Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anam Ayat 145-149

Rate this item
(1 Vote)

Ayat ke 145

 

Artinya:

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (6: 145)

 

Sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang Musyrik, dalam rangka menyelewengkan agama Nabi Ibarahim as, mereka memasuki tanah suci, lalu mengharamkan perkara yang telah dihalalkan oleh Allah. Setelah itu mereka menyebut keyakinannya yang menyimpang tadi kepada Allah Swt. Pada ayat ini Nabi Muhammad Saw diperintahkan untuk menjelaskan satu persatu makanan yang diharamkan, sehingga yang benar itu menjadi gamblang dan terang. Sementara yang batil itu akan menjadi terhina dan ditinggalkan orang.

 

Hal-hal yang diharamkan melalui ayat ini merupakan sesuatu yang kotor, bahkan dosa. Daging binatang yang sudah menjadi bangkai, daging babi dan darah berbagai binatang merupakan hal-hal yang kotor dan tidak sehat.Karena hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya kesehatan seorang manusia. Selain itu,sumber segala kekotoran menjadi sumber segala penyakit, sedang Allah Swt menginginkan manusia mengkonsumsi makanan yang bersih dan menyenangkan hati. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 57 yang artinya,"Makanlah apa-apa yang baik dari rizki yang Ku-peruntukkan kepada kalian."

 

Selain terhadap hal-hal yang kotor dan menjijikkan, mengkonsumsi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt adalah haram, meskipun seekor kambing yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Ketika seekor kambing disembelih tanpa menyebut nama Allah,maka mengkonsumsi daging kambing tersebut adalah tidak boleh (haram). Karena itulah manusia hendaknya mengkonsumsi daging binatang-binatang yang disembelih dengan menyebut nama Allah dan dijalan Allah pula. Akhir ayat ini menyinggung sebuah aturan umum yaitu, segala sesuatu yang diharamkan memakannyahanya boleh dimakan dalam kondisi darurat, dengan catatan hanya memanfaatkan secukupnya. Jadi, memakan makanan haram dalam kondisi darurat hanya diperbolehkan hingga batas tidak berlebih-lebihan, dan kondisi itu tidak dilakukan oleh manusia itu sendiri.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hal-hal yang telah diharamkan dalam Islam, tidak semua bisa mengakibatkan bahaya dan penyakit bagi kesehatan. Tetapi terkadang mengakibatkan penyakit secara maknawi atau akhlak.

2. Islam tidak mengenal jalan buntu. Yakni, sewaktu seseorang dalam kondisi darurat, dan demi menjaga keselamatan jiwa, maka seseorang dibolehkan mengkonsumsi binatang bangkai atau lainnya yang diharamkan.

 

Ayat ke 146-147

 

Artinya:

Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.(6: 146)

 

Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah: "Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas; dan siksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa". (6: 147)

 

Allah Swt dalam dua ayat ini juga menjelaskan hal-hal yang diharamkan pada syariat Yahudi, sehingga dengan demikian jelaslah sudah penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang Musyrik. Karena perbuatan tersebut tidak sejalan dengan ajaran Islam, bahkan tidak juga sejalan dengan ajaran Yahudi dan Kristen. Selain itu terkadang ada hal-hal yang diharamkan ada dalam syariat Yahudi, tetapi tidak terdapat dalam ajaran Islam. Yaitu pengharaman yang mendatangkan siksaan, bukan pada awalnya. Apabila orang-orang Yahudi tidak patuh terhadap perintah dan larangan, maka itupun juga tidak haram bagi mereka. Sebagaimana pada ayat 160 surat an-Nisa juga telah ditekankan poin ini.

 

Berdasarkan siksaan Allah ini, seluruh binatang yang memiliki kuku samadansecara umum binatang piaraan dan burung-burung telah diharamkan bagi orang-orang Yahudi.Oleh karena itu,mengkonsumsi daging unta bagi mereka haram sedang daging kambing dan sapi hanya lemaknya yang diharamkan. Selain lemak-lemak yang melekat pada tulang, sumsum yang mengandung lemakjuga haram hukumnya. Sebagian dari pengharaman ini pada zaman Nabi Isa as telah dihalalkan bagi orang-orang Kristen.

 

Ayat berikutnya berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, apabila orang-orang Musyrik atau Yahudi mengatakan engkau berbohong, maka katakanlah kepada mereka, "Sekalipun Allah Swt telah memberikan anugerah rahmat kepada hamba-hamba­-Nya, tetapi rahmat inilah yang menjadikan siksaan terhadap orang-orang yang berbuat jahat itu tidak ditunda. Dan Allah tidak secepatnya mendatangkan siksaan bagi kalian, tetapi memberikan batas waktu. Karena mungkin kalian telah menyadari dan kembali kejalan Allah dengan bertaubat."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita harus senantiasa mewaspadai terhadap setiap pekerjaan kita, dimana salah satu dari azab dan siksaan Allah di dunia ialah kita dijauhkan dari sebagian nikmat Allah.

2. Dalam menghadapi para penentang kita harus senantiasa mengingat rahmat Allah Swt, disamping kita juga harus mewaspadai ancaman dan siksaan Allah Swt.

 

Ayat ke 148-149

 

Artinya:

Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun". Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.(6: 148)

 

Katakanlah: "Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya". (6: 149)

 

Ayat-ayat ini memberitakan kepada Nabi Muhammad Saw agar secepatnya beliau menjelaskan dengan terperinci berbagai keyakinan orang-orang Musyrik yang menyimpang. Setelah itu ayat-ayat ini mengetengahkan masalah Jabar dan mengatakan, Allah Swt yang Maha Mengetahui, sedang kami berbuat berdasarkan keyakinan-keyakinan ini, namun apabila Allah menghendaki terhadap kita Dia bisa menghentikan langkah dan perbuatan kita. Selain itu bila Allah juga menghendaki, Dia tidak saja bisa menjadikan kita musyrik dan begitu juga nenek-nenek moyang kita. Bahkan kita tidak akan menjauhkan sesuatu dan ini semua justru menunjukkan kehendak Tuhan. Demikianlah seharusnya kita dan begitu pula kita harus berbuat.

 

Al-Quran dalam menjawab alasan yang dicari-cari itu dengan mengatakan, Allah Swt mengutus para nabi as dan menyampaikan syariat yang ternyata tidak sinkron dengan pelbagai keyakinan menyimpang manusia. Tapi demikianlah Allah Swt yang Maha Pengasih. Dia tetap tidak memaksa manusia untuk menerima kebenaran. Allah memberikan kebebasan kepada manusia memilih setiap jalan yang diinginkan.

 

Karena Allah Swt telah memberikan kebebasan kepada kalian, tetapi dengan diutusnya para nabi as kalian akan dibimbing, bahkan hujjah Allah telah disempurnakan terhadap kalian. Semua ini diberikan agar kelak pada Hari Kiamat kalian tidak lagi mempunyai alasan dengan mengatakan aku tidak mengetahui dan tidak memahami atau seruan kebenaran belum sampai pada kami! Al-Quran dalam lanjutan pernyataannya kepada orang-orang Musyrik mengatakan, ini bukan semata-mata pernyataan mereka, tetapi sepanjang sejarah begitulah para penentang telah mengetengahkan alasan-alasan yang dibikin-bikin itu. Tapi sebenarnya pernyataan tersebut tidak berdasarkan ilmu dan pengetahuan, namun muncul dari persangkaan yang tidak pada tempatnya. Dengan demikian tidak berarti sama sekali sehingga seseorang mengatakan, "Bila Allah menghendaki, pastilah aku tidak akan berbuat semacam ini."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt memang mengharapkan manusia beriman, namun dengan cara ikhtiar dan bukan dengan paksaan.Karena itulah para nabi as tidak berhak untuk melakukan pemaksaan.

2. Sejelek-jelek orang yang melakukan dosa, mengerti perbuatan itu dosa, namun yang paling jelek lagi dari semuanya ialah menyandarkan dosa itu kepada Allah.(

Read 3904 times