کمالوندی

کمالوندی

Senin, 14 Desember 2015 17:21

Gencatan Senjata Yaman Mulai Diberlakukan

Menjelang dimulainya perundingan untuk menyelesaikan krisis Yaman, di Jenewa, Petugas Kantor Presiden terguling Yaman, mengabarkan diberlakukannya gencatan senjata di negara itu.

Sumber-sumber media Arab (14/12) melaporkan, Mukhtar Al Rahbi, Kepala Kantor Abd Rabbuh Mansour Hadi, Presiden terguling Yaman menilai perundingan penyelesaian krisis negara itu beada dalam kerangka resolusi PBB.

Ia mengatakan, "Gencatan senjata di Yaman mulai diberlakukan Senin (14/12)."

Terkait hal ini, Mohammed Abdul Salam, Juru Bicara Ansarullah dalam perundingan Jenewa mengumumkan, "Berdasarkan apa yang sudah disepakati, gencatan senjata di Yaman mulai diberlakukan Senin (14/12)."

Perwakilan Ansarullah dan Mansour Hadi, besok, Selasa (15/12) akan melakukan perundingan di bawah pengawasan PBB di Jenewa, Swiss.

Ismail Ould Cheikh Ahmed, Utusan PBB untuk Yaman menyebut gencatan senjata, pemulihan kondisi kemanusiaan dan perpolitikan negara itu, merupakan tujuan dari perundingan tersebut.

Sebelumnya, dua kali langkah PBB mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan oleh sikap Arab Saudi dan pemerintahan terguling Yaman yang tidak mematuhi gencatan senjata.

Pemimpin Gerakan Sadr, Irak mengajak masyarakat menggelar demonstrasi mendukung Pemimpin Syiah Nigeria.

Al Sumaria News (14/12) melaporkan, Moqtada Sadr, Pemimpin Gerakan Sadr, Irak mengajak masyarakat negara itu berdemonstrasi mendukung Syeikh Ibrahim Zakzaky, Pemimpin Syiah Nigeria, Jumat mendatang.

Moqtada Sadr mengatakan, "Petinggi pemerintah Nigeria harus segera mengungkapkan sebab penangkapan Syeikh Ibrahim Zakzaky kepada masyarakat dunia."

Ia menuntut pembebasan segera Pemimpin Syiah Nigeria oleh pemerintah negara itu.

Pasukan Nigeria, Ahad dini hari menyerang rumah Syeikh Zakzaky dan menewaskan puluhan orang yang ada di sana termasuk istri dan anak Pemimpin Syiah Nigeria itu.

Sabtu, 12 Desember 2015 22:22

Surga; Tempat Yang Dijanjikan Buat Kalian

Orang-orang musyrik Mekah mengganggu dan menyiksa kaum muslimin pada puncaknya. Tidak ada hari bagi seorang muslim tanpa gangguan dan penyiksaan dari orang-orang musyrik. Harta, istri dan anaknya juga dihancurkan.

Hati Rasulullah yang penuh kasih sayang merasa tersiksa dengan semua kesakitan dan penderitaan ini dan merasa sedih atas kesedihan orang-orang yang baru masuk Islam. Namun tidak ada jalan lain selain harus bertahan dan tetap tegar dan berkewajiban untuk merasa senasib dengan mereka dan memberikan semangat kepada mereka dan berkata, “Bersabarlah dan Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Ammar dan orangtuanya; Yasir dan Sumayyah telah kehabisan tenaganya di bawah siksaan orang-orang Musyrik. Rasulullah benar-benar sedih menyaksikan kondisi mereka yang sangat buruk. Namun untuk memberikan semangat kepada mereka, beliau berkata, “Wahai orang-orang Mukmin yang bertakwa! Bersabarlah menghadapi segala kesulitan. Ketahuilah bahwa tempat yang dijanjikan buat kalian adalah surga dan di sana tidak ada penderitaan dan kesulitan sama sekali.”

Khabbab bin Arats salah seorang sahabat Rasulullah Saw berkata, “Saya menemui Rasulullah Saw dalam keadaan beliau menyelimuti dirinya dengan jubah dan duduk berteduh di bawah bayangan kabah. Kepada beliau saya berkata, “Ya Rasulullah! Apakah belum waktunya Anda memohon kepada Allah untuk memberikan jalan kemudahan dan membebaskan kami dari kejahatan orang-orang Musyrik?”

Beliau bangkit dan dalam keadaan wajahnya memerah, berkata, “Engkau belum sampai pada derajat para penyembah Allah dan orang-orang Mukmin terdahulu. Badan mereka dilukai sedemikian rupa dengan batang-batang besi sehingga sampai pada tulang mereka. Anggota badan mereka dipotong dengan gergaji dan lain-lain...dan mereka tidak keluar dari agama dan keyakinannya.

Rasulullah Saw bersumpah, “Allah pasti akan menjadikan agamaku menang.”

 

Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Nabi Muhammad Saw.

Sabtu, 12 Desember 2015 22:21

Karateristik Masyarakat Menurut Imam Ali as

Kumail bin Ziyad  salah seorang sahabat setia Imam Ali as dan pencinta beliau. Sekali waktu Ketika Kumail menemui Imam Ali as,  kepadanya Imam berkata, “Wahai Kumail! Pelajarilah apa yang aku katakan dan simpanlah di hatimu!”

Kumail berkata, “Apa itu?”

Imam Ali as berkata, “Wahai Kumail! Masyarakat ada tiga macam:

1. Orang-orang pandai yang baik perilakunya.

2. Para pencari ilmu yang berusaha menyelamatkan dirinya dari kebodohan.

3. Lalat-lalat kecil yang lemah yang tidak memiliki kemauan sama sekali dan akan terbawa oleh hembusan angin yang paling pelan sekalipun. Kelompok ini tidak mendapatkan cahaya ilmu sama sekali dan tidak berlindung pada tempat perlindungan yang kokoh.

Wahai Kumail! Ilmu lebih baik dari kekayaan. Karena ilmu akan menjagamu, sementara kekayaan, kamulah yang akan menjaganya. Harta dan kekayaan akan berkurang karena infak, namun ilmu akan bertambah karena infak (dengan mengajarkannya pada orang lain).

 

 Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as

Sabtu, 12 Desember 2015 22:20

Hari Syahadah Imam Ridha as

Tanggal 30 Shafar 203 Hijriah, Imam Ali bin Musa as atau lebih dikenal dengan Ridha merupakan keturunan dari Rasulullah Saw gugur syahid. Imam Ridha lahir pada tahun 148 Hijriah di kota Madinah.  Beliau menjadi imam setelah ayahnya Imam Musa Kazhim as gugur syahid. Beliau dipanggil Ridha karena sikap rela dan gembira menerima apa yang dikaruniakan kepadanya.

Makmun, Khalifah Bani Abbas pada tahun 200 Hijriah memerintahkan Imam Ridha as untuk pergi ke Marv, yang terletak di tenggara Turkmenistan sekarang yang dulunya merupakan bagian dari Khorasan besar. Meskipun pada lahirnya Makmun melantik Imam Ridha menjadi penggantinya, tetapi sebenarnya dia berniat untuk memperkokohkan pemerintahannya sendiri. Dalam kondisi ini, Imam terpaksa menerimanya.

Kedudukan tinggi ilmu dan spiritual Imam Ridha dan pengaruhnya yang semakin berkembang dalam opini umum secara berangsur-angsur menyebabkan Makmun menjadi takut. Akhirnya Makmun meracuni Imam Reza.

Antara kata-kata hikmah yang dapat dipetik dari kata-kata beliau, "Hamba Allah terbaik adalah mereka yang merasa senang setiap kali berbuat baik dan segera meminta ampunan setiap kali berbuat salah. Mereka akan menyukuri setiap nikmat yang dianugerahkan kepadanya dan saat dililit masalah mereka tetap bersabar dan tidak murka."

Sabtu, 12 Desember 2015 22:19

Rasulullah Saw Wafat

Tanggal 28 Shafar tahun 11 Hijriah, Rasulullah Muhammad Saw berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun.

Nabi besar umat Islam ini dilahirkan 52 tahun sebelum dimulainya tahun Hijriah, di kota Mekah. Sejak kecil, Muhammad Saw telah kehilangan ayah dan ibunya sehingga diasuh oleh kakek beliau Abdul Muthalib, lalu oleh paman beliau, Abu Thalib. Sejak muda, Muhammad Saw telah dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya sehingga dikenal dengan julukan al-Amin.

Pada usia ke-40, Muhammad Saw ditunjuk Allah untuk menjadi utusannya dalam menyampaikan risalah tauhid, keadilan, dan kasih sayang kepada umat manusia. Setelah 23 tahun menyampaikan risalah Islam dan berhasil mendirikan pemerintahan Islam di Madinah, akhirnya Rasulullah wafat dan meninggalkan sebuah ajaran agung yang kini tersebar ke berbagai penjuru dunia.

Sabtu, 12 Desember 2015 22:17

Imam Hasan Gugur Syahid

Tanggal 28 Shafar tahun 50 Hijriah, Imam Hasan as, cucu Rasulullah Saw gugur syahid. Imam Hasan adalah putra dari Fathimah as, putri Rasulullah dan Imam Ali as. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 3 Hijriah. Sejak lahir hingga usia tujuh tahun, Imam Hasan as dibimbing langsung oleh kakek beliau, Rasulullah Saw untuk memahami makrifat Islam.

Pada usia 37 tahun, ayah beliau, yaitu Imam Ali as gugur syahid dan Imam Hasan pun meneruskan tampuk kepemimpinan kaum muslimin yang semula diemban oleh Imam Ali. Dalam masa kepemimpinannya, Imam Hasan as berusaha membentuk pasukan muslim yang tangguh untuk melawan pasukan Muawiyah yang sebelumnya juga telah melakukan perlawanan bersenjata terhadap Imam Ali as.

Namun, berbagai provokasi dan taktik licik yang dilakukan Muawiyah membuat semangat pasukan muslim itu kendor, bahkan sebagiannya bergabung dengan pasukan Muawiyah. Karena itu, Imam Hasan mengambil langkah diplomasi, demi terjaganya keutuhan kaum Muslimin yang saat itu tengah mendapat ancaman yang lebih besar dari kaum Kafir. Imam Hasan pun kemudian mengadakan perjanjian damai dengan Muawiyah, namun isi perjanjian itu dilanggar oleh Muawiyah dan bahkan akhirnya, Imam Hasan diracuni olehnya sehingga gugur syahid pada tahun 50 hijriah.

Sabtu, 12 Desember 2015 22:15

Dari Mana Makanan Berbau Harum Ini?

Hari itu adalah hari tersulit dalam kehidupan keluarga Imam Ali as. Setelah menahan lapar beberapa hari, wajah anggota keluarga tampak pucat. Sayidah Fathimah as berencana meminta bantuan kepada Allah, untuk itu beliau mengambil wudhu kemudian melakukan shalat dua rakaat dan mengangkat kedua tangannya bermunajat seraya berdoa, “Ya Allah! Ini adalah Nabi-Mu Muhammad dan ini adalah Ali, putra paman Nabi-Mu. Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang! Kirimkanlah makanan dari langit untuk mereka. Sebagaimana Engkau telah mengirimkan makanan untuk Bani Israil dan mereka tidak bersyukur setelah memakannya. Namun bila Engkau mengirim untuk kami, kami akan mensyukurinya...”

Tiba-tiba datang sebuah bejana yang berisi makanan surga yang keharumannya memenuhi seluruh rumah.

Imam Ali as bertanya, “Dari mana datangnya makanan berbau harum ini?”

Sayidah Fathimah as menjawab, “Datang dari sisi Allah.”

Rasulullah Saw bersabda, “Segala puji dan syukur kepada Allah yang telah mengaruniai aku seorang putri seperti Maryam dimana setiap kali Nabi Zakaria hadir di mihrab tempat ibadahnya, selalu melihat makanan-makanan berbau harum di sisinya. Dia mengatakan, “Dari manakah makanan-makanan ini?” dan Maryam pun menjawab, “Dari surga dan dari sisi Allah.”

 

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Sayidah Fathimah Zahra as

Sabtu, 12 Desember 2015 22:14

Pernikahan Imam Ali dan Sayidah Fathimah as

Sebaik-baik gadis di alam dan sebaik-baik pemuda di alam telah menikah, padahal maharnya adalah “Mahrussunnah” dan jahiziyehnya juga sangat sederhana dan simpel. (13/12/81) Kehidupan Amirul Mukminin dan Sayidah Fathimah az-Zahra adalah contohnya. Amirul Mukminin adalah sebaik-baik pemuda di alam dan menikah di usia muda. Beliau menikah dengan sebaik-baik gadis di semua periode sejarah yaitu Sayidah Fathimah az-Zahra. (18/6/82) Sebaik-baik gadis demi sehelai rambutnya dan sebaik-baik pemuda demi sehelai rambut Amriul Mukminin as. Ketahui juga bahwa Amirul Mukminin adalah sebaik-baik pemuda yang bukan hanya dari sisi spiritual saja. Pemuda ini adalah pahlawan besar di medan-medan perang. Gadis ini, Sayidah Fathimah as juga putrinya sosok nomer satu di dunia Islam pada masa itu. Putri sosok pertama dunia Islam dan sebaik-baik pemuda pada masa itu mahar dan jahiziyehnya seperti ini. (13/12/81)

Jangan beranggapan bahwa pada masa itu tidak ada yang namanya kemewahan, formalitas dan mahar yang berat dan masyarakat tidak mengenal hal-hal seperti ini. Pada masa itu ketika para kepala suku dan bangsawan Arab ingin menikahkan putrinya, mereka menyiapkan pernak-pernik dan jahiziyeh. Misalnya sebagian orang menetapkan mahar putrinya berupa emas yang banyak, seratus onta dan seribu dinar dan atau sepuluh ribu dinar. (28/6/81) Mahar yang berat adalah milik masa jahiliyah. Rasulullah Saw telah menghapusnya. (28/2/74) Rasulullah Saw, juga Amirul Mukminin –yakni kedua keluarga perempuan dan lelaki – termasuk keluarga bangsawan Quraisy. Yakni sebagai keluarga yang paling mulia di kalangan keluarga-keluarga Quraisy. Namun bukan orang yang cinta dunia dan berbangga-banggaan dan suka mengumpulkan uang. Tapi parameter kekeluargaan mereka menurut pandangan masyarakat zaman itu berada pada derajat yang paling tinggi. Sang pemuda, Amirul Mukminin as memiliki beragam kebanggaan besar di masa itu dan sang gadis, Sayidah Fathimah az-Zahra as termasuk sebaik-baiknya gadis di dunia Islam masa itu dan putrinya sosok nomer satu kota Madinah. Mereka juga mengenal hal-hal tersebut, namun karena mereka menghinakan dunia dan tidak menghargai lahiriah kehidupan. Mereka tidak memasukkan hal-hal tersebut pada sesuatu yang demikian lembut dan spiritual yakni pernikahan. Uang, emas, materi lebih remeh sehingga tidak perlu memasukkannya ke dalam masalah pernikahan. (28/6/81)

Apa maharnya Sayidah Fathimah? Apa jahiziyehnya Sayidah Fathimah? Bagaimana resepsi pernikahannya? (18/6/82) Jahiziyehnya adalah barang-barang murah yang tertulis dan tercatat dalam buku-buku; satu lembar tikar, satu lembar rajutan dari serat kurma, satu buah alas tidur, satu buah gilingan tangan, satu buah bejana air dan sebuah mangkok. (Bihar al-Anwar, buku sejarah Fathimah, Hasan dan Husein as/Abwab Tarikh Sayidah Nisa al-Alamin, bab Tazwijiha, hadis 5) (5/1/72) Bila kalian total dengan uang sekarang, kira-kira tidak lebih dari dua puluh ribu Toman. Inilah mahar Sayidah Fathimah as. Jahiziyeh dan perabot kehidupan yang disiapkan untuk beliau, bila dibandingkan dengan uang sekarang mungkin nilainya tidak mencapai harga sehelai baju yang dipakai oleh wanita kelas menengah. Inilah teladan. (17/9/72) Padahal, bukannya Rasulullah Saw tidak bisa, Rasulullah Saw bisa. Bila Rasulullah memberikan satu isyarat saja, maka banyak orang yang siap dan sukarela membawakan uang yang banyak, jahiziyeh yang banyak dan menyerahkannya kepada pasangan pengantin ini. Namun Rasulullah Saw tidak menginginkannya. Jahiziyeh yang sederhana, mahar... saya sampaikan... yang kecil dan sedikit, sikap-sikap mereka yang bergaya miskin, atas dasar kesengajaan. Ini tujuannya adalah supaya orang lain belajar. Kita tahu bahwa di dalam keluarga Rasulullah Saw, para gadis dan para pemuda dan pernikahannya tidak melebihi mahrussunnah. (3/6/75) Mereka tidak menjadikan dirinya sebagai tawanan lahiriyah dunia. Kita tidak bisa bersikap seperti mereka, namun mereka telah menunjukkan jalan untuk kita. Mereka telah mengajarkan garis pada kita. Mereka mengatakan, Mulailah kehidupan bersama seperti ini. (13/12/81) Orang-orang seperti kita, pikiran kita akan menjadi dingin bila kita ingin menyamakan kehidupan kita dengan kehidupan mereka. Saya tidak menuntut kalian dan juga tidak menuntut diri sendiri. Namun itu adalah puncak, sebisa mungkin kita mendekat padanya dan bergerak menuju puncak tersebut.

Jangan melihat orang-orang yang berada di atas puncak setan dan resepsi pernikahannya sedemikian rupa. Di Islam juga ada. Sekarang juga ada. Di dunia juga ada. Ketika Ma’mun Khalifah Abbasiyah menikah, di malam acara pengantin, kaleng-kaleng kecil yang terbuat dari emas ditaburkan di atas kepada istrinya. Ini selain perhiasan dan emas dan permen-permen yang diberikan. Ketika para tamu membuka kaleng-kaleng itu, mereka melihat di dalamnya tertulis, Tanah di tempat fulan untuk penemu kaleng ini. Sepetak ladang yang ada di tempat fulan adalah untuk penemu kaleng ini. Tanah-tanah ini mereka dapatkan dengan cara kekerasan dan kezaliman dan membagi-bagikannya seperti ini. Ketika harta didapatkan dari jalan haram, maka akan dihabiskan di jalan pemborosan seperti ini. Mereka benar-benar melakukan pemborosan sampai Ma’mun sendiri mengatakan, yang demikian ini adalah pemborosan. Sikap-sikap itulah yang menyebabkan Islam mengalami kekalahan selama beberapa abad dan hancur di bawah serangan berbagai macam kaum. (18/6/82)

Sumber: Khanevadeh; Be Sabke Sakht Yek Jalaseh Motavval Motavva Dar Mahzar-e Magham Moazzam Rahbari.

Terkait bagaimana cara dan mengelola urusan pernikahan, Islam juga memiliki ide. Ide ini berkaitan dengan pemilihan pasangan hidup. Masalah siapakah yang harus kita pilih sebagai pasangan hidup dalam pernikahan adalah masalah yang sangat penting. (13/12/81) Dalam memilih pasangan hidup, menurut Islam ada sejumlah parameter standar dan parameter ini berbeda dengan parameter masa jahiliyah. Parameter jahiliyah memperhatikan nama, jabatan, uang, sosok, kekayaan, pekerjaan dan sebagainya. (19/3/82) Mereka yang suka dunia mencari lahiriyahnya dunia. Untuk memilih pasangan hidup pertama melihat apa pendidikannya, bagaimana kekayaannya, bagaimana bentuk dan wajahnya? Meskipun hal-hal ini menarik secara alami dan manusia menyukainya. Namun tidak satupun darinya menyebabkan kebahagiaan. Yang menyebabkan seseorang bahagia dalam urusan pernikahan adalah menikah dengan orang yang memiliki kelayakan, kebaikan, agama dan kemuliaan. Semua inilah yang menjadikan kehidupan bersama senantiasa kontinyu.

Ada riwayat bahwa barang siapa yang menikah dengan seseorang karena kecantikan atau karena kekayaannya, mungkin saja Allah mengambil kecantikan dan kekayaan darinya. Jelas bahwa kekayaan bersandar pada angin. Sekali waktu kalian menyaksikan ada seseorang berada dalam puncak kekayaan dan sengsara karena hanya sebuah kejadian kecil. Salah seorang pemimpin negara terkenal dan kaya di kawasan Asia yang juga di sana banyak orang kaya. Di ruangan ini juga kepada saya dia berkata, dalam jangka semalam kami telah berubah menjadi pengemis. Memang benar-benar demikian. Tentunya menjadi pengemis model ini, ada kaitannya dengan politik bangsa-bangsa dan negara-negara yang ada, sebuah permainan uang dan ekonomi, tiba-tiba ribuan orang pengusaha dan ribuan orang kaya menurut pemimpin negara tersebut yaitu Mahatir Muhammad (Perdana Menteri Malaysia, antara tahun 1981 sampai 2003) jatuh sengsara. Dalam waktu semalam kekayaan ribuan orang lenyap.

Kecantikan juga demikian, baik pada lelaki maupun pada wanita. Kecantikan bukan keistimewaan abadi. Kecantikan bisa hilang karena satu kejadian, karena –jangan sampai terjadi- jatuhnya wajah ke dinding, karena melahirkan dengan susah, karena satu penyakit dan ribuan kejadian kecil dan besar, mungkin saja terjadi pada seseorang. Betapa banyak orang yang kita kenal yang dulunya benar-benar memiliki kecantikan, namun setelah usianya lewat beberapa tahun, berbalik total. Untuk itu, kecantikan bukan keistimewaan abadi. Terkadang seseorang terbiasa dengan kecantikan. Ketika sudah terbiasa, baginya tidak ada yang baru. Oleh karena itu, keistimewaan yang penting dalam urusan pernikahan adalah kemulian, akhlak, tata krama dan keagamaan. Itulah mengapa dikatakan, pilihlah! Carilah manusia yang suci dan mulia - baik pemuda yang mulia maupun gadis yang mulia – supaya Allah memberikan keberkahan. Lanjutan riwayat yang mencela pernikahan demi kecantikan dan kekayaan, demikian; Bila dalam urusan pernikahan kalian mencari agama dan ketakwaan, Allah juga akan memberi harta sekaligus kecantikan. Sekali waktu saya bertanya kepada diri saya sendiri, bagaimana Allah akan memberi kecantikan pada seseorang setelah terjadinya penciptaan dan berjalannya kehidupan? Mungkin saja memberi kekayaan pada orang yang tidak punya uang? Tapi bagaimana memberi kecantikan? Apakah Allah akan mencantikkan orang yang jelek? Berdasarkan apa, Rasulullah bersabda; Allah juga akan memberi kecantikan? Kemudian tiba-tiba saya tersadar bahwa kecantikan pada dasarnya akan mewujudkan kasih sayang. Bila telah diberi kasih sayang oleh Allah, maka wajah yang tidak cantik di mata seseorang akan menjadi cantik dan indah.

Agar bar dide-ye Majnun nashini

Beh ghairi az khubi-ye Laila nabini (Wahshi Bafghi)

[Majnun hanya melihat kebaikan Laila, baginya tidak ada bedanya, apakah Laila jelek atau cantik]

Dikatakan bahwa Laila orangnya jelek dan Majnun sangat tidak menyenangkan dan kotor juga kurus kering. Namun kasih sayang membuatnya cantik di mata satu sama lainnya. Keduanya sama-sama sangat mencintai. Alhasil, sebatas dongeng ini ada kenyataannya, maka akan abadi dalam sejarah. Maksudnya adalah ketika Allah Swt memberikan kasih sayang, maka selanjutnya akan datang kecantikan. (13/12/81) Karena kecantikan ada di mata kalian. Kecantikan ada di hati kalian. Kecantikan ada dalam pandangan kalian. Bila manusia mencintai seseorang, meskipun orang tersebut tidak cantik, maka ia melihatnya tampak cantik. Ketika tidak suka pada seseorang, meskipun orang tersebut cantik, maka baginya tidak cantik. Oleh karena itu, bila berdasarkan ketakwaan, berdasarkan kesucian hati, berdasarkan sifat yang menyenangkan, tangan suami dan istri saling berpegangan, ketika di antara keduanya muncul kasih sayang, saya sampaikan...bahwa dikatakan, (gar mahabbat dar miyon omad, takallof gu nabosh) (Ghani Kashmiri) bagi keduanya tidak ada lagi yang namanya tugas yang berat, semuanya menurut keduanya indah dan sesuai yang diinginkan. (13/10/77)

Islam mengatakan, kalian perhatikan dua hal; pertama, pasangan hidup kalian adalah unsur yang beragama dan menjaga kesucian dan kehormatannya, mulia dan ada sisi spiritualnya. Kedua, melamarnya berdasarkan kebutuhan. Cukup. Begitu seorang lelaki merasa bahwa ia harus menikah, carilah perempuan yang memiliki kesucian dan kehormatan serta mulia. Wanita juga harus menerima lelaki sebagai suaminya bila lelaki tersebut memiliki kesucian dan kehormatan serta kemuliaan. Cukup. Mencari kecantikan, mencari pekerjaan, mencari keturunan harus begini dan begitu, mencari kedudukan sosial, mencari uang. Dalam Islam hal-hal semacam ini tidak menjadi perhatian. Bahkan malah dilarang. Beginilah.

Oleh karena itu Rasulullah Saw menyuruh seorang lelaki yang jelek, berkulit hitam, tidak punya uang dan bukan keluarga bangsawan bernama Juwaibir (19/12/62) – yang dalam kejelekan dan kemiskinannya di seluruh madinah, jarang ada orang seperti dia – (12/12/62) untuk melamar salah seorang gadis cantik, bangsawan, kaya dari warga Madinah. Juwaibir juga tidak mengatakan, eh saya tidak pantas untuk pergi melamar gadis fulan misalnya, siapa memangnya saya? Saya jelek, tidak punya siapa-siapa dan apa-apa, saya tidak punya uang. Juwaibir tidak merasa demikian. Dia mengatakan, saya adalah seorang lelaki, sekaligus muslim. Lalu apa lagi yang harus diinginkan? Namun ayah gadis tersebut imannya sedikit goyah. Gadis tersebut termasuk gadis hizbullah, beragama seperti gadis-gadis saat ini, Alhamdulillah. Begitu dia tahu bahwa Rasulullah menyuruh lelaki tersebut untuk meminangnya, kepada ayahnya ia berkata, mengapa engkau tolak? Apa yang dimaukan sang gadis? Ia mengatakan, orang ini adalah seorang lelaki dan muslim, saya juga seorang wanita dan muslimah. Kami adalah sekufu. Muslim adalah sekufu dengan muslim. (19/12/62) “Al-mu’minu Kufwul Mu’minati Wal Muslimu Kufwul Muslimati” (Kafi, Kitab Nikah/ Bab Annal Mu’mina Kufwul Mu’minati/ hadis 1) Ini adalah tolok ukur menurut agama. (11/6/72) kalian perhatian? Demikianlah.

Lalu sebagian orang berkhayal bahwa putri-putrinya harus diberikan kepada orang yang selevel dengan diri mereka. Kami bertanya, Pak! Selevel itu apa? Menjawab, misalnya bila kami adalah orang kaya, punya modal sekian, maka orang tersebut juga harus kaya atau sedikit lebih kaya, iya, modalnya kurang lebih sebesar modal kita. Bila kita punya posisi sosial, iya, misalnya kurang lebih seginilah kita punya posisi sosial. Bila putra kami misalnya sarjana S1, calon istrinya juga meski bukan lulusan sarjana S1, paling tidak tamatan SMA. Mengapa? Apa perlunya? Apa masalahnya bila seorang wanita bergelar doktor, pandai dan berpendidikan menjadi istri seorang pemuda hizbullah yang hanya lulusan SD? Apa masalahnya? Mengapa tidak bisa hidup rukun? Mengapa tidak bisa hidup bersama? Apa yang membatasinya? Mengapa harus mencari seseorang...saya tidak tahu...seorang gadis yang bentuknya demikian, kecantikannya sedemikian, ayahnya harus demikian, mengapa? Apa perlunya? Islam tidak menerima hal-hal seperti ini. Islam menerima nilai-nilai spiritual.

Dikatakan, carilah kemuliaan dan kesucian. Kehidupan yang seperti inilah yang sebenarnya akan berjalan lebih menyenangkan. Ketahui juga hal ini! Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa bila seseorang mencari istri dan menikah dengannya karena harta dan kecantikannya. Dengan istri tersebut, bila Allah berkehendak, maka Dia akan memberikan harta dan kecantikan kepadanya. Bila Allah tidak menginginkan, maka tidak akan memberi harta dan kecantikan kepadanya, malah justru mengambilnya. Iya, begitulah. Itulah mengapa banyak orang memiliki harta kekayaan tapi hartanya hilang; punya kecantikan, kecantikan wanita juga sangat mudah untuk hilang. Karena satu penyakit, karena...saya tidak tahu...karena melahirkan beberapa kali, akan hilang. Tapi bila – lanjutan riwayat – memilih istri karena agamanya, Allah akan memberikan harta sekaligus kecantikan. Mungkin saja kalian bertanya, bagaimana? Memangnya kecantikan, misalnya seseorang jelek, lalu Allah mencantikkannya? Memangnya bisa? Jawabannya adalah tidak perlu ia harus cantik. Cukup hanya ada rasa kasih sayang di hati kalian padanya, kalian akan melihatnya dia tampak cantik. Kecantikan tidak hanya tampak di wajahnya saja, tapi lebih tampak di hati kalian, di mata kalian, di pandangan kalian yang penuh kasih sayang.

Tidak punya hartapun, Allah akan memberinya. Harta juga bukan bermakna harta yang banyak dan melimpah. Tidak perlu. Harta yakni kehidupannya berjalan, merasa nyaman. Menjalani hidup dengan qonaah, tidak merasa susah. Inilah. (19/12/62) Para pemuda ketika berbincang-bincang mengatakan, kalau kita menikah, selanjutnya apa yang harus kita lakukan? Untuk rumah? Untuk pekerjaan? Ini semua adalah pembatas-pembatas yang senantiasa menjadi penghalang pekerjaan-pekerjaan asli dan mendasar. [Allah] berfirman, “In Yakunu Fuqara’a Yughnihimullahu Min Fadhlihi” (QS. Nur:32) Yakni Allah akan mencukupi mereka. Menikahlah! Pernikahan tidak akan mewujudkan kesulitan khusus pada kondisi kehidupan mereka. Bahkan sebaliknya, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Ini adalah firman Allah. (28/6/79) Dengan demikian harus mencari nilai-nilai dan Islam menilai penting masalah ini. (19/12/62) Itulah mengapa Imam Shadiq as kepada seseorang berkata, Engkau ingin menikah... ketahuilah bahwa engkau mau mencari seorang partner serumah dan seumur hidup. Engkau akan bersamanya seumur hidup. Lihatlah siapakah yang mau engkau pilih? Lihatlah akhlaknya, agamanya, kesuciannya...lalu melangkahlah! Kalian harus memilih istri, yang disebutkan dalam riwayat, salah seorang yang paling sukses di antara para lelaki adalah seorang lelaki yang diberi istri oleh Allah dimana saat ia memandangnya, sang istri membuatnya senang dan gembira. Ketika ia tidak ada, sang istri menjaga amanatnya. Amanat itu adalah hartanya, rahasianya dan harga diri dan kehormatannya. (12/12/62) Alhamdulillah kalian telah melewati tahapan ini dan telah memilih pasangan hidup. Sekarang kalian harus komitmen dengan pilihan ini. Hargailah ikatan ini dan jagalah rumah tangga ini. (19/3/82)

Sumber: Khanevadeh; Be Sabke Sakht Yek Jalaseh Motavval Motavva Dar Mahzar-e Magham Moazzam Rahbari.