کمالوندی

کمالوندی

 

Juru bicara Hamas di Baitul Maqdis, Mohammad Hamadeh menyerukan supaya orang-orang Palestina memasuki Masjid Al-Aqsa dalam jumlah besar demi mempertahankannya dari serbuan pemukim Zionis selama hari libur Yahudi.

Mohammad Hamadeh dalam konferensi pers pada hari Minggu (5/9/2021) mengatakan serbuan pemukim Zionis terhadap Masjid Al-Aqsa sepenuhnya direncanakan dan dilakukan dengan dukungan dari polisi dan tentara Israel.

Hamadeh meminta rakyat Palestina untuk mengubah hari-hari libur Yahudi menjadi hari-hari kemarahan jika terjadi serbuan Zionis terhadap Masjid Al-Aqsa.

"Perlawanan rakyat Palestina tidak akan membiarkan rezim agresor Zionis secara terbuka melanggar batas Al Quds dan Masjid Al-Aqsa, serta siap untuk menghadapi agresi ini demi membela Palestina," tegasnya.

Masjid Al-Aqsa sebagai simbol utama identitas Islam-Palestina selalu menjadi sasaran aksi destruktif rezim Zionis.

 

Pemerintah Irak sepakat untuk menerima maksimal 40 ribu peziarah, termasuk 30.000 peziarah dari Iran yang akan mengikuti peringatan duka Arbain Huseini

Komite Tinggi Kesehatan Irak dalam pertemuan yang dihadiri Perdana Menteri Irak, Mustafa Al- Kadhimi hari Minggu (5/9/2021) mengatakan, "Dengan kedatangan 30.000 peziarah dari Republik Islam Iran dan total 10.000 peziarah dari negara-negara lain untuk berpartispasi dalam peringatan duka Arbain Huseini hanya melalui bandara internasional,".

"Syarat lain penerimaan ini adalah hasil negatif PCR yang dilakukan 72 jam sebelum masuk Irak," tegasnya.

Tanggal 20 Safar 1443 H yang bertepatan dengan 27 September 2021, diperingati sebagai kesyahidan keempat puluh Imam Husein, Imam ketiga Syi'ah bersama para sahabat setianya di gurun Karbala. 

Setiap tahun jutaan peziarah dari seluruh dunia memasuki kota Karbala untuk menghadiri peringatan duka Arbain Imam Husein.

Menurut sumber resmi Irak, jutaan peziarah mengambil bagian dalam peringatan duka Arbain setiap tahun, tetapi tahun lalu, acara ini dibatasi karena penyebaran virus Corona.

 

Juru bicara Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas Fawzi Barhoum menggambarkan pelarian enam tahanan Palestina dari penjara rezim Zionis Israel meskipun adanya berbagai hambatan keamanan sebagai tindakan heroik.

"Kemenangan ini merupakan tantangan nyata bagi lembaga keamanan Zionis, yang menganggap dirinya tak terkalahkan," kata Barhoum dikutip dari Palestine al-Yawm,  Senin (6/9/2021).

Dia menambahkan, pelarian enam tahanan Palestina membuktikan bahwa musuh Zionis, yang memiliki berbagai fasilitas lengkap, tidak akan pernah menang dan perjuangan rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan akan terus berlanjut, bahkan di dalam penjara.

Sebelumnya, Hamas, Gerakan Jihad Islam Palestina dan Mujahidin Palestina dalam pernyataan terpisah menyebut pelarian para tahanan Palestina dari penjara Israel sebagai kemenangan besar.

Gerakan-gerakan perlawanan Palestina menyatakan bahwa pelarian para tahanan ini adalah tindakan heroik yang mengguncang sistem keamanan rezim Zionis.

Enam tahanan Palestina berhasil melarikan diri dari penjara Israel, Galbo'a (Gilboa) di utara Palestina pendudukan, melalui sebuah terowongan, pada Senin pagi.

Lolosnya para tahanan Palestina ini membuat khawatir para pemimpin rezim Zionis dan mengejutkan kalangan pejabat Tel Aviv. 

 

Perdana Menteri rezim Zionis Israel Naftali Bennett menggambarkan kaburnya enam tahanan Palestina dari penjara paling aman Israel sebagai "berbahaya."

Televisi al-Arabi pada hari Senin (6/9/2021) melaporkan bahwa Naftali Bennett mengungkapkan keprihatinan atas pelarian enam tahanan Palestina dari penjara Gilboa yang dianggap sebagai salah satu penjara paling aman di dalam Israel.

Dia menyerukan mobilisasi semua lembaga keamanan Israel untuk menangani masalah tersebut.

Militer Israel mengumumkan keadaan siaga di seluruh Palestina pendudukan. Mereka mengerahkan sejumlah besar pasukan cadangan, helikopter dan pesawat pengintai untuk melakukan operasi pencarian enam tahanan Palestina.

Pasukan Israel juga meminta pemukim Zionis untuk membantu mereka mencari enam tahanan Palestina di pemukiman dekat penjara Gilboa.

Seorang pejabat senior polisi Zionis menggambarkan pelarian tahanan Palestina dari Gilboa sebagai salah satu insiden keamanan Israel yang paling berbahaya.

Enam tahanan Palestina berhasil melarikan diri dari penjara Israel, Gilboa di utara Palestina pendudukan, melalui sebuah terowongan yang digali, pada Senin pagi.

Pelarian tawanan Palestina ini mengejutkan kalangan pejabat Zionis dan mendapat reaksi luas dari kelompok-kelompok Palestina. 

 

Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi dan panglima angkatan bersenjata negara ini telah memerintahkan operasi pencegahan terhadap serangan teroris setelah teror baru-baru ini di provinsi Kirkuk oleh kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS).

Dikutip dari al-Sumaria News, Senin (6/9/2021), kantor PM Irak dan panglima angkatan bersenjata negara ini mengumumkan bahwa pada pertemuan luar biasa Dewan Keamanan Nasional, al-Kadhimi menekankan perlunya penyusunan mekanisme baru untuk mencegah terulangnya insiden keamanan, pengaktifan dinas intelijen dan penciptaan mekanisme koordinasi yang efektif di antara berbagai lembaga keamanan.

PM Irak juga memerintahkan pembentukan Komite Sentral untuk menyelidiki pelanggaran keamanan dan mencegah terulangnya insiden tersebut, serta operasi pencegahan untuk mencegah pembentukan sindikat rahasia teroris.

Provinsi Kirkuk di Irak utara menjadi sasaran serangan teroris Takfiri yang menarget pasukan polisi federal negara ini pada hari Sabtu. Serangan ini merenggut nyawa 12 orang.

Pasukan Irak dan al-Hashd al-Shaabi telah berhasil menghancurkan kelompok teroris Daesh pada November 2017, namun sisa-sisa kelompok teroris Takfiri ini masih melakukan serangan di beberapa bagian Irak dan di perbatasan negara ini.

Pasukan keamanan dan al-Hashd al-Shaabi melakukan operasi pencarian dan pembersihan mingguan di provinsi Kirkuk, Salah al-Din, Diyala, al-Anbar dan Mosul. 

 

Aparat keamanan rezim Zionis Israel menangkap seorang warga Palestina berusia 18 tahun di dekat Haram Ibrahim di kota Hebron, Tepi Barat baru-baru ini.

Menurut laporan Sama News, polisi Israel pada hari Senin (6/9/2021) mengklaim bahwa pemuda Palestina yang ditangkap bermaksud memasuki Haram Ibrahim dengan pisau dan akan melakukan operasi penargetan terhadap aparat keamanan.

Polisi Zionis juga menangkap dua anak Palestina di dekat pintu masuk kamp Jalazone pada Senin pagi dan memasukkan mereka ke penjara.

Sehari sebelumnya, tiga pemuda Palestina juga ditahan oleh pasukan keamanan Israel di dekat kamp Jalazone dan dua lainnya sedang dikejar.

Pusat Studi Tahanan Palestina dalam laporan bulanannya menyebutkan bahwa 310 warga Palestina ditahan oleh pasukan pendudukan pada bulan Agustus 2021. Jumlah tersebut meliputi 33 anak-anak dan sembilan wanita.

Menurut laporan tersebut, sejak awal tahun 2021, jumlah anak Palestina yang ditangkap oleh polisi Zionis telah meningkat menjadi 1000, termasuk penangkapan pada bulan Agustus.

Sekitar 4.400 warga Palestina saat ini ditahan di penjara Israel. Sekitar 600 orang dari jumlah tersebut menghadapi hukuman berat dan 425 berada di bawah penahanan sementara. 

 

Presiden Republik Islam Iran Sabtu (4/9/2021) malam di wawancaranya dengan televisi nasional terkait berbagai isu termasuk ekonomi, menyinggung tekad pemerintah ke-13 untuk mempercepat vaksinasi Corona.

Sayid Ebrahim Raisi di wawancara televisi ini juga menekankan prinsip bahwa keamanan tetangga termasuk keamanan Iran dan mengisyaratkan transformasi Afghanistan. Ia mengatakan, solusi Afghanistan adalah membentuk pemerintahan dengan suara rakyat dan kedaulatan tekad rakyat di negara ini.

Terkait JCPOA, presiden Iran seraya menekanan represi terhadap Tehran tidak akan pernah dibiarkan tanpa jawaban dan Barat berulang kali telah mengalaminya, menjelaskan, negosiasi yang disertai tekanan dan ancaman tidak dapat diterima.

Presiden Iran seraya menjelaskan poin bahwa negosiasi sebuah instrumen diplomatik mengingatkan, “Namun Barat dan AS mengejar perundingan yang dibarengi tekanan, sementara agenda negosiasi pemerintah Iran adalah menjaga kepentingan bangsa Iran dan mencabut total sanksi, serta Iran tidak akan mundur selangkah pun dari agenda ini.”

Negosiasi JCPOA (dok)
JCPOA sebuah kesepakatan multilateral dan disahkan oleh Dewan Keamanan PBB. Oleh karena itu, statemen presiden Iran terkait kesepakatan nuklir ini jelas dan berdasarkan logika internasional.

Lembaga pemikir Amerika, Dewan Atlantik (Atlantic Council) di laporannya setelah pengumuman Biden sebagai pemenang pemilu AS mengaku optimis diplimasi sejati dan interaksi –bukan harapan supaya Iran menyerah sepenuhnya- menjadi kebijakan yang dipilih Gedung Putih terhadap Iran setelah 20 Januari 2021.

Namun demikian Amerika masih tetap melanggar resolusi 2231 dan JCPOA serta melanjutkan kebijakan di pemerintah sebelumnya, Donald Trump.

Yanis Voras, profesor dan pengamat hukum internasional mengatakan, “Amerika bergerak di luar keputusan internasional dan kredibilitas internasional negara ini yang mengklaim sebagai penyeru demokrasi di dunia mengalami kerusakan yang tidak dapat dikompensasi.”

Voras lebih lanjut mengatakan, “Sanksi Barat terhadap berbagai negara khususnya Iran juga melanggar hukum perdagangan bebas dunia dan juga melanggar etika, serta harus secepatnya seluruh sanksi ini dan sanksi terhadap negara lain diakhiri sehingga perdagangan tidak dimanfaatkan sebagai alat bagi penyebaran pengaruh dan kekuatan politik oleh pihak-pihak yang tamak.”

Di sisi lain, Amerika Serikat masih tetap melanggar resolusi 2231 Dewan Keamanan dan juga melanjutkan kebijakan di era Mantan presiden Donald Trump.

JCPOA dalam koridor resolusi 2231 Dewan Keamanan menentukan komitmen dua pihak yang harus dijalankan; Namun Donald Trump yang sejak awal kampanye pemilu presiden menyebut JCPOA sebuah kesepakatan buruk, pada 8 Mei 2018 secara resmi menginstruksikan Amerika keluar dari kesepakatan multilateral ini.

Di sisi lain, kebijakan Eropa saat itu juga dikritik dan mendapat sorotan tajam. Karena Eropa meski menentang unilateralisme Amerika dan pelanggaran sepihak JCPOA oleh Washington, berjanji menjalankan komitmennya dan menjamin kepentingan Iran di JCPOA. Tapi setelah satu tahun Iran bersabar, mereka ternyata tidak menunaikan komitmennya, bahkan mengiringi Amerika Serikat. Sementara mereka menyadari bahwa sanksi yang ada ilegal.

Seperti yang dijelaskan Rahbar, Ayatullah Khamenei, “Iran akan kembali ke komitmen JCPOAnya, saat Amerika mencabut seluruh sanksi secara praktis, bukan sekedar di atas kertas atau ucapan. Dan pencabutan sanksi ini akan diverifikasi oleh Iran.”

 

Ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Afghanistan memuji sikap Tehran dalam membela rakyat Afghanistan yang mengedepankan masalah kemanusiaan.

Abdullah Abdullah dalam percakapan telepon dengan menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian hari Minggu (5/9/2021) saat menjelaskan situasi kemanusiaan di Afghanistan, menyerukan pengiriman bantuan kemanusiaan Iran ke Afghanistan.

Kedua belah pihak membahas perlunya memerangi fenomena terorisme yang mengancam kawasan, serta pembentukan pemerintahan yang inklusif dengan partisipasi semua kelompok etnis dan partai.

Kedua belah pihak juga menekankan bahwa rakyat Afghanistanlah yang pada akhirnya harus memutuskan masa depan negara mereka.

 

Wakil Koordinator Militer Iran Laksamana Habibollah Sayyari mengatakan, insan pers adalah tentara yang berada di garis terdepan dalam perang lunak.

"Insan pers adalah pasukan yang berada di garis terdepan dalam perang lunak," kata Sayyari pada hari Senin (6/9/2021) seperti dilansir IRNA.

Dia menegaskan bahwa media telah merefleksikan kekuatan pencegah Republik Islam Iran kepada pihak-pihak asing.

Hal itu disampaikan Sayyari dalam pertemuan khusus para pejabat Budaya dan Hubungan Masyarakat Markas Besar Militer Iran dengan insan media itu.

"Apa yang kita miliki adalah berkah para syuhada dan nilai-nilai Revolusi Islam, dan dengan melestarikan nilai-nilai ini, maka integritas teritorial dan kekuatan Iran akan terjaga," kata Sayyari.

Wakil Koordinator Militer Iran menuturkan, dunia saat ini adalah ledakan informasi dan teknologi, dan media di negara mana pun adalah komponen kekuatan negara.

"Hari ini, dalam hal perang lunak, dominasi dan penguasaan terhadap pikiran dipertaruhkan, dan komponen pertama dalam dominasi ini adalah media," pungkasnya. 

 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken dan Menteri Pertahanan negara ini, Lloyd Austin Ahad (5/9/2021) sore di kunjungan terpisahnya bertolak ke Teluk Persia untuk bertemu dan berunding dengan pemimpin negara-negara sekutu dan mitranya di kawasan ini.

Kedua pejabat Amerika ini dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin negara kawasan Teluk Persia membahas kemunculan ancaman baru dari Afghanistan.

Keluarnya militer Amerika secara memalukan dari Afghanistan yang menurut klaim Presiden Joe Biden ditujukan untuk melepas negaranya dari keterlibatan di perang yang tak ada akhirnya, menurut perspektif global dan bahkan sekutu Washington sama halnya dengan simbol anjloknya posisi Amerika sebagai kekuatan berpengaruh di dunia.

Kini sekutu Amerika di kawasan termasuk di Teluk Persia mulai meragukan komitmen Washington terhadap janji keamanannya terhadap mitranya.

Oleh karena itu, sepertinya tujuan utama kunjungan menlu dan menhan Amerika ke wilayah ini untuk memberi jaminan kembali kepada sekutu Washington terkait masalah ini bahwa keputusan Biden untuk mengakhiri kehadiran dua dekade militer negara ini di Afghanistan dan lebih fokus pada tantangan keamanan Cina dan Rusia, bukan berarti meninggalkan sekutu dan mitranya di Asia Barat.

Namun begitu diharapkan kedua petinggi Amerika ini, khususnya menlu akan membicarakan isu penerimaan pencari suaka Afghanistan dengan negara-negara seperi Arab Saudi dan juga meminta peran lebih besar Qatar menindaklanjuti krisis Afghanistan.

Amerika Serikat beberapa dekade bercokol di Teluk Persia dengan alasan menjaga keamana sekutunya dan dalam hal ini, pusat komando Armada Kelima AL AS berada di Bahrain.

Biden meski menyebut Cina sebagai prioritas keamanan Amerika, dan mengklaim tengah terlibat konfrontasi dengan tantangan strategis dari Rusia, tapi terkait sampai saat ini belum berbicara mengenai rencana mengakhiri kehadiran pasukan negaranya di kawasan Teluk Persia. Oleh karena itu, sepertinya setelah berakhirnya kehadiran pasukan Amerika di Irak dalam waktu dekat dan juga sejumlah pengurangan di bidang peralatan logistik dan pasukan negara ini di kawasan, Washington masih akan mempertahankan kehadiran pasukannya di Teluk Persia.

Lloyd Austin sebelum bertolak ke Teluk Persia mengatakan bahwa fokus pada ancaman terorisme berarti langkah maksimum terhadap segala bentuk ancaman terhadap rakyat Amerika dari setiap wilayah, bahkan jika Amerika fokus pada tantangan strategis oleh Cina.

Sikap ini sama halnya dengan keinginan Pentagon untuk melanjutkan kehadiran armada lautnya di Teluk Persia serta berlanjutnya aktivitas pangkalan di kawasan ini termasuk pangkalan Amerika di Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab (UEA).

Meski demikian kehadiran militer tidak mampu menjamin keamanan mitra Washington khususnya Arab Saudi dari ancaman rudal dan drone Yaman.

Meski ada jaminan dari petinggi Washington terkait berlanjutnya komitmen Amerika atas janji keamanannya terhadap mitra dan sekutu regionalnya di Asia Barat khususnya di Teluk Persia, namun faktanya adalah kredibilitas Amerika terpukul setelah skandal penarikan pasukan negara ini dari Afghanistan.

Hal ini menimbulkan pukulan telak bagi Amerika di dunia dan memicu keraguan sekutunya akan posisi negara ini. Laman The Hill terkait hal ini menulis, "Jatuhnya Afghanistan akibat keluarnya pasukan Amerika sebuah tragedi yang dapat menimbulkan dampak pahit bagi kredibilitas Washington di tingkat global, khususnya dalam menghadapi Rusia dan Cina. Dengan keluarnya pasukan AS secara memalukan,atau lebih tepatnya, larinya Amerika dari Afghanistan serta pengakuan Biden akan gagalnya tujuan yang diinginkan AS, gambaran negara ini sebagai sebuah kekuatan dunia yang kredibel yang mampu dipercaya untuk memenuhi janjinya, sepenuhnya rusak."

Henry Kissinger, tokoh politik Amerika mengatakan, "Tidak ada langkah strategis yang dapat diakses di dalam waktu dekat, semisalnya dengan membentuk komitmen resmi baru di kawasan lain dapat mengkompensasi kekalahan ini. Kelalaian Amerika di antara sekutunya telah memicu pesimisme, membuat musuh senang dan pada pengamat menjadi kebingungan."