D.Jacqueline: Akhirnya Kutemukan Jiwa Seorang Muslim!

Rate this item
(0 votes)

Walaupun sejak lama saya berada di salah satu dari banyak mazhab agama Kristen, tapi saya tidak pernah menemukan jawaban yang memuaskan atas banyak pertanyaan akan ajarannya. Senantiasa ada rasa ingin tahu dan dipenuhi dengan keyakinan besar untuk mencari "siapa"pencipta saya dan apakah tujuan dan keberadaansaya dimuka bumi ini. Saya mulaimencari berbagai doktrin dan falsafah untuk beberapa dekadelamanya. Melihat kepada perpecahan dalam Kristen membuat saya tidak merasa puas. Akhirnya saya meneliti kepercayaan-kepercayaan lain, Yahudi, Hindu, Budha dan sebagainya, sehingga satu hari saya memutuskan bahwa semuanya hanya mitos belaka. Sampai kepada keputusan itu dan ateisme terlintas dalam pikiran saya. Ia sebenarnya menakutkan saya dan memang ia langsung tidak masuk akal ketika seseorang melihat kepada realitas alam raya di sekitarnya.

 

Jika tidak ada pencipta, maka sudah tentu tidak ada tujuan murni kehidupan. Kesederhanaan dan kasih sayang dimana saya besar dengan mempercayainya, tampak membuang waktu secara sia-sia saja, terutama sekali walaupun dalam keadaan dimana dunia sedang menuju dosa. Dunia yang saya temui ketika tumbuhbukanlah satu dunia yang baik, ia juga tidak jujur apalagi mengasihani. Saya telah dihina karena cara hidup saya yang berpegang teguh kepada norma-norma murni, malah oleh suami pertama saya, ayah dari dua anak saya. Saya tidak berminat untuk ke pesta. Setelah menikahselama enam tahun, suami Kristen saya terlibat dalam begitu banyak urusan dan salah satunya ialah pesta narkotika. Saya meninggalkannya di Jerman dan pulang bersama dua anak saya sendirian. Mengecewakan acara baptis dan pendeta yang menikahkan kami.

 

Kehidupan saya tertumpu kepada anak-anak saya dan apa yang dapat saya lakukan secara terbaik untuk mereka. Orang-orang yang saya temui dan  ada hubungandengan pekerjaan saya, semuanya tampak memiliki pandangan yang sama yaitu bagaimana saya harus sadar bahwa saatini adalah abad ke 20. Saya harus bergembira dan menikmati kehidupan. Saya harus melakukan sesuatu yang liar dan gila-gilaan untuk sebuah perubahan dan mengambil kesempatan. Saya tidak dapat berbagi dengan pandangan pesta hewan yang berada disekitar saya, maka dengan itu saya mengasingkan diri. Ia tidak pernah menganggu saya bahwa mereka telah meninggalkan saya untuk mencari teman-teman yang baru dan lebih baik. Ini merupakan ciri biasa ketika mereka tidak dapat memasukkan anda untuk ikut bergembira. Jika anda tidak dapat ditundukkan, mereka akan mencari yang lain yang bisa mereka ubah. Saya lebih gembira ketika mereka meninggalkan saya sendirian.

 

Anak-anak saya, menulis, meneliti, perjalanan dan banyak lagi studi yang bisa mengisi kehidupan saya sehingga tahun 1987. Tiba-tiba semuanya tampak berubah. Ayahsaya, orang yang akrab dengan saya meninggal dunia tahun tersebut. Saya tidak pernah terpikir bahwa saya akan kehilangannya. Ia tidak pernah terlintas dibenak saya. Segala kepatuhan, ketaatan, dan kesucian dalam dunia ini, tidak dapat membantu saya untuk mempertahankan kehidupannya. Saya tidak dapat melakukan apa-apa untuk membantunya, ketika saya melihat dia bertambah sakit setiap hari berlalu. Ketika dia pergi, saya merasa amat sendirian. Kesedihan mengisi segala ruang hati saya dan setiap inci diri saya. Saya ingin sekali mati. Saya tidak dapat melihat apakah artinya untuk terus hidup tanpa ayahsaya. Dialah satu-satunya orang normal yang pernah saya ingat dalam kehidupan ini. Untuk pertama kalinya dalam kehidupan saya, saya memahami arti kehilangan seseorang yang begitu istimewa dalam hidup ini. Kesedihan begitu memenuhi sekali, tidak pernah yang dapat saya bayangkan. Tidak ada siapapunyang dapat merasakannya. Itu adalah kesedihan saya.

 

Saya mulaimelihat kebelakang. Kehidupan saya memang sulit dan mengecewakan. Satu-satunya alasan yang saya dapat rasakan ialah saya harus memenuhi putaran kehidupan. Karena hampir setiap agama yang saya pelajari menyebutkan bahwa bunuh diri itu adalah satu perbuatan yang berat, ganas dan dosa yang tidak terampuni. Maka ia bukanlah satu pilihan. Saya harus meneruskan kehidupan ini betapapun kehidupan ini begitu bodoh sekali, andaipun tidak ada alasan maka anak-anak saya memerlukan saya. Akhirnya, bekerja lewat proses kesedihan itu, saya menyadari bahwa segala yang saya pelajari sedikit saja masuk akal.

 

Dalam keadaan putus asa, saya berdoa dengan menangis ikhlas untuk "pencipta saya", siapa saja mungkin, untuk membimbing saya kejalan benar. Pembelajaran saya membawa pengetahuan tentang Diadalam pikiran saya, tetapi hati saya belum bisa menemukan-Nya. Saya tahu bahwa saya tidak bisa melakukannya sendirian, maka saya berdoa dan meminta bimbingan ilahi, secara berkelanjutan, siang dan malam. Saya menemukan diri saya ingin tidur pada sebagian hidup, karena tampaknya ia menjadi lebih mudah. Tidur sama seperti mati, dan saya menyenanginya. Ketika saya bangun apa yang saya lakukan ialah berpikir, berusaha untuk mencari apakah tujuan hidup ini.

 

Satu pagi saya bangun dari tidur, membuka televisi, berusaha keras untuk mengisi pikiran saya dengan kekosongan dan melupakan pikiran saya yang terus-terusan ingin berpikir tentang agama dan kepercayaan. Di layartelevisi, percaya atau tidak, disiarkanPhil Donahue, program talk show yang populer. Dia sedang mewawancarai seorang lelaki yang bercakap dalam logat asing tentang Islam. Di sebelahnya ialah istri lelaki tersebut, seorang wanita Amerika berkulit putih yang baru memeluk agama Islam. Saya menumpukan perhatian kepada apa yang diucapkanoleh wanita tersebut. Karena saya telah mengenali banyakwanita yang memeluk Islam karena suami mereka. Saya senantiasa menolak sikap seperti ini, karena bagi saya kepercayaan seseorang haruslah dikarenakan keyakinan diri seseorang tersebut dan hubungannya dengan Sang Pencipta.

 

Bagaimanapun, ketika dia melanjutkan pembicaraannya, saya melihat dan merasakan sesuatu yang berbeda. Dia duduk disitu dengan pakaian panjang, dan kepala ditutupi kerudung. Ia tampak cantik sekali. Dia kelihatan begitu suci dan gembira, berbicara dengan tegasdan tanpa bercandayang seringkali muncul dari tamu talk show. Tidak ada masalah andainya anda tidak dapat melihat bentuk tubuhnya atau melihat apa rupa rambutnya. Semuanya terpancar di dalam mata dan suaranya. Dia sedang memberitahu bagaimana dia memeluk Islam. Dia tampak begitu Muslim dan yakin pada Islam. Saya menjadi begitu tertarik dengan apa yang dibicarakan. Apa yang diucapkannyasama dengan apa yang saya yakini dan bagaimana saya hidupseperti apa yang terjadi disekitar saya. Mereka menyebut diri mereka Muslim dan mereka mengatakan mereka mengikuti Islam.

 

Saya hanya mendengar Muslim di Amerika, bahwa mereka dikaitkan dengan kelompok rasis yang benci kepada siapa saja yang punya warna mata dan rambut yang berbeda dari mereka dan Islam merupakan bagian nama dari organisasi mereka. Pada mulanyaia sama sekali tidak dapat diterima akal. Mengandaikan bahwa mereka semua adalah orang yang sama, sudah pasti terdapat perubahan radikal dari ketika saya masih remaja. Saya menjadi terpaku dengan talk show tersebut dan mempelajari keyakinan Islam yang benar yang bermula di tanah Arab, tanpa mempunyai prasangka.

 

Islam sebenarnyatidak menyebarkan segala bentukrasisme atau kebencian terhadap siapapun. Semakin saya mendengar, semakin saya menjadi tertarik. Mempunyai ide tentang Islam itu apa atau tidak datang sepenuhnya dari media, yang pastinya mereka menyalurkan apa yang mereka ingin orang mempercayainya. Saya telah menjadi korban cuci otak jenis ini. Saya mengasumsikanbahwa andainya satu kelompok mengunakan nama Islam maka mereka semuanya sama dengan semua Muslim yang mengamalkan keyakinan Islam. Seseorang tidak bisa mengasumsi sedemikian, saya segera menyadarinya. Semakin banyak saya mendengar, semakin banyak saya belajar.

 

Saya pikir,bisakahsaya diterima menjadi Muslim oleh Muslim lain? Adakah Muslimah lain yang berambut pirangdanbermata biru? Saya hanya tahu sedikit berkaitan agama baru ini, tetapi ada sesuatu yang terjadi pada saya. Sesuatu atau seseorang telah menarik saya untuk melihat program talk show itu pada hari tersebut, karena saya bukanlah seorang penonton televisi. Hati dan jiwa saya, terjadi sesuatu dalam diri saya, telah tertarik untuk mendengar, dan malah visual itu saja telah membuat saya duduk dan menarik perhatian saya. Saya senang sekali dengan gaya pakaiannya dan saya sendiri pernah mengenakan gaya pakaian seperti itu, dibalik apa yang didiktekan oleh dunia mode fashion ketika ini. Saya dapat merasakan kekecewaan yang diakibatkan oleh kepergian ayah saya mulaisirna. Malah, saya merasakan terhubung kembali dan perhatian saya semakin jelas dari dulu.

 

Segala dalam hidup ini mempunyai masa yang telah ditetapkan, itulah yang saya lihat saat ini. Hari itu, ia menjadi titik dalam kehidupan saya, untuk mendengar apa yang disebut Islam. Saya tidak punya pemahamantentang agama ini, yang kini saya anggap sebagai sebuah cara hidup, dari sekadar sebuah kepercayaan. Saya tidak begitu ingat apa yang diperkatakan lagi pada hari itu, ketika program itu berlanjut, tetapi satu keyakinan serius sedang tumbuh jauh dikedalaman hati saya. Mereka berkata tentang Quran, hidup secara sederhana didunia sesat ini, berkaitan suami yang harus setia dan jujur kepada keluarga mereka, tetapi tidak satupun kelihatan seperti agama hura-hurauntuk memanipulasi penganutnya. Semuanya masuk akal. Ia kelihatan begitu logisdan berurusan dengan realita. Umat Islam ini menyembah Sang Pencipta, bukan seorang manusia dan saya menyenanginya. Saya berharap saya mengenal Islam dulu. Saya senantiasa membuka pikiran, tidak membuat penilaian terhadap cara mereka hidup, tetapi saya tidak pernah dapat berubah untuk hidup cara seperti yang mereka lakukan, walaupun ia merusak banyak hubungan. Tetapi disini, dihadapan mata saya, menembus ketelinga adalah kata-kata yang sesuai dengan apa yang saya pikirkan, hidup, dan percaya. Tetapi kini, saya mempunyai kata-kata yang sesuai dengan kepercayaan saya. Kata-kata itu adalah "Islam".

 

Pada waktu itu, saya tinggal sendirian dirumah saya disebuah kota kecil di pendalaman Utara. Tidak ada buku tentang Islam di perpustakaan. Ketika saya bertanya, mereka memberitahu bahwa mereka membaca semua buku mereka dan sebuah komite meluluskan buku mana yang harus diletakkan di rak-rak. Lahir dan besar di New York, saya tahu lebih dari satu cara untuk mendapatkan informasi yang mungkin dianggap orang lain sebagai 'sensor', luar di sebagian kota bukit. Saya mulaibertanya banyak persoalan, sehingga menghasilkan buahnya.

 

Saya diberitahu bahwa ada seorang Muslim, seorang guru matematikadi sekolah tinggi mereka, tinggal dikota tersebut dan menikahiseorang wanita Kristen Methodist. Saya mencari Gereja Methodist, menjelaskan siapa yang ingin saya temui dan mereka memberikan nama keluarga tersebut. Saya menelepon, walaupun sebenarnya saya merasa malu dengan orang yang tidak saya kenali. Dia memberikan satu nama, saya menemukan sebuah toko buku seratus mil dari tempat saya tinggal, dan saya meminta sebuah Quran. Ketika saya mendapat sebuah Quran di kotak possaya, saya membacanya dari halaman ke halaman selama dua hari. Ia seperti bait-bait syair bagi saya. Pada ketika itulah, ketika saya memeluk Islam dan Islam memeluk saya.

 

Saya seperti seorang yang kecanduan. Tidak pernah saya merasa terobsesiseperti ini dalam kehidupan saya. Saya tidak pernah merasa cukup dengannya. Terlintas dipikiran saya untuk menelepon Kedutaan Arab Saudi di Washington, DC. Dalam tempoh seminggu kotak possaya dipenuhi dengan artikel-artikel cantik berisikan informasi bernilai. Saya duduk dirumah, mengunci pintu, menarik tabir, melepaskan kabeltelepon, tidak bercakap dengan siapapun. Semua orang pikir saya telah melakukan perjalanan. Saya tidak ingin diganggu dari harta karun baru saya. Saya berada di surga. Semuanya, setiap patah perkataan, setiap penjelasan, setiap jawaban semuanya sesuai dengan saya. Saya melihatnya lewat risalahdan kata-kata, adalah apa yang saya percaya selama ini. Saya bukanlah seorang yang berpikiran lama atau salah. Kesederhanaan adalah kesederhanaan, mudah dan simpel. Berusaha untuk menyesuaikan diri dengan ide orang lain bagaimana saya harus menjalani kehidupan ini sama sekali tidak dapat saya terima. Ia senantiasa berakhir dengan kehancuran. Kini, akhirnya, saya memiliki jawaban. Saya telah menemukan kehendak, perintah Sang Pencipta, dan sebab untuk hidup. Ia senantiasa bersama saya selama ini. Kemanakah harus saya pergi dari titik ini, saya pasti bahwa Diatidak terbatas..Mungkin tidak diterima oleh orang lain, tetapi tanpa batas untuk kehidupan dan hati saya sendiri.

 

Saya menyakini Allah Swt sepenuhnya, mengarahkan langkah saya kemana Dia pilih. Saya teringat semula bagaimana saya berdoa keras dan untuk pertama kali, Sang Pencipta telah memberikan jawaban menerusi sebuah talk show, satu program yang berakhir selama sejam dari puluhan tahun kehidupan saya. Sangat menakjubkan? Ya! Sebenarnya saya menemukan sebuah tempat untuk buku, tape dan sajadah. Saya membeli semuanya. Saya mendapat sebuah lagi Quran. Kata-kata indah itu memenuhi buku berkulit tebal, hijau dan keemasan, dalam bahasa Arab beserta terjemahan Inggris. Saya membaca semula, dari satu halaman kesatu halaman. Saya mulaimemimpikan Masjid, satu bangunan yang berhalaman dan terpelihara, keindahan dalam mimpi saya, yang tidak pernah saya impikan dulu. Saya merasa terpelihara dalam diri saya, mengetahui akhirnya segala perbedaan dan keinginan untuk mengetahui mengapa saya berada di muka bumi ini, telah berbuahkan hasil. Semua itu adalah menyembah Allah dan menyerahkan diri kepada kehendak-Nyadalam segala hal. Impian saya tidak pernah menyambung dulu dan tiba-tiba selepas memeluk Islam, ia menjadi jelas, terpelihara, dan istimewa. Saya tidak pernah memahami semua aspek maksud yang tersirat dibaliknya, tetapi ia memberikan ketenangan buat diri saya.

 

Saya senantiasa merasa ragu dengan kepercayaan saya sendiri, setelah bertahun-tahun diberitahu bahwa apa yang benar oleh orang lain. Impian indah ini merupakan verifikasi untuk saya, bahwa Allah Swt membimbing saya kepada Islam dan saya berada dalam keadaan spiritual yang seharusnya saya berada.

 

Kini, saya bangun setiap pagi dengan merasa tenang, damai, gembira, dan bersedia untuk menjadi seorang Muslim. Saya terus membaca halaman dari Quran setiap malam. Anggota keluarga saya yang terdekat yaitu anak-anak dan cucu saya, yang masih belum memeluk Islam menerima saya. Yang lain, tetapi saya tidak mengharapkan persetujuan mereka selain dari Allah. Saya mengenakan pakaian Islami dan mengamalkan lima rukum Islam.

 

Sejak hari-hari itu sehingga hampir satu dekade lalu, Allah telah mengaruniakan saya seorang suami yang baik dan seorang anak angkat lelaki, satu perubahan dalam kehidupan saya yang tidak pernah saya sangka atau rencanakan. Tetapi Allah mengetahui yang terbaik buat saya, saya akan menerima apa saja ketentuan dari Allah Swt. Dengan terus menyerah kepada-Nya. Saya menemukan kehidupan saya berada dalam harmoni, dimana itu bukanlah kasusnya ketika saya memikirkan saya menguasainya sebelum memeluk Islam. Harapan saya semoga Allah terus membimbing saya dijalan, hukum yang benar dan shalat, yang bisa mengizinkan saya untuk hidup sepenuhnya untuk Allah, dan benar-benar menerbitkan cara hidup Islam yang sejati dalam segala apa yang saya lakukan.

 

Apa yang saya lakukan ketika ini adalah saya telah menemukan jalan, bukan sekadar pengetahuan di pikiran saja seperti dulu, tetapi kini, dari kedalaman, saya menemukan apa yang seringkali menjadi bagian dari saya yang tampaknya hilang..Jiwa seorang Muslim.

Read 2256 times