کمالوندی
Turki Bangun Pangkalan Militer di Qatar
Salah satu situs berita Perancis mengabarkan keputusan Turki untuk membangun pangkalan militer di wilayah Qatar.
Situs berita Intelligence Online (10/1) menulis, dalam lawatan Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki ke Doha, ibukota Qatar awal September 2015, dilakukan negosiasi terkait pembangunan pangkalan militer Turki di Qatar.
Saat itu, kabarnya Qatar menyetujui keinginan Turki untuk membangun pangkalan militer di negaranya.
Menurut situs berita itu, kesepakatan resmi Qatar dan Turki ditandatangani setelah melalui perundingan panjang. Kesepakatan dicapai di tengah kondisi bahwa Qatar hingga kini memberikan dukungan dana besar kepada militer Turki.
Intelligence Online menambahkan, Arab Saudi awalnya menentang pendirian pangkalan militer Turki di Qatar, dan Uni Emirat Arab mengaku cemas dengan kehadiran militer Turki di negara-negara Arab.
Jika pangkalan militer Turki jadi dibangun di Qatar, maka ini adalah untuk pertama kalinya, Ankara membangun pangkalan militer di sebuah negara Arab.
Yedioth Ahronoth: Israel Simbol Kejahatan Dunia
Sumber-sumber rezim Zionis Israel mengakui, sejumlah banyak lembaga akademik di seluruh penjuru dunia terutama di Barat, menganggap Israel sebagai simbol kejahatan regional dan internasional.
Koran Israel, Yedioth Ahronoth menulis, di tengah krisis yang melanda dunia saat ini termasuk perang di Suriah, pengungsi di Eropa, bahkan serangan teror Paris, masyarakat dunia tetap percaya bahwa Israel adalah sumber utama kejahatan.
Yedioth Ahronoth mengakui bahwa masyarakat dunia menganggap Israel sebagai rezim Apartheid yang terlibat dalam banyak kejahatan anti-kemanusiaan terhadap rakyat Palestina.
Koran Israel itu menambahkan, langkah gerakan internasional boikot Israel, BDS (The Anti-Israel Boycott, Divestment and Sanctions) telah memicu kekhawatiran Israel.
BDS melakukan kampanye besar-besaran di seluruh penjuru dunia untuk memboikot Israel di bidang ekonomi, akademik, budaya dan kesenian.
Yedioth Ahronoth juga mengabarkan diselenggarakannya konferensi internasional boikot Israel, Maret mendatang yang akan dihadiri oleh tokoh ekonomi, politik, pemimpin partai, kehakiman, pendidikan dan budaya dari dalam serta luar wilayah pendudukan Palestina.
Sementara itu, koran Amerika Serikat, Washington Post memprotes keras undang-undang baru Israel dan menyebutnya sebagai bahaya serius.
UU itu dapat menggoyang posisi Israel di arena internasional dan dapat meningkatkan sanksi serta hukuman terhadapnya.
Rouhani: Sanksi Anti-Iran tidak Berhasil
Presiden Iran mengatakan, peresmian tahap 15 dan 16 Pars Selatan membuktikan bahwa sanksi anti-Iran tidak berhasil.
IRIB News (11/1) melaporkan, Hassan Rouhani, Presiden Iran, Senin (11/1) menghadiri acara peresmian dan pengoperasian tahap ke-15 dan 16 Pars Selatan di Provinsi Boushehr, Selatan Iran.
Pada kesempatan itu Rouhani menuturkan, pemerintah, di tengah konspirasi dan masalah-masalah yang dihadapinya, tetap teguh memegang komitmen.
Ia menambahkan, pemerintah periode ke-11 Iran dengan dukungan rakyat dan bimbingan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Rahbar, berhasil melewati jalan yang sangat terjal dan pasca realisasi Rencana Aksi Komprehensif Bersama, JCPOA, keagungan kerja besar ini, akan tampak bagi rakyat.
Presiden Iran menyebut tahun depan (menurut kalender Iran, 1395 HS) adalah tahun melewati sanksi dan tahun pertumbuhan ekonomi.
Ia berharap mulai hari ini, kabar-kabar menggembirakan sudah mulai didengar oleh seluruh masyarakat Iran.
Terkait ekonomi perlawanan yang dicanangkan Rahbar, Rouhani menegaskan, Iran akan berdiri di atas kaki sendiri dan di atas potensi para pemudanya.
Rasulullah Saw Menikah dengan Khadijah
Tanggal 10 Rabiul Awal 28 tahun sebelum Hijrah, Muhammad Saw menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang bangsawan kaya di kota Mekah.
Khadijah dikenal sebagai perempuan yang suci dan beriman sehingga dijuluki dengan nama Thahirah atau suci. Setelah Muhammad Saw diangkat Allah sebagai Rasul-Nya, Khadijah-lah perempuan pertama yang beriman kepada Islam. Setelah itu, seluruh beliau menyumbangkan seluruh hartanya demi penyebaran Islam.
Kesetiaan dan pengabdian Khadijah kepada Rasulullah sedemikian besarnya sehingga bertahun-tahun setelah Khadijah meninggal, Rasulullah masih terus mengenangnya dan menyebut-nyebut kebaikannya.
Abdul Mutthalib Wafat
Tanggal 10 Rabiul Awal 45 tahun sebelum Hijrah, Abdul Muthalib, kakek Rasulullah Saw , meninggal dunia di Mekah.
Beliau adalah pembesar kaum Quraisy pada masa sebelum lahirnya Islam. Abdul Muthalib adalah pengurus Ka'bah dan pemberi air serta makanan kepada para peziarah Ka'bah.
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang amat dihormati dan karena itulah keluarga Abdul Muthalib memiliki posisi yang tinggi tengah masyarakatnya. Anak Abdul Muthalib di antaranya adalah Abdullah, ayah Rasulullah Saw dan Abu Thalib, paman Rasulullah.
Aku Adalah Orang yang Bodoh
Muawiyah, penguasa zalim, senantiasa melakukan propaganda besar-besaran anti keluarga Rasulullah Saw untuk mendapatkan simpati dan posisi. Dan kebetulan usahanya ini berhasil. Karena ia memiliki banyak uang sekaligus kekerasan dan masyarakat yang bodoh mengikutinya.
Salah satu di antara orang-orang yang bodoh ini adalah penduduk Syam. Suatu hari di tengah jalan ia melihat Imam Hasan as. Dengan tanpa pendahuluan ia bersikap kurang ajar kepada Imam Hasan as. Dengan tanpa segan-segan lelaki tersebut mencela Imam Hasan sekaligus menjelek-jelekkan ayah beliau [Imam Ali as].
Imam Hasan yang terkenal dengan kesabarannya, diam di hadapan lelaki bodoh ini. Lelaki inipun mengatakan apa saja yang diinginkannya.
Kemudian Imam Hasan berkata, “Hai lelaki! Pasti engkau punya masalah sehingga kau tidak bisa bertahan lagi dan begitu besar masalahmu sehingga engkau kehilangan kendalimu. Demi Allah, aku bisa membantumu. Bila engkau menginginkan sesuatu, aku akan memberikannya padamu. Bila engkau punya hutang, maka aku akan membayarnya. Bila engkau punya masalah, maka aku akan menyelesaikannya...”
Lelaki warga Syam ini sejenak keheranan dan tidak percaya. Ia memandang Imam Hasan. kemudian dengan suara gemetar karena malu berkata, “Wahai putra Rasulullah! Demi Allah, Anda adalah khalifah Allah yang sebenarnya di muka bumi!”
Pada saat itu kesumpekannya pecah, sambil menangis ia berkata, “Aku adalah orang yang bodoh dan dungu yang tertipu oleh propaganda Muawiyah dan kroni-kroninya. Sehingga aku menghina hamba Allah yang suci dan pemaaf seperti itu.”
Lelaki itu tidak bisa menahan tangisannya dan berkata, “Demi Allah, beberapa detik yang lalu Anda dan ayah Anda adalah orang yang paling hina dalam pandangan saya. Namun sekarang saya tidak mengenal orang yang lebih tercinta dari Anda.”
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Hasan as.
Katakanlah Padaku, Apa yang Harus Kulakukan?
Seorang lelaki datang menemui Rasulullah Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah! Saya hari ini telah berbuat dosa, saya telah bersikap bodoh dan saya telah membatalkan puasaku. Sekarang saya menyesali perbuatanku dan saya bertaubat. Tapi saya sekarang datang kepada Anda. Silahkan katakan padaku, apa yang harus saya lakukan untuk menebus dosa ini?
Rasulullah Saw bersabda, “Semoga Allah merahmatimu. Allah mencintai orang-orang yang bertaubat. Sekarang engkau bisa membeli seorang tawanan atau budak dan bebaskannlah di jalan Allah sebagai kaffarah [tebusan] dari dosa ini!”
Lelaki tersebut berkata, “Kondisi keuanganku krisis dan saya tidak bisa membeli seorang budak.”
Rasulullah bersabda, “Kalau begitu berpuasalah selama enam puluh hari berturut-turut!”
Lelaki tersebut berkata, “Saya tidak bisa berpuasa sebanyak ini.”
Rasulullah Saw bersabda, “Berilah makan kepada enam puluh orang miskin!”
Lelaki tersebut berkata, “Saya juga tidak punya kemampuan untuk melaksanakan hal ini.”
Rasulullah Saw diam sejenak. Seketika itu datang seorang lelaki menemui Rasulullah Saw dan memberikan sekeranjang kurma kepada beliau. Rasulullah Saw memberikan kurma itu kepada lelaki tersebut seraya bersabda, “Kalau begitu, bawalah kurma ini dan bagi-bagikan kepada orang-orang miskin!”
Lelaki tersebut berkata, “Wahai Rasulullah! Demi Allah, di kota ini tidak ada orang yang lebih miskin dariku.”
Rasulullah Saw tertawa dan bersabda, “Baiklah. Bawalah kurma ini ke rumahmu dan bagikan kepada istri dan anak-anakmu!”
Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Nabi Muhammad Saw.
Makna Iman
Seorang lelaki menemui Imam Ali as dan meminta agar menjelaskan makna imam secara detil kepadanya. Imam Ali as berkata, “Besok datanglah ke masjid dan aku akan menjawab pertanyaanmu di tengah-tengah masyarakat. Karena bila engkau melupakan penjelasanku, maka yang lainnya bisa mengingatkanmu.”
Keesokan harinya, setelah mengerjakan shalat, Imam Ali as berkata, “Wahai orang-orang, ketahuilah bahwa iman tegak di atas empat fondasi:
1. Sabar
2. Yakin
3. Keadilan
4. Jihad
Sabar punya empat syarat:
1. keinginan
2. Takut
3. Ketakwaan
4. Menanti
Yakin memiliki empat syarat:
1. Pandangan hidup dan kewaspadaan
2. Sampai pada hikmah
3. Menerima nasihat dari hikmah-hikmah
4. Memperhatikan cara orang-orang terdahulu
Keadilan sendiri juga memiliki empat syarat:
1. Teliti dalam memahami masalah
2. Berpikir tentang ilmu dan pengetahuan
3. Menghukumi dengan benar
4. Kekokohan dan keteguhan
Dan terakhir, jihad memiliki empat syarat:
1. Amar makruf (menyuruh yang makruf)
2. Nahi mungkar (melarang yang mungkar)
3. Bersikap satria di medan perang
4. Menyimpan dendam pada musuh (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as
Zahra yakni Bercahaya
Seorang lelaki datang menemui Imam Baqir as dan bertanya, “Mengapa nenek Anda, Sayidah Fathimah as diberi gelar “Zahra”?
Beliau menjawab, “Karena Allah menciptakannya dari cahaya keagungan-Nya dimana langit dan bumi menjadi terang karenanya; sehingga para malaikat langit merasakan pengaruh cahaya tersebut dan bersujud seraya berkata, “Ya Allah, cahaya apakah ini?
Allah berfirman, “Sebuah cahaya yang aku ciptakan dari cahaya-Ku sendiri dan Aku menetapkan sebuah rumah di langit untuknya. Dia adalah anak sebaik-baik nabi-Ku dan Aku akan mengeluarkan dari cahaya ini para imam dan pemimpin agama, supaya mengarahkan masyarakat ke arah kebenaran. Mereka adalah para penerus nabi-Ku.”
Jawaban Imam dan Muawiyah yang Malu
Beberapa lama syahadahnya Imam Ali as telah berlalu. Muawiyah waktu itu menguasai pemerintahan Islam dan mengangkat Marwan sebagai gubernur Madinah. Suatu hari Muawiyah menulis surat untuk Marwan. Dalam surat itu memerintahkan Marwan yang tertulis, “...Hai Marwan! Lamarlah Putri Abdullah bin Ja’far [keponakan Imam Ali as] untuk putraku [Yazid] dan katakan kepada ayahnya, seberapapun dia meminta mahar, aku akan terima. Seberapapun dia mempunyai hutang, aku akan membayarnya. Selain itu, ikatan perkawinan ini akan menjadi perdamaian antara Bani Umayyah [keluarga Muawiyah] dan Bani Hasyim [keluarga Rasulullah Saw].
Setelah membaca surat tersebut, Marwan pergi menemui Abdullah dan melamar putrinya. Abdullah menjawab, “Untuk urusan wanita-wanita kami ada di tangan Hasan bin Ali. Kita harus menemuinya.”
Marwan pergi menemui Imam Hasan as dan menjelaskan perkaranya. Imam Hasan as berkata, “Ikatan perkawinan ini berhubungan dengan dua kabilah Bani Umayah dan Bani Hasyim. Oleh karena itu, kumpulkan dua kabilah ini di masjid sehingga aku sampaikan pendapatku di tengah-tengah mereka.
Para pembesar kabilah berkumpul di masjid. Imam meminta Marwan untuk menjelaskan keinginan Muawiyah. Marwan berdiri dan berkata, “Wahai warga Madinah! Wahai para pembesar Bani Hasyim dan Bani Umayah! Amirul Mukminin Muawiyah memerintahkan saya melamar Zainab, putri Abdullah bin Ja’far untu Yazid bin Muawiyah...perkawinan dua orang ini akan memiliki kebaikan dan keberkahan. Karena;
1. Maharnya, seberapun besarnya kami akan menerima.
2. Kami akan membayar hutang-hutang ayahnya.
3. Ikatan perkawinan ini akan menyebabkan perdamaian dan persabatan dua kabilah Bani Umayah dan Bani Hasyim.
4. Yazid putra Muawiyah akan menjadi menantu yang tidak ada duanya bagi Bani Hasyim dan perkawinan dua orang ini, sebelum menjadi kebanggaan bagi Yazid, telah menjadi kebanggaan juga bagi kalian. Yazid adalah orang yang karena keberkahan wujudnya, hujan turun dari kumpulan awan dan ...”
Kemudian diam dan duduk di sebuah sudut. Sekarang giliran Imam Hasan as berbicara. Beliau berdiri. Setelah mengucapkan pujian kepada Allah Yang Maha Pengasih, beliau berkata, “Marwan melamar putri Abdullah untuk Yazid. Namun sebagai jawabannya, saya katakan:
1. Terkait mahar, pendapat kami adalah pendapat dan Sunnah Rasulullah Saw dan mahar yang kami inginkan tidak akan berupa mahar yang telah menjadi tradisi sebelum zaman Rasulullah Saw.
2. Apakah selama ini merupakan sebuah tradisi bahwa wanita-wanita kami harus membayar hutang-hutang ayahnya?
3. Terkait perdamaian dua kabilah; permusuhan kami dan kalian karena Allah dan di jalan-Nya. Dengan demikian, kami tidak akan berdamai dengan kalian karena dunia.
4. Bila kedudukan khilafah lebih tinggi dari nubuwah [kenabian], maka kami harus bangga pada Yazid. Tapi bila posisi nubuwah lebih tinggi dari posisi khilafah, maka ia harus bangga pada wujud kami. Karena kami adalah bagian dari keluarga nubuwah.
Hai Marwan! Ketahuilah bahwa karena wujudnya keluarga Rasulullah Saw awan turun sebagai hujan ke bumi, bukan karena Yazid...namun tidak masalah bila engkau ketahui bahwa kami telah memutuskan untuk menikahkan Zainad dengan putra pamannya Qasim bin Muhammad dan saya menetapkan tanah ladang pertanian yang saya miliki di Madinah sebagai maharnya. Dan tanah inilah yang akan menjamin kehidupan mereka dan tidak memerlukan pemberian orang lain!”
Marwan yang benar-benar merasa malu berkata, “Wahai Bani Hasyim! Beginikah kalian menjawabku? Layakkah sikap kalian yang demikian ini pada gubernur Madinah dan kalian menjawab satu-satu setiap dari ucapannya?”
Imam Hasan as berkata, “Iya. Setiap dari ucapan Anda memerlukan jawaban yang tepat.”
Marwan yang benar-benar telah putus asa menulis surat untuk menjawab surat Muawiyah dan menjelaskan semua kejadian untuknya. Ketika Muawiyah membaca surat Marwan, berkata, “Kami telah melamar mereka, mereka menolak. Tapi bila mereka melamar kami, maka kami akan menerima!”



























