کمالوندی

کمالوندی

Ayat ke 11-12

 

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (7: 11)

 

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (7: 12)

 

Pada penjelasan ayat-ayat sebelumnya, telah disinggung tentang berbagai nikmat Allah Swt yang telah dimanfaatkan oleh manusia untuk kehidupannya. Sedang ayat-ayat ini menyinggung kedudukan manusia dalam permulaan penciptaannya. Ayat ini menyatakan bahwa bukan hanya bumi, tetapi penduduk langit dan para malaikat juga tunduk di hadapan manusia yang disimbolkan oleh Adam as. Mereka menghormati kemuliaan manusia yang sangat tinggi. Hal itu terlihat dari adanya perintah Allah Swt kepada para malaikat-Nya agar bersujud kepada Adam as. Namun Iblis ternyata tidak mau patuh. Dengan sifat kepalanya, Iblis menentang perintah Tuhan tersebut. Dari ayat-ayat al-Quran yang lain dapat kita ketahui bahwa Iblis berasal dari bangsa Jin yang dari segi ibadah mereka berada di tingkat barisan para malaikat. Akan tetapi, perintah sujud ini tetap berlaku bagi iblis.

 

Iblis tidak hanya menentang perintah Allah Swt. Ia bahkan tidak mau meminta maaf dan merasa menyesal. Ia menjustifikasi tindakannya dengan mengatakan, "Aku Kau jadikan dari api, sedang Adam Kau jadikan dari tanah. Maka, apilah yang lebih utama bila dibandingkan dengan tanah". Padahal, perintah Allah untuk sujud kepada Adam itu bukan dikarenakan kedudukan material Adam, sehingga Iblis berhak untuk menjustifikasi dirinya semacam ini, melainkan dikarenakan kemuliaan dan kehormatan spiritual Adam. Maka,lenyaplah jiwa spiritual pada diri Iblis hingga dia berani bertindak arogan semacam itu. Pada dasarnya, setiap makhluk bila berhadapan dengan perintah Allah yang jelas semacam itu, seperti perintah untuk bersujud kepada Adam, maka tidak ada alasan bagi siapapun untuk menentangnya.

 

Melalui tindakannya ini, Iblis seolah-olah mengatakan semacam ini, "Dalam hal ini, aku lebih mengetahui pada Tuhan. Perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam itu adalah sebuah kesalahan!" Sayangnya, kadang-kadang kita juga dalam kehidupan sehari-hari, saat berhadapan dengan hukum dan perintah Allah Swt, sering menimbangnya dengan akal. Yaitu apakah kita terima aturan Tuhan ini atau kita tolak karena kita merasa mengetahui hikmah dari hukum-hukum syariat itu. Padahal, akal kita sangatlah terbatas untuk mengetahui hikmah-hikmah yang terkandung di balik sebuah hukum. Karenanya, yang harus dilakukan oleh seorang hamba adalah taat terhadap hukum Tuhan tersebut.

 

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Manusia memiliki potensi dan kelayakan untuk sampai pada suatu kedudukan yang lebih dari kedudukan para malaikat.

2. Sujudnya seluruh malaikat sujud kepada manusia atas perintah Allah adalah tanda kemuliaan manusia, bukan tanda bahwa ia adalah Tuhan yang layak disembah. Karenanya, fenomena ini bukan berarti manusia tidak perlu sujud kepada Allah dan tidak melaksanakan perintah-Nya.

3. Ciri-ciri fisik dan ras bukan merupakan dalil bahwa seseorang lebih mulia dibandingkan pihak lain. Begitu juga dengan usia dan pengalaman. Tolok ukur kemuliaan seseorang terletak pada ketaatannya di hadapan perintah Allah.

4. Adalah sangat mengherankan jika sampai ada manusia yang mengikuti perintah setan. Padahal, dulu justru setan yang tidak mau bersujud kepada manusia?

 

Ayat ke 13

 

Artinya:

Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". (7: 13)

 

Ayat ini menyinggung akar ketidakpatuhan setan terhadap perintah yaitu takabur dan mengaggap tinggi diri lebih tinggi. Menurut al-Quran, setan telah memperoleh kedudukan yang tinggi sebagai hamba Allah yang telah ditempuhnya selama bertahun-tahun. Akan tetapi, disebabkan kecongkakan dan ketidak patuhannya terhadap perintah Allah, maka ia telah mengeluarkan Iblis dan Setan dari barisan para malaikat dan menjadikan mereka sebagai makhluk hina. Jadi, menurut ayat ini, itulah akibat takabur dan congkak. Dalam sebuah hadisnya, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Siapapun yang bertawadhu dan rendah hati, maka Allah Swt akan mengangkat orang tersebut ke derajat yang tinggi. Sebaliknya, orang yang selalu takabur dan bangga atas dirinya sendiri, maka mereka akan menjadi terhina, dan pada Hari Kiamat, mereka akan terinjak-injak di padang Mahsyar nanti"

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Ilmu dan ibadah semata-mata tidak bisa menjadi penyelamat. Tetapi, taat kepada Allah tetap merupakan suatu keharusan. Setan juga beriman dan telah beribadah kepada Tuhan, tetapi dikarena dia tidak siap untuk taat dan patuh di hadapan perintah-perintah Allah, maka dia pun dikeluarkan dari surga.

2. Takabur dan merasa berbesar diri, telah menyebabkan hancur dan musnahnya segala amal-amal baik manusia, sehingga melemparkan mereka ke tingkat serendah-rendahnya.

 

Ayat ke 14-15

 

Artinya:

Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". (7: 14)

 

Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh". (7: 15)

 

Setelah Iblis dikeluarkan dari sisi Allah Swt, dia kemudian meminta kepada Tuhan agar diberi kesempatan dan waktu untuk hidup, hingga Hari Kiamat nanti. Allah meluluskan permintaannya serta memberinya kesempatan untuk hidup sampai Hari Kiamat. Di sinilah sebuah pertanyaan layak untuk dikemukakan, mengapa Allah Swt memberi kesempatan dan waktu kepada setan? Dalam menjawab pertanyaan ini, harus disebutkan bahwa siksa, pembalasan, dan pahala pada Hari Kiamat memang didasarkan sebelumnya pada pemberian kesempatan dan waktu. Oleh karena itu, seluruh pendosa dengan segala kejahatan dan dosa-dosanya sebenarnya diberi kesempatan dan waktu. Adalah keliru jika dikatakan bahwa setiap orang yang telah melakukan dosa besar langsung disiksa.

 

Selain itu, berdasarkan Sunnatullah dalam hal ujian bagi manusia, baik dan buruknya perbuatan manusia itu harus disertai dengan sebab-sebab dan alasan sehingga ikhtiyar manusia menjadi bermakna. Dari sisi ini, setan merupakan salah satu alat ujian bagi manusia. Setan tidak dapat menyebabkan seseorang terpaksa melakukan dosa. Perbuatan setan hanyalah membisikan sesuatu atau membuat manusia bimbang dan ragu. Saat itu, ikhtiyar sama sekali tidak lenyap dari manusia.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt senantiasa memberikan waktu dan kesempatan bagi para pendosa. Beruntunglah mereka yang mempergunakan waktu ini untuk bertaubat, bukan untuk menambah banyaknya dosa.

2. Setiap umur yang panjang tidak selamanya bernilai dan mulia, karena setan juga berumur panjang. Umur yang panjang akan menjadi kemuliaan bila digunakan dengan cara yang benar dan baik.

3. Iblis mengetahui keberadaan Hari Kiamat. Akan tetapi, ia seolah-olah tidak mengimaninya secara benar. Karena itu, tidak terpikir olehnya untuk bertaubat atau meminta ampun.

Ayat ke 6-7

 

Artinya:

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami). (7: 6)

 

Maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka). (7: 7)

 

Dalam penjelasan ayat-ayat sebelumnya telah disinggung mengenai balasan dan siksaan terhadap orang-orang yang jahat di dunia. Lalu pada ayat-ayat ini disebutkan, meski sebetulnya asal siksaan dan balasan pahala berhubungan dengan Kiamat, dimana setiap orang, baik mereka yang telah berbuat kebajikan atau kejahatan, bahkan para nabi akan Kami tanyai dan mintai pertanggungan jawab. Meski Allah Swt Maha Mengetahui atas segala sesuatu, namun Dia tetap akan bertanya tentang segala amal perbuatan umat-Nya. Dia tidak membiarkan umat-Nya tanpa ditanyai atau dimintai pertanggungan jawab. Karena untuk menyempurnakan hujjah terhadap umat manusia dan memahamkan kepada mereka mengenai akan adanya balasan dan siksaan, pada Hari Kiamat akan digelar pengadilan Ilahi. Barangsiapa yang telah melakukan suatu perbuatan di dunia, pasti akan ditanya dan dimintai pertanggungan jawab.

 

Berdasarkan berbagai riwayat, Allah Swt telah menganugerahkan segala nikmat-Nya kepada umat manusia baik secara material maupun spiritual, mulai dari anggota badan kasar hingga pada umur, masa muda, penghasilan, nikmat mendapatkan petunjuk dan bimbingan, maka setiap orang akan ditanyai dan dimintai pertanggungan jawab atas segala amal perbuatan dan sikap-sikapnya. Allah Swt akan meminta pertanggungan jawab manusia sesuai dengan kadar nikmat yang diberikan dan begitu juga setiap orang akan ditanya sesuai dengan kadar kemampuannya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Setiap manusia pada Hari Kiamat akan ditanyai oleh Allah Swt. Karena itu mereka harus mempertanggungjawabkan atas semua perbuatannya. Bahkan para nabi dan imam juga pemimpin masyarakat akan ditanya dan dimintai pertanggungan jawab. Apakah mereka telah mengemban tugas melayani masyarakat dengan baik atau tidak. Di sisi lain, masyarakat juga akan ditanya apakah mereka menaati pemimpinnya atau tidak.

2. Pertanyaan pada Hari Kiamat akan dilaksanakan untuk menguak dan mendapatkan pengakuan manusia, sehingga dengan demikian Allah Swt akan menghinakan orang-orang yang jahat dan memberikan penghormatan terhadap orang-orang yang berbuat kebajikan.

 

Ayat ke 8

 

Artinya:

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (7: 8)

 

Selain itu, hakim dalam pengadilan Hari Kiamat adalah Allah Swt sendiri dengan dihadiri dan disaksikan oleh seluruh makhluk-Nya. Kemudian Allah Swt akan memeriksa dan mengadili seluruh hamba-hamba-Nya berdasarkan kebenaran dan keadilan, bukan tanpa perhitungan dan tanpa dalil. Dia akan mengadili segala bentuk perbuatan dan amal manusia, meski terdapat sebagian kelompok Islam mengatakan, Allah Swt berhak melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya, sekalipun hal itu adalah zalim. Padahal Allah Swt dalam ayat ini berfirman, "Aku akan mengadili segala amal perbuatan manusia berdasarkan pada keadilan dan kebenaran. Tolok ukur yang terbaik dan tepat untuk menimbang amal perbuatan manusia pada Hari Kiamat adalah perbuatan dan amal manusia sempurna seperti para nabi dan imam as, maka segala amal perbuatan hamba-hamba Allah itu diukur dan ditimbang dengan mereka.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hari Kiamat adalah hak dan benar adanya. Menimbang dan mengukur amal perbuatan manusia pada hari itu juga benar adanya, sedang pengadilan pada hari itu berdasarkan hak dan kebenaran.

2. Menanti kebahagiaan dan kesejahteraan tanpa melaksanakan berbagai amal perbuatan yang baik, serta menjadikan beratnya timbangan amal perbuatannya merupakan penantian yang sia-sia dan tidak ada artinya.

 

Ayat ke 9

 

Artinya:

Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (7: 9)

 

Ayat ini dan ayat sebelumnya menyinggung sedikitnya amal perbuatan, namun menekankan kualitas dari amal perbuatan tersebut. Ayat ini mengatakan, ringannya timbangan amal perbuatan manusia pada Hari Kiamat akan mendatangkan kerugian pada diri orang itu sendiri. Sedang untuk bisa lebih berat dari itu bukanlah sebuah pekerjaan yang merugikan. Karena itu janganlah membiarkan modal umur kita lenyap sia-sia, sedang hal itu tidak bisa memenuhi dan memberatkan timbangan kita. Umur manusia bagaikan sebongkah es yang apabila tidak kita manfaatkan ia akan berubah menjadi air, sehingga mendatangkan kerugian atas modal tersebut. Artinya modal tersebut tidak saja akan tetap, tetapi bahkan tidak menghasilkan keuntungan sama sekali.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kerugian di Hari Kiamat dikarenakan sedikitnya amal perbuatan baik.

2. Dunia bagaikan pasar, dimana modal dan investasinya berupa umur manusia, sedang keuntungan adalah amal saleh. Karena itu, barangsiapa yang tidak memiliki amal saleh, maka kerugiannya tak tertanggungkan.

 

Ayat ke 10

 

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (7: 10)

 

Setelah menyinggung dan mengetengahkan siksa dan pahala amal perbuatan manusia pada Hari Kiamat, Allah Swt dalam ayat ini berfirman, Kami telah memberikan kepada kalian segala jenis alat dan fasilitas yang memungkinkan kalian memanfaatkannya. Karena itu Kami akan memintai pertanggungan jawab kepada kalian semua. Kami telah jadikan bumi untuk dapat kalian ambil manfaatnya. Kami juga telah menganugerahkan kepada kalian semua kemampuan untuk memanfaatkannya, sehingga kalian dapat hidup yang layak dan sejahtera. Tetapi sayangnya kalian sangat sedikit sekali berterima kasih dan bersyukur.

 

Jelas bahwa syukur dan berterima kasih terhadap berbagai nikmat Allah Swt tidak cukup hanya dilisan saja dengan mengucapkan Alhamdulillah, tetapi lebih dari sekedar bersyukur dan berterima kasih. Yaitu dengan memanfaatkan apa saja yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt pada jalur yang benar dan halal.

 

Anggur merupakan salah satu nikmat Allah kepada manusia, namun manusia harus bisa memanfaatkannya dengan cara yang benar yaitu bersyukur dan meridhakan Allah, tetapi apabila anggur tersebut dibuat minuman yang memabukkan, maka hal tersebut merupakan salah satu dari ketidaksyukuran manusia kepada Allah Swt. Kedua tangan manusia juga untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri dan melayani orang lain yang memerlukan bantuan, bukan untuk mengganggu dan menyakiti orang lain. Yakni untuk menimpakan pukulan kepada sesamanya dan begitulah seterusnya nikmat-nikmat Allah yang lainnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hak untuk memperoleh berbagai manfaat dan keuntungan Bumi bagi setiap ummat manusia adalah sama, dan tidak ada mengistimewakan dari yang lainnya.

2. Berbagai nikmat Allah Swt harus kita syukuri, dan bukan menjadi penyebab yang bisa melalaikan manusia itu, atau menjadikan manusia itu berbangga diri dan takabbur.

Ayat ke 1-2

 

Artinya:

Alif laam mim shaad. (7: 1)

 

Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (7: 2)

 

A'raf adalah sebuah nama tempat di akhirat, sebagaimana nama surga dan nerakan, dimana terdapat satu kelompok manusia yang menjadi penghuni kawasan tersebut. Dalam ayat 46 dan 48 surat ini disebutkan bahwa nama tersebut berasal dari kelompok ini. Oleh karena itu, surat ini telah dikenal dengan nama al-A'raf. Di antara 114 surat-surat al-Quran, 29 surat dimulai dengan huruf-huruf muqath-tha'ah (huruf-huruf tunggal), dan surat al-A'raf termasuk di antara surat-surat tersebut. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Baqarah, ayat-ayat Muqath-tha'ah merupakan simbol kebesaran Allah Swt dan Nabi-Nya Saw, dan kita berharap dengan munculnya Imam Mahdi aj simbol-simbol tersebut dapat disingkap dan dijelaskan maksudnya secara gamblang.

 

Tetapi nampaknya Allah Swt berkeinginan untuk menyatakan bahwa, "Aku menyusun al-Quran itu dengan huruf-huruf semacam ini dan bukan dengan bahasa atau kata dengan susunan yang baru. Aku menyusun dan membuat kitab al-Quran dengan huruf bahasa Arab yang sudah umum dipakai. Sekalipun demikian, kalian tetap tidak mampu membuat yang serupa dengan kitab suci ini."

 

Ayat kedua menyinggung kebenaran al-Quran dan mengatakan, "Wahai Nabi ! Sungguh Kitab ini dari sisi Allah, dan diturunkan kepadamu, semua isinya adalah benar". Dikarenakan orang-orang Kafir dan Musyrik itu tidak menerima kebenaran Islam, mereka terkena keraguan dalam diri mereka, sehingga dada mereka terasa sempit dan jiwanya tertekan. Karena itulah tugas anda hanyalah menyampaikan firman Allah ini guna memberikan pengertian kepada masyarakat. Hanya saja perlu diingat bahwa manusia itu bebas, apakah akan menerima petunjukmu atau tidak.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengajak manusia memeluk Islam memerlukan sifat lapang dada dan kekuatan untuk memikul tugas mulia ini.

2. Tugas para nabi hanya memberikan peringatan kepada umat manusia dan bukan memaksa manusia untuk beriman kepada Allah Swt.

 

Ayat ke 3

 

Artinya:

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (7: 3)

 

Ayat sebelumnya menjelaskan mengenai tugas Nabi Muhammad Saw yaitu memberikan peringatan kepada umat manusia. Ayat ini juga menjelaskan tugas umat manusia dalam mematuhi, mengikuti dan menerima kebenaran Islam. Karena itulah al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Saw pada hakikatnya diturunkan untuk umat manusia, sedang Nabi Muhammad Saw merupakan perantara wahyu dan mufassir wahyu. Poin pentingnya adalah ayat ini menyampaikan pesan kepada pengikut al-Quran, agar mencegah umat manusia mengikuti jalan orang-orang lain yang tersesat. Atau dengan ungkapan lain jalan kebenaran dan kebahagiaan yaitu mengikuti Kitabullah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Ketetapan rububiyah dan wilayah dikuatkan dengan diturunkannya perintah dan peringatan agar manusia memperoleh petunjuk dan kebahagiaan.

2. Barangsiapa yang tidak menerima kepemimpinan Allah yang Esa, maka ia terpaksa akan lari kepada pemimpin lainnya menggantikan Allah Swt.

 

Ayat ke 4-5

 

Artinya:

Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. (7: 4)

 

Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim". (7: 5)

 

Setelah ayat-ayat sebelumnya yang menyinggung mengenai perlunya mengikuti wahyu dan ajaran-ajaran samawi, ayat ini mengatakan, dengan segala kesulitan yang ditemui, para nabi berusaha memberikan petunjuk kepada masyarakat dan di jalan ini mereka tidak pernah berputus asa. Sementara orang yang telah menebus jiwanya demi nasehat para nabi berdatangan menuju jalan petunjuk Allah. Padahal, kejahatan, kejelekan dan angkara murka telah menyebar di kalangan masyarakat, sehingga pantaslah azab Allah menimpa mereka. Sekalipun pemberian pahala dan siksaan itu berhubungan dengan Hari Kiamat, namun sebagian dosa seperti zalim dan berbuat jahat terhadap sesama manusia juga akan mendapatkan murka Allah Swt di dunia.

 

Azab dan siksaan Allah tidak kenal siang dan malam. Betapa banyak azab dan siksaan itu mendatangi umat manusia yang berdosa pada saat mereka sedang istirahat ataupun tidur. Pada saat itu mereka akan tersadarkan dari kekhilafan dan kesalahannya dan mengakui bahwa "kami telah melakukan kejahatan" dan memang pantas mendapatkan balasan dan siksa semacam ini. Padahal Allah Swt tidak pernah mengeksploitasi hak kita umat manusia dan mengirimkan azab ini. Justru kita yang berbuat aniaya kepada diri kita sendiri dan orang-orang lain.

 

Kendatipun kesadaran dan pengakuan itu tidak ada manfaatnya bagi mereka dan merekapun tidak bisa diselamatkan, tetapi hal ini dapat menjadi peringatan dan pelajaran bagi orang-orang yang lain. Dengan menelaah secara khusus sejarah berbagai pemerintahan dan penguasa zalim, kita mendapatkan hikmah dan pencerahan. Kerajaan besar seperti Romawi dan Persia digantikan dengan pemerintahan dan penguasa lainnya dikarenakan keduanya melakukan kejahatan dan kekejaman terhadap masyarakat.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Balasan dan siksaan Allah tidak terbatas pada Hari Kiamat saja. Karena itulah jangan merasa aman dan enak-enak saja di dunia.

2. Bila kita pernah menyaksikan azab dan siksa Allah dan membuat kita menyesal dan mengakui perbuatan dosa kita, maka taubat itu dapat mencegah turunnya azab dan siksaan, serta dapat menarik Rahmat Allah.

Ayat ke 162-163

 

Artinya:

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(6: 162)

 

Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".(6: 163)

 

Dalam ayat-ayat yang telah disinggung sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw sendiri mengikuti ajaran Nabi Ibrahim as, bahkan beliau menekankan agar umat manusia selalu mengikuti jalan Allah yang lurus ini. Ayat-ayat ini merupakan firman suci penting yang menyinggung ciri khas jalan lurus melalui sikap ikhlas dan penyerahan diri di hadapan Allah Swt. Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar mengumumkan kepada umat manusia bahwa hidup dan matiku serta semua ibadah dan shalatku semata-mata di jalan Allah, untuk Allah dan sedikitpun aku tidak bermaksud untuk selain Allah, bahkan aku tidak melangkah selain karena-Nya.

 

Sementara itu aku berlepas tangan dan kembali berserah diri di hadapan Allah dari kalian orang-orang Musyrik telah menyekutukan-Nya. Apabila aku menyeru umat manusia agar berserah diri dihadapan Allah, maka lebih dari segala sesuatunya, aku sendiri telah melakukan penyerahan diri dihadapan-Nya, bahkan atas perintah-Nya aku juga diutus untuk mengajak dan menyeru umat manusia kejalan yang lurus. Sebenarnya bukan hanya Nabi Muhammad Saw saja, tetapi seluruh nabi sepanjang sejarah dengan murni dan tulus tunduk kepada Allah Swt. Mereka memohon kepada Allah agar sepanjang hidup mereka selalu tunduk dan berserah diri kepada-Nya, sehingga sewaktu ajal telah tiba, mereka tetap dalam keadaan berserah diri dan tunduk kepada Allah Swt.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Manusia mukmin bukan hanya sebagai hamba Allah di saat mereka mengerjakan shalat dan ibadah saja, tetapi sepanjang hayat mereka bahkan setiap saat adalah hamba Allah yang ikhlas dan taat.

2. Mati atau hidup tidaklah penting, yang penting ialah tetap dijalan Allah dan untuk Allah Swt.

 

Ayat ke 164

 

Artinya:

Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan".(6: 164)

 

Dalam ayat ini Nabi Muhammad Saw dengan keheranan bertanya kepada orang-orang Musyrik, "Mengapa aku harus melepaskan Allah yang Maha Esa, Tuhan seluruh makhluk di alam semesta inii, kemudian aku berpindah kepada patung-patung berhala sesembahan kalian? Apakah berhala-berhala kalian itu dapat melakukan sesuatu?Padahal mereka tidak berkuasa samasekali. Kenapa kalian mengajakku untuk mengikuti berhala-berhala yang tak bernyawa itu? Kalian mengatakan pula, "Ikutilah kami, kami akan mendukung kamu, dan apabila jalan kami ternyata salah, maka kami yang akan menanggung dosamu?"

 

Tidakkah kalian mengetahui bahwa dosa pebuatan seseorang akan ditanggung oleh orang itu sendiri dan tak seorangpun mampu menanggung dan memikul dosa orang lain?Tidakkah kalian telah mengetahui bahwa segala sesuatu yang telah dilakukan oleh manusia, maka untung atau ruginya akan ditanggung oleh manusia itu sendiri,sedangkan orang lain tidak bisa berbuat apa-apa dalam urusan ini? Ketahuilah bahwa suatu hari kalian akan hadir dalam pengadilan Ilahi, dan disana kalian akan mempertanggungjawabkan perbuatan, keyakinan yang kalian perselisihkan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kufur dan iman ataupun baik dan buruknya seseorang bagi Allah tidaklah ada untung dan ruginya. Karena amal perbuatan manusia yang menjadi tanggung jawab manusia.

2. Tanggung jawab perbuatan seseorang manusia ada dipundak orang itu sendiri. Perbuatan buruk orang tersebut tidak dipikulkan kepada pundak masyarakat atau keluarga orang tersebut.

 

Ayat ke 165

 

Artinya:

Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(6: 165)

 

Ayat ini merupakan ayat terakhir dari surat al-An'am yang menyinggung tentang kehidupan manusia di atas bumi yang memperoleh berbagai nikmat Allah dan fasilitas beraneka ragam. Ayat ini mengatakan, segala sesuatu yang telah dianugerahkan Allah Swt kepada kalian merupakan ujian bagi kalian semua. Ketahuilah bahwa sebelum kalian juga telah datang berbagai kaum dan umat manusia, sedang kalian merupakan generasi penerus dari berbagai umat sebelumnya. Kalian sama seperti mereka akan pergi juga meninggalkan dunia ini dan generasi berikutnya akan datang menggantikan kalian.

 

Sementara itu, saat ini kesempatan telah diberikan kepada kalian dan hendaknya kalian dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Sadarilah bahwa pemberian Allah itu tidak begitu saja, melainkan Dia akan meminta pertanggungan jawab atas apa yang telah kalian manfaatkan. Semua manusia dalam kepemilikan atas berbagai sarana dan fasilitas yang ada di bumi tidaksama.Karena perbedaan-perbedaan ini merupakan lahan untuk ujian.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Perbedaan di kalangan manusia dalam memperoleh nikmat Allah Swt bukan menunjukkan ukuran lebih baiknya sebagian orang terhadap sebagian yang lain, tetapi sebenarnya ini merupakan sebuah perantara ujian.

2. Allah Swt lebih cepat dalam menghitung atas orang-orang yang tertolak dalam ujian dan memberi ampunan, juga memberi kasih sayang terhadap orang-orang yang diterima.

3. Apapun yang kita miliki adalah dari Allah, dan bukan dari diri kita sendiri.Karena itulah kita siap menyerahkan itu semua dijalan Allah Swt.

Ayat ke 158

 

Artinya:

Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya Kamipun menunggu (pula)". (6: 158)

 

Dalam penjelasan sebelumnya diketengahkan Al-Quran sebagai kitab utama dan mukjizat Nabi Muhammad Saw, sebuah kitab undang-undang Islam sekaligus mukjizat. Namun kaum Musyrikin dan orang-orang Kafir tidak bisa berdalil tanpanya, atau mereka tidak mampu mendatangkan sebuah surat apapun seperti al-Quran. Akhirnya mereka mencari segala macam alasan untuk menolak al-Quran dengan meminta mukjizat yang lain. Mereka meminta agar malaikat diturunkan kepada mereka, atau yang lebih lucu adalah meminta agar Allah turun ke bumi, begitu juga petir yang menakutkan.

 

Tapi semua permintaan itu dihadapi Nabi Saw dengan tegas bahwa kalian bukan orang yang ingin beriman. Karena sekalipun semua itu terjadi, tetap saja kalian tidak akan beriman dan tidak bermanfaat bagi kalian. Selain itu, bila hal itu terjadi dan kalian tidak beriman, Allah Swt akan menurunkan azab yang teramat pedih kepada kalian. Kalian harus sadar bahwa iman itu memiliki nilai dan jadilah orang yang merdeka, tidak merasa takut apalagi terpaksa.Diturunkannya ayat-ayat seperti ini yang merupakan permintaan kalian akan dapat menafikan kebebasan kalian untuk beriman dan menjadi penyebab hancurnya kalian semua. Lihatlah bagaimana Nabi Saleh as mengeluarkan onta dari sebuah gunung, tapi tetap saja ada orang yang tidak beriman, bahkan membunuh onta tersebut. Akibatnya, Allah menurunkan azab kepada mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Orang-orang Kafir yang keras kepala tetap tidak mau menerima dan tunduk dengan menyaksikan berbagai mukjizat Ilahi. Padahal sebuah mukjizat saja sudah cukup untuk menjadikan seseorang beriman.

2. Iman tanpa amal saleh samadengan beramal tanpa iman, tidak ada artinya samasekali.

 

Ayat ke 159

 

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.(6: 159)

 

Tidak saja orang-orang Kafir dan Musyrikin, bahkan orang-orang Mukmin yang mengaku beriman, maka siapa saja yang melakukan bidah dan penyelewengan serta menafsirkan agama ini dengan pendapatnya sendiri, pada Hari Kiamat akan mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Terlebih lagi ketika perbuatan itu mengakibatkan munculnya golongan-golongan dalam agama ini. Salah satu kritikan al-Quran terhadap para pengikut agama lain adalah penyimpangan dan penyelewengan baik secara lafdzi maupun maknawi yang telah mereka lakukan terhadap berbagai pengetahuan kitab samawi mereka.

 

Dalam al-Quran tidak disebutkan penyelewengan dan penyimpangan lafdzi maupun maknawi, tetapi dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran dan berbagai riwayat mereka telah melakukan berbagai penyimpangan dan bidah. Karena perkara ini justru telah menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan kaum Muslimin, sehingga pelaku perbuatan ini harus mempertanggungjawabkan perbuatan dosa besarnya ini. Mereka tetap terhitung telah melakukan dosa besar, sekalipunn para ulama dapat menyingkap berbagai perbuatan bidah dan penyelewengan ini dan agama dapat dibersihkan dari segala bentuk penyimpangan, sehingga dalam hal ini persatuan yang sebenarnya juga hakikat Islam akan dapat diperoleh.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Iman harus total terhadap segala ajaran Islam. Karena hanya mengimani setengah dan mengingkari lainnya tidak sesuai dengan semangat Islam.

2. Perpecahan dikalangan umat Islam sebagai pertanda adanya penyimpangan dalam menafsirkan al-Quran dan Hadis. Karena itu perkara ini harus segera dibenahi dan diluruskan.

 

Ayat ke 160

 

Artinya:

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (6: 160)

 

Kelebihan aturan ilahi atas undang-undang buatan manusia adalahpemberian pahala bagi orang yang melaksanakan kewajiban ilahi itu. Sementaradalam undang-undang buatan manusia yang ada adalah sanksi bagi orang-orang yang menentang atau melanggar undang-undang. Tidak ada istilah pahala bagi mereka yang telah melaksanakan undang-undang. Dalam aturan ilahi, bagi mereka yang melakukannya akan mendapat pahala, sedangkan yang meninggalkan atau melanggar akan mendapat siksa. Terkait pahala yang diberikan tidak hanya sesuai dengan amalnya, tapi dilipatgandakan 10 kali atau kadang-kadang lebih banyak. Hal ini menandakan kelembutan dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba­-Nya yang berbuat baik.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Berdasarkan metode pendidikan Islam, pemberian semangat harus lebih dari hasil perbuatan tersebut.

2. Sesuatu yang senantiasa bersama manusia baik didunia maupun diakhirat hanya perbuatan baik atau buruk.

 

Ayat ke 161

 

Artinya:

Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik". (6: 161)

 

Sejak dulu orang-orang Musyrik mengaku sebagai pengikut agama Nabi Ibrahim as. Tapi pelaksanaan haji mereka membuktikan hal lain. Allah Swt dalam ayat ini memerintahkan kepada Nabi-Nya agar menyatakan kepada mereka bahwa Nabi Ibrahim juga tidak senang dengan perilaku mereka semacam ini. Segala perbuatan syirik yang sangat menghinakan ajaran Nabi Ibrahim as menunjukkan mereka tidak sedikitpun condong kepada ajaran beliau. Karena ajaran Nabi Ibraim as dibangun dari landasan yang kokoh, memiliki logika yang kuat dan kebenaran yang tidak dapat dibantah. Itulah mengapa tidak ada jalan bagi syirik untuk dapat menyusup ke dalamnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.Nabi Muhammad Saw merupakan teladan jalan yang lurus, sedang berpegang teguh pada pernyataan dan perbuatan beliau Saw akan menjadikan manusia berpijak pada jalan yang lurus.

2. Dasar semua agama tauhid adalah satu dan ajaran Islam yaitu ajaran nabi Ibrahim.

Ayat ke 153

 

Artinya:

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (6: 153)

 

Pada kajian tafsir ayat-ayat sebelumnya, Allah Swt telah menjelaskan adat istiadat dan kebiasaan orang-orang Musyrik. Seraya menyebut semua itu sebagai khurafat, Allah Swt juga menjelaskan hukum-hukum halal dan haram di berbagai bidang. Di akhir kumpulan ayat-ayat tersebut, ayat ini mengatakan, daripada mengikuti selera dan hawa nafsu serta berbagai jalan yang diciptakan oleh manusia, dimana masing-masing menuju ke arah yang berbeda-beda, hendaklah kalian mengikuti jalan Allah yang lurus. Yaitu,jalan yang satu dan terang benderang.Berbeda dengan jalan yang dibuat oleh manusia yang bercabang dan gelap gulita.

 

Yang menarik ternyata khurafat dan bidah selalu diciptakan oleh orang-orang yang dianggap sebagai ahli agama dan taat. Padahal apa yang disampaikannya merupakan pendapatnya sendiri yang disebutnya sebagai ajaran agama. Dalam ayat ini disebutkan bahwa ajaran agama adalah yang diajarkan oleh utusan Allah. Ajaran yang seimbang dan menurut al-Quran "jalan yang lurus". Jalan yang jauh dari segala bentuk ekstrim, baik dalam keyakinan maupun perbuatan.Inilah jalan yang menjamin akan menghasilkanketakwaan yang sesungguhnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pengamalan ajaran abama pemersatu terbaik bagi masyarakat. Sebaliknya, perpecahan diakibatkan oleh sikap manusia yang menjauhkan dirinya dari agama.

2. Jalan Allah Swt hanyasatu. Karena kebenaran hanya satu dan berarti jalan Allah Swt tidak pernah bertentangan.

 

Ayat ke 154

 

Artinya:

Kemudian Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka. (6: 154)

 

Berbeda dengan persangkaan sebagian orang yang menganggap diantara agama-agama samawi terdapat perselisihan dan kontradiksi, ternyata semua kitab samawi saling membenarkan dan mendukung satu sama lain. Pada dasarnya pengangkatan dan pengutusan nabi, sejak awal hingga akhir, tak lain merupakan serangkaian mata rantai yang tak terputus dan mengarah kepada satu tujuan.Yaitu,memberi petunjuk kepada umat manusia dan menjelaskan hukum-hukum Ilahi dalam berbagai bidang.

 

Dalam ayat ini al-Quran menyebut Taurat sebagai Kitab Allah yang sempurna,sebagai rahmat dan sumber petunjuk bagi umat Nabi Musa as. Ia adalah sebuah kitab pelengkap nikmat bagi kaum dan para nabi mereka di zaman itu, dan memberi peringatan akan Hari Kiamat dan pertemuan dengan Allah kelak.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kitab-kitab samawi menjelaskan semua keperluan umat manusia untuk dapat mencapai kemuliaan, kesempurnaan dan kebahagiaan.

2. Hanya orang-orang yang berbuat baik dan berpikiran bersih dapat mengambil manfaat dan menangkap pesan-pesan kitab damawi tersebut, sedang orang-orang yang jahat terjauh dari yang demikian itu.

 

Ayat ke 155-156

 

Artinya:

Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (6: 155)

 

(Kami turunkan al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan: "Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca. (6: 156)

 

Setelah berbicara tentang kaum Nabi Musa as, ayat ini mengatakan, al-Quran ini juga Kami turunkan kepada kalian sebagai sebuah kitab yang diberkati, sama seperti kitab Taurat. Mengamalkan ajaran-ajaran kitab ini akan mendatangkan kesempurnaan kalian, keberkatan dalam umur dan kehidupan kalian. Kitab ini Kami turunkan, sehingga tidak ada lagi alasan bagi kalian untuk mengatakan,"Kami tidak tahu menahu mengenai kitab samawi dan kami tidak mengerti samasekali.Oleh karena itu, ikutilah kitab samawi ini dan takutlah kalian hanya kepada Allah,sehingga kalian akan mendapatkan anugerah dan rahmat Allah yang khusus."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Al-Quran bukanlah kitab teori dan konsepsaja. Ia adalah kitab yang ajaran-ajarannya harus diamalkan dan harus dijadikan sebagai pegangan hidup setiap manusia.

2. Kebahagiaan manusia tergantung pada dua pekara;mengikuti kebenaran dan menjauhkan diri dari kebatilan.

 

Ayat ke 157

 

Artinya:

Atau agar kamu (tidak) mengatakan: "Sesungguhnya jikalau kitab ini diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari mereka". Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya? Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksa yang buruk, disebabkan mereka selalu berpaling.(6: 157)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyatakan, Kami telah turunkan al-Quran kepada kalian, sehingga telah sempurna hujjah atas kalian. Dengan demikian tidak ada alasan lagi bagi kalian untuk berbuat syirik dan menyembah patung dan berhala. Kami turunkan al-Quran, sehingga kalian tidak lagi dapat mengatakan, "Apabila kitab petunjuk diturunkan kepada kami pastilah kami akan menjadi orang yang lebih beriman daripada pemeluk agama-agama lain. Kini al-Quran telah turun, maka penolakan terhadapnya merupakan pengingkaran besar yang akan mendatangkan balasan yang sangat berat dan tidak ada jalan untuk melarikan diri darinya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Banyak orang yang mengaku beriman. Pada saat ujian dan pengamalan, maka akan tampak kejujuran pengakuan itu.

2. Kezaliman terbesar terhadap kemanusiaan ialah penentangan terhadap kitab-kitab samawi dan penolakan ayat-ayat Allah Swt.

Ayat ke 150

 

Artinya:

Katakanlah: "Bawalah kemari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini" Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut pula menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka. (6: 150)

 

Dalam beberapa penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa kaum Musyrikin Mekah telah mengharamkan sebagian perkara, sedang Nabi Saw telah diperintahkan untuk memberantas dan memerangi bidah dan penyimpangan ini. Dalam ayat ini disebutkan, wahai Nabi, mintalah kepada mereka bukti dan dalil yang tentunya mereka tidak miliki. Apabila mereka mendatangkan orang-orang yang bohong, maka janganlah menerima pernyataan mereka. Itu semua dikarenakan keberpihakan mereka terhadap agama mereka.

 

Oleh karenanya, jangan bersama mereka. Sedikitpun mereka tidak akan beriman kepada kamu dan kitab yang kamu bawa. Waspadailah apabila kamu sering bersama mereka dalam sebagian perkara, maka kamu akan menerima pernyataan mereka? Sebetulnya mereka menerima pernyataan kamu serta beriman kepadamu.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Islam adalah agama yang logis serta didukung oleh dalil-dalil yang kokoh.karena itu Islam pasti tidak dapat meneima penyelewengan dan penyimpangan. Justru kepada para penentang itulah kamu harus minta bukti.

2. Undang-undang bikinan manusia hanya untuk memenuhi kebutuhan lahiriah saja.Karena itu tidak boleh diikuti, sedang orang mukmin hanya tunduk dan patuh terhadap undang-undang Allah.

 

Ayat ke 151

 

Artinya:

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).(6: 151)

 

Setelah melarang perbuatan yang menyimpang dalam berbagai ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung hal-hal yang diharamkan dalam berbagai agama samawi tidak hanya khususnya bagi Islam. Ayat ini mengatakan, perbuatan haram yang terpenting adalah menyekutukan Tuhan, dimana hal inilah yang menyibukkan kalian kaum Musyrikin. Bahkan kalian telah menyangka dengan melakukan pengharaman terhadap sesuatu, maka kalian akan memperoleh keredhaan Tuhan. Padahal justru kalian sendirilah orang yang telah berbuat dosa yang paling besar itu tidak menyadari samasekali.

 

Selain menyekutukan Allah, kalianterkadang mengetengahkan berbagai alasan yang tidak logis mengenai anak-anak kalian. Yaitu takut kelaparan dan merepotkan. Untuk itu kalian telah menazarkan mereka untuk berhala-berhala itu, agar dapat mencegah dan menghindari kelaparan. Yang lebih buruk lagi, kalian bahkan menyangka rezeki kalian dan anak-anak kalian berada di tangan patung-patung berhala. Padahal Kami setiap hari memberi rezeki kepada kalian dan anak-anak kalian.

 

Kalian sering melakukan perbuatan jelek dan jahat di tempat sepi dan sembunyi-sembunyi. Selain itu kalian mengerti benar bahwa kalian sering berselisih dan bertengkar terkait masalah yang tidak ada artinya. Bahkan kalian tidak segan-segan mengobarkan perang, sehingga manusia tidak berdosa juga menjadi korban. Padahal Allah Swt telah mengharamkan kepada kalian untuk melakukan perbuatan jahat atau membunuh tanpa dasar. Bila kalian memikirkan perbuatan jahat ini, tentu kalian tidak akan melakukan semuanya. Karena Allah senantiasa berpesan dan memberi teladan demi mencegah perbuatan jahat.

 

Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.Syirik atau menyekutukan Allah merupakan akar segala kejelekan. Karena itu kita harus waspada agar tidak terjatuh dalam perbuatan haram. Selain itu, berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan perbuatan paling mulia.

2. Kejatuhan masyarakat modern dewasa ini dikarenakan kemajuan yang tidak diimbangi dengan nilai-nilai akhlak.

3. Sebagian pendosa sedemikian berbahaya, sehingga bukan hanya harus mencegah perbuatan jahatnya, tapi kita harus menjauhinya.

4. Perintah dan larangan Allah Swt senantiasa relevan dengan akal dan fitrah manusia, bahkan merupakan saranayang kondusif bagi perkembangan keduanya.

 

Ayat ke 152

 

Artinya:

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.(6: 152)

 

Setelah menjelaskan mengenai sebagian hal-hal yang diharamkan, ayat ini memerinci perbuatan penting. Ayat ini mengatakan, kalian tidak dibenarkan merampas harta kaum fakir miskin dan anak-anak yatim. Sebaliknya, kalian justru dituntut untuk menjaga sebaik mungkin harta mereka hingga anak-anak yatim tersebut mencapai usia baligh. Setelah itu harta mereka harus diserahkan kembali kepada mereka sebagai pemilik asli.

 

Ayat ini menekankan bahwa sewaktu mereka tidak bisa menggunakan harta tersebut dengan cara yang baik dan wajar, maka kalian hendaknya membantu mereka dalam urusan ekonomi dan berbagai transaksi jual-beli. Hendaknya kalian waspada agar menggunakan harta mereka sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai barang yang dibeli tidak digunakan danmenjadi mubazir. Yang harus diperhatikan adalah kalian harus berbuat adil dan berhati-hati dalam menggunakan harta mereka demi kepentingan mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat lima pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt selalu melaksanakan pekerjaan-Nya dengan cara yang baik. karena itu Dia juga menginginkan agar kita dapat melaksanakan pekerjaan kita dengan cara yang baik pula; apakah pekerjaan itu berhubungan dengan diri sendiri atau dengan orang lain.

2. Undang-undang sosial dan ekonomi harus bersandarkan pada kesadaran dan keadilan, bukan pada banyaknya investasi atau menjaga kepentingan para investor.

3. Kewajiban dan perintah Allah tidak akan melampaui batas kemampuan manusia.Oleh karenanya, barangsiapa yang memiliki kemampuan lebih, maka kewajibannya akan bertambah dibandingkan yang lain.

4. Usahakan berbuat adil dalam perbuatan dan perkataan. Karena ini merupakan dasar penting dalam Islam. Allah Swt selaluberpesan untuk berbuat adil.

5. Selalu mengedepankan parameter dalam hubungan apapun, danjangan mendahulukan keluarga di atas hak dan keadilan.

Ayat ke 145

 

Artinya:

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (6: 145)

 

Sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang Musyrik, dalam rangka menyelewengkan agama Nabi Ibarahim as, mereka memasuki tanah suci, lalu mengharamkan perkara yang telah dihalalkan oleh Allah. Setelah itu mereka menyebut keyakinannya yang menyimpang tadi kepada Allah Swt. Pada ayat ini Nabi Muhammad Saw diperintahkan untuk menjelaskan satu persatu makanan yang diharamkan, sehingga yang benar itu menjadi gamblang dan terang. Sementara yang batil itu akan menjadi terhina dan ditinggalkan orang.

 

Hal-hal yang diharamkan melalui ayat ini merupakan sesuatu yang kotor, bahkan dosa. Daging binatang yang sudah menjadi bangkai, daging babi dan darah berbagai binatang merupakan hal-hal yang kotor dan tidak sehat.Karena hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya kesehatan seorang manusia. Selain itu,sumber segala kekotoran menjadi sumber segala penyakit, sedang Allah Swt menginginkan manusia mengkonsumsi makanan yang bersih dan menyenangkan hati. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 57 yang artinya,"Makanlah apa-apa yang baik dari rizki yang Ku-peruntukkan kepada kalian."

 

Selain terhadap hal-hal yang kotor dan menjijikkan, mengkonsumsi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt adalah haram, meskipun seekor kambing yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Ketika seekor kambing disembelih tanpa menyebut nama Allah,maka mengkonsumsi daging kambing tersebut adalah tidak boleh (haram). Karena itulah manusia hendaknya mengkonsumsi daging binatang-binatang yang disembelih dengan menyebut nama Allah dan dijalan Allah pula. Akhir ayat ini menyinggung sebuah aturan umum yaitu, segala sesuatu yang diharamkan memakannyahanya boleh dimakan dalam kondisi darurat, dengan catatan hanya memanfaatkan secukupnya. Jadi, memakan makanan haram dalam kondisi darurat hanya diperbolehkan hingga batas tidak berlebih-lebihan, dan kondisi itu tidak dilakukan oleh manusia itu sendiri.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hal-hal yang telah diharamkan dalam Islam, tidak semua bisa mengakibatkan bahaya dan penyakit bagi kesehatan. Tetapi terkadang mengakibatkan penyakit secara maknawi atau akhlak.

2. Islam tidak mengenal jalan buntu. Yakni, sewaktu seseorang dalam kondisi darurat, dan demi menjaga keselamatan jiwa, maka seseorang dibolehkan mengkonsumsi binatang bangkai atau lainnya yang diharamkan.

 

Ayat ke 146-147

 

Artinya:

Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.(6: 146)

 

Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah: "Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas; dan siksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa". (6: 147)

 

Allah Swt dalam dua ayat ini juga menjelaskan hal-hal yang diharamkan pada syariat Yahudi, sehingga dengan demikian jelaslah sudah penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang Musyrik. Karena perbuatan tersebut tidak sejalan dengan ajaran Islam, bahkan tidak juga sejalan dengan ajaran Yahudi dan Kristen. Selain itu terkadang ada hal-hal yang diharamkan ada dalam syariat Yahudi, tetapi tidak terdapat dalam ajaran Islam. Yaitu pengharaman yang mendatangkan siksaan, bukan pada awalnya. Apabila orang-orang Yahudi tidak patuh terhadap perintah dan larangan, maka itupun juga tidak haram bagi mereka. Sebagaimana pada ayat 160 surat an-Nisa juga telah ditekankan poin ini.

 

Berdasarkan siksaan Allah ini, seluruh binatang yang memiliki kuku samadansecara umum binatang piaraan dan burung-burung telah diharamkan bagi orang-orang Yahudi.Oleh karena itu,mengkonsumsi daging unta bagi mereka haram sedang daging kambing dan sapi hanya lemaknya yang diharamkan. Selain lemak-lemak yang melekat pada tulang, sumsum yang mengandung lemakjuga haram hukumnya. Sebagian dari pengharaman ini pada zaman Nabi Isa as telah dihalalkan bagi orang-orang Kristen.

 

Ayat berikutnya berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, apabila orang-orang Musyrik atau Yahudi mengatakan engkau berbohong, maka katakanlah kepada mereka, "Sekalipun Allah Swt telah memberikan anugerah rahmat kepada hamba-hamba­-Nya, tetapi rahmat inilah yang menjadikan siksaan terhadap orang-orang yang berbuat jahat itu tidak ditunda. Dan Allah tidak secepatnya mendatangkan siksaan bagi kalian, tetapi memberikan batas waktu. Karena mungkin kalian telah menyadari dan kembali kejalan Allah dengan bertaubat."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita harus senantiasa mewaspadai terhadap setiap pekerjaan kita, dimana salah satu dari azab dan siksaan Allah di dunia ialah kita dijauhkan dari sebagian nikmat Allah.

2. Dalam menghadapi para penentang kita harus senantiasa mengingat rahmat Allah Swt, disamping kita juga harus mewaspadai ancaman dan siksaan Allah Swt.

 

Ayat ke 148-149

 

Artinya:

Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun". Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.(6: 148)

 

Katakanlah: "Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya". (6: 149)

 

Ayat-ayat ini memberitakan kepada Nabi Muhammad Saw agar secepatnya beliau menjelaskan dengan terperinci berbagai keyakinan orang-orang Musyrik yang menyimpang. Setelah itu ayat-ayat ini mengetengahkan masalah Jabar dan mengatakan, Allah Swt yang Maha Mengetahui, sedang kami berbuat berdasarkan keyakinan-keyakinan ini, namun apabila Allah menghendaki terhadap kita Dia bisa menghentikan langkah dan perbuatan kita. Selain itu bila Allah juga menghendaki, Dia tidak saja bisa menjadikan kita musyrik dan begitu juga nenek-nenek moyang kita. Bahkan kita tidak akan menjauhkan sesuatu dan ini semua justru menunjukkan kehendak Tuhan. Demikianlah seharusnya kita dan begitu pula kita harus berbuat.

 

Al-Quran dalam menjawab alasan yang dicari-cari itu dengan mengatakan, Allah Swt mengutus para nabi as dan menyampaikan syariat yang ternyata tidak sinkron dengan pelbagai keyakinan menyimpang manusia. Tapi demikianlah Allah Swt yang Maha Pengasih. Dia tetap tidak memaksa manusia untuk menerima kebenaran. Allah memberikan kebebasan kepada manusia memilih setiap jalan yang diinginkan.

 

Karena Allah Swt telah memberikan kebebasan kepada kalian, tetapi dengan diutusnya para nabi as kalian akan dibimbing, bahkan hujjah Allah telah disempurnakan terhadap kalian. Semua ini diberikan agar kelak pada Hari Kiamat kalian tidak lagi mempunyai alasan dengan mengatakan aku tidak mengetahui dan tidak memahami atau seruan kebenaran belum sampai pada kami! Al-Quran dalam lanjutan pernyataannya kepada orang-orang Musyrik mengatakan, ini bukan semata-mata pernyataan mereka, tetapi sepanjang sejarah begitulah para penentang telah mengetengahkan alasan-alasan yang dibikin-bikin itu. Tapi sebenarnya pernyataan tersebut tidak berdasarkan ilmu dan pengetahuan, namun muncul dari persangkaan yang tidak pada tempatnya. Dengan demikian tidak berarti sama sekali sehingga seseorang mengatakan, "Bila Allah menghendaki, pastilah aku tidak akan berbuat semacam ini."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt memang mengharapkan manusia beriman, namun dengan cara ikhtiar dan bukan dengan paksaan.Karena itulah para nabi as tidak berhak untuk melakukan pemaksaan.

2. Sejelek-jelek orang yang melakukan dosa, mengerti perbuatan itu dosa, namun yang paling jelek lagi dari semuanya ialah menyandarkan dosa itu kepada Allah.(

Ayat ke 141

 

Artinya:

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (6: 141)

 

Pada penejelasan sebelumnya telah disinggung mengenai orang-orang Musyrik Mekah yang telah menazarkan sebagian dari peternakan mereka untuk berhala-berhala sesembahan mereka. Sementara sebagian lainnya mereka serahkan untuk Allah Swt. Disebutkan juga bahwa perbuatan mereka ini merupakan penyelewengan dan bidah. Pada ayat ini disebutkan bahwa bagian Allah harus diberikan kepada kaum fakir miskin dan anak-anak yatim. Bagian ini tidak dibatasi hanya pada binatang ternak saja, tapi mencakup produksi pertanian dan perkebunan.

 

Berbeda dengan orang-orang yang telah mengambil seluruh hasil untuk diri mereka sendiri dan tidak memisahkan bagian untuk kaum fakir miskin. Sementara sebagian orang justru menyerahkan seluruh penghasilan mereka kepada kaum fakir miskin. Al-Quran menyinggung dua perbuatan ekstrim ini.Disebutkan bahwa sekalipun mereka telah menginfakkan semua hasil-hasil mereka dijalan Tuhan, namun hal ini dianggap pemborosandan hal itu sangat dilarang. Karena Islam merupakan jalan yang lurus dan adildanbukan jalan ekstrim terkaitkaum fakir miskin.Bukan pula keterlaluan serta tidak memperhatikan kebutuhan diri sendiri dan keluarga.

 

Karena itulah dalam ayat 67 surat al-Furqan juga disebutkan yang artinya,"Dan orang-orangyang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Bentuk, jenis dan rasa beraneka macam buah, serta tumbuh-tumbuhan yang tumbuh diatas tanah dengan disirami air yang sama, menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah Swt.

2. Air, tanah, cahaya dan oksigen merupakan dasar tumbuhnya tanaman-tanaman tersebut dengan kekuasaan Allah.Sebenarnya seluruh hasil-hasil tanaman tersebut ditentukan oleh Allah Swt.Karena itu berinfaklah dijalan Tuhan dan janganlah kita pelit, karena jika tidak berarti sebagai tanda ketidaktahuan terhadap kebenaran.

 

Ayat ke 142

 

Artinya:

Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(6: 142)

 

Ayat ini menekankan satu poin bahwa segala suatu adalah ciptaan Allah Swt, baik itu pepohonan maupun rumput-rumputan yang tumbuh diatas tanah tanpa nyawa, ataupun binatang-bintang kecil dan besar yang kalian bisa memanfaatkannya. Semua itu adalah makhluk Allah yang tentunya untuk memanfaatkannya harus dengan ijin Allah Swt. Sedang berhala-behala atau yang lainnya tidak memiliki peranan apapun,karena itu mereka tidak berhak untuk mendapatkan bagian. Allah menciptakan hewan-hewan seperti kuda, onta dan lain sebagainya bisa kalian ajari dan jinak, sehingga dapat membawakan barang-barang kalian.Sedang binatang-binatang kecil seperti kambing dan lainnya sebagainya dapat kalian kuasai, sehingga kalian bisa menyembelihnya dan memanfaatkan daging dan kulitnya.

 

Namun, ayat ini juga melarang segala bentuk penggunaan yang berlebih-lebihan terhadap binatang-binatang tersebutdanmengatakan,janganlah kalian seperti orang-orang Musyrik, yang telah membiarkan binatang-binatang tersebut setelah disembelih dan tidak memanfaatkannya, bahkan mengharamkan daging binatang itu. Janganjugakalian seperti orang-orang yang tidak mengikuti undang-undang Tuhan, yakni tidak memperhatikan halal dan haram, bahkan menetapkan halal memakan binatang-binatang yang telah diharamkan oleh Allah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Memakan bangkai dewasa ini sudah umum dilakukan oleh sebagian kelompok dan aliran agama dan hal ini bukanlah pesan agama Islam.

2. Kita harus teliti terhadap makanan yang akan kita makan, salah satu tipu daya setan untuk menyesatkan Nabi Adam as melalui makanan.

 

Ayat ke 143-144

 

Artinya:

(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang domba, sepasang dari kambing. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar. (6: 143)

 

Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(6: 144)

 

Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa Allah Swt telah menekankan agar memanfaatkan daging dan kulit binatang-binatang yang halal. Bahkan Allah melarang segala bentuk penyelewengan terhadap binatang-binatang tersebut. Ayat-ayat ini menjelaskan secara terperinci mengenai nama binatang-binatang, serta keyakinan orang-orang Musyrik dan mengatakan, Allah Swt telah menetapkan pasangan delapan binatang-binatang untuk kalian,yaitu kambing, biri-biri, unta dan sapi yang masing-masing jantan dengan jenis betinanya secara keseluruhan menjadi delapan.

 

Padahal dalam ayat-ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa kaum Musyrikin dalam berbagai kondisi telah mengharamkan binatang jantandanbetinanya.Bahkan kadang-kadang janin yang masih berada dalam perut induknya telah mereka haramkan, padahal Allah Swt telah memesankan bahwa semua itu halal dan dapat dimanfaatkan. Lanjutan ayat ini menyatakan,segala bentuk penyelewengan dan bidah ini adalah suatu kezaliman besar terhadap kebenaran agama Allah yang menyebabkan tersesatnya masyarakat berdasarkan kejahilan dan ketidaktahuan mereka. Sedang mereka harus mempertanggung jawabkan segala tradisi salah yang telah mereka lakukan ini.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dasar segala jenis makanan yang dikonsumsi adalah halal selama Allah tidak menjelaskan haramnya makanan tersebut.

2. Paraulama Islam dituntut untuk memberantas berbagai penyelewengan dan menjelaskan dengan gamblang kebenaran agama.

3. Berbagai keyakinan dan akidah harus berdasarkan ilmu pengetahuan.

Ayat ke 137

 

Artinya:

Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.(6: 137)

 

Sebelumnya telah disinggung mengenai salah satu keyakinan khurafat orang-orang Musyrik dalam menentukan bagian dari hasil-hasil pertanian dan peternakan mereka untuk berhala-berhala. Ayat ini juga menyinggung satu lagi dari keyakinan khurafat mereka dan mengatakan, mereka tidak saja memberikan sebagian dari harta mereka untuk berhala-berhala mereka, bahkan dalam acara-acara tertentu, mereka mengorbankan anak-anak mereka untuk berhala-berhala sesembahan mereka dan meyakininya sebagai ibadah. Al-Quranal-Karim mengatakan, "Kecintaan mereka kepada patung-patung tersebut sedemikian rupa sehingga membuat mereka memandang perbuatan keji itu sebagai perbuatan mulia dan mereka merasa bangga dengannya.Mereka menganggap patung-patung itu bisa menyukseskan pekerjaan dan perbuatan yang jelek ini menurut mereka adalah kebaikan, bahkan hal tersebut merupakan suatu yang membanggakan."

 

Lanjutan dari ayat ini menyatakan, tradisi dan adat istiadat yang salah ini telah berakibat sedikit demi sedikit, upacara Nabi Ibrahim yang lurus ini diselewengkan dan diubah menjadi ibadah yang mereka bikin-bikin. Perbuatan ini dapat menyebabkan hancurnya generasi mereka. Al-Quran berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, mereka menyandarkan perbuatan jeleknya kepada Tuhan, serta tidak siap menerima seruan kebenaran anda. Oleh sebab itu, jangan anda bersusah-susah lebih dari ini dan biarkanlah mereka. Karena Allah sendiri tidak menghendaki orang-orang semacam mereka. Meskipun jika Allah menghendaki Dia bisa memaksa mereka untuk menuju kepada kebenaran, namun bagi Allah hal ini tidaklah perlu untuk mencegah berbagai sikap jelek mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Yang lebih jelek adalah menjustifikasi dan menganggap indah dalam melakukan perbuatan dosa, bahkan ia merupakan unsur jatuh dan hancurnya manusia, sedang jalan bagi manusia untuk menerima kebenaran telah ditutup.

2. Nabi dan para penyampai risalah samawi bertanggung jawab dalam menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan, meski tidak berhak memaksa masyarakat untuk menerima ajaran tersebut. Karena mereka tidak boleh menyandarkan pekerjaannya kepada masyarakat, sehingga mereka tidak berduli terhadap pekerjaan mereka dan bahkan tidak berharap sama sekali.

 

Ayat ke 138

 

Artinya:

Dan mereka mengatakan: "Inilah hewan ternak dan tanaman yang dilarang; tidak boleh memakannya, kecuali orang yang kami kehendaki", menurut anggapan mereka, dan ada binatang ternak yang diharamkan menungganginya dan ada binatang ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah waktu menyembelihnya, semata-mata membuat-buat kedustaan terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap apa yang selalu mereka ada-adakan.(6: 138)

 

Sebelumnyatelah disinggung mengenai penentuan dari sebagian hasil peternakan dan pertanian yang diperuntukkan kepada patung-patung. Ayat ini juga menyinggung secara terperinci akidah dan keyakinan orang-orang Musyrik yang melenceng. Ayat ini mengatakan, sejak dari awalnya mereka telah memisahkan bagian dari sektor peternakan untuk Tuhan patung-patung mereka, serta tidak membolehkan segala bentuk penggunaan dari bagian tersebut untuk diri mereka atau yang lainnya.

 

Mereka mengharamkan meminum susu atau memakan daging binatang-binatang tersebut, tapi dibolehkan bagi orang-orang yang merawat patung-patung tersebut. Menunggangi binatang-bnatang yang menjadi bagian dari milik patung-patung juga hukumnya haram, bahkan terhadap binatang yang disembelih tanpa menyebutkan nama Tuhan, juga nama tuhan patung-patung mereka harus disebut diwaktu menyembelih binatang.

 

Al-Quranal-Karim mengatakan,terhadap semua pemikiran dan sepak tejang yang jahat dan jelek ini, lebih jelek lagi adalah mentradisikan penyimpangan dan penyelewengan dengan mengatas namakan agama, kemudian hukum-hukum ini disandarkan kepada Tuhan. Sementara Allah Swt akan memberikan balasan siksa terhadap segala bentuk perbuatan dan penyandaran tersebut.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pemberantasan terhadap segala bentuk penyelewengan dan penyimpangan, khususnya terhadap perbuatan yang mengatas namakan agama merupakan salah satu dari tujuan utama diutusnya para nabi as.

2. Tidak hanya menghalalkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah, bahkan mengharamkan hal-hal yang telah dihalalkan oleh Tuhan merupakan sejenis bidah dan mengada-ada terhadap Allah Swt.

 

Ayat ke 139-140

 

Artinya:

Dan mereka mengatakan: "Apa yang ada dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk pria kami dan diharamkan atas wanita kami," dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka pria dan wanita sama-sama boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap ketetapan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(6: 139)

 

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezeki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (6: 140)

 

Ayat-ayat ini juga menyinggung satu lagi dari hukum-hukum yang melenceng dan menyimpang yang sebenarnya merupakan tindakan rasialis pada periode-periode Jahiliyah. Dua ayat ini mengatakan, mereka tidak saja memiliki berbagai keyakinan yang menyimpangkan mengenai binatang ternak yang telah mereka nazarkan untuk patung-patung, tetapi bahkan terhadap janin yang masih berada di dalam perut binatang-binatang tersebut. Mereka mengatakan bahwa janin tersebut yang masih hidup hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki mereka, sedang bila telah mati dibagi untuk kaum laki-laki dan perempuan mereka. Padahal binatang yang sudah menjadi bangkai di dunia tidak bisa dimanfaatkan sama sekali. Dagingnya biasanya sudah rusak, busuk dan mendatangkan bahaya dan penyakit.

 

Di akhir ayat ini juga disinggung dan dibahas sekali lagi mengenai masalah menanam anak-anak perempuan. Dikatakan bahwa sungguh mereka itu tersesat dan bodoh. Pekerjaan yang mereka lakukan merupakan pekerjaan yang sangat jelek yaitu membunuh dan menanam hidup-hidup anak-anak perempuan mereka. Padahal anak merupakan nikmat dan karunia Allah yang harus disyukuri, tetapi mereka mengabaikan dan tidak melakukannya dengan baik, sebagaimana yang disebutkan dalam ajaran-ajaran agama samawi. Nabi Muhammad Saw justru diutus pada lingkungan dan masyarakat yang memiliki pemikiran semacam ini. Karena itu dengan mengerahkan tenaga dan kemampuan beliau Saw untuk dapat menyiapkan lahan yang kondusif untuk mengembangkan engertian dan pemikiran mereka.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Segala bentuk diskriminasi terhadap anak perempuan atas anak lelaki yang merupakan anugerah dan nikmat Allah Swt merupakan perkara jahiliah dan hal itu tertolak.

2. Kita harus bisa menjaga dan waspada agar jangan terjerumus kedalam perbuatan bidah dan berbagai penyelewengan dengan menyandarkannyakepada agama.Karena itu bila tanpa ilmu pengetahuan dan hikmah Allah, maka hal itu tidak akan bisa berjalan dengan baik dan akan mendapatkan siksaan Allah.

3. Kerugian yang sebenarnya adalah kebodohan dan ketidaktahuan dengan melakukan suatu perbuatan yang tidak rasionil, bukan karena kehilangan harta dan kekayaan.