَجْتَنِيْ لِلَّذِيْ سَبَقَ لِيْ مِنَ الْهُدَى إِلَى الدُّنْيَا تَامًّا سَوِيًّا، وَ حَفِظْتَنِيْ فِي الْمَهْدِ طِفْلاً صَبِيًّا، وَ رَزَقْتَنِيْ مِنَ الْغِذَاءِ لَبَنًا مَرِيًّا، وَ عَطَفْتَ عَلَيَّ قُلُوْبَ الْحَوَاضِنِ، وَ كَفَّلْتَنِي الْأُمَّهَاتِ الرَّوَاحِمَ (الرَّحَائِمَ)، وَ كَلَأْتَنِيْ مِنْ طَوَارِقِ الْجَانِّ، وَ سَلَّمْتَنِيْ مِنَ الزِّيَادَةِ وَ النُّقْصَانِ،
Tetapi Kaukeluarkan aku di tengah mereka yang Kautunjuki dengan hidayah-Mu, Kaumudahkan urusanku, Kauciptakan aku dan orang-orang sebelumku, Kau menyayangiku dengan keindahan ciptaan-Mu, dengan kesempurnaan karunia-Mu Kaubentuk aku dari mani sebelah kanan, Kautempatkan aku dalam tiga kegelapan di antara daging, darah, dan kulit. Tak Kau persaksikan padaku penciptaan diriku, belum Kaujadikan sedikit pun urusanku akan hal itu, kemudian Kaukeluarkan aku ke dunia dalam kesempurnaan di tengah mereka yang Kautunjukkan, Kaujaga aku waktu kecil dalam belaian, Kauanugerahi aku susu berlimpah, Kaulembutkan kalbu para pengasuh kepadaku, Kauwajibkan ibu-ibu pengasih membimbingku, Kaulindungi aku dari bisikan jin, Kauselamatkan aku dari kelebihan dan kekurangan,
فَتَعَالَيْتَ يَا رَحِيمُ يَا رَحْمَانُ حَتَّى إِذَا اسْتَهْلَلْتُ نَاطِقًا بِالْكَلاَمِ أَتْمَمْتَ عَلَيَّ سَوَابِغَ الْإِنْعَامِ وَ رَبَّيْتَنِيْ زَائِدًا فِيْ كُلِّ عَامٍ حَتَّى إِذَا اكْتَمَلَتْ فِطْرَتِيْ وَ اعْتَدَلَتْ مِرَّتِيْ (سَرِيْرَتِيْ) أَوْجَبْتَ عَلَيَّ حُجَّتَكَ بِأَنْ أَلْهَمْتَنِيْ مَعْرِفَتَكَ وَ رَوَّعْتَنِيْ بِعَجَائِبِ حِكْمَتِكَ (فِطْرَتِكَ) وَ أَيْقَظْتَنِيْ لِمَا ذَرَأْتَ فِيْ سَمَائِكَ وَ أَرْضِكَ مِنْ بَدَائِعِ خَلْقِكَ وَ نَبَّهْتَنِيْ لِشُكْرِكَ وَ ذِكْرِكَ وَ أَوْجَبْتَ عَلَيَّ طَاعَتَكَ وَ عِبَادَتَكَ وَ فَهَّمْتَنِيْ مَا جَاءَتْ بِهِ رُسُلُكَ وَ يَسَّرْتَ لِيْ تَقَبُّلَ مَرْضَاتِكَ وَ مَنَنْتَ عَلَيَّ فِيْ جَمِيْعِ ذَلِكَ بِعَوْنِكَ وَ لُطْفِكَ،
Mahatinggi Engkau duhai Yang Pengasih Yang Penyayang. Ketika aku mulai bertutur kata Kausempurnakan karunia-Mu kepadaku, Kaudidik aku ketika usiaku bertambah setiap tahun sehingga ketika fitrah sempurna dan kekuatanku berimbang Kauwajibkan aku akan hujah-Mu dengan mengilhamkan kepadaku makrifat-Mu, Kauperlihatkan keajaiban hikmah-Mu, Kaubangunkan aku untuk menyaksikan keindahan ciptaan-Mu yang Kausebarkan di langit dan di bumi, Kauperingatkan aku untuk bersyukur dan mengingat-Mu, Kauwajibkan aku akan ketaatan dan ibadah kepada-Mu, Kaupahamkan aku terhadap apa yang dibawa Rasul-Mu Kaumudahkan aku menerima keridaan-Mu dengan pertolongan dan kelembutan-Mu
ثُمَّ إِذْ خَلَقْتَنِيْ مِنْخَيْرِ (حُرِّ) الثَّرَى لَمْ تَرْضَ لِيْ يَا إِلَهِيْ نِعْمَةً (بِنِعْمَةٍ) دُوْنَ أُخْرَى وَ رَزَقْتَنِيْ مِنْ أَنْوَاعِ الْمَعَاشِ وَ صُنُوْفِ الرِّيَاشِ بِمَنِّكَ الْعَظِيْمِ الْأَعْظَمِ عَلَيَّ وَ إِحْسَانِكَ الْقَدِيْمِ إِلَيَّ حَتَّى إِذَا أَتْمَمْتَ عَلَيَّ جَمِيْعَ النِّعَمِ وَ صَرَفْتَ عَنِّيْ كُلَّ النِّقَمِ لَمْ يَمْنَعْكَ جَهْلِيْ وَ جُرْأَتِيْ عَلَيْكَ أَنْ دَلَلْتَنِيْ إِلَى (عَلَى) مَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ وَ وَفَّقْتَنِيْ لِمَا يُزْلِفُنِيْ لَدَيْكَ، فَإِنْ دَعَوْتُكَ أَجَبْتَنِيْ،
Kaukaruniakan aku dalam semua itu ketika Kauciptakan aku dari sebaik-baiknya tanah, tak cukup itu, Ya Tuhanku, karunia yang Kauberikan selain yang lain dengan karunia-Mu yang agung bagiku dan kebaikan-Mu yang terdahulu kepadaku, Kauberikan rezeki kepadaku aneka ragam penghidupan dan harta kekayaan hingga ketika telah Kausempurnakan seluruh karunia-Mu padaku dan Kauhindarkan aku dari segala bencana, kedunguan, dan kelicikanku pada-Mu tak mencegah-Mu untuk menunjukkan kepadaku kepada apa yang mendekatkan diriku kepada-Mu, Kauperkenankan aku terhadap apa yang menghadirkan diriku di sisi-Mu, jika aku memanjatkan doa kepada-Mu Kaukabulkan doaku
وَ إِنْ سَأَلْتُكَ أَعْطَيْتَنِيْ، وَ إِنْ أَطَعْتُكَ شَكَرْتَنِيْ، وَ إِنْ شَكَرْتُكَ زِدْتَنِيْ، كُلُّ ذَلِكَ إِكْمَالٌ (إِكْمَالاً) لِأَنْعُمِكَ عَلَيَّ وَ إِحْسَانِكَ إِلَيَّ، فَسُبْحَانَكَ سُبْحَانَكَ مِنْ مُبْدِئٍ مُعِيْدٍ حَمِيْدٍ مَجِيْدٍ، وَ تَقَدَّسَتْ أَسْمَاؤُكَ وَ عَظُمَتْ آلاؤُكَ
jika aku meminta kepada-Mu Kauberikan permintaanku, jika aku taat kepada-Mu Kaubalas perbuatanku, jika aku bersyukur kepada-Mu Kautambah kesemuanya itu untuk kesempurnaan karunia dan kebaikan-Mu bagiku. Mahasuci Engkau dari yang memulai penciptaan, yang mengembalikan, yang terpuji dan tersanjung, suci asma-Mu, agung karunia-Mu
فَأَيَّ (فَأَيُ) نِعَمِكَ يَا إِلَهِي أُحْصِيْ عَدَدًا وَ ذِكْرًا أَمْ أَيُّ عَطَايَاكَ أَقُوْمُ بِهَا شُكْرًا، وَ هِيَ يَا رَبِّ أَكْثَرُ (أَكْبَرُ) مِنْ أَنْ يُحْصِيَهَا الْعَادُّوْنَ أَوْ يَبْلُغَ عِلْمًا بِهَا الْحَافِظُوْنَ، ثُمَّ مَا صَرَفْتَ وَ دَرَأْتَ عَنِّي اللَّهُمَّ مِنَ الضُّرِّ وَ الضَّرَّاءِ أَكْثَرُ مِمَّا ظَهَرَ لِيْ مِنَ الْعَافِيَةِ وَ السَّرَّاءِ،
Wahai Tuhanku, karunia-Mu yang manakah yang dapat kuhitung bilangannya?, Pemberian-Mu yang manakah yang dapat aku bersyukur atasnya? Itulah karunia-Mu wahai Tuhanku yang sangat besar untuk dapat dihitung para penghitung, juga untuk dihitung oleh para ahli pengetahuan tentangnya, kemudian apa yang Engkau hindarkan dariku, Ya Allah, atas marabahaya dan malapetaka, kesehatan dan kemudahan lebih banyak yang tampak padaku
وَ أَنَا (فَأَنَا) أَشْهَدُ يَا إِلَهِيْ بِحَقِيْقَةِإِيْمَانِيْ وَ عَقْدِ عَزَمَاتِ يَقِيْنِيْ وَ خَالِصِ صَرِيْحِ تَوْحِيْدِيْ وَ بَاطِنِ مَكْنُوْنِ ضَمِيْرِيْ وَ عَلاَئِقِ مَجَارِيْ نُوْرِ بَصَرِيْ وَ أَسَارِيْرِ صَفْحَةِ جَبِيْنِيْ وَ خُرْقِ مَسَارِبِ نَفْسِيْ (نَفَسِيْ) وَ خَذَارِيْفِ مَارِنِ عِرْنِيْنِيْ وَ مَسَارِبِ سِمَاخِ (صِمَاخِ) سَمْعِيْ وَ مَا ضُمَّتْ وَ أَطْبَقَتْ عَلَيْهِ شَفَتَايَ وَ حَرَكَاتِ لَفْظِ لِسَانِيْ وَ مَغْرَزِ حَنَكِ فَمِيْ وَ فَكِّيْ وَ مَنَابِتِ أَضْرَاسِيْ وَ مَسَاغِ مَطْعَمِيْ وَ مَشْرَبِيْ وَ حِمَالَةِ أُمِّ رَأْسِيْ وَ بَلُوْعِ فَارِغِ حَبَائِلِ (بُلُوْغِ حَبَائِلِ بَارِعِ) عُنُقِيْ وَ مَا اشْتَمَلَ عَلَيْهِ تَامُوْرُ صَدْرِيْ وَ (جُمَلِ) حَمَائِلِ حَبْلِ وَتِيْنِيْ وَ نِيَاطِ حِجَابِ قَلْبِيْ وَ أَفْلاَذِ حَوَاشِي ْ كَبِدِيْ وَ مَا حَوَتْهُ شَرَاسِيْفُ أَضْلاَعِيْ وَ حِقَاقُ (حِقَاقِ) مَفَاصِلِيْ وَ قَبْضُ (قَبْضِ) عَوَامِلِيْ وَ أَطْرَافُ (أَطْرَافِ) أَنَامِلِيْ وَ لَحْمِيْ وَ دَمِيْ وَ شَعْرِيْ وَ بَشَرِيْ وَ عَصَبِيْ وَ قَصَبِيْ وَ عِظَامِيْ وَ مُخِّيْ وَ عُرُوْقِيْ وَ جَمِيْعُ (جَمِيْعِ) جَوَارِحِيْ وَ مَا انْتَسَجَ عَلَى ذَلِكَ أَيَّامَ رضَاعِيْ وَ مَا أَقَلَّتِ الْأَرْضُ مِنِّيْ وَ نَوْمِيْ وَ يَقَظَتِيْ وَ سُكُوْنِيْ وَ حَرَكَاتِ رُكُوْعِيْ وَ سُجُوْدِيْ أَنْ لَوْ حَاوَلْتُ وَ اجْتَهَدْتُ مَدَى الْأَعْصَارِ وَ الْأَحْقَابِ لَوْ عُمِّرْتُهَا أَنْ أُؤَدِّيَ شُكْرَ وَاحِدَةٍ مِنْ أَنْعُمِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ذَلِكَ إِلاَّ بِمَنِّكَ الْمُوْجَبِ عَلَيَّ بِهِ شُكْرُكَ أَبَدًا جَدِيْدًا وَ ثَنَاءً طَارِفًا عَتِيْدًا، أَجَلْ وَ لَوْ حَرَصْتُ أَنَا وَ الْعَادُّوْنَ مِنْ أَنَامِكَ أَنْ نُحْصِيَ مَدَى إِنْعَامِكَ سَالِفِهِ (سَالِفَةً) وَ آنِفِهِ (آنِفَةً) مَا حَصَرْنَاهُ عَدَدًا وَ لاَ أَحْصَيْنَاهُ أَمَدًا، هَيْهَاتَ أَنَّى ذَلِكَ وَ أَنْتَ الْمُخْبِرُ فِيْ كِتَابِكَ النَّاطِقِ وَ النَّبَإِ الصَّادِقِ وَ إِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللَّهِ لاَ تُحْصُوْهَا، صَدَقَ كِتَابُكَ اللَّهُمَّ وَ إِنْبَاؤُكَ وَ بَلَّغَتْ أَنْبِيَاؤُكَ وَ رُسُلُكَ مَا أَنْزَلْتَ عَلَيْهِمْ مِنْ وَحْيِكَ وَ شَرَعْتَ لَهُمْ وَ بِهِمْ مِنْ دِيْنِكَ
Wahai Tuhanku, aku bersaksi demi hakikat imanku, demi tali simpul keyakinanku yang kuat, demi keikhlasan tauhidku, demi apa yang ada dalam batin hati kecilku yang paling dalam, demi apa yang terlihat oleh mataku, demi apa yang disentuh dahiku, demi pengalaman pengembaraan jiwaku, demi kepekaan ciuman hidungku, demi apa yang didengar telingaku, demi apa yang dapat dihimpun dan dirangkai dua bibirku, demi apa yang diucapkan lidahku, demi kepekaan langit-langit mulutku, demi tulang rahangku, demi gusi-gusi tempat tumbuh gigiku, demi alat pengunyah makanan dan minumanku, demi tulang tengkuk penyangga kepalaku, demi urat-urat leherku, demi apa yang terhimpun dalam dadaku, demi apa yang mengalir dalam urat jantungku, demi kejauhan hijab hatiku, demi gumpalan-gumpalan yang mengitari jantungku, demi semua yamg terkait dalam tulang rusukku, demi ikatan sendi-sendiku, demi kekuatan tenagaku, demi ujung-ujung jariku, demi dagingku, demi darahku, demi rambutku, demi tubuhku, demi tulangku, demi kerangkaku, demi otakku, demi uratku, demi organ-organ tubuhku, demi apa yang aku alami sewaktu aku masih menyusu, demi sempitnya bumi untukku, demi tidurku, demi bangunku, demi diamku, demi gerakan rukukku, demi gerakan sujudku bahwa andaikan aku berusaha penuh sepanjang masa untuk mensyukuri satu dari karunia-Mu maka hal itu tidak akan bisa kecuali dengan karunia-Mu yang juga mewajibkanku untuk bersyukur dan memuji-Mu selama-selamanya, Ya Allah, jika aku dan para penghitung dari makhluk-Mu berusaha semaksimal mungkin untuk menghitung luasnya karunia-Mu dari yang dulu sampai sekarang, maka pasti mereka tidak dapat mengetahui jumlahnya dan tidak dapat menggapai luasnya, bagaimana tidak demikian padahal Engkau telah berfirman dalam kitab-Mu, dan Engkau Mahabenar firman-Mu, ”Jika kalian menghitung-hitung karunia-Ku maka kalian tidak akan dapat menghitungnya.” Ya Allah, Mahabenar pemberitaanmu, telah menyampaikan para nabi dan rasul-Mu apa yang Engkau wahyukan dan syariatkan kepada mereka dari agama-Mu,
غَيْرَ أَنِّيْ يَا إِلَهِيْ أَشْهَدُبِجَهْدِيْ وَ جِدِّيْ وَ مَبْلَغِ طَاعَتِيْ (طَاقَتِيْ) وَ وُسْعِيْ وَ أَقُوْلُ مُؤْمِنًا مُوْقِنًا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا فَيَكُوْنَ مَوْرُوْثًا، وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيْكٌ فِيْ مُلْكِهِ فَيُضَادَّهُ فِيْمَا ابْتَدَعَ وَ لاَ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ فَيُرْفِدَهُ فِيْمَا صَنَعَ، فَسُبْحَانَهُ سُبْحَانَهُ لَوْ كَانَ فِيْهِمَا آلِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتَا وَ تَفَطَّرَتَا،
namun wahai Tuhanku aku berusaha dengan sekuat tenaga dan ketaatan serta kemampuanku, aku berkata dengan penuh keimanan dan keyakinan, ”Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan bagi-Nya anak sehingga akan mewarisi-Nya, tidak pula serikat sehingga akan menandingi-Nya dalam apa yang Dia ciptakan, tidak pula wali dari kehinaan sehingga akan menolong-Nya dalam penciptaan, Mahasuci Engkau jika ada di antara keduanya (langit dan bumi) tuhan lain selain Allah maka pasti keduanya (langit dan bumi) akan rusak dan binasa
سُبْحَانَ اللَّهِ الْوَاحِدِ الْأَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا يُعَادِلُ حَمْدَ مَلاَئِكَتِهِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَ أَنْبِيَائِهِ الْمُرْسَلِيْنَ وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى خِيَرَتِهِ مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَ آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ الْمُخْلَصِيْنَ وَ سَلَّمَ
Mahasuci Allah Yang Maha Esa dalam keesaan-Nya, tempat bergantung, tidak beranak dan diperanakkan, dan tiada sesuatu pun yang menyamai-Nya. Segala puji bagi Allah (sebanyak) pujian yang menyamai pujian para malaikat terdekat-Nya dan para nabi serta rasul-Nya, semoga Allah mencurahkan salawat dan salam-Nya atas sebaik-baik pilihan-Nya, penutup para nabi, Muhammad dan keluarganya yang disucikan
Imam Husain as bersungguh-sungguh dalam doanya dengan mencucurkan air mata kemudian melanjutkan doa beliau sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ أَخْشَاكَ كَأَنِّيْ أَرَاكَ، وَ أَسْعِدْنِيْ بِتَقْوَاكَ، وَ لاَ تُشْقِنِيْ بِمَعْصِيَتِكَ، وَ خِرْ لِيْ فِيْ قَضَائِكَ، وَ بَارِكْ لِيْ فِيْ قَدَرِكَ حَتَّى لاَ أُحِبَّ تَعْجِيْلَ مَا أَخَّرْتَ وَ لاَ تَأْخِيْرَ مَا عَجَّلْتَ،
Ya Allah, jadikanlah aku (orang yang) takut pada-Mu seolah-olah aku melihat-Mu berilah aku kebahagiaan dengan takwa pada-Mu, janganlah Engkau celakakan aku dengan bermaksiat pada-Mu, pilihlah yang terbaik bagiku dalam qadha’-Mu dan berkahi aku dalam qadar-Mu, sehingga aku menginginkan disegerakannya hal-hal yang Engkau perlambat, tidak pula memperlambat hal-hal yang Engkau segerakan
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ غِنَايَ فِيْ نَفْسِيْ وَ الْيَقِيْنَ فِيْ قَلْبِيْ وَ الْإِخْلاَصَ فِيْ عَمَلِيْ وَ النُّوْرَ فِيْ بَصَرِيْ وَ الْبَصِيْرَةَ فِيْ دِيْنِيْ، وَ مَتِّعْنِيْ بِجَوَارِحِيْ، وَ اجْعَلْ سَمْعِيْ وَ بَصَرِيْ الْوَارِثَيْنِ مِنِّيْ، وَ انْصُرْنِيْ عَلَى مَنْ ظَلَمَنِيْ، وَ أَرِنِيْ فِيْهِ ثَارِيْ وَ مَآرِبِيْ، وَ أَقِرَّ بِذَلِكَ عَيْنِيْ،
Ya Allah, jadikanlah dalam diriku (rasa) cukup dalam hatiku, keyakinan dalam hatiku, keikhlasan dalam amalku, cahaya dalam agamaku, bashirah (pemahaman/makrifat) dalam agamaku, dan berilah aku kesenangan dengan anggota tubuhku, serta jadikanlah pendengaran dan penglihatanku dua hal yang mewarisiku, tolonglah aku terhadap orang yang menganiayaku, tunjukkan padaku saat pembalasan, sehingga aku akan puas dengannya
اَللَّهُمَّ اكْشِفْ كُرْبَتِيْ، وَ اسْتُرْ عَوْرَتِيْ، وَ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ، وَ اخْسَأْ شَيْطَانِيْ، وَ فُكَّ رِهَانِيْ، وَ اجْعَلْ لِيْ يَا إِلَهِي الدَّرَجَةَ الْعُلْيَى فِي الْآخِرَةِ وَ الْأُوْلَى،
Ya Allah, hilangkanlah bencana yang menimpaku, tutuplah auratku, hapuslah kesalahan-kesalahanku, tundukkanlah setanku, bebaskanlah belengguku, jadikanlah, wahai Tuhanku, derajat yang tinggi di akhirat untukku
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا خَلَقْتَنِيْ فَجَعَلْتَنِيْ سَمِيْعًا بَصِيْرًا وَ لَكَ فِطْرَتِيْ،
Ya Allah, bagi-Mu segala pujian sebagaimana Engkau menciptakanku, kemudian menjadikanku mendengar, melihat, dan Engkau luruskan fitrahku,
رَبِّ بِمَا أَنْشَأْتَنِيْ فَأَحْسَنْتَ صُوْرَتِيْ، رَبِّ بِمَا أَحْسَنْتَ إِلَيَّ (بِيْ) وَ فِيْ نَفْسِيْ عَافَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا كَلَأْتَنِيْ وَ وَفَّقْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَهَدَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَوْلَيْتَنِيْ وَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ أَعْطَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَطْعَمْتَنِيْ وَ سَقَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَغْنَيْتَنِيْ وَ أَقْنَيْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَعَنْتَنِيْ وَ أَعْزَزْتَنِيْ، رَبِّ بِمَا أَلْبَسْتَنِيْ مِنْ سِتْرِكَ الصَّافِي وَ يَسَّرْتَ لِيْ مِنْ صُنْعِكَ الْكَافِيْ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ أَعِنِّيْ عَلَى بَوَائِقِ الدُّهُوْرِ وَ صُرُوْفِ اللَّيَالِيْ وَ الْأَيَّامِ، وَ نَجِّنِيْ مِنْ أَهْوَالِ الدُّنْيَا وَ كُرُبَاتِ الْآخِرَةِ، وَ اكْفِنِيْ شَرَّ مَا يَعْمَلُ الظَّالِمُوْنَ فِي الْأَرْضِ،
wahai Tuhanku, demi Engkau yang menciptakanku, lalu Engkau memperindah bentukku, wahai Tuhanku, sebagaimana Engkau berbuat baik padaku lalu Engkau sehatkan diriku, wahai Tuhanku, sebagaimana Engkau cukupkan aku dan Kau berikan kesuksesan (dalam urusanku), wahai Tuhanku sebagaimana Engkau beri aku rezeki lalu Kauberi aku petunjuk, wahai Tuhanku sebagaimana Engkau utamakan aku dan Kau beri aku segala kebaikan, Tuhanku Engkaulah yang memberiku makan dan minumku, Tuhanku Engkau cukupkan aku dari segala kekurangan, Tuhanku Engkau bantu dan muliakan diriku, Tuhanku Engkau berikan padaku pakaian dari penutup-Mu yang halus, Tuhanku Engkau mudahkan bagiku dari ciptaan-Mu segala kecukupan, curahkan salawat pada Muhammad dan keluarga Muhammad. (Tuhanku) bantulah aku dari kejelekan masa dan perubahan siang dan malam, selamatkan aku dari kesusahan dunia dan akhirat, hentikanlah kejelekan yang telah dibuat orang-orang yang zalim di atas bumi ini
اَللَّهُمَّ مَا أَخَافُ فَاكْفِنِيْ، وَ مَا أَحْذَرُ فَقِنِيْ، وَ فِيْ نَفْسِيْ وَ دِيْنِيْ فَاحْرُسْنِيْ، وَ فِيْ سَفَرِيْ فَاحْفَظْنِيْ، وَ فِيْ أَهْلِيْ وَ مَالِيْ فَاخْلُفْنِيْ، وَ فِيْمَا رَزَقْتَنِيْ فَبَارِكْ لِيْ، وَ فِيْ نَفْسِيْ فَذَلِّلْنِيْ، وَ فِيْ أَعْيُنِ النَّاسِ فَعَظِّمْنِيْ، وَ مِنْ شَرِّ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ فَسَلِّمْنِيْ، وَ بِذُنُوْبِيْ فَلاَ تَفْضَحْنِيْ، وَ بِسَرِيْرَتِيْ فَلاَ تُخْزِنِيْ، وَ بِعَمَلِيْ فَلاَ تَبْتَلِنِيْ، وَ نِعَمَكَ فَلاَ تَسْلُبْنِيْ،
Ya Allah, hilangkan perasaan takut dari apa yang aku takuti, lindungilah aku dari setiap apa yang aku mengkhawatirkannya, jagalah diriku dan agamaku, selamatkan aku dalam perjalananku, kembalikan aku pada keluarga dan hartaku, berkatilah apa yang telah Engkau rezekikan padaku, hinakan aku dalam (pandangan) diriku, muliakanlah aku dalam (pandangan) orang lain. Selamatkan aku dari kejahatan jin dan manusia, janganlah Engkau jelekkan diriku dengan dosa-dosaku, janganlah Engkau hinakan aku dengan rahasia-rahasia (jelek)ku, janganlah Engkau mengujiku dengan amalku
وَ إِلَى غَيْرِكَ فَلاَ تَكِلْنِيْ، إِلَهِيْ إِلَى مَنْ تَكِلُنِيْ؟ إِلَى قَرِيْبٍ فَيَقْطَعُنِيْ أَمْ إِلَى بَعِيْدٍ فَيَتَجَهَّمُنِيْ؟ أَمْ إِلَى الْمُسْتَضْعَفِيْنَ لِيْ وَ أَنْتَ رَبِّيْ وَ مَلِيْكُ أَمْرِيْ، أَشْكُوْ إِلَيْكَ غُرْبَتِيْ وَ بُعْدَ دَارِيْ وَ هَوَانِيْ عَلَى مَنْ مَلَّكْتَهُ أَمْرِيْ،
janganlah Engkau mencabut karunia-nikmat-Mu dariku, janganlah Engkau serahkan (urusan) diriku pada selain-Mu, wahai Tuhanku, akankah Engkau menyerahkan (urusan) diriku pada orang yang dekat padaku lalu ia akan memutuskan (hubungan) denganku, ataukah kepada orang-orang yang jauh, lalu ia akan memandangku dengan muka masam? Ataukah kepada orang-orang yang lebih lemah dariku sedangkan Engkau pembimbingku dan pemilik urusanku, aku mengeluh kepada-Mu akan keterasinganku dan jauhnya aku dari rumahku serta kerendahanku akan yang Engkau miliki urusanku
إِلَهِيْ فَلاَ تُحْلِلْ عَلَيَّ غَضَبَكَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ غَضِبْتَ عَلَيَّ فَلاَ أُبَالِيْ (سِوَاكَ) سُبْحَانَكَ، غَيْرَ أَنَّ عَافِيَتَكَ أَوْسَعُ لِيْ، فَأَسْأَلُكَ يَا رَبِّ بِنُوْرِ وَجْهِكَ الَّذِيْ أَشْرَقَتْ لَهُ الْأَرْضُ وَ السَّمَاوَاتُ وَ كُشِفَتْ (انْكَشَفَتْ) بِهِ الظُّلُمَاتُ وَ صَلُحَ بِهِ أَمْرُ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ أَنْ لاَ تُمِيْتَنِيْ عَلَى غَضَبِكَ وَ لاَ تُنْزِلَ بِيْ سَخَطَكَ، لَكَ الْعُتْبَى لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى قَبْلَ ذَلِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ رَبَّ الْبَلَدِ الْحَرَامِ وَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ الَّذِيْ أَحْلَلْتَهُ الْبَرَكَةَ وَ جَعَلْتَهُ لِلنَّاسِ أَمْنًا،
wahai Tuhanku, janganlah Kaumurka padaku dan jika Engkau tidak murka padaku aku tak peduli kepada selain-Mu, Mahasuci Engkau pemberian maaf-Mu lebih luas, maka aku mohon pada-Mu, wahai Tuhanku, dengan cahaya wajah-Mu yang dengannya teranglah langit dan bumi, dan dengan cahaya wajah-Mu tersingkaplah kegelapan, dan benarlah urusan orang orang yang terdahulu dan yang akan datang kemudian, janganlah Engkau mematikan diriku dalam keadaan Engkau murka padaku, jangan Kauturunkan kepadaku murka-Mu untuk (sampai) kepada-Mu tingkatan sampai Engkau rela padaku sebelum itu, tiada tuhan selain-Mu, Tuhan kota yang haram (Mekkah), Tuhan Masy’ar al-Haram (Muzdalifah), Tuhan rumah yang suci (Baitullah), yang telah Engkau penuhi dengan keberkahan, Engkau jadikan tempat yang aman bagi setiap orang
يَا مَنْ عَفَا عَنْ عَظِيْمِ الذُّنُوْبِ بِحِلْمِهِ، يَا مَنْ أَسْبَغَ النَّعْمَاءَ بِفَضْلِهِ، يَا مَنْ أَعْطَى الْجَزِيْلَ بِكَرَمِهِ، يَا عُدَّتِيْ فِيْ شِدَّتِيْ، يَا صَاحِبِيْ فِيْ وَحْدَتِيْ، يَا غِيَاثِيْ فِيْ كُرْبَتِيْ، يَا وَلِيِّيْ فِيْ نِعْمَتِيْ، يَا إِلَهِيْ وَ إِلَهَ آبَائِيْ إِبْرَاهِيْمَ وَ إِسْمَاعِيْلَ وَ إِسْحَاقَ وَ يَعْقُوْبَ، وَ رَبَّ جَبْرَئِيْلَ وَ مِيْكَائِيْلَ (مِيْكَالَ) وَ إِسْرَافِيْلَ، وَ رَبَّ مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَ آلِهِ الْمُنْتَجَبِيْنَ، وَ مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَ الْإِنْجِيْلِ وَ الزَّبُوْرِ وَ الْفُرْقَانِ، وَ مُنَزِّلَ كهيعص وَ طه وَ يس وَ الْقُرْآنِ الْحَكِيْمِ، أَنْتَ كَهْفِيْ حِيْنَ تُعْيِيْنِيْ الْمَذَاهِبُ فِيْ سَعَتِهَا وَ تَضِيْقُ بِيَ الْأَرْضُ بِرُحْبِهَا (بِمَا رَحُبَتْ)،
Wahai Zat yang menghapus dosa-dosa yang besar dengan sifat bijaksana-Nya, yang menebarkan berbagai karunia dengan karunia-Nya, yang memberikan yang banyak dengan kemurahan-Nya, wahai Zat yang bersamaku di kala kesusahan, yang menjadi temanku di saat kesendirian, yang memberikan pertolongan di saat datang bencana, yang mengatur karunia, wahai Tuhanku, Tuhan para pendahuluku, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Tuhan Jibril, Mikail, Israfil, Tuhan Muhammad, penutup para nabi, Tuhan keluarganya yang mulia dan terpilih, Tuhan yang menurunkan Taurat, Tuhan yang menurunkan Injil, Tuhan yang menurunkan Zabur, dan Tuhan yang menurunkan al-Furqan, Tuhan yang menurunkan Kâf Hâ Yâ` Aîn Shâd, Thâhâ, Yâsîn, dan al-Quran yang penuh hikmah. Engkaulah tempat aku berlindung di kala aku harus menentukan tujuan dengan keluasannya dan menjadi sempit bumi dengan keluasannya
وَ لَوْ لاَ رَحْمَتُكَ لَكُنْتُ مِنَ الْهَالِكِيْنَ، وَ أَنْتَ مُقِيْلُ عَثْرَتِيْ، وَ لَوْ لاَ سَتْرُكَ إِيَّايَ لَكُنْتُ مِنَ الْمَفْضُوحِيْنَ، وَ أَنْتَ مُؤَيِّدِيْ بِالنَّصْرِ عَلَى أَعْدَائِيْ، وَ لَوْ لاَ نَصْرُكَ إِيَّايَ (لِيْ) لَكُنْتُ مِنَ الْمَغْلُوبِيْنَ، يَا مَنْ خَصَّ نَفْسَهُ بِالسُّمُوِّ وَ الرِّفْعَةِ، فَأَوْلِيَاؤُهُ بِعِزِّهِ يَعْتَزُّوْنَ، يَا مَنْ جَعَلَتْ لَهُ الْمُلُوْكُ نِيْرَ الْمَذَلَّةِ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ، فَهُمْ مِنْ سَطَوَاتِهِ خَائِفُوْنَ، يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَ مَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ وَ غَيْبَ مَا تَأْتِيَ بِهِ الْأَزْمِنَةُ وَ الدُّهُوْرُ، يَا مَنْ لاَ يَعْلَمُ كَيْفَ هُوَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يَعْلَمُ مَا هُوَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ يَعْلَمُهُ إِلاَّ هُوَ (يَعْلَمُ مَا يَعْلَمُهُ إِلاَّ هُوَ)،
dan andaikan tidak karena rahmat-Mu, pastilah aku tergolong orang yang binasa, Engkaulah penyingkap kesusahanku, dan andaikan tidak karena Engkau menutupinya maka pasti diriku tergolong orang yang dipermalukan, Engkaulah yang membantu untuk mengalahkan musuh-musuhku, dan andaikan tidak karena pertolongan-Mu maka pastilah aku tergolong orang-orang yang kalah. Wahai Zat yang telah mengkhususkan dirinya dengan ketinggian, maka para pencinta (wali) Nya menjadi mulia dengan kemuliaan-Nya, wahai Zat yang raja-raja menjadikan kehinaan pada pundak-pundak mereka, Zat yang mengetahui apa yang disembunyikan oleh mata dan dalam dada, dan apa yang akan ada pada masa-masa mendatang, wahai Zat yang tidak ada yang mengetahui bagaimana Dia selain Dia, wahai Zat yang tidak ada yang mengetahui apa Dia selain Dia, wahai Zat yang tidak ada yang mengetahui-Nya selain Dia
يَا مَنْ كَبَسَ الْأَرْضَ عَلَى الْمَاءِ وَ سَدَّ الْهَوَاءَ بِالسَّمَاءِ، يَا مَنْ لَهُ أَكْرَمُ الْأَسْمَاءِ، يَا ذَا الْمَعْرُوْفِ الَّذِيْ لاَ يَنْقَطِعُ أَبَدًا، يَا مُقَيِّضَ الرَّكْبِ لِيُوْسُفَ فِي الْبَلَدِ الْقَفْرِ وَ مُخْرِجَهُ مِنَ الْجُبِّ وَ جَاعِلَهُ بَعْدَ الْعُبُوْدِيَّةِ مَلِكًا، يَا رَادَّهُ عَلَى يَعْقُوْبَ بَعْدَ أَنِ ابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيْمٌ،
wahai Zat yang menekan bumi (daratan) di atas air, dan menutup udara dengan langit, wahai Zat yamg bagi-Nya semulia-mulia nama, wahai Yang dikenal yang tidak terputus selama-lamanya, wahai Yang menakdirkan khalifah Nabi Yusuf tetap hidup di tempat yang sunyi dari manusia dan makanan dan mengeluarkannya dari dalam sumur, yang mengangkat derajatnya dari perbudakan menjadi tuan (raja), wahai yang mengembalikan kepada Nabi Ya’kub penglihatannya setelah memutih matanya karena kesedihan dalam keadaan sabar atasnya
يَا كَاشِفَ الضُّرِّ وَ الْبَلْوَى عَنْ أَيُّوْبَ، وَ (يَا) مُمْسِكَ يَدَيْ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ ذَبْحِ ابْنِهِ بَعْدَ كِبَرِ سِنِّهِ وَ فَنَاءِ عُمُرِهِ، يَا مَنِ اسْتَجَابَ لِزَكَرِيَّا فَوَهَبَ لَهُ يَحْيَى وَ لَمْ يَدَعْهُ فَرْدًا وَحِيْدًا، يَا مَنْ أَخْرَجَ يُوْنُسَ مِنْ بَطْنِ الْحُوْتِ، يَا مَنْ فَلَقَ الْبَحْرَ لِبَنِيْ إِسْرَائِيْلَ فَأَنْجَاهُمْ وَ جَعَلَ فِرْعَوْنَ وَ جُنُوْدَهُ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ، يَا مَنْ أَرْسَلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ، يَا مَنْ لَمْ يَعْجَلْ عَلَى مَنْ عَصَاهُ مِنْ خَلْقِهِ، يَا مَنِ اسْتَنْقَذَ السَّحَرَةَ مِنْ بَعْدِ طُوْلِ الْجُحُوْدِ، وَ قَدْ غَدَوْا فِيْ نِعْمَتِهِ يَأْكُلُوْنَ رِزْقَهُ وَ يَعْبُدُونَ غَيْرَهُ، وَ قَدْ حَادُّوْهُ وَ نَادُّوْهُ وَ كَذَّبُوْا رُسُلَهُ، يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا بَدِيْئُ، يَا بَدِيْعُ (بَدِيْعًا) لاَ نِدَّ (بَدْءَ) لَكَ، يَا دَائِمًا لاَ نَفَادَ لَكَ، يَا حَيًّا حِيْنَ لاَ حَيَّ، يَا مُحْيِيَ الْمَوْتَى، يَا مَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ، يَا مَنْ قَلَّ لَهُ شُكْرِيْ فَلَمْ يَحْرِمْنِيْ، وَ عَظُمَتْ خَطِيْئَتِيْ فَلَمْ يَفْضَحْنِيْ، وَ رَآنِيْ عَلَى الْمَعَاصِيْ فَلَمْ يَشْهَرْنِيْ (يَخْذُلْنِيْ)، يَا مَنْ حَفِظَنِيْ فِيْ صِغَرِيْ، يَا مَنْ رَزَقَنِيْ فِيْ كِبَرِيْ، يَا مَنْ أَيَادِيْهِ عِنْدِيْ لاَ تُحْصَى وَ نِعَمُهُ لاَ تُجَازَى، يَا مَنْ عَارَضَنِيْ بِالْخَيْرِ وَ الْإِحْسَانِ وَ عَارَضْتُهُ بِالْإِسَاءَةِ وَ الْعِصْيَانِ، يَا مَنْ هَدَانِيْ لِلْإِيْمَانِ مِنْ قَبْلِ أَنْ أَعْرِفَ شُكْرَ الْإِمْتِنَانِ، يَا مَنْ دَعَوْتُهُ مَرِيْضًا فَشَفَانِيْ، وَ عُرْيَانًا فَكَسَانِيْ، وَ جَائِعًا فَأَشْبَعَنِيْ، وَ عَطْشَانَ فَأَرْوَانِيْ، وَ ذَلِيْلاً فَأَعَزَّنِيْ، وَ جَاهِلاً فَعَرَّفَنِيْ، وَ وَحِيْدًا فَكَثَّرَنِيْ، وَ غَائِبًا فَرَدَّنِيْ، وَ مُقِلاًّ فَأَغْنَانِيْ، وَ مُنْتَصِرًا فَنَصَرَنِيْ، وَ غَنِيًّا فَلَمْ يَسْلُبْنِيْ، وَ أَمْسَكْتُ عَنْ جَمِيْعِ ذَلِكَ فَابْتَدَأَنِيْ،
wahai Yang menghilangkan penyakit dan ujian dari Nabi Ayyub, Yang menahan tangan Nabi Ibrahim dari menyembelih putranya tatkala telah lanjut usianya, wahai Yang memenuhi permintaan Nabi Zakaria kemudian mengaruniakan kepadanya Nabi Yahya, dan tidak membiarkannya seorang diri dalam kesendiriannya, wahai Yang mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan, wahai Yang membelah laut untuk Bani Israil, sehingga mereka selamat dan tenggelamlah Fir’aun dan bala tentaranya, wahai Yang mengirim angin sebagai pembawa kabar gembira di depan rahmatnya, wahai Yang tidak segera memberi hukuman kepada hambanya yang bermaksiat padanya, wahai Yang menyelamatkan para ahli sihir setelah usaha yang panjang padahal mereka telah tenggelam dalam karunia-Nya, mereka makan dari rezeki-Nya sedang mereka menyembah selain-Nya, menentang dan membangkang serta mendustakan para rasul-Nya. Ya Allah, ya Allah, Yang Mahaawal, Yang Maha Menciptakan, tiada sekutu bagi-Mu selama-lamanya, Yang Hidup di kala tiada yang hidup, Yang menghidupkan yang mati, Yang membalas setiap jiwa sesuai dengan apa yang diperbuatnya, Yang sangat sedikit syukurku pada-Nya namun Dia tidak memutuskan pemberian-Nya, yang sungguh besar kesalahanku namun Dia tidak mempermalukanku, Yang melihatku bergelimang dalam maksiat namun tidak menyebarkannya, Yang menjagaku di kala kecil, Yang memberikan rezeki kepadaku di kala dewasa, wahai Zat yang pemberiannya padaku tidak terhitung, karunia-Nya tidak terbalas, yang menyodorkan kepadaku kebaikan dan aku balas dengan kejelekanku dan maksiat, Yang memberikan petunjuk kepadaku menuju keimanan sebelum aku tahu cara bersyukur atas pemberian, wahai Zat yang aku seru di kala sakit lalu menyembuhkanku, di kala aku telanjang maka memberiku pakaian, di kala aku lapar Dia menjadikanku kenyang, di kala haus Dia memberiku minum, di kala aku hina Dia memuliakanku, di kala aku bodoh Dia memberiku makrifat, di kala aku sendiri Dia memperbanyak jumlahku, di kala aku terasing Dia mengembalikanku, di kala kepapaanku Dia memberiku kekayaan, di kala aku minta pertolongan Dia menolongku, di kala aku kaya Dia tidak mencabut kekayaan dariku, dan di kala aku menahan diri dari hal itu Dialah yang memulai untukku
فَلَكَ الْحَمْدُ وَ الشُّكْرُ يَا مَنْ أَقَالَ عَثْرَتِيْ وَ نَفَّسَ كُرْبَتِيْ وَ أَجَابَ دَعْوَتِيْ وَ سَتَرَ عَوْرَتِيْ وَ غَفَرَ ذُنُوْبِيْ وَ بَلَّغَنِيْ طَلِبَتِيْ وَ نَصَرَنِيْ عَلَى عَدُوِّيْ، وَ إِنْ أَعُدَّ نِعَمَكَ وَ مِنَنَكَ وَ كَرَائِمَ مِنَحِكَ لاَ أُحْصِيْهَا، يَا مَوْلاَيَ أَنْتَ الَّذِيْ مَنَنْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَنْعَمْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَحْسَنْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَجْمَلْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَفْضَلْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَكْمَلْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ رَزَقْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ وَفَّقْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَعْطَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَغْنَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَقْنَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ آوَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ كَفَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ هَدَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ عَصَمْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ سَتَرْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ غَفَرْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَقَلْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ مَكَّنْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَعْزَزْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَعَنْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ عَضَدْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَيَّدْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ نَصَرْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ شَفَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ عَافَيْتَ، أَنْتَ الَّذِيْ أَكْرَمْتَ، تَبَارَكْتَ وَ تَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ دَائِمًا، وَ لَكَ الشُّكْرُ وَاصِبًا أَبَدًا،
maka bagi-Mu pujian dan syukur wahai Yang menyingkirkan kesulitanku, menghilangkan bencanaku, memenuhi permintaan dan doaku, menutup auratku, mengampuni dosa-dosaku, menyampaikanku pada apa yang aku cari, memenangkanku terhadap musuh-musuhku, dan jika aku hitung karunia-karunia dan karunia-Mu, maka aku tidak akan sanggup menghitungnya. Wahai Tuanku, Engkaulah yang memberi karunia, Engkaulah yang memberi kekaruniaan, Engkaulah yang berbuat kebaikan, Engkaulah yang memperindah, Engkaulah yang memberi anugerah, Engkaulah yang menyempurnakan, Engkaulah yang memberi rezeki, Engkaulah yang memberi taufik, Engkaulah yang Maha Pemberi, Engkau yang memberi kekayaan, Engkaulah yang melindungi, Engkaulah yang memberi kecukupan, Engkaulah yang memberi petunjuk, Engkaulah yang memberi penjagaan, Engkaulah yang menutupi, Engkaulah yang mengampuni, Engkaulah yang mengampuni (kesalahan), Engkaulah yang mengokohkan, Engkaulah yang memuliakan, Engkau yang menolong, Engkaulah yang membela, Engkaulah yang memberi kekuatan, Engkaulah yang membantu, Engkaulah yang menyembuhkan, Engkaulah yang memberi ‘afiat, Engkaulah yang memuliakan, Mahaberkah dan Mahatinggi Engkau. Maka, bagi-Mu segala pujian selamanya dan bagi-Mu segala syukur terus menerus
ثُمَّ أَنَا يَا إِلَهِيْ الْمُعْتَرِفُ بِذُنُوْبِيْ فَاغْفِرْهَا لِيْ، أَنَا الَّذِيْ أَسَأْتُ، أَنَا الَّذِيْ أَخْطَأْتُ، أَنَا الَّذِيْ هَمَمْتُ، أَنَا الَّذِيْ جَهِلْتُ، أَنَا الَّذِيْ غَفَلْتُ، أَنَا الَّذِيْ سَهَوْتُ، أَنَا الَّذِي اعْتَمَدْتُ، أَنَا الَّذِيْ تَعَمَّدْتُ، أَنَا الَّذِيْ وَعَدْتُ وَ أَنَا الَّذِيْ أَخْلَفْتُ، أَنَا الَّذِيْ نَكَثْتُ، أَنَا الَّذِيْ أَقْرَرْتُ، أَنَا الَّذِيْ اعْتَرَفْتُ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَ عِنْدِيْ وَ أَبُوْءُ بِذُنُوْبِيْ فَاغْفِرْهَا لِيْ، يَا مَنْ لاَ تَضُرُّهُ ذُنُوْبُ عِبَادِهِ، وَ هُوَ الْغَنِيُّ عَنْ طَاعَتِهِمْ وَ الْمُوَفِّقُ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْهُمْ بِمَعُوْنَتِهِ وَ رَحْمَتِهِ،
Akulah wahai Tuhanku yang mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku, akulah yang berbuat kejelekan, akulah yang bersalah, akulah yang menginginkan (maksiat), akulah yang bodoh, akulah yang lalai, akulah yang lupa, akulah yang bersandar (pada-Mu), akulah yang sengaja (berbuat dosa), akulah yang berjanji dan akulah yang mengingkari, akulah yang merusak, akulah yang menetapkan, akulah yang mengakui akan karunia-Mu atasku, namun aku menghadap-Mu dengan dosa-dosaku. Maka, ampunilah aku. Wahai Zat yang tidak dirugikan oleh dosa-dosa para hamba-Nya. Dialah Yang Mahakaya (dan tidak memerlukan) terhadap ketaatan mereka dan memberikan taufik kepada orang yang beramal saleh dari mereka dengan pertolongan dan rahmat-Nya
فَلَكَ الْحَمْدُ إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ، إِلَهِيْ أَمَرْتَنِيْ فَعَصَيْتُكَ وَ نَهَيْتَنِيْ فَارْتَكَبْتُ نَهْيَكَ، فَأَصْبَحْتُ لاَ ذَا بَرَاءَةٍ لِيْ فَأَعْتَذِرَ وَ لاَ ذَا قُوَّةٍ فَأَنْتَصِرَ،
Bagi-Mu segala puji wahai Tuhanku dan Tuanku. Wahai Tuhanku, Engkau telah memerintahkanku, lalu aku menentang-Mu dan mencegahku, lalu aku melakukan larangan-Mu. Dengan demikian, aku tidak memiliki pembebasan untuk meminta ampunan dan tidak memiliki kekuatan sehingga aku akan menang
فَبِأَيِّ شَيْئٍ أَسْتَقْبِلُكَ (أَسْتَقِيْلُكَ) يَا مَوْلاَيَ؟ أَبِسَمْعِيْ أَمْ بِبَصَرِي أَمْ بِلِسَانِيْ أَمْ بِيَدِيْ أَمْ بِرِجْلِيْ؟ أَلَيْسَ كُلُّهَا نِعَمَكَ عِنْدِيْ وَ بِكُلِّهَا عَصَيْتُكَ؟
Maka, dengan apa aku akan menemui-Mu wahai Tuanku? Apakah dengan telingaku, mataku, lidahku, tanganku, ataukah dengan kakiku?
يَا مَوْلاَيَ فَلَكَ الْحُجَّةُ وَ السَّبِيْلُ عَلَيَّ، يَا مَنْ سَتَرَنِيْ مِنَ الْآبَاءِ وَ الْأُمَّهَاتِ أَنْ يَزْجُرُوْنِيْ،
Tidakkah semua itu adalah karunia-Mu untukku dan dengan semua itu aku bermaksiat kepada-Mu? Wahai Tuanku, bagi-Mulah alasan dan jalan (untuk menghukumku). Wahai Zat yang menutupiku dari ayah dan ibuku sehingga mereka tidak mencercaku
وَ مِنَ الْعَشَائِرِ وَ الْإِخْوَانِ أَنْ يُعَيِّرُوْنِيْ، وَ مِنَ السَّلاَطِيْنِ أَنْ يُعَاقِبُوْنِيْ، وَ لَوْ اطَّلَعُوْا يَا مَوْلاَيَ عَلَى مَا اطَّلَعْتَ عَلَيْهِ مِنِّيْ إِذًا مَا أَنْظَرُوْنِيْ وَ لَرَفَضُوْنِيْ وَ قَطَعُوْنِيْ،
dari keluarga dan saudara sehingga mereka tidak menghinaku, dan dari para penguasa sehingga mereka tidak menghukumku. Seandainya mereka mengetahui apa yang Engkau ketahui dariku, niscaya tidak akan memberikan kesempatan kepadaku, menolakku dan memutuskan hubungan denganku.
فَهَا أَنَا ذَا يَا إِلَهِيْ بَيْنَ يَدَيْكَ يَا سَيِّدِيْ خَاضِعٌ ذَلِيْلٌ حَصِيْرٌ حَقِيْرٌ، لاَ ذُوْ بَرَاءَةٍ فَأَعْتَذِرَ وَ لاَ ذُوْ قُوَّةٍ فَأَنْتَصِرَ وَ لاَ حُجَّةٍ فَأَحْتَجَّ بِهَا وَ لاَ قَائِلٌ لَمْ أَجْتَرِحْ وَ لَمْ أَعْمَلْ سُوْءًا وَ مَا عَسَى الْجُحُوْدُ، وَ لَوْ جَحَدْتُ يَا مَوْلاَيَ يَنْفَعُنِيْ، كَيْفَ وَ أَنَّى ذَلِكَ وَ جَوَارِحِيْ كُلُّهَا شَاهِدَةٌ عَلَيَّ بِمَا قَدْ عَمِلْتُ (عَلِمْتَ)، وَ عَلِمْتُ يَقِيْنًا غَيْرَ ذِيْ شَكٍّ أَنَّكَ سَائِلِيْ مِنْ عَظَائِمِ الْأُمُوْرِ، وَ أَنَّكَ الْحَكَمُ (الْحَكِيْمُ) الْعَدْلُ الَّذِيْ لاَ تَجُوْرُ، وَ عَدْلُكَ مُهْلِكِيْ وَ مِنْ كُلِّ عَدْلِكَ مَهْرَبِيْ، فَإِنْ تُعَذِّبْنِيْ يَا إِلَهِيْ فَبِذُنُوْبِيْ بَعْدَ حُجَّتِكَ عَلَيَّ، وَ إِنْ تَعْفُ عَنِّيْ فَبِحِلْمِكَ وَ جُوْدِكَ وَ كَرَمِكَ،
Inilah aku wahai Tuhanku di haribaan-Mu, wahai Tuanku, tunduk, hina dina, tidak memiliki pembebasan untuk meminta maaf, tidak memiliki kekuatan sehingga dapat menang, tidak memiliki dalil untuk mengelak, dan aku tidak dapat mengatakan bahwa aku tidak berbuat dosa ini dan tidak berbuat kejelekan! Oh! Seandainya pengingkaran—seandainya aku mengingkari wahai Tuanku—dapat bermanfaat bagiku! Bagaimana mungkin? Dan tidak mungkin hal itu (terjadi), sedangkan seluruh anggota tubuhku menjadi saksi atasku terhadap apa yang telah kulakukan, dan aku mengetahui dengan penuh yakin bahwa Engkau akan menanyakan padaku urusan-urusan yang besar, Engkaulah penentu keputusan yang adil, yang tidak akan berbuat kelaliman, sedangkan keadilan-Mu adalah pencelakaku dan dari setiap keadilan-Mu aku melarikan diri. Jika Engkau menyiksaku wahai Tuhanku, hal itu karena dosa-dosaku setelah Engkau mengirim hujah padaku dan jika Engkau memaafkanku, hal itu karena karena kesabaran, kedermawanan, dan kemurahan-Mu
لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُوَحِّدِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْخَائِفِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْوَجِلِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الرَّاجِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الرَّاغِبِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُهَلِّلِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ السَّائِلِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الْمُكَبِّرِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ رَبِّيْ وَ رَبُّ آبَائِيَ الْأَوَّلِيْنَ،
Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang meminta ampunan. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengesakan (-Mu). Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang takut. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bergetar (hati mereka). Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berharap. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menginginkan (rahmat-Mu). Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengikrarkan keesaan-Mu. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memohon. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bertasbih. Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang membesarkan (-Mu). Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, Engkau adalah Tuhanku dan Tuhan nenek-moyangku yang terdahulu
اَللَّهُمَّ هَذَا ثَنَائِيْ عَلَيْكَ مُمَجِّدًا وَ إِخْلاَصِيْ لِذِكْرِكَ مُوَحِّدًا وَ إِقْرَارِيْ بِآلائِكَ مُعَدِّدًا، وَ إِنْ كُنْتُ مُقِرًّا أَنِّيْ لَمْ أُحْصِهَا لِكَثْرَتِهَا وَ سُبُوْغِهَا وَ تَظَاهُرِهَا وَ تَقَادُمِهَا إِلَى حَادِثٍ مَا لَمْ تَزَلْ تَتَعَهَّدُنِيْ (تَتَغَمَّدُنِيْ) بِهِ مَعَهَا مُنْذُ خَلَقْتَنِيْ وَ بَرَأْتَنِيْ مِنْ أَوَّلِ الْعُمُرِ مِنَ الْإِغْنَاءِ مِنَ (بَعْدَ) الْفَقْرِ وَ كَشْفِ الضُّرِّ وَ تَسْبِيْبِ الْيُسْرِ وَ دَفْعِ الْعُسْرِ وَ تَفْرِيْجِ الْكَرْبِ وَ الْعَافِيَةِ فِي الْبَدَنِ وَ السَّلاَمَةِ فِي الدِّيْنِ، وَ لَوْ رَفَدَنِيْ عَلَى قَدْرِ ذِكْرِ نِعْمَتِكَ جَمِيْعُ الْعَالَمِيْنَ مِنَ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ مَا قَدَرْتُ وَ لاَ هُمْ عَلَى ذَلِكَ، تَقَدَّسْتَ وَ تَعَالَيْتَ مِنْ رَبٍّ كَرِيْمٍ عَظِيْمٍ رَحِيْمٍ، لاَ تُحْصَى آلاؤُكَ، وَ لاَ يُبْلَغُ ثَنَاؤُكَ، وَ لاَ تُكَافَى نَعْمَاؤُكَ،
Ya Allah, inilah pujianku kepada-Mu sebagai orang yang mengagungkan (-Mu), ketulusanku untuk mengingat-Mu sebagai orang yang mengesakan (-Mu), dan pengakuanku terhadap karunia-karunia-Mu sebagai orang yang menghitungnya, meskipun aku mengakui bahwa aku tidak akan dapat menghitungnya karena banyaknya dan luasnya, karena tampak dan keterlebihdahuluannya terhadap segala yang baru selama Engkau mencurahkannya atasku sejak Engkau menciptakanku dari awal usiaku dengan mencukupkanku dari kefakiran, menghilangkan bencana, mendatangkan kemudahan, menolak kesulitan, melapangkan duka, mendatangkan kesehatan di tubuhku dan keselamatan di dalam agamaku. Jika seluruh makhluk alam semesta dari awal hingga akhir membantuku untuk menghitung karunia-Mu, niscaya aku tidak akan mampu, begitu juga mereka. Mahasuci dan Mahatinggi Engkau sebagai Tuhan Yang Maha Pemurah, Mahaagung dan Maha Pengasih. Tak terhitung karunia-karunia-Mu, tak tergapai pujian-Mu, dan tak terbalas karunia-karunia-Mu
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَ أَتْمِمْ عَلَيْنَا نِعَمَكَ، وَ أَسْعِدْنَا بِطَاعَتِكَ، سُبْحَانَكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، اَللَّهُمَّ إِنَّكَ تُجِيْبُ الْمُضْطَرَّ، وَ تَكْشِفُ السُّوْءَ، وَ تُغِيْثُ الْمَكْرُوْبَ، وَ تَشْفِي السَّقِيْمَ، وَ تُغْنِي الْفَقِيْرَ، وَ تَجْبُرُ الْكَسِيْرَ، وَ تَرْحَمُ الصَّغِيْرَ، وَ تُعِيْنُ الْكَبِيْرَ، وَ لَيْسَ دُوْنَكَ ظَهِيْرٌ، وَ لاَ فَوْقَكَ قَدِيْرٌ، وَ أَنْتَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ، يَا مُطْلِقَ الْمُكَبَّلِ الْأَسِيْرِ، يَا رَازِقَ الطِّفْلِ الصَّغِيْرِ، يَا عِصْمَةَ الْخَائِفِ الْمُسْتَجِيْرِ، يَا مَنْ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ لاَ وَزِيْرَ،
Curahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sempurnakanlah karunia-Mu atas kami dan bahagiakanlah kami dengan ketaatan kepada-Mu. Mahasuci Engkau, tiada Tuhan selain Engkau. Ya Allah, Engkau menjawab (panggilan) orang yang ditimpa kesusahan, menyingkap kejelekan, menolong orang yang tertimpa duka, menyembuhkan orang yang sakit, memberikan kekayaan kepada orang yang fakir, menyambung (tulang) yang patah, menyayangi anak yang kecil, membantu orang yang besar, tiada selain-Mu penolong, dan tiada di atas-Mu yang mahakuasa, serta Engkaulah Yang Mahatinggi nan Mahabesar. Wahai Zat yang membebaskan orang yang terbelenggu dipenjara, wahai Pemberi rezeki kepada anak kecil, wahai Tempat Perlindungan bagi orang yang takut yang memohon perlindungan, wahai Zat Yang tiada sekutu bagi-Nya dan tiada pembantu
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَ أَعْطِنِيْ فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ أَفْضَلَ مَا أَعْطَيْتَ وَ أَنَلْتَ أَحَدًا مِنْ عِبَادِكَ مِنْ نِعْمَةٍ تُوْلِيْهَا وَ آلاَءٍ تُجَدِّدُهَا وَ بَلِيَّةٍ تَصْرِفُهَا وَ كُرْبَةٍ تَكْشِفُهَا وَ دَعْوَةٍ تَسْمَعُهَا وَ حَسَنَةٍ تَتَقَبَّلُهَا وَ سَيِّئَةٍ تَتَغَمَّدُهَا، إِنَّكَ لَطِيْفٌ بِمَا تَشَاءُ خَبِيْرٌ وَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،
curahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, berikanlah kepadaku pada petang ini anugerah terbaik yang pernah Kauberikan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Mu; karunia yang Kaukuasakan dan perbaharui, bencana yang Kausingkirkan, duka yang Kausingkap, doa yang Kaudengar, kebaikan yang Kauterima, kejelekan yang Kaututupi. Sesungguhnya Engkau Mahalembut terhadap apa yang Kaukehendaki, Maha Mengetahui dan Mahakuasa atas segala sesuatu
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ أَقْرَبُ مَنْ دُعِيَ، وَ أَسْرَعُ مَنْ أَجَابَ، وَ أَكْرَمُ مَنْ عَفَا، وَ أَوْسَعُ مَنْ أَعْطَى، وَ أَسْمَعُ مَنْ سُئِلَ، يَا رَحْمَانَ الدُّنْيَا وَ الْآخِرَةِ وَ رَحِيْمَهُمَا، لَيْسَ كَمِثْلِكَ مَسْؤُوْلٌ وَ لاَ سِوَاكَ مَأْمُوْلٌ،
Ya Allah, Engkaulah Zat paling dekat yang dapat diseru, Zat lebih cepat yang dapat mengabulkan, Zat lebih pemurah yang dapat memaafkan, Zat lebih luas yang dapat memberikan, Zat lebih mendengarkan yang dapat dimohon, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang di dunia dan akhirat
دَعَوْتُكَ فَأَجَبْتَنِيْ، وَ سَأَلْتُكَ فَأَعْطَيْتَنِيْ، وَ رَغِبْتُ إِلَيْكَ فَرَحِمْتَنِيْ، وَ وَثِقْتُ بِكَ فَنَجَّيْتَنِيْ، وَ فَزِعْتُ إِلَيْكَ فَكَفَيْتَنِيْ،
Tiada seperti-Mu yang dapat dimohon dan selain-Mu yang dapat diharapkan. Aku menyeru-Mu lalu Kau mengabulkanku, aku meminta kepada-Mu lalu Kau memberikan kepadaku, aku menginginkan-Mu lalu Kau mengasihiku, aku percaya kepada-Mu lalu Kauselamatkan aku, dan aku berlindung kepada-Mu lalu Kau cukupkanku
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَ رَسُوْلِكَ وَ نَبِيِّكَ وَ عَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَجْمَعِيْنَ، وَ تَمِّمْ لَنَا نَعْمَاءَكَ، وَ هَنِّئْنَا عَطَاءَكَ، وَ اكْتُبْنَا لَكَ شَاكِرِيْنَ وَ لِآلائِكَ ذَاكِرِيْنَ، آمِينَ آمِيْنَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ،
Ya Allah, curahkanlah salawat atas Muhammad, hamba,Rasul dan
nabi-Mu dan atas keluarganya yang suci seluruhnya, sempurnakanlah bagi kami seluruh karunia-Mu, nikmatkanlah semua pemberian-Mu kepada kami, jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur kepada-Mu dan mengingat karunia-karunia-Mu. Amin! Amin! Rabbal Âlamîn.
اَللَّهُمَّ يَا مَنْ مَلَكَ فَقَدَرَ، وَ قَدَرَ فَقَهَرَ، وَ عُصِىَ فَسَتَرَ، وَ اسْتُغْفِرَ فَغَفَرَ، يَا غَايَةَ الطَّالِبِيْنَ الرَّاغِبِيْنَ وَ مُنْتَهَى أَمَلِ الرَّاجِيْنَ، يَا مَنْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا وَ وَسِعَ الْمُسْتَقِيْلِيْنَ رَأْفَةً وَ رَحْمَةً وَ حِلْمًا،
Ya Allah, wahai Yang memiliki lalu menentukan, yang menentukan lalu menguasai, yang dimaksiati lalu menutupi, dan yang dimintai ampunan lalu mengampuni. Wahai Puncak para pengharap yang mendamba dan harapan para pengharap. Wahai Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan meliputi orang-orang yang meminta ampunan kemurahan, rahmat dan kesabaran-Nya
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ الَّتِيْ شَرَّفْتَهَا وَ عَظَّمْتَهَا بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّكَ وَ رَسُوْلِكَ وَ خِيَرَتِكَ مِنْ خَلْقِكَ وَ أَمِيْنِكَ عَلَى وَحْيِكَ الْبَشِيْرِ النَّذِيْرِ السِّرَاجِ الْمُنِيْرِ الَّذِيْ أَنْعَمْتَ بِهِ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ وَ جَعَلْتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ،
Ya Allah, kami menghadap kepada-Mu pada petang yang Kaumuliakan dan agungkan ini dengan (perantara) Muhammad, Nabi, Rasul, makhluk pilihan dan kepercayaan-Mu atas wahyu-Mu, pemberi berita gembira dan peringatan, pelita kemilau yang dengannya Engkau memberikan karunia kepada muslimin dan menjadikannya rahmat atas seluruh alam semesta
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا مُحَمَّدٌ أَهْلٌ لِذَلِكَ مِنْكَ، يَا عَظِيْمُ فَصَلِّ عَلَيْهِ وَ عَلَى آلِهِ الْمُنْتَجَبِيْنَ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَجْمَعِيْنَ وَ تَغَمَّدْنَا بِعَفْوِكَ عَنَّا، فَإِلَيْكَ عَجَّتِ الْأَصْوَاتُ بِصُنُوْفِ اللُّغَاتِ،
Ya Allah, curahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Muhammad layak untuk itu. Wahai Yang Mahaagung, curahkanlah salawat atasnya dan atas seluruh keluarganya yang mulia dan suci, dan limpahkanlah karunia kepada kami dengan maaf-Mu kepada kami. Hanya kepada-Mu terangkat seluruh suara dengan berbagai macam bahasa
فَاجْعَلْ لَنَا اللَّهُمَّ فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ نَصِيْبًا مِنْ كُلِّ خَيْرٍ تَقْسِمُهُ بَيْنَ عِبَادِكَ وَ نُوْرٍ تَهْدِيْ بِهِ وَ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا وَ بَرَكَةٍ تُنْزِلُهَا وَ عَافِيَةٍ تُجَلِّلُهَا وَ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،
Maka, jadikanlah bagi kami ya Allah pada petang ini bagian dari setiap kebaikan yang akan Kaubagikan di antara para hamba-Mu, bagian dari cahaya yang Kau memberikan petunjuk dengannya, bagian dari rahmat yang Kautebarkan, bagian dari berkah yang Kauturunkan, bagian dari ‘afiat yang Kauselimutkan, dan bagian dari rezeki yang Kaulapangkan. Wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih
اَللَّهُمَّ أَقْلِبْنَا
فِيْ هَذَا الْوَقْتِ مُنْجِحِيْنَ مُفْلِحِيْنَ مَبْرُوْرِيْنَ غَانِمِيْنَ، وَ لاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، وَ لاَ تُخْلِنَا مِنْ رَحْمَتِكَ، وَ لاَ تَحْرِمْنَا مَا نُؤَمِّلُهُ مِنْ فَضْلِكَ، وَ لا تَجْعَلْنَا مِنْ رَحْمَتِكَ مَحْرُوْمِيْنَ وَ لا لِفَضْلِ مَا نُؤَمِّلُهُ مِنْ عَطَائِكَ قَانِطِيْنَ، وَ لاَ تَرُدَّنَا خَائِبِيْنَ وَ لاَ مِنْ بَابِكَ مَطْرُوْدِيْنَ، يَا أَجْوَدَ الْأَجْوَدِيْنَ وَ أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ،
Ya Allah, jadikanlah kami pada waktu ini sebagai orang-orang yang beruntung, jaya, berbahagia dan mendapatkan (kemenangan), jangan Kaujadikan kami sebagai orang-orang yang berputus asa, jangan Kauhalangi kami dari rahmat-Mu, jangan Kauhadang kami untuk mendapatkan anugerah-Mu yang kami harapkan, jangan Kaujadikan kami terhalangi dari mendapatkan rahmat-Mu dan dari menggapai anugerah yang kami harapkan sebagai orang-orang yang berputus asa, jangan Kautolak kami dengan sia-sia dan terusir dari pintu-Mu. Wahai Zat Yang lebih dermawan dari para dermawan dan Yang lebih Pemurah dari para pemurah
إِلَيْكَ أَقْبَلْنَا
مُوْقِنِيْنَ وَ لِبَيْتِكَ الْحَرَامِ آمِّيْنَ قَاصِدِيْنَ، فَأَعِنَّا عَلَى مَنَاسِكِنَا، وَ أَكْمِلْ لَنَا حَجَّنَا، وَ اعْفُ عَنَّا وَ عَافِنَا، فَقَدْ مَدَدْنَا إِلَيْكَ أَيْدِيَنَا، فَهِيَ بِذِلَّةِ الْإِعْتِرَافِ مَوْسُوْمَةٌ،
kami menghadap kepada-Mu dengan penuh keyakinan dan menuju rumah-Mu yang suci. Maka, bantulah kami (untuk menyempurnakan) manasik haji kami, sempurnakanlah haji kami, ampunilah kami dan sehatkanlah kami. Kami telah mengulurkan tangan kami, dan ia adalah tanda pengakuan terhadap kehinaan kami
اَللَّهُمَّ فَأَعْطِنَا فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ مَا سَأَلْنَاكَ، وَ اكْفِنَا مَا اسْتَكْفَيْنَاكَ، فَلاَ كَافِيَ لَنَا سِوَاكَ، وَ لاَ رَبَّ لَنَا غَيْرُكَ، نَافِذٌ فِيْنَا حُكْمُكَ، مُحِيْطٌ بِنَا عِلْمُكَ، عَدْلٌ فِيْنَا قَضَاؤُكَ، اِقْضِ لَنَا الْخَيْرَ وَ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ،
Ya Allah, berikanlah kepada kami pada petang ini seluruh yang telah kami mohon kepada-Mu, cukupkanlah bagi kami apa yang telah kami harapkan dari-Mu. Tiada yang dapat mencukupi kami selain-Mu, tiada tuhan bagi kami selain-Mu, terlaksana atas kami hukum-Mu, meliputi kami ilmu-Mu, sungguh adil terhadap kami keputusan-Mu. Putuskanlah bagi kami kebaikan dan jadikanlah kami dari ahli kebaikan
اَللَّهُمَّ أَوْجِبْ لَنَا بِجُوْدِكَ عَظِيْمَ الْأَجْرِ وَ كَرِيْمَ الذُّخْرِ وَ دَوَامَ الْيُسْرِ، وَ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا أَجْمَعِيْنَ، وَ لاَ تُهْلِكْنَا مَعَ الْهَالِكِيْنَ، وَ لاَ تَصْرِفْ عَنَّا رَأْفَتَكَ وَ رَحْمَتَكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،
Ya Allah, wajibkan atas kami demi kedermawanan-Mu pahala yang agung, simpanan yang mulia dan berkesinambungnya kemudahan, ampunilah seluruh dosa kami, janganlah Kaucelakakan aku bersama orang-orang yang celaka, dan jangan Kausingkirkan dari kami kasih sayang dan rahmat-Mu. Wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِيْ هَذَا الْوَقْتِ مِمَّنْ سَأَلَكَ فَأَعْطَيْتَهُ، وَ شَكَرَكَ فَزِدْتَهُ وَ تَابَ (ثَابَ) إِلَيْكَ فَقَبِلْتَهُ، وَ تَنَصَّلَ إِلَيْكَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كُلِّهَا فَغَفَرْتَهَا لَهُ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ الْإِكْرَامِ،
Ya Allah, jadikanlah kami pada waktu ini di antara orang-orang yang memohon kepada-Mu lalu Kauberikan, yang bersyukur kepada-Mu lalu Kautambahkan, yang bertaubat kepada-Mu lalu Kauterima, dan memohon kebebasan dari seluruh dosanya kepada-Mu lalu Kauampuni mereka, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan
اَللَّهُمَّ وَ نَقِّنَا (وَ وَفِّقْنَا) وَ سَدِّدْنَا (وَ اعْصِمْنَا) وَ اقْبَلْ تَضَرُّعَنَا، يَا خَيْرَ مَنْ سُئِلَ، وَ يَا أَرْحَمَ مَنِ اسْتُرْحِمَ، يَا مَنْ لاَ يَخْفَى عَلَيْهِ إِغْمَاضُ الْجُفُوْنِ وَ لاَ لَحْظُ الْعُيُوْنِ وَ لاَ مَا اسْتَقَرَّ فِي الْمَكْنُوْنِ وَ لا مَا انْطَوَتْ عَلَيْهِ مُضْمَرَاتُ الْقُلُوْبِ، أَلاَ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ أَحْصَاهُ عِلْمُكَ وَ وَسِعَهُ حِلْمُكَ، سُبْحَانَكَ وَ تَعَالَيْتَ عَمَّا يَقُوْلُ الظَّالِمُوْنَ عُلُوًّا كَبِيْرًا،
Ya Allah, sucikanlah kami, luruskanlah kami, dan terimalah kerendahan hati kami, wahai sebaik-baik Zat yang dapat dimohon, wahai Zat yang lebih pengasih yang dapat dimintai kasih sayang, wahai Yang tak tersembunyi bagi-Nya kedipan kelopak mata, lirikan mata, segala yang tersimpan di tempat yang tersembunyi, dan segala yang dimiliki oleh lubuk hati. Ingatlah bahwa semua itu telah diperhitungkan oleh ilmu-Mu dan diliputi oleh kesabaran-Mu. Mahasuci dan Mahatinggi Engkau dari apa yang dikatakan oleh orang-orang zalim setinggi-tingginya
تُسَبِّحُ لَكَ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَ الْأَرَضُوْنَ وَ مَنْ فِيْهِنَّ، وَ إِنْ مِنْ شَيْئٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَ الْمَجْدُ وَ عُلُوُّ الْجَدِّ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ الْإِكْرَامِ وَ الْفَضْلِ وَ الْإِنْعَامِ وَ الْأَيَادِي الْجِسَامِ، وَ أَنْتَ الْجَوَادُ الْكَرِيْمُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ،
Bertasbih kepada-Mu tujuh langit, bumi dan segala yang terdapat di dalam keduanya. Tidak ada sesuatu kecuali ia bertasbih kepada-Mu. Maka, bagi-Mu segala pujian, keagungan, dan setinggi-tinggi kemuliaan. Wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan, karunia dan kekaruniaan, serta anugerah yang agung. Engkaulah Yang Maha Dermawan, Pemurah, Belas kasih dan Pengasih
اَللَّهُمَّ أَوْسِعْ عَلَيَّ مِنْ رِزْقِكَ الْحَلاَلِ، وَ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ وَ دِيْنِيْ، وَ آمِنْ خَوْفِيْ، وَ أَعْتِقْ رَقَبَتِيْ مِنَ النَّارِ
Ya Allah, lapangkanlah bagiku rezeki-Mu yang halal, sehatkanlah badan dan agamaku, amankanlah rasa takutku, dan bebaskanlah aku dari api neraka
، اَللَّهُمَّ لاَ تَمْكُرْ بِيْ، وَ لاَ تَسْتَدْرِجْنِيْ، وَ لاَ تَخْدَعْنِيْ، وَ ادْرَأْ عَنِّيْ شَرَّ فَسَقَةِ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ
Ya Allah, janganlah Kau berbuat makar terhadapku, janganlah Kau biarkan aku berada dalam jurang kesesatan, janganlah Kau berbuat tipu daya kepadaku dan singkirkanlah dariku jin dan manusia yang jahat
Kemudian, beliau mengangkat wajahnya ke langit dengan mengucurkan air mata yang sangat deras dan berteriak:
يَا أَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ، يَا أَبْصَرَ النَّاظِرِيْنَ، وَ يَا أَسْرَعَ الْحَاسِبِيْنَ، وَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ السَّادَةِ الْمَيَامِيْنِ، وَ أَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ حَاجَتِيَ الَّتِيْ إِنْ أَعْطَيْتَنِيْهَا لَمْ يَضُرَّنِيْ مَا مَنَعْتَنِيْ، وَ إِنْ مَنَعْتَنِيْهَا لَمْ يَنْفَعْنِيْ مَا أَعْطَيْتَنِيْ، أَسْأَلُكَ فَكَاكَ رَقَبَتِيْ مِنَ النَّارِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، لَكَ الْمُلْكُ وَ لَكَ الْحَمْدُ، وَ أَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ، يَا رَبِّ يَا رَبِّ
Wahai Yang lebih mendengar dari orang-orang yang mendengar, wahai Yang lebih melihat dari orang-orang yang melihat, wahai Zat yang lebih cepat menghitung, wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih, curahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, para pemimpin yang mulia. Aku memohon kepada-Mu, ya Allah, keperluanku yang jika Engkau memberikannya kepadaku, tidak akan membahayakanku apa yang Kaucegah dariku, dan jika Engkau mencegahnya dariku, niscaya tidak akan mendatangkan manfaat apa yang telah Kauberikan padaku. Aku memohon kepada-Mu kebebasanku dari api neraka. Tiada tuhan selain Engkau, tiada sekutu bagi-Mu. Hanya bagi-Mu seluruh kerajaan dan hanya bagi-Mu seluruh pujian. Dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu, ya Rabbi, ya Rabbi.
Beliau mengulang-ulangi kata ya Rabbi itu. Semua orang yang berada di sekeliling beliau, hanya mendengarkan doa beliau tersebut dan mencukupkan diri dengan mengucapkan “amin”. Suara tangisan mereka bergemuruh bersama tangisan beliau hingga matahari terbenam. Setelah itu, mereka berkemas dan berangkat menuju Masy’arul Haram.
Penulis berkata, “Kaf’ami dalam kitab al-Balad al-Amîn hanya menukil doa Arafah itu hingga di sini dan Allamah Majlisi ra dalam kitab Zâd al-Ma’âd juga menukil doa tersebut sesuai dengan riwayat Kaf’ami. Akan tetapi, Sayid Ibnu Thawus ra dalam kitab al-Iqbâl, setelah kata yâ Rabbi menambahkan doa berikut ini:
إِلَهِيْ أَنَا الْفَقِيْرُ فِيْ غِنَايَ فَكَيْفَ لاَ أَكُوْنُ فَقِيْرًا فِيْ فَقْرِيْ؟ إِلَهِيْ أَنَا الْجَاهِلُ فِيْ عِلْمِيْ فَكَيْفَ لاَ أَكُوْنُ جَهُوْلاً فِيْ جَهْلِيْ؟ إِلَهِيْ إِنَّ اخْتِلاَفَ تَدْبِيْرِكَ وَ سُرْعَةَ طَوَاءِ مَقَادِيْرِكَ مَنَعَا عِبَادَكَ الْعَارِفِيْنَ بِكَ عَنِ السُّكُوْنِ إِلَى عَطَاءٍ وَ الْيَأْسِ مِنْكَ فِيْ بَلاَءٍ، إِلَهِيْ مِنِّيْ مَا يَلِيْقُ بِلُؤْمِيْ وَ مِنْكَ مَا يَلِيْقُ بِكَرَمِكَ،
Ilahi, aku fakir dalam kekayaanku. Bagaimana aku tidak fakir dalam kefakiranku? Ilahi, aku bodoh dalam kepengetahuanku. Bagaimana aku tidak
bodoh dalam kebodohanku? Ilahi, sesungguhnya perubahan pengaturan-Mu dan cepatnya lipatan takdir-Mu mencegah hamba-hamba-Mu yang mengenal-Mu untuk
tidak meminta anugerah dan dan berputus asa dari-Mu ketika tertimpa malapetaka. Ilahi, aku berhak menerima balasan yang sesuai dengan kejahatanku dan Engkau berhak memberikan ampunan yang sesuai dengan kemurahan-Mu.
إِلَهِيْ وَصَفْتَ نَفْسَكَ بِاللُّطْفِ وَ الرَّأْفَةِ لِيْ قَبْلَ وُجُوْدِ ضَعْفِيْ، أَفَتَمْنَعُنِيْ مِنْهُمَا بَعْدَ وُجُوْدِ ضَعْفِيْ ؟
Ilahi, Engkau telah menyifati diri-Mu dengan kelemahlembutan dan kasih sayang terhadapku sebelum aku lemah. Apakah Engkau akan mencegahku dari mendapatkan keduanya setelah aku lemah?
إِلَهِيْ إِنْ ظَهَرَتِ الْمَحَاسِنُ مِنِّيْ فَبِفَضْلِكَ وَ لَكَ الْمِنَّةُ عَلَيَّ، وَ إِنْ ظَهَرَتِ الْمَسَاوِيْ مِنِّيْ فَبِعَدْلِكَ وَ لَكَ الْحُجَّةُ عَلَيَّ،
Ilahi, jika kebaikan-kebaikan tampak dariku, maka semua itu karena anugerah-Mu dan Engkau berhak menuntutnya dariku dan jika kejelekan-kejelekan tampak dariku, maka semua itu dari keadilan-Mu dan Engkau memiliki alasan untuk (menghujat)ku.
إِلَهِىْ كَيْفَ تَكِلُنِيْ وَ قَدْ تَكَفَّلْتَ لِيْ (تَوَكَّلْتُ)؟ وَ كَيْفَ أُضَامُ وَ أَنْتَ النَّاصِرُ لِيْ؟ أَمْ كَيْفَ أَخِيْبُ وَ أَنْتَ الْحَفِيُّ بِيْ؟
Ilahi, bagaimana mungkin Engkau akan membiarkanku sedangkan Engkau telah memeliharaku? Bagaimana mungkin aku akan tertindas sedangkan Engkau adalah penolongku? Bagaimana mungkin aku akan kecewa sedangkan Engkau selalu memberikan anugerah kepadaku?
هَا أَنَا أَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِفَقْرِيْ إِلَيْكَ، وَ كَيْفَ أَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِمَا هُوَ مَحَالٌ أَنْ يَصِلَ إِلَيْكَ؟ أَمْ كَيْفَ أَشْكُوْ إِلَيْكَ حَالِيْ وَ هُوَ لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ؟ أَمْ كَيْفَ أُتَرْجِمُ بِمَقَالِيْ وَ هُوَ مِنْكَ بَرَزٌ إِلَيْكَ؟ أَمْ كَيْفَ تُخَيِّبُ آمَالِيْ وَ هِيَ قَدْ وَفَدَتْ إِلَيْكَ؟ أَمْ كَيْفَ لاَ تُحْسِنُ أَحْوَالِيْ وَ بِكَ قَامَتْ؟
Inilah aku bertawasul kepada-Mu dengan (perantara) rasa membutuhkanku kepada-Mu! Bagaimana mungkin aku bertawasul kepada-Mu dengan apa yang tidak mungkin sampai kepada-Mu? Perlukah aku mengadukan kepada-Mu keadaanku sedangkan ia tidak tersembunyi bagi-Mu? Perlukah aku menerjemahkannya dengan ucapanku sedangkan ia berasal dari-Mu dan tampak bagi-Mu? Bagaimana mungkin Engkau menyia-nyiakan harapan-harapanku sedangkan ia telah datang menghampiri-Mu? Atau bagaimana mungkin Engkau tidak mengetahui keadaanku dengan baik sedangkan ia berdiri tegak (baca: bahagia) dengan (perantara)-Mu?
إِلَهِيْ مَا أَلْطَفَكَ بِيْ مَعَ عَظِيْمِ جَهْلِيْ، وَ مَا أَرْحَمَكَ بِيْ مَعَ قَبِيْحِ فِعْلِيْ، إِلَهِيْ مَا أَقْرَبَكَ مِنِّيْ وَ أَبْعَدَنِيْ عَنْكَ، وَ مَا أَرْأَفَكَ بِيْ، فَمَا الَّذِيْ يَحْجُبُنِيْ عَنْكَ؟ إِلَهِيْ عَلِمْتُ بِاخْتِلاَفِ الْآثَارِ وَ تَنَقُّلاَتِ الْأَطْوَارِ أَنَّ مُرَادَكَ مِنِّيْ أَنْ تَتَعَرَّفَ إِلَيَّ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ حَتَّى لاَ أَجْهَلَكَ فِيْ شَيْئٍ،
Ilahi, alangkah Engkau berbelas kasih kepadaku padahal kebodohanku sangat besar dan alangkah pengasihnya Engkau padahal kelakukanku jelek! Ilahi, alangkah Engkau dekat kepadaku dan alangkah jauhnya aku dari-Mu! Alangkah belas kasihnya Engkau! Maka, apakah yang dapat menghalangiku dari-Mu? Ilahi, aku mengetahui dengan (perantara) beragamnya tanda-tanda kekuasaan-Mu dan silih bergantinya keadaan bahwa tujuan-Mu terhadapku adalah bahwa Engkau ingin mengenalku dalam segala sesuatu sehingga aku tidak bodoh terhadap-Mu dalam segala sesuatu
إِلَهِيْ كُلَّمَا أَخْرَسَنِيْ لُؤْمِيْ أَنْطَقَنِيْ كَرَمُكَ، وَ كُلَّمَا آيَسَتْنِيْ أَوْصَافِيْ أَطْمَعَتْنِيْ مِنَنُكَ،
Ilahi, setiap kali kejahatanku membuatku bisu, kemurahan-Mu membuatku berani berbicara, dan setiap kali sifat-sifatku membuatku putus asa, anugerah-anugerah-Mu membuatku terdorong
إِلَهِيْ مَنْ كَانَتْ مَحَاسِنُهُ مَسَاوِيَ فَكَيْفَ لاَ تَكُوْنُ مَسَاوِيْهِ مَسَاوِيَ، وَ مَنْ كَانَتْ حَقَائِقُهُ دَعَاوِيَ فَكَيْفَ لاَ تَكُوْنُ دَعَاوِيْهِ دَعَاوِيَ،
Ilahi, orang yang kebaikannya adalah kejelekan, bagaimana mungkin kejelekan-kejelekannya bukan kejelekan? Sesiapa hakikatnya adalah dakwaan (yang batil), bagaimana mungkin dakwaan (batil)nya bukan dakwaan (yang batil)?
إِلَهِيْ حُكْمُكَ النَّافِذُ وَ مَشِيَّتُكَ الْقَاهِرَةُ لَمْ يَتْرُكَا لِذِيْ مَقَالٍ مَقَالاً وَ لاَ لِذِيْ حَالٍ حَالاً،
Ilahi, hukum-Mu yang terlaksana dan kehendak-Mu yang berkuasa tidak meninggalkan bagi orang yang ingin berbiacara kesempatan untuk berbicara dan tidak keadaan bagi orang yang keadaannya (sudah pasti)
إِلَهِيْ كَمْ مِنْ طَاعَةٍ بَنَيْتُهَا وَ حَالَةٍ شَيَّدْتُهَا، هَدَمَ اعْتِمَادِيْ عَلَيْهَا عَدْلُكَ، بَلْ أَقَالَنِيْ مِنْهَا فَضْلُكَ،
Ilahi, berapa banyak ketaatan yang telah kubina dan keadaan yang telah kupegang. Keadilan-Mu telah meluruhkan kepercayaanku kepadanya. Bahkan, (meskipun demikian), telah membuatku bangkit kembali kepadanya anugerah-Mu
إِلَهِيْ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّيْ وَ إِنْ لَمْ تَدُمِ الطَّاعَةُ مِنِّيْ فِعْلاً جَزْمًا فَقَدْ دَامَتْ مَحَبَّةً وَ عَزْمًا،
Ilahi, sesungguhnya Engkau mengetahui, meskipun ketaatanku tidak berlanjut secara kontinu, tetapi, kecintaan dan tekadku terus berlanjut
إِلَهِيْ كَيْفَ أَعْزِمُ وَ أَنْتَ الْقَاهِرُ وَ كَيْفَ لاَ أَعْزِمُ وَ أَنْتَ الْآمِر؟ُ
Ilahi, bagaimana mungkin
aku akan berusaha (sungguh-sungguh) sedangkan Engkaulah yang menguasai, dan bagaimana mungkin aku tidak berusaha (sungguh-sungguh) sedangkan Engkaulah yang memerintahkan (untuk itu )?
إِلَهِيْ تَرَدُّدِيْ فِي الْآثَارِ يُوْجِبُ بُعْدَ الْمَزَارِ، فَاجْمَعْنِيْ عَلَيْكَ بِخِدْمَةٍ تُوْصِلُنِيْ إِلَيْكَ، كَيْفَ يُسْتَدَلُّ عَلَيْكَ بِمَا هُوَ فِيْ وُجُوْدِهِ مُفْتَقِرٌ إِلَيْكَ؟ أَيَكُوْنُ لِغَيْرِكَ مِنَ الظُّهُوْرِ مَا لَيْسَ لَكَ حَتَّى يَكُوْنَ هُوَ الْمُظْهِرَ لَكَ؟
Ilahi, penyelamanku terhadap akibat (makhluk dalam berusaha mengenal-Mu) telah menjauhkan tempat tujuanku. Maka, kumpulkanlah aku di haribaan-Mu dengan sebuah khidmat yang dapat menyampaikanku kepada-Mu. Bagaimana mungkin dapat dijadikan petunjuk untuk menuju-Mu apa yang wujudnya membutuhkan-Mu? Apakah ada penampakan selain-Mu yang tidak Kau miliki sehingga ia menjadi penampak-Mu?
مَتَى غِبْتَ حَتَّى تَحْتَاجَ إِلَى دَلِيْلٍ يَدُلُّ عَلَيْكَ؟ وَ مَتَى بَعُدْتَ حَتَّى تَكُوْنَ الْآثَارُ هِيَ الَّتِيْ تُوْصِلُ إِلَيْكَ؟ عَمِيَتْ عَيْنٌ لاَ تَرَاكَ عَلَيْهَا رَقِيْبًا، وَ خَسِرَتْ صَفْقَةُ عَبْدٍ لَمْ تَجْعَلْ لَهُ مِنْ حُبِّكَ نَصِيْبًا،
Kapankah Engkau tidak tampak sehingga Engkau membutuhkan kepada petunjuk yang dapat menunjukkan-Mu? Dan kapankah Engkau jauh sehingga para makhluklah yang dapat menyampaikan kepada-Mu? Sungguh buta mata yang tidak melihat-Mu sebagai pengawasnya dan sungguh rugi jual-beli seorang hamba yang tidak menjadikan bagi dirinya bagian dari kecintaan-Mu!
إِلَهِيْ أَمَرْتَ بِالرُّجُوْعِ إِلَى الْآثَارِ، فَأَرْجِعْنِيْ إِلَيْكَ بِكِسْوَةِ الْأَنْوَارِ وَ هِدَايَةِ الْإِسْتِبْصَارِ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَيْكَ مِنْهَا كَمَا دَخَلْتُ إِلَيْكَ مِنْهَا مَصُوْنَ السِّرِّ عَنِ النَّظَرِ إِلَيْهَا وَ مَرْفُوْعَ الْهِمَّةِ عَنِ الْإِعْتِمَادِ عَلَيْهَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ،
Ilahi, Engkau telah menyuruhku untuk merujuk kepada para makhluk (demi mengenal-Mu). Maka, kembalikanlah aku kepada-Mu dengan pakaian cahaya dan hidayah yang penuh makrifat sehingga aku kembali kepada-Mu dari makhluk tersebut sebagaimana aku pernah memasukinya dengan hati yang tidak memedulikannya dan kemauanku lebih tinggi daripada hanya percaya kepadanya. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu
إِلَهِيْ هَذَا ذُلِّيْ ظَاهِرٌ بَيْنَ يَدَيْكَ، وَ هَذَا حَالِيْ لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ، مِنْكَ أَطْلُبُ الْوُصُوْلَ إِلَيْكَ، وَ بِكَ أَسْتَدِلُّ عَلَيْكَ، فَاهْدِنِيْ بِنُوْرِكَ إِلَيْكَ، وَ أَقِمْنِيْ بِصِدْقِ الْعُبُوْدِيَّةِ بَيْنَ يَدَيْكَ،
Ilahi, inilah kehinaanku telah tampak di hadapan-Mu dan inilah kondisiku tidak tersembunyi dari-Mu. Hanya dari-Mu aku memohon untuk sampai kepada-Mu dan hanya dengan (perantara)-Mu aku memohon petunjuk untuk menuju kepada-Mu. Maka, tunjukkanlah aku dengan cahaya-Mu kepada-Mu dan tegakkanlah aku dengan kejujuran penghambaan di hadapan-Mu
إِلَهِيْ عَلِّمْنِيْ مِنْ عِلْمِكَ الْمَخْزُوْنِ، وَ صُنِّيْ بِسِتْرِكَ الْمَصُوْنِ، إِلَهِيْ حَقِّقْنِيْ بِحَقَائِقِ أَهْلِ الْقُرْبِ وَ اسْلُكْ بِيْ مَسْلَكَ أَهْلِ الْجَذْبِ،
Ilahi, ajarkanlah kepadaku dari ilmu-Mu yang tersimpan dan jagalah aku dengan penutupan-Mu yang terjaga. Ilahi, hiasilah aku dengan hakikat orang-orang yang telah dekat kepada-Mu dan jadikanlah sulukku seperti suluk orang-orang yang telah terpikat hati kepada-Mu
إِلَهِيْ أَغْنِنِيْ بِتَدْبِيْرِكَ لِيْ عَنْ تَدْبِيْرِيْ وَ بِاخْتِيَارِكَ عَنِ اخْتِيَارِيْ، وَ أَوْقِفْنِيْ عَلَى مَرَاكِزِ اضْطِرَارِيْ،
Ilahi, cukupkanlah pengaturan-Mu padaku sehingga aku tidak butuh lagi kepada pengaturanku dan pilihan-Mu sehingga aku tidak lagi membutuhkan pilihanku, dan beritahukanlah kepadaku saat-saat aku sangat membutuhkan
إِلَهِيْ أَخْرِجْنِيْ مِنْ ذُلِّ نَفْسِيْ، وَ طَهِّرْنِيْ مِنْ شَكِّيْ وَ شِرْكِيْ قَبْلَ حُلُوْلِ رَمْسِيْ،
Ilahi, keluarkanlah aku dari kehinaan diriku dan sucikanlah aku dari keraguan dan syirikku sebelum kematianku tiba
بِكَ أَنْتَصِرُ فَانْصُرْنِيْ، وَ عَلَيْكَ أَتَوَكَّلُ فَلاَ تَكِلْنِيْ، وَ إِيَّاكَ أَسْأَلُ فَلاَ تُخَيِّبْنِيْ، وَ فِيْ فَضْلِكَ أَرْغَبُ فَلاَ تَحْرِمْنِيْ، وَ بِجَنَابِكَ أَنْتَسِبُ فَلاَ تُبْعِدْنِيْ، وَ بِبَابِكَ أَقِفُ فَلاَ تَطْرُدْنِيْ،
Hanya kepada-Mu aku memohon bantuan, maka bantulah aku. Hanya kepada-Mu aku pasrah diri, maka janganlah Kaubiarkan aku. Hanya kepada-Mu aku memohon, maka janganlah Kau sia-siakan aku. Hanya anugerah-Mu yang kuinginkan, maka janganlah Kauhalangi aku. Hanya ke haribaan-Mu aku bersandar, maka janganlah Kauusir aku Hanya di pintu-Mu aku berdiri, maka janganlah Kau singkirkan aku.
إِلَهِيْ تَقَدَّسَ رِضَاكَ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ عِلَّةٌ مِنْكَ، فَكَيْفَ يَكُوْنُ لَهُ عِلَّةٌ مِنِّيْ؟
Ilahi, suci keridaan-Mu dari adanya sebuah kekurangan dari diri-Mu. Maka, bagaimana mungkin ia memiliki kekurangan dariku?
إِلَهِيْ أَنْتَ الْغَنِيُّ بِذَاتِكَ أَنْ يَصِلَ إِلَيْكَ النَّفْعُ مِنْكَ، فَكَيْفَ لاَ تَكُوْنُ غَنِيًّا عَنِّيْ؟
Ilahi, Engkau Mahakaya dengan Zat-Mu sendiri sehingga Engkau tidak membutuhkan manfaat (meskipun) dari diri-Mu. Maka, bagaimana mungkin Engkau tidak merasa kaya dariku?
إِلَهِيْ إِنَّ الْقَضَاءَ وَ الْقَدَرَ يُمَنِّيْنِيْ وَ إِنَّ الْهَوَى بِوَثَائِقِ الشَّهْوَةِ أَسَرَنِيْ، فَكُنْ أَنْتَ النَّصِيْرَ لِيْ حَتَّى تَنْصُرَنِيْ وَ تُبَصِّرَنِيْ، وَ أَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ حَتَّى أَسْتَغْنِيَ بِكَ عَنْ طَلَبِيْ،
Ilahi, sesungguhnya qadha` dan qadar-Mu telah memberikan harapan kepadaku dan ketergantunganku kepada hawa nafsu telah membelengguku Maka, jadilah Engkau sebagai penolongku sehingga Engkau dapat memenangku dan membukakan mata hatiku, dan kayakanlah aku dengan anugerah-Mu sehingga aku tidak membutuhkan lagi dengan (perantara anugerah)-Mu untuk mencari
أَنْتَ الَّذِيْ أَشْرَقْتَ الْأَنْوَارَ فِيْ قُلُوْبِ أَوْلِيَائِكَ حَتَّى عَرَفُوْكَ وَ وَحَّدُوْكَ، وَ أَنْتَ الَّذِيْ أَزَلْتَ الْأَغْيَارَ عَنْ قُلُوْبِ أَحِبَّائِكَ حَتَّى لَمْ يُحِبُّوْا سِوَاكَ وَ لَمْ يَلْجَأُوْا إِلَى غَيْرِكَ، أَنْتَ الْمُوْنِسُ لَهُمْ حَيْثُ أَوْحَشَتْهُمُ الْعَوَالِمُ، وَ أَنْتَ الَّذِيْ هَدَيْتَهُمْ حَيْثُ اسْتَبَانَتْ لَهُمُ الْمَعَالِمُ،
Engkaulah yang memancarkan cahaya-cahaya (Ilahiah) di hati para wali-Mu sehingga mereka dapat mengenal dan mengesakan-Mu. Engkaulah yang menghilangkan selain-Mu dari hati para kekasih-Mu sehingga mereka enggan mencintai selain-Mu dan tidak bernaung kepada selain-Mu. Engkaulah yang menenangkan mereka ketika mereka ditakutkan oleh (cobaan) dunia. Engkaulah yang memberi hidayah kepada mereka ketika jelas bagi mereka tanda-tanda petunjuk
مَاذَا وَجَدَ مَنْ فَقَدَكَ وَ مَا الَّذِيْ فَقَدَ مَنْ وَجَدَكَ؟ لَقَدْ خَابَ مَنْ رَضِيَ دُوْنَكَ بَدَلاً، وَ لَقَدْ خَسِرَ مَنْ بَغَى عَنْكَ مُتَحَوِّلاً، كَيْفَ يُرْجَى سِوَاكَ وَ أَنْتَ مَا قَطَعْتَ الْإِحْسَانَ؟ وَ كَيْفَ يُطْلَبُ مِنْ غَيْرِكَ وَ أَنْتَ مَا بَدَّلْتَ عَادَةَ الْإِمْتِنَانِ؟
Apakah yang akan ditemukan oleh orang yang telah kehilangan diri-Mu dan apa yang hilang dari seorang yang telah menemukan-Mu? Sungguh kecewa orang yang rela selain-Mu menjadi pengganti-Mu dan sungguh rugi orang yang ingin berpaling dari-Mu! Bagaimana mungkin selain-Mu dapat diharapkan sedangkan Engkau tidak pernah memutus kebaikan-Mu? Dan bagaimana mungkin selain-Mu dapat dimintai padahal Engkau belum mengubah kebiasaan untuk memberi?
يَا مَنْ أَذَاقَ أَحِبَّاءَهُ حَلاَوَةَ الْمُؤَانَسَةِ، فَقَامُوْا بَيْنَ يَدَيْهِ مُتَمَلِّقِيْنَ، وَ يَا مَنْ أَلْبَسَ أَوْلِيَاءَهُ مَلاَبِسَ هَيْبَتِهِ، فَقَامُوْا بَيْنَ يَدَيْهِ مُسْتَغْفِرِيْنَ،
Wahai Yang telah merasakan manisnya bercinta kepada para kekasih-Nya sehingga mereka berdiri di hadapan-Nya dengan rayuan. Wahai Yang memakaikan kepada para wali-Nya pakaian kewibawaan-Nya sehingga mereka berdiri di hadapan-Nya dengan meminta ampunan
أَنْتَ الذَّاكِرُ قَبْلَ الذَّاكِرِيْنَ، وَ أَنْتَ الْبَادِيْ بِالْإِحْسَانِ قَبْلَ تَوَجُّهِ الْعَابِدِيْنَ، وَ أَنْتَ الْجَوَادُ بِالْعَطَاءِ قَبْلَ طَلَبِ الطَّالِبِيْنَ، وَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ثُمَّ لِمَا وَهَبْتَ لَنَا مِنَ الْمُسْتَقْرِضِيْنَ،
Engkaulah Maha Pengingat sebelum para hamba mengingat (-Mu). Engkaulah Maha Memulai dengan berbuat kebaikan sebelum para hamba menghadap kepada-Mu. Engkaulah Maha Dermawan dengan pemberian-Mu sebelum para hamba meminta. Engkaulah Maha Pemberi, kemudian dengan seluruh pemberian yang telah Kau berikan itu Engkau masih ingin berutang (dari kami).
إِلَهِي اطْلُبْنِيْ بِرَحْمَتِكَ حَتَّى أَصِلَ إِلَيْكَ، وَ اجْذِبْنِيْ بِمَنِّكَ حَتَّى أُقْبِلَ عَلَيْكَ،
Ilahi, panggillah aku dengan rahmat-Mu sehingga aku dapat sampai kepada-Mu dan pikatlah (hati)ku dengan anugerah-Mu sehingga aku datang menemui-Mu.
إِلَهِيْ إِنَّ رَجَائِيْ لاَ يَنْقَطِعُ عَنْكَ وَ إِنْ عَصَيْتُكَ كَمَا أَنَّ خَوْفِيْ لاَ يُزَايِلُنِيْ وَ إِنْ أَطَعْتُكَ، فَقَدْ دَفَعَتْنِي الْعَوَالِمُ إِلَيْكَ وَ قَدْ أَوْقَعَنِيْ عِلْمِيْ بِكَرَمِكَ عَلَيْكَ،
Ilahi, sesungguhnya harapanku tak ‘kan terputus dari-Mu meskipun aku bermaksiat kepada-Mu sebagaimana rasa takutku tak ‘kan pernah hilang meskipun aku menaati-Mu. Seluruh alam semesta telah mendorongku untuk menuju-Mu dan telah menyeretku pengetahuanku tentang kemurahan-Mu ke haribaan-Mu
إِلَهِيْ كَيْفَ أَخِيْبُ وَ أَنْتَ أَمَلِيْ أَمْ كَيْفَ أُهَانُ وَ عَلَيْكَ مُتَّكَلِيْ؟ إِلَهِيْ كَيْفَ أَسْتَعِزُّ وَ فِي الذِّلَّةِ أَرْكَزْتَنِي أَمْ كَيْفَ لاَ أَسْتَعِزُّ وَ إِلَيْكَ نَسَبْتَنِيْ؟
Ilahi, bagaimana mungkin aku kecewa sedangkan Engkau adalah harapanku? Atau bagaimana mungkin aku hina sedangkan aku pasrah kepada-Mu ?
إِلَهِيْ كَيْفَ لاَ أَفْتَقِرُ وَ أَنْتَ الَّذِيْ فِي الْفُقَرَاءِ أَقَمْتَنِيْ أَمْ كَيْفَ أَفْتَقِرُ وَ أَنْتَ الَّذِيْ بِجُوْدِكَ أَغْنَيْتَنِي؟ وَ أَنْتَ الَّذِيْ لا إِلَهَ غَيْرُكَ،
Ilahi, bagaimana mungkin aku menjadi mulia sedangkan Engkau dalam jurang kehinaan mencampakkanku? Atau bagaimana mungkin aku tidak merasa mulia sedangkan Engkau menghubungkan diriku kepada-Mu? Bagaimana mungkin aku tidak membutuhkan sedangkan Engkau telah menempatkanku di antara orang-orang yang fakir? Atau bagaimana mungkin aku merasa membutuhkan sedangkan Engkau telah menjadikanku kaya dengan kedermawanan-Mu? Engkaulah yang tiada tuhan selain-Mu
تَعَرَّفْتَ لِكُلِّ شَيْئٍ فَمَا جَهِلَكَ شَيْئٌ، وَ أَنْتَ الَّذِيْ تَعَرَّفْتَ إِلَيَّ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ فَرَأَيْتُكَ ظَاهِرًا فِيْ كُلِّ شَيْئٍ، وَ أَنْتَ الظَّاهِرُ لِكُلِّ شَيْئٍ،
Engkau telah mengenalkan diri-Mu kepada segala sesuatu sehingga tidak ada sesuatu pun yang tidak mengenal-Mu. Engkaulah yang telah mengenalkan diri-Mu kepadaku melalui perantara segala sesuatu sehingga aku melihat-Mu terjelma dalam segala sesuatu. Dan Engkaulah yang terjelma dalam segala sesuatu.
يَا مَنِ اسْتَوَى بِرَحْمَانِيَّتِهِ فَصَارَ الْعَرْشُ غَيْبًا فِيْ ذَاتِهِ، مَحَقْتَ الْآثَارَ بِالْآثَارِ وَ مَحَوْتَ الْأَغْيَارَ بِمُحِيْطَاتِ أَفْلاَكِ الْأَنْوَارِ، يَا مَنِ احْتَجَبَ فِيْ سُرَادِقَاتِ عَرْشِهِ عَنْ أَنْ تُدْرِكَهُ الْأَبْصَارُ، يَا مَنْ تَجَلَّى بِكَمَالِ بَهَائِهِ فَتَحَقَّقَتْ عَظَمَتُهُ الْإِسْتِوَاءَ، كَيْفَ تَخْفَى وَ أَنْتَ الظَّاهِرُ؟ أَمْ كَيْفَ تَغِيْبُ وَ أَنْتَ الرَّقِيْبُ الْحَاضِرُ؟ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ
Wahai Yang telah bersemayam dengan kemahapengasihan-Nya sehingga ‘Arasy tenggelam dalam Zat-Nya. Engkau hilangkan keberadaan suatu makhluk dengan keberadaan makhluk yang lain dan melenyapkan selain-Mu dengan liputan cakrawala cahaya-Mu. Wahai Yang bersembunyi di balik ‘Arasy-Nya sehingga tak terlihat oleh pandangan mata. Wahai Yang terjelma dengan kesempurnaan keindahan-Nya sehingga menguasai keagungan-Nya seluruh persemayaman-Nya. Bagaimana mungkin Engkau tersembunyi sedangkan Engkau Mahazahir? Atau bagaimana mungkin Engkau gaib padahal Engkaulah Yang Maha Mengawasi dan Mahahadir? Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan segala puji bagi Allah semata