کمالوندی
Zarif: Iran Tidak Ijinkan Pihak Asing Inspeksi Fasilitas Militernya
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menyatakan bahwa tim perunding nuklir Iran berkomitmen menjaga garis-garis merah Republik Islam pada semua tingkat perundingan termasuk instalasi nuklir Fordo.
Hal itu dikemukakan Zarif, Jumat (22/5) dalam wawancara dengan kantor berita parlemen Republik Islam Iran. Menyinggung ketamakan baru Amerika Serikat dalam perundingan nuklir terkait instalasi nuklir Fordo dan juga masalah inspeksi fasilitas nuklir Iran, Zarif menekankan bahwa pihak asing tidak akan diijinkan untuk  untuk memaksakan ketamakan mereka dalam proses perundingan.
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Yukia Amano, kepada Associated Press, mengklaim bahwa kesepakatan nuklir Iran dan Kelompok 5+1, akan memberikan hak kepada para ahli lembaga tersebut untuk mengakses fasilitas militer Republik Islam.
Pasca klaim Amano itu, para pejabat Amerika Serikat juga mengklaim bahwa inspeksi fasilitas militer Iran adalah bagian dari perundingan nuklir Iran.
Jannati: AS Berusaha Membalas Dendam Kepada Iran Melalui Perundingan
Khatib shalat Jumat Tehran, Ayatullah Ahmad Jannati menyatakan, Amerika Serikat dalam perundingan nuklir berusaha membalas dendam kepada rakyat Iran.
Ayatullah Jannati dalam khutbah Jumatnya (22/5) menyinggung berlanjutnya perundingan nuklir Iran dan Kelompok 5+1 seraya mengatakan, ÔÇ£Setelah bertahun-tahun tertampar, Amerika Serikat kini berusaha membalas dendam kepada Republik Islam Iran dan Islam, dalam perundingan nuklir.ÔÇØ
Ditambahkannya, ÔÇ£Adalah pandangan dangkal jika ada anggapan bahwa dengan kesekapatan nuklir, semua makar musuh anti-Republik Islam Iran akan berakhir, di saat Barat khususnya Amerika Serikat, ingin menguasai urat nadi perekonomian dan politik Iran.ÔÇØ
Ayatullah Jannati menilai iman kepada Allah Swt, keyakinan terhadap masyarakat dan kelanjutan jalan Islam, adalah tiga prinsip penting dalam perundingan dengan negara-negara barat yang harus diperhatikan oleh tim perunding Iran.
Menurutnya, berharap dari Amerika Serikat dalam perundingan nuklir adalah fatamorgana dan bahwa musuh selalu berusaha menaklukkan Iran akan tetapi mereka tidak memahami bahwa bangsa Iran telah mendapat pelajaran kekuatan, muqawama dan keberanian dari Imam Husein as, imam ketiga umat Syiah dunia.
Lebih lanjut, khatib shalat Jumat Tehran mengatakan, ÔÇ£Amerika Serikat juga faktor penderitaan dan kejahatan di Palestina, Suriah, Irak dan Yaman. Amerika Serikat adalah pihak yang menciptakan ISIS, yang membakar hidup-hidup manusia dan tidak berbelas kasihan pada perempuan, anak-anak atau orang sakit.ÔÇØ
Pada bagian lain khutbahnya, Ayatullah Jannati mengecam serangan Arab Saudi ke Yaman dan mengatakan, ÔÇ£Rezim al-Saud, adalah taghut dan firaun masa kini, serta selalu berperan dalam upaya menumpas orang-orang tertindas.ÔÇØ
Namun menurutnya, Republik Islam selalu menjadi pendukung kaum tertindas dan musuh pihak zalim. Khatib shalat Jumat Tehran ini juga berharap agar kekuasaan rezim al-Saud terhadap haramain segera berakhir.
Mengingat hari ini adalah peringatan hari kelahiran Imam Husein as, Ayatullah Jannati menyampaikan ucapan selamat kepada para pecinta Ahlul Bait dan mengatakan, ÔÇ£Imam Husein as adalah simbol kemuliaan, kekuatan, keberanian dan kesyahidan dalam sejarah dunia ini.ÔÇØ
Iran-Afsel Bertekad Perluas Kerja Sama Ekonomi
Ketua parlemen Iran menilai hubungan Tehran dan Pretoria dibangun atas sebuah landasan yang kuat dan bergerak maju serta menyimpan banyak peluang kerja sama.
Menurut laporan IRNA, Ali Larijani pada Ahad (10/5/2015) sore, menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Maite Nkoana-Mashabane di gedung parlemen.
Larijani mengatakan, Iran setelah runtuhnya rezim Apartheid di Afrika Selatan, senantiasa menyambut hubungan persahabatan kedua negara di semua bidang dan sejalan dengan itu sudah terjalin kerja sama yang dekat antara Tehran dan Pretoria.
Dia juga menilai penting untuk menyelesaikan beberapa masalah yang menghambat pengembangan kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara, termasuk menyusun mekanisme perbankan dan finansial yang sesuai.
Berbicara tentang posisi berpengaruh kedua negara di Asia dan Afrika, Larijani menuturkan, kerja sama antara Iran dan Afrika Selatan untuk menyelesaikan masalah regional dan internasional bisa membawa hasil yang sangat baik untuk perdamaian dan keamanan berkelanjutan di kawasan dan dunia.
Sementara itu, Nyonya Mashabane mengapresiasi bantuan Republik Islam Iran kepada Afrika Selatan pasca tumbangnya rezim Apartheid dan mengatakan, ÔÇ£Mengingat posisi penting Iran di kawasan dan dunia, maka masalah pengembangan hubungan penuh di bidang politik dan ekonomi dengan Tehran telah menjadi keinginan para pemimpin Afrika Selatan.ÔÇØ
Dia mengakui bahwa Afrika Selatan mengalami banyak kerugian akibat sanksi-sanksi terhadap Iran. Menurut Mashabane, kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara harus diperluas sejalan dengan perluasan kerja sama politik antara Afrika Selatan dan Iran.
ÔÇ£Afrika Selatan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan, termasuk di bidang perbankan dan finansial,ÔÇØ tegasnya.
Pada kesempatan itu, Mashabane juga menyoroti krisis di Yaman dan menandaskan opsi militer tidak pernah berhasil dalam menyelesaikan kemelut.
ÔÇ£Afrika Selatan menentang segala bentuk pendekatan militer untuk menyelesaikan krisis dan berkomitmen bahwa satu-satunya jalan untuk mengakhiri pertikaian adalah jalur diplomasi dan dialog,ÔÇØ ujarnya.
Iran Bertekad Perluas Hubungan Ekonomi dengan Afrika Selatan
Presiden Republik Islam Iran menyatakan tekad serius negaranya untuk memperluas hubungan ekonomi dengan Afrika Selatan.
Hassan Rouhani mengungkapkan hal itu selama pertemuannya dengan Maite Nkoana-Mashabane, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan di Tehran, ibukota Iran, Senin (11/5).
Dalam pertemuan tersebut, Rouhani menyinggung kerjasama antara Tehran dan Pretoria untuk membela hak negara-negara yang sedang berkembang.
"Sayangnya masih ada negara-negara kuat yang ingin memonopoli ilmu pengetahuan dan menggunakannya sebagai alat untuk mendominasi, " ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya upaya bersama untuk memerangi terorisme dan kekerasan.
Presiden Iran menuturkan, sayangnya, virus kekerasan dan terorisme sedang menyebar di seluruh belahan dunia, dan hari ini semua pihak harus bergandengan tangan untuk menghadapi virus berbahaya ini.
Rouhani juga menekankan pentingnya bantuan kepada bangsa-bangsa yang menghadapi berbagai persoalan seperti perang saudara dan invasi ke negara mereka, khususnya rakyat Yaman.
"Solusi berbagai persoalan internal bukan serangan militer. Dan peluang harus di berikan supaya berbagai kelompok dapat saling berdialog," jelasnya.
Di bagian lain penyataannya, Rouhani menuturkan, Iran telah menunjukkan dengan baik bahwa negara ini memiliki tekad serius untuk menyelesaikan isu nuklir melalui perundingan.
Dasar Iran dalam perundingan, kata Rouhani, adalah menghormati dan mematuhi peraturan internasional, di mana pemanfaatan dan aktivitas damai di sektor teknologi nuklir dalam proses pengembangan.
Sementara itu, Menlu Afrika Selatan menegaskan komitmen negaranya untuk menjalin kerjasama dengan Iran.  
Nkoana-Mashabane menyerukan pemanfaatan hubungan baik politik kedua negara untuk memperkuat hubungan ekonomi.
Iran Siap Ekspor Minyak ke Eropa Pasca Pencabutan Sanksi
Direktur urusan Internasional, Perusahaan Minyak Nasional Iran mengumumkan kesiapan Tehran mengekspor minyak ke Eropa segera setelah pencabutan sanksi.
Mohsen Ghamsari dalam wawancaranya dengan IRNA (17/5) mengabarkan keinginan negara-negara Eropa mengimpor minyak dari Iran.
Ia mengatakan, "Akan tetapi kembalinya tingkat ekspor minyak ke era sebelum sanksi, tergantung dari tingkat kesiapan Eropa menerima minyak Iran."
Ghamsari lebih lanjut menjelaskan kondisi pasar minyak dunia. "Kilang minyak-kilang minyak biasanya menandatangani kontrak pembelian minyak pertahun, oleh karena itu, untuk memulai impor minyak, kilang-kilang itu harus menunggu beberapa lama sampai mereka memperbaharui kontrak-kontrak penjualan minyak," paparnya.
Ia menegaskan bahwa Iran, segera setelah pencabutan sanksi, mampu menghidupkan kembali setengah pasar minyak Iran di Eropa. Untuk jangka pendek dan menengah, katanya, beberapa paket minyak dapat dijual, dengan jalan itu sejumlah besar pasar minyak di Eropa dapat direbut kembali.
Sebelum sanksi diperketat, negara-negara Eropa termasuk konsumen utama minyak Iran. Saat ini mereka tidak punya kontrak pembelian minyak mentah dari Iran.
Sri Lanka yang sebelum pengetatan sanksi, memasok 90 persen kebutuhan minyaknya dari Iran dan kilang minyak-kilang minyaknya kompatibel dengan minyak ekspor Iran, juga terpaksa memutus impor minyak mentah Iran.
Selain itu Afrika Selatan dan Malaysia juga merupakan konsumen minyak Iran yang memutus impornya dalam beberapa tahun terakhir.
Sekarang ini hanya Cina, India, Turki, Jepang dan Korea Selatan yang masih menjadi konsumen minyak Iran berdasarkan kesepakatan sementara Jenewa.
Rahbar: Iran akan Membalas dengan Tegas Setiap Ancaman
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menekankan terjaganya keagungan dan kebesaran bangsa Iran.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rabu (6/5) dalam pertemuan dengan Menteri dan pegawai Kementerian Pendidikan serta pengajar dari seluruh penjuru Iran menyoroti ancaman-ancaman terbaru petinggi pemerintahan Amerika Serikat seiring dengan digelarnya perundingan nuklir.
Rahbar menegaskan, "Kami tidak sepakat dengan perundingan di bawah ancaman. Petinggi politik asing dan tim juru runding harus memperhatikan garis merah serta haluan utama."
Ia menjelaskan, "Seiring dengan belanjutnya perundingan, keagungan dan kebesaran bangsa Iran harus dibela dan tim perunding nuklir Iran tidak boleh tunduk pada ancaman, paksaan atau penghinaan apapun."
Ayatullah Khamenei juga menyinggung statemen-statemen petinggi pemerintah Amerika dalam beberapa hari terakhir yang mengatakan, "Jika kondisi semacam ini muncul, maka kami akan melancarkan serangan militer". Rahbar menuturkan, "Seperti yang pernah kami katakan kepada Amerika pada pemerintahan Iran sebelumnya, bangsa Iran akan membalas dengan tegas setiap ancaman."
Rahbar menambahkan, "Menurut pengakuan terbuka atau tertutup petinggi sejumlah negara, jika sanksi dan tekanan yang ada saat ini atas Iran dijatuhkan pada negara lain, maka negara itu akan menghadapi berbagai masalah serius, namun Iran tetap bertahan dan berdiri kokoh."
Ia melanjutkan, "Amerika lebih membutuhkan perundingan ketimbang Iran, atau setidaknya kedua negara sama-sama membutuhkan. Kami ingin perundingan selesai dan sanksi-sanksi dicabut, akan tetapi ini bukan berarti bahwa jika sanksi dicabut lalu kami tidak dapat mengelola negara."
Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa rakyat Iran selalu membela identitas dan kehormatan dirinya. "Dalam perang pertahanan suci selama delapan tahun, seluruh kekuatan dunia berusaha untuk menundukkan bangsa Iran, namun gagal. Oleh karena itu keagungan dan kebesaran bangsa ini harus tetap dijaga," paparnya.
Menurutnya, hari ini pemerintah Amerika menjadi pemerintahan yang paling tidak dihormati di dunia, salah satu alasannya adalah karena dukungan tegas Washington atas kejahatan-kejahatan pemerintah Al Saud di Yaman.
"Pemerintah Al Saud, tanpa justifikasi apapun dan hanya dengan satu dalih, mengapa rakyat Yaman tidak memilih presiden yang sesuai dengan kehendak Riyadh, terus melakukan pembunuhan terhadap rakyat tidak berdosa, perempuan dan anak-anak Yaman. Amerika pun mendukung kejahatan-kejahatan besar ini," ungkapnya.
Ia menandaskan, "Rakyat pejuang dan revolusioner Yaman tidak membutuhkan senjata, pasalnya seluruh pusat dan pangkalan militer dikuasai oleh mereka. Rakyat Yaman, karena embargo obat-obatan, bahan makanan dan energi yang kalian lakukan, membutuhkan bantuan-bantuan kemanusiaan. Akan tetapi kalian bahkan tidak mengizinkan Bulan Sabit Merah masuk ke Yaman.
Rahbar: Irak Mampu Berperan Efektif di Isu-isu Regional
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menegaskan, Irak mampu berperan efektif di berbagai isu regional dengan posisi khusus yang dimilikinya.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menekankan hal itu dalam pertemuan dengan Fuad Masum, Presiden Irak dan delegasi tingkat tinggi yang menyertainya di Tehran, ibukota Iran, Rabu (13/5).
Rahbar menilai  Irak sebagai  sebuah negara berpengaruh di antara negara-negara Arab dan Islam.
Ketika menyinggung kondisi menyedihkan di kawasan, Ayatullah Khamenei menegaskan, Irak dengan posisi yang dimilikinya, mampu berperan efektif dalam berbagai isu regional, dan kapasitas ini harus dimanfaatkan lebih maksimal.
Rahbar lebih lanjut menyebut hubungan antara Iran dan Irak sebagai hubungan yang erat dan bersaudara, dan ia menyambut perluasan dan peningkatan hubungan ini.
"Hubungan antara Iran dan Irak sekarang ini belum pernah terjadi sebelumnya jika dibandingkan dengan hubungan di tahun-tahun lalu," tutur Rahbar.
Menurutnya, pembentukan sebuah pemerintahan yang demokratis dan stabilitas Irak merupakan salah satu keunggulan negara ini di antara negara-negara Arab lainnya.
Ayatullah Khamenei menegaskan, para pejabat dan berbagai kelompok Irak harus mempertahankan keunggulan besar ini dan tidak membiarkan sejumlah perselisihan potensial merusak prestasi bersejarah rakyat Irak ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menyebut rencana musuh-musuh Islam untuk Suriah sangat berhaya.
Mereka, kata Rahbar, sedang berusaha menciptakan instabilitas dan ketidakamanan permanen di Suriah sehingga dengan cara ini, mereka dapat mendestabilisasi seluruh kawasan.
Ayatullah Khamenei menilai pemulihan dan penjagaan stabilitas di Suriah sebagai tujuan yang paling penting.
Menurutnya, kehadiran berbagai kelompok teroris-Takfiri di Suriah sangat menguntungkan rezim Zionis Israel dan semua pihak yang mengejar instabilitas di kawasan.
Di bagian lain statemennya, Rahbar menyinggung situasi menyedihkan di Yaman, dan menuturkan, Arab Saudi telah melakukan kesalahan besar di Yaman, dan tentunya dampak dari kejahatan-kejahatan ini akan menimpa mereka.
Ayatullah Khamenei menekankan bahwa pembunuhan terhadap rakyat tertindas Yaman harus segera dihentikan.
"Kasus-kasus di Yaman menunjukkan bahwa sebuah pemikiran yang tidak bijak dan bodoh di pemerintahan Saudi sedang mengambil keputusan tentang persoalan-persoalan Yaman," jelasnya.
Dalam pertemuan yang dihadiri pula oleh Presiden Iran Hassan Rouhani, Masum menegaskan, pemerintah dan bangsa Irak tidak akan pernah melupakan bantuan-bantuan Iran ketika negara ini diserang oleh ISIS dan dalam kondisi yang paling sulit.
"ISIS di Irak dan ISIS di Suriah tidak memiliki perbedaan apapun, sebab bahaya ISIS mengancam semua kawasan," katanya.
Presiden Irak lebih lanjut menyebut dialognya dengan mitranya di Iran sebagai berguna, dan ia berharap pembicaraan-pembicaraan yang telah dilakukan akan membuka jalan peningkatan kerjasama kedua negara.
Rahbar: Jahiliyah Modern Jauh Lebih Berbahaya
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, rakyat Yaman, Bahrain, dan Palestina berada di bawah penindasan dan Iran mendukung bangsa tertindas.
Rahbar menyampaikan hal itu dalam pertemuan dengan para pejabat Iran dan duta besar negara-negara Muslim di Tehran, Sabtu (16/5/2015), bertepatan dengan perayaan Hari MabÔÇÖas, yang menandai pengutusan Muhammad sebagai Rasul Saw.
Ayatullah Khamenei menuturkan, pada bulan haram (suci), kaum musyrik Makkah memilih menghentikan perang, namun sekarang terdapat orang-orang yang membunuh rakyat Yaman di bulan haram.
ÔÇ£Penebar ketidakamanan dan pelaku pembantaian di Yaman adalah beberapa negara di Timur Tengah, tetapi mereka termakan tipuan,ÔÇØ tegas Rahbar.
Menurut Rahbar, Jahiliyah modern dilahirkan dengan kemampuan yang luar biasa dan ratusan kali lipat lebih berbahaya dari Jahiliyah di era permulaan Islam. Tentu saja, Islam hari ini juga sudah memiliki kekuatan yang besar dan tersebar luas di dunia dengan berbagai sarana.
Ayatullah Khamenei kembali menegaskan bahwa Republik Islam Iran semampunya akan mendukung bangsa-bangsa tertindas.
Rahbar: AS, Sponsor Utama dan Arsitek Terorisme
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, rakyat Yaman, Bahrain, dan Palestina berada di bawah penindasan dan Iran mendukung bangsa tertindas.
Rahbar menyampaikan hal itu dalam pertemuan dengan para pejabat Iran dan duta besar negara-negara Muslim di Tehran, Sabtu (16/5/2015), bertepatan dengan perayaan Hari MabÔÇÖas, yang menandai pengutusan Muhammad sebagai Rasul Saw.
Ayatullah Khamenei menuturkan, pada bulan haram (suci), kaum musyrik Makkah memilih menghentikan perang, namun sekarang terdapat orang-orang yang membunuh rakyat Yaman di bulan haram.
ÔÇ£Penebar ketidakamanan dan pelaku pembantaian di Yaman adalah beberapa negara di Timur Tengah, tetapi mereka termakan tipuan,ÔÇØ tegas Rahbar.
Menurut Rahbar, Jahiliyah modern dilahirkan dengan kemampuan yang luar biasa dan ratusan kali lipat lebih berbahaya dari Jahiliyah di era permulaan Islam. Tentu saja, Islam hari ini juga sudah memiliki kekuatan yang besar dan tersebar luas di dunia dengan berbagai sarana.
Ayatullah Khamenei kembali menegaskan bahwa Republik Islam Iran semampunya akan mendukung bangsa-bangsa tertindas.
Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei mengatakan, pengalaman Iran selama 35 tahun menunjukkan bahwa bangsa Muslim dengan menjaga dua prinsip yaitu kearifan dan tekad, mampu berhadapan dengan Jahiliyah modern dan mengalahkannya.
Rahbar menyeru negara-negara regional untuk mewaspadai kebijakan arogansi dunia yang menciptakan musuh bayangan dan menakut-nakuti negara-negara tersebut terhadap sesama. ÔÇ£Mereka sedang berusaha mengamankan rezim arogan dan Zionis, dan menciptakan permusuhan di tengah negara-negara Islam. Jadi, kita harus melawan kebijakan yang disebut Jahiliyah modern ini,ÔÇØ tegasnya.
Menurut Ayatullah Khamenei, dalam kondisi sekarang poros utama kebijakan busuk rezim arogan di kawasan adalah menciptakan perang proxy. ÔÇ£Mereka tengah mengejar kepentingannya dan memenuhi brankas perusahaan-perusahaan senjata. Oleh karena itu, negara-negara regional perlu waspada sehingga tidak terjebak dalam kebijakan tersebut,ÔÇØ jelasnya.
Ayatullah Khamenei lebih lanjut menekankan Amerika Serikat tidak mengejar keamanan di wilayah Teluk Persia dan juga tidak punya kelayakan untuk berbicara tentang itu. Beliau menambahkan, jika kawasan Teluk Persia aman, semua negara regional akan menikmati keamanan tersebut, namun jika Teluk Persia tidak aman, maka ketidakamanan akan dirasakan oleh semua negara.
Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei menerangkan bahwa AS adalah sponsor utama dan arsitek terorisme di dunia. ÔÇ£Washington adalah sponsor utama dan desainer terorisme, sementara Tehran dengan tegas memerangi teroris yang didukung dan didanai oleh AS dan dalam kondisi seperti itu, Iran tetap dituding mendukung terorisme,ÔÇØ tandasnya.
Brigjen Dehghan: Iran Meragukan Motif Asli AS Perangi ISIS
Menteri Pertahanan Iran mengatakan, Tehran meragukan motif asli Amerika Serikat dalam slogan perang melawan ISIS.
IRNA (19/5) melaporkan, Brigjen Hossein Dehghan, Menhan Iran, Selasa (19/5) dalam pertemuannya dengan Fuad Masum, Presiden Irak menuturkan, "Amerika, dengan menciptakan krisis yang direkayasa dan dengan dukungan atas kelompok-kelompok teroris dan lewat beberapa sekutu regionalnya, berusaha menjalankan strategi merusak keamanan negara-negara independen."
Menhan Iran menjelaskan, "Penundaan bantuan Amerika dan sekutunya dalam membantu rakyat Irak menunjukkan bahwa mereka mengejar tujuan-tujuan lain di balik perang melawan ISIS."
Brigjen Dehghan melanjutkan, "Upaya Iran selalu ditujukan untuk mendukung pemerintah Irak, terlepas dari ikatan etnik atau suku tertentu. Persatuan dan solidaritas rakyat Irak menjadi perhatian Tehran."
Ia menegaskan, "Iran menentang segala bentuk konspirasi negara-negara yang ingin memecah belah Irak dan siap memberikan bantuan apapun untuk mencegah konspirasi semacam ini."
Terkait perkembangan Yaman, Dehghan mengatakan, "Sungguh disayangkan perhitungan keliru para agresor di era Saddam Hussein soal Iran dan Kuwait, hari ini diulang oleh Arab Saudi dan beberapa negara kawasan."
Brigjen Hossein Dehghan bersama delegasi tinggi militer Iran, Senin (18/5) tiba di Irak atas undangan resmi sejawatnya dari negara itu.



























