کمالوندی
Mesir Kerahkan Tank ke Sinai, Israel Protes
Rezim Zionis Israel menuntut Mesir untuk menarik senjata-senjata beratnya dari wilayah gurun Sinai.
Radio-radio rezim Zionis mengutip sumber-sumber yang dekat dengan para pejabat senior Tel Aviv melaporkan bahwa Israel terus memantau tindakan Mesir di wilayah Sinai dengan penuh kekhawatiran. Demikian televisi al-Alam melaporkan, Jumat (17/8).
Redio Zionis juga menyinggung tentang tetap terbukanya kanal-kanal hubungan antara Mesir dan rezim Zionis di tingkat militer dan politik.
Menurut radio Israel, berbagai pertemuan antara pejabat senior Departemen Luar Negeri Mesir dan diplomat rezim Zionis telah digelar di Kairo.
Koran Zionis Haarezt pada Jumat menulis, sekelompok pasukan militer Mesir masuk ke wilayah Sinai dengan persetujuan Israel, namun pengerahan sejumlah pasukan lainnya ke wilayah tersebut tanpa kesepakatan dengan Tel Aviv.
Koran itu menambahkan, berdasarkan perjanjian damai Camp David, Kairo tidak diperbolehkan mengirim tank ke sejumlah wilayah Sinai dan el-Arish, namun pada prakteknya beberapa hari lalu, Mesir telah mengerahkan puluhan tank ke wilayah itu. Bahkan Kairo menuntut untuk tetap menempatkan pasukannya di Sinai hingga operasi militer di wilayah tersebut selesai.
Pasca tewasnya 16 pasukan penjaga perbatasan Mesir di Sinai, Kairo mengerahkan pasukannya ke wilayah itu untuk menumpas milisi bersenjata.
Banyak pakar politik Mesir menilai Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyerangan di perbatasan itu dan menegaskan bahwa Tel Aviv dengan langkah tersebut tengah berupaya mencegah berlanjutnya hubungan antar Mesir dan Palestina. Dengan demikian, Israel dapat melanjutkan blokadenya atas Jalur Gaza. (IRIB Indonesia/RA)
Tanpa Persatuan, Palestina Tidak Akan Dapat Dibebaskan
Masalah pembebasan Baitul Maqdis dan Palestina, menjadi topik kolektif para khatib shalat Jumat Lebanon. Mereka juga menekankan upaya musuh menciptakan permusuhan di antara umat Islam untuk mengalihkan perhatian mereka dari masalah Palestina.
Dikatakannya, "Jika proses ini terus berlanjut, maka negara-negara Arab dan Islam di kawasan akan menjadi pihak yang kalah."
IRNA (16/80 melaporkan, Syeikh Muhammad Yazbik, Ketua Dewan Agama Hizbullah dalam khutbah Jumatnya di wilayah Baalbak, Lebanon timur mengatakan bahwa dengan tibanya peringatan Hari Quds Sedunia, dia mengatakan, "Di Hari Quds Sedunia, kita semua telah memperbarui janji dan komimen kita dengan masalah utama umat Islam yakni Palestina dan Baitul Maqdis."
Ditambahkannya, "Musuh umat Islam berniat menghapus nama Palestina dan Baitul Maqdis dari benak dan ingatan masyarakat dunia, akan tetapi munculnya peringatan Hari Quds Sedunia yang ditetapkan oleh Imam Khomeini ra telah membuyarkan seluruh rencana mereka, dan saat ini masalah Baitul Maqdis dan Palestina telah memiliki tempat dalam benak dan hati masyarakat dunia."
Lebih lanjut dijelaskannya, "Selama kita tidak bersatu dan menepikan perselisihan, kita tidak akan mampu mengembalikan Baitul Maqdis dan Palestina ke pangkuan dunia Islam."(IRIB Indonesia/MZ)
Militer AS Latih Pasukan Khusus Yordania Supaya Siap Masuk ke Suriah
Militer Amerika Serikat melatih pasukan khusus Yordania untuk dikirim ke Suriah.
Koran Financial Times menulis, Yordania menentang intervensi militer di Suriah. Meski demikian, para diplomat Yordania dan para pakar Barat meyakini bahwa angkatan bersenjata Yordania siap untuk masuk ke Suriah. Demikian televisi al-Alam melaporkan, Jumat (17/8).
Koran tersebut menegaskan, sikap Yordania anti-Suriah meningkat, bahkan baru-baru ini terjadi baku tembak antara pasukan kedua negara di wilayah perbatasan.
Financial Times mengutip seorang diplomat penting Barat di Amman, ibukota Yordania, menulis, saat ini ada kekhawatiran bahwa bentrokan di perbatasan akan lepas kontrol.
Koran itu menambahkan, hubungan antara Yordania dan Suriah hingga kini tidak putus sepenuhnya dan kedutaan besar kedua negara masih aktif.
Suriah tetap dianggap menjadi jalur perdagangan penting bagi perusahaan-perusahaanYordaniadan sebagai timbal baliknya, Amman mencegah penyelundupan senjata bagi teroris di Suriah. (IRIB Indonesia/RA)
17 Agustus: Merdeka Tapi Tidak Independen
Oleh: Dina Y. Sulaeman*
Tepat tanggal 17 Agustus, 67 tahun yang lalu, Ir. Sukarno memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak itu pula, Indonesia menjadi sebuah negara merdeka, yang tidak lagi berada di bawah penjajahan negara manapun. Sepuluh tahun kemudian, saat membuka Konferensi Asia Afrika di Bandung (tahun 1955), Presiden Sukarno mengingatkan bangsa-bangsa Asia Afrika yang saat itu baru lepas dari penjajahan, bahwa penjajahan kini telah berubah bentuk.
"Saya harap Anda tidak memikirkan kolonialisma dalam bentuk klasik sebagaimana yang diketahui baik oleh kami bangsa Indonesia, maupun oleh saudara-saudara kami dari berbagai bagian Asia dan Afrika. Kolonialisme juga memiliki penampilan yang modern, dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, dan juga kontrol fisik yang dilakukan sekelompok kecil orang asing dalam sebuah bangsa. Kolonialisme adalah musuh yang sangat pintar dan ambisius, dan dia muncul dalam berbagai kedok. Kolonialisme tidak menyerahkan (bangsa) jarahannya dengan begitu saja. Kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun kolonialisme itu menampilkan dirinya, dia tetaplah sesuatu yang jahat, dan dia harus dimusnahkan dari muka bumi ini."
Kini, setelah 57 tahun berlalu sejak Sukarno menyampaikan pidato yang heroik itu, bangsa Indonesia tak kunjung lepas, bahkan semakin dalam berada dalam cengkeraman, dari kolonialisme modern. Kolonialisme modern itu kini muncul dengan istilah-istilah yang terasa keren, seperti Structural Adjustment Programme, soft loan, foreign investment, atau liberalisme pasar.
Kolonialisme modern itu muncul dalam bentuk ratifikasi UU yang tunduk pada penjajahan organisasi internasional. Misalnya, Indonesia sejak tahun 1994 telah menjadi anggota WTO dan diratifikasi dengan UU no. 7 tahun 1994. Namun, meskipun WTO mengklaim bahwa tujuan organisasi ini adalah "to improve the welfare of the peoples of the member countries" (untuk meningkatkan kemakmuran bangsa-bangsa negara anggota), kenyataannya, 18 tahun setelah begabung dengan WTO, Indonesia semakin lama justru semakin bergantung pada produk pangan impor. Negeri yang subur serta memiliki curah hujan tinggi dan banyak sumber daya manusia ini, setiap tahunnya harus menganggarkan dana sebesar 50 trilyun rupiah untuk mengimpor kedelai, gandum, daging sapi, susu, gula, bahkan garam. Indonesia, negara dengan garis pantai terpanjang di dunia; negara yang seharusnya kaya garam, justru per tahunnya mengimpor garam senilai 900 milyar rupiah.
Lalu, kemana para petani kita? Mengapa negeri yang subur ini harus mengimpor bahan pangan? Sebabnya, karena Indonesia tunduk pada Perjanjian Pertanian (AOA, Agreement on Agriculture). Melalui AOA, WTO mewajibkan negara-negara anggotanya untuk membuka pasar domestik untuk barang-barang impor dan sebaliknya, negara-negara anggota juga berhak melakukan ekspor ke negara manapun. Secara garis besar, ada tiga bidang yang diatur oleh AOA, yaitu:
market acces(mewajibkan negara-negara menurunkan tarif dasar impor pertanian), domestic support (mewajibkan dibatasinya subsidi dan proteksi pemerintah terhadap sektor pertanian dalam negeri), dan export subsidy (mewajibkan dibatasi atau bahkan dihapuskannya subsidi ekspor produk pertanian).
Dua eksportir utama pertanian dunia, yakni AS dan Uni Eropa sangat diuntungkan oleh perjanjian seperti ini. Karena tarif dasar impor diturunkan, mereka bisa menjual produk mereka dengan harga murah di negara-negara berkembang. Sebelum adanya aturan AOA, umumnya produk impor dikenai pajak tinggi, sehingga harganya lebih tinggi dari produk dalam negeri. Dengan demikian, konsumen harus memilih: membeli produk impor yang berharga mahal namun berkualitas tinggi, atau produk lokal dengan harga murah meski kualitasnya tak sebagus produk impor. Namun, adanya penurunan tarif impor membuat harga barang impor seringkali malah lebih murah dari produk lokal. Akibatnya, produsen pertanian dalam negeri mengalami kerugian dan kemunduran.
Selain itu, larangan subsidi dan proteksi terhadap pertanian membuat para petani menjadi rentan. Harga produk mereka fluktuatif, ketersediaan benih dan pupuk juga tidak terjamin dan harganya tidak stabil. Petani Indonesia juga tidak mendapatkan subsidi ekspor sehingga jika mereka mengekspor produk, harganya akan mahal sehingga sulit bersaing dengan produk dari AS atau Uni Eropa. Apalagi, petani-petani Indonesia umumnya miskin, memiliki lahan yang sempit, tidak terorganisasi, dan lemah. Sebaliknya, AS dan Uni Eropa justru melakukan pelanggaran terhadap AOA dengan tetap mensubsidi petani. Selain itu, mereka juga memiliki teknologi pertanian yang maju, modal yang besar, dan struktur organisasi yang kuat. Karena itulah mereka berhasil membanjiri negara-negara berkembang dengan produk-produk pertanian mereka, yang harganya lebih murah dari produk lokal.
Dalam persaingan pasar bebas seperti ini, jelas petani Indonesia semakin tersingkir. Pemerintah yang seharusnya melindungi mereka, malah lebih tunduk kepada penjajah yang berkedok organisasi internasional.
Kolonialisme modern hari ini juga muncul dalam kedok pakar-pakar ekonomi yang telah dididik puluhan tahun di negara-negara Barat, lalu mereka mendidik ekonom-ekonom di Indonesia dengan tesis-tesis yang menyesatkan. Mereka menjadi pejabat, peneliti, dan dosen, yang berkoar-koar bahwa kemajuan ekonomi akan bisa dicapai bila para pelaku pasar dibiarkan bebas tanpa intervensi pemerintah. Faktanya, para pelaku ekonomi yang kuat, melakukan berbagai intervensi kepada pemerintah Indonesia bahkan sejak pembuatan undang-undang. Mereka membiayai pembuatan UU di Indonesia, dengan imbalan hutang. Dalam posisi bargaining yang lemah ini, kalaupun pemerintah berniat intervensi demi membela rakyatnya sendiri, juga tetap akan kalah.
Rizal Ramli (2012) menuliskan contoh-contoh kasus pembuatan UU yang dibiayai oleh hutang luar negeri. Asian Development Bank menawarkan pinjaman U$300.000.000,00 dengan syarat Pemerintah Indonesia membuat Undang- Undang Privatisasi BUMN. Bank Dunia memberikan pinjaman U$400.000.000 dengan syarat Indonesia membuat Undang-Undang Privatisasi Air. Melalui UU ini, air yang seharusnya dikuasai oleh negara untuk kepentingan rakyat (berdasarkan UUD 1945) malah diswastanisasi. Begitu pula Undang-Undang Migas. Ketika undang-undang dalam negeri dibiayai asing (itupun dalam bentuk hutang yang harus dibayar berikut bunganya), hampir pasti isinya akan berpihak kepada asing, bukan kepada rakyat. Sungguh ini sebuah penjajahan yang terang-terangan, namun entah mengapa tak disadari oleh para pakar ekonomi itu.
Ketika UU persaingan bisnis sudah ‘diatur', dimanakah letak keadilan dalam ‘kebebasan pasar'? Tak heran bila Stiglitz (2002) mengumpamakan kebebasan pasar ini sebagai berikut, "Negara-negara berkembang dan miskin bagaikan kapal layar kecil yang langsung disuruh berlayar di lautan buas, padahal lubang-lubang di kapal itu belum ditambal, kaptennya belum di-training, dan pelampung/alat pengaman belum dipasang di kapal kecil itu."
Penjajahan hari ini, tidak lagi dilakukan oleh tentara asing, melainkan muncul dalam bentuk perusahaan multinasional. Mereka merangsek pasar Indonesia. Pengusaha domestik tersingkir karena tak kuat bersaing. Mulai dari penghapus pensil dan serutan pensil, hingga air mineral, teh, gula, rokok, sabun, pasta gigi, komputer, dan handphone, semua disediakan oleh perusahaan-perusahaan asing (atau perusahaan lokal yang dimiliki asing). Indonesia hanya menjadi pasar dan penyedia sumber daya murah bagi perusahaan multinasional itu.
Yang lebih jahatnya, perusahaan-perusahaan multinasional itu lebih suka menguasai modal, bukan properti. Dengan cara ini, mereka lebih leluasa memindahkan modalnya kemanapun yang lebih menguntungkan. Ngaire Woods (2001) menyebutnya, footloose modern bussiness, dimana pemodal dengan mudah keluar dari sebuah negara bila pemerintah negara itu tidak memberlakukan kebijakan liberal yang menguntungkan mereka. Hari ini pemodal bisa buka pabrik di negara A, namun bila esok hari negara B yang menawarkan upah buruh lebih rendah, dia akan menutup pabrik di A dan buka pabrik di negara B. Sama sekali tidak dipedulikan bagaimana nasib para buruh yang secara mendadak menjadi penganggur.
Bahkan, untuk menghindarkan diri dari kewajiban UU Tenaga Kerja, para pemilik modal memberlakukan sistem outsourcing dan sistem kontrak. Misalnya, untuk tenaga kebersihan, perusahaan A tidak langsung mempekerjakan pegawai, melainkan memakai jasa perusahaan kebersihan. Perusahaan kebersihan ini yang merekrut pegawai untuk kemudian bekerja di perusahaan A. Para pegawai itu mendapat gaji dari perusahaan kebersihan, bukan dari perusahaan A. Perusahaan kebersihan pun umumnya menggunakan sistem kontrak, per-3 bulan, atau bahkan per bulan, sehingga si pegawai sewaktu-waktu bisa kehilangan pekerjaan tanpa mendapat pesangon. Sistem ini tak lebih dari perbudakan abad modern.
Bila uraian ini dilanjutkan lagi, saya rasa, saya tak sanggup menahan air mata. Jadi, mari kita kembali kepada pidato Sukarno di depan Konferensi Asia Afrika. Lima puluh dua tahun yang lalu, Sukarno telah memperingatkan bahwa kekuatan kolonial tidak akan begitu saja melepaskan bangsa jarahannya. Mereka sepakat untuk menarik mundur pasukan bersenjata mereka. Namun, penjajahan puluhan tahun telah berhasil menginternalisasi nilai-nilai penjajahan kepada kaum pribumi. Inilah yang dianalisis Fanon dalam bukunya "Black Skin, White Mask". Kolonialisme justru diinternalisasi oleh bangsa terjajah sehingga mereka justru punya mentalitas penjajah, dan bahkan ingin untuk menjadi mirip (menyamai) penjajah. Mereka silau dan kagum pada penjajah dan memandang apa-apa yang datang dari penjajah (=Barat) adalah sesuatu yang hebat dan benar.
Pada perayaan 17 Agustus di tahun 2012 ini, kita perlu menyadari, bahwa kita sudah merdeka dari penjajahan bersenjata, tapi belum independen. Kita masih bergantung kepada para penjajah, masih mengagumi mereka, dan bahkan masih menjadi budak mereka. Lalu apa yang harus kita lakukan? Agaknya, kesadaran diri, kebangkitan harga diri, dan kemauan untuk melepaskan diri dari hegemoni pemikiran kaum penjajah adalah kuncinya. Ingatlah kata Sukarno, "Kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun kolonialisme itu menampilkan dirinya, dia tetaplah sesuatu yang jahat, dan dia harus dimusnahkan dari muka bumi ini." (IRIB Indonesia)
*magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, research associate Global Future Institute
Pulang Demo di Hari Quds, Warga dan Tim Media Al-Alam Dilempari Bom
Militer rezim Zionis Israel melemparkan bom-bom asap ke arah tim media televisi al-Alam dan warga Lebanon yang tengah pulang dari acara peringatan Hari Quds Internasional.
Jaringan televisi al-Manar mengutip Hadi al-Assal, fotografer televisi al-Alam pada Jumat (17/8) melaporkan, rezim Zionis kembali melanggar resolusi PBB nomor 1701. Militer rezim itu melemparkan bom asap ke arah rombongan iring-iringan mobil yang kembali dari demonstrasi Hari Quds Internasional di jalan perbatasan yang terletak di desa Kfar Kila, Lebanon Selatan.
Fotografer al-Alam menegaskan, sejak awal pasukan Israel dikerahkan di perbatasan dan berada di balik kawat berduri di sepanjang perbatasan itu.
Berdasarkan laporan tersebut, tim media televisi al-Alam dengan tiga mobilnya menjadi sasaran bom-bom asap itu.
Menurut Hadi, serangan tersebut memaksa rombongan berhenti dan segera keluar dari mobil-mobil mereka karena kesulitan bernafas. (IRIB Indonesia/RA)
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 21-22
Ayat ke21
Artinya:
Hai Manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, supaya kalian bertakwa.
Dalam dua puluh ayat sebelumnya, Allah menjelaskan keadaan dan karakteristik tiga kelompok manusia yaitu orang-orang bertakwa, kafir dan munafik. Setelah membandingkan pikiran, kepercayaan, perbuatan dan kata-kata tiga kelompok ini, ayat ke 21 ini lalu menjelaskan jalan menuju kebahagian dan keselamatan. Untuk bergabung dengan kelompok pertama dan mencapai derajat takwa, hanya ada satu jalan yaitu membebaskan diri dari yang lain dan hanya menambatkan batin kepada Allah yang telah menciptakan kalian. Yakni mengabdilah hanya kepada Allah supaya kalian terbebas dari perbudakan orang lain.
Sebagian besar umat manusia mengakui Allah sebagai pencipta dirinya dan alam semesta. Tetapi, dalam program dan aturan hidupnya, mereka mengambil cara orang-orang lain. Jadi, seakan-akan mereka ini diciptakan begitu saja, lalu dilepaskan dan bebas berbuat apa saja yang mereka kehendaki.
Ayat ini mengatakan bahwa Pencipta kalian juga merupakan zat yang merawat dan mengayomi kalian, dan demi pertumbuhan dan perkembangan kalian, Allah telah menentukan program dan kewajiban-kewajiban kalian. Allah telah menetapkan undang-undang. Ingatlah bahwamembuat undang-undang dan peraturan hanyalah hak Allah yang telah menciptakan kalian. Dengan demikian taatlah kepada-Nya. Hanya perintah-Nya-lah yang patut kalian junjung tinggi dan keuntungannya akan kembali kepada kalian sendiri. Jauhilah noda dan kejelekan serta dekatilah kebaikan dan kesucian.
Dari ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Semua para nabi bersifat umum dan tidak terbatas pada sekelompok orang tertentu. Karena itu, sekitar 20 kali pernyataan al-Quran ditujukan kepada semua orang yaitu dengan kata-kata "Ya ayyuhan-Naas" yang artinya "Hai manusia".
2. Salah satu sebab dan falsafah ibadah kepada Allah ialah untuk menyatakan rasa bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga kepada kita dan kepada orang tua kita. Karena itu Allah berfirman,"Sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian."
3. Nikmat penciptaan adalah nikmat yang paling utama dan terbesar yang telah diberikan Allah kepada kita. Nikmat ini menuntut ketaatan kita kepada seluruh perintah ilahi.
4. Ibadah adalah faktor ketakwaan dan kesucian. Jika ibadah tidak menambah spirit ketakwaan dalam diri kita, maka itu bukan ibadah.
5. Kita harus ingat dan waspada supaya jangan sampai membuat dan membiarkan adat dan tradisi orang-orang tua kita bertentangan dengan perintah ilahi.Sebab mereka juga merupakan makhluk-makhluk Allah. Jangan sampai ketaatan kepada mereka itu menghalangi ketaatan kita kepada perintah-perintah Allah.
6. Allah tidak memerlukan ibadah dan penyembahan kita. Shalat dan munajat kita tidak akan menambah kekuasaan dan keagungan Allah. Sesuatu yang ada pada Allah juga tidak akan berkurang jika kita meninggalkan ibadah. Kitalah yang memerlukan Allah demi perkembangan dan kesempurnaan kita. Kita harus pasrah mutlak kepada aturan dan ketentuan Allah.
7. Kita jangan sombong dengan ibadah kita sebab ujub yaitu rasa takjub kepada diri sendiri serta sifat riya akan mencegah kita untuk sampai kepada takwa. Betapa banyaknya ibadah kita yang tidak menyampaikan kita kepada derajat takwa.
Ayat ke21
Artinya:
Dan Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan air itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, karena itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.
Dalam ayat ini, Allah menyinggung berbagai nikmat Allah yang masing-masing adalah sumber nikmat-nikmat yang lain. Allah menjadikan bumi ini sebagai hamparan bagi kehidupan manusia di bumi ini. Gunung dan saharanya, air dan tanahnya, mineral yang tersimpan di dalam tanah dan di bawah gunung-gunung, semuanya merupakan lingkungan yang cocok untuk kelestarian dan kehidupan manusia.
Kerjasama antara langit dan bumi telah mendatangkan hujan dan menambahkan tanaman serta memenuhi rezeki dan makanan manusia. Semua ini berlangsung dan terjadi sesuai dengan peraturan Allah dan kekuasaan-Nya yang tak terhingga. Dengan demikian, bagaimana mungkin orang-orang atau makhluk-makhluk lain yang memerlukan Allah, dapat dijadikan sebagai sekutu-Nya dan bukannya perintah Allah, tetapi perintah merekalah yang diikuti?!
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Memperhatikan nikmat-nikmat Allah merupakan cara terbaik untuk mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Oleh sebab itu ayat ini menjelaskan nikmat-nikmat ilahi kepada manusia setelah ayat sebelumnya memerintahkan supaya kita menyembah Allah.
2. Adanya ekosistem dan kerjasama antara langit dan bumi merupakan bukti terbaik mengenai adanya Zat Pencipta alam semesta yang Maha Perkasa.
3. Dari dua kalimat "Ja'alla lakum" dan "Rizqan lakum" bisa kita pahami bahwa Allah menciptakan alam ini untuk manusia, dan tujuan terakhir dari diciptakannya makhluk-makhluk lain ialah supaya dimanfaatkan oleh manusia.
4. Keteraturan dan kerjasama antara anggota alam semesta ini merupakan bukti yang paling jelas mengenai adanya perhatian Allah serta ke-Esaan-Nya. Maka kita harus menyembah Tuhan Yang Esa dan jangan menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam soal penciptaan.
5. Mengenal dan menyembah Allah adalah masalah yang sesuai dengan tuntutan fitrah. Naluri semua manusia mengalami hal ini. Karena itu Allah berfirman, "Sedangkan kalian mengetahui".
6. Air dan tanah adalah perantara, tetapi tumbuhnya tanaman ada di tangan Allah. Karena itu Allah berfirman: "Maka Dia menghasilkan dengan air itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian." (IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 18-20
Ayat ke 18
Artinya:
Mereka tuli (dari ajaran-ajaran yang haq) dan bisu (untuk menyatakan kebenaran) serta buta (untuk melihat hakekat). Maka mereka tidak pernah melepas kekufuran dan tidak akan kembali ke arah kebenaran.
Sekalipun orang munafikjuga memiliki mata, telinga dan lidahsebagaimana orang lain, tetapi matanya tidak bersedia melihat dan memahami hakikat. Telinganya juga tak ia persiapkan untuk mendengarkan ajaran-ajaran yang hak, dan lidahnya tak pernah mau mengikrarkan kebenaran risalah Nabi Saw. Oleh karena itu, al-Quran dalam ayat yang lain menyerupakan mereka dengan binatang yang memiliki panca indera, tapi tidak pernah mampu berpikir untuk mengenal hakikat.
Selain pada ayat ini, al-Quran juga menggunakan pengungkapan seperti, Laa Yasy'uruun, Laa Ya'lamuun, Laa Yubshiruun danLaa Ya'mahuun untuk orang-orang munafik. Kekafiran batin seorang munafik sedemikian kuat menutupi mata, telinga dan lidahnya membuat ia memalingkan dirinya dari kebenaran. Kenyataan ini membuat ia tidak berbeda dengan orang kafir. Ia sudah tidak mampu lagi membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa dengan hilangnya cahaya iman, kegelapan kufur telah sedemikian rupa menyelubungi orang munafi sehingga ia tidak lagi mampu melihat sesuatu. Sedangkan ayat ini mengatakan, bukan hanya tidak mampu melihat kebenaran, bahkan kemampuan mendengar dan mengucapkan kebenaran juga sudah hilang dari mereka. Akibat gerak mereka di dalam kedelapan, maka mereka tidak memperoleh apa-apa selain kejatuhan dan kebinasaan. Sebuah jalan yang tidak lagi memiliki arah untuk kembali.
Ayat ke 19
Artinya:
Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit di sertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari tangan mereka ketika mendengar petir karena takut mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.
Pada ayat ke-17 surat al-Baqarah ini, Allah menyerupakan munafik dengan orang yang berada di sebut tempat gelap dan kehilangan cahaya penerang, lalu mengalami kebingungan dan tak mempunyai jalan untuk kembali. Sedangkan ayat ini berkata, orang munafik bagaikan orang yang berada di lumpur akibat hujan lebat, di tengah gelap gulita malam yang disertai dengan kilat yang menyambar dan guntur yang menggelegar. Hal itu membuatnya ketakutan setengah mati. Namun ia tidak memiliki tempat berlindung untuk menyelamatkan diri dari hujan, tidak pula memiliki cahaya untuk menerobos kegelapan dan tidak juga ia memiliki jiwa dan mental yang kuat untuk menghadapi petir yang mengguntur memekakkan gendang telinga.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Munafikin tenggelam dalam berbagai kesulitan dan senantiasa merasakan kecemasan. Di dunia ini pun mereka sudah merasakan ketakutan dan keragu-raguan yang selalu mengikuti mereka.
2. Ketakutan akan mati, selalu menghantui orang-orang munafik. Hal itu menyebabkan mereka tidak memiliki ketenangan jiwa.
3. Allah Swt menguasai orang-orang munafik dan membongkar rahasia serta konspirasi mereka.
4. Kemunafikan akan berakhir pada kekafiran.
5. Hujan lebat, gelegar petir dan cahaya kilat, adalah hal yang sangat menakutkan orang-orang munafik. Al-Quran adalah sumber rahmat ilahi yang turun untuk umat manusia. Tetapi bagi munafikin ia adalah lonceng bahaya dan sumber kehinaan.
Ayat ke 20
Artinya:
Hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali sinaran itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Kilat dan petir di langit adalah tanda turunnya hujan, kebahagiaan, hijaunya bumi dan kesejahteraan penghuninya. Tetapi ini bukan untuk semua orang, melainkan hanya untuk mereka yang punya kesiapan memanfaatkan bekal dan rahmat ilahi ini.Lalu bagaimanakah dengan seorang musafir yang tertinggal sendirian dalam perjalanan di dunia ini?
Cahaya redup api yang dinyalakan oleh orang-orang munafik serta sinar halilintar di langit yang menakjubkan, kedua-duanya tidak akan menerangi dan membimbing mereka dalam menempuh perjalanan hidup. Sebab yang pertama tidak akan lestari dan abadi. Sedangkan yang kedua hanya merupakan pembawa berita gembira yang bagi mereka hanya akan mendatangkan bencana. Halilintar di langit yang menakjubkan itu ialah wahyu ilahi. Wahyu tidak sanggup disaksikan oleh orang-orang munafik dan mereka sengaja tidak mau berusaha memperoleh berkahnya dari Nabi.
Sekalipun mereka menyatakan ingin memanfaatkan cahaya ini, tetapi kilat ini melenyapkan penglihatan mereka dan menghapus jalan bagi mereka. Al-Quran mempermalukan mereka sedemikian rupa sehingga mereka terpaksa tak sanggup melanjutkan perjalanan bersama orang-orang mukmin. Mereka tidak punya jalan untuk maju, tidak pula jalan untuk kembali. Semua ini, tentunya merupakan akibat dari kemunafikan mereka kepada Allah dan orang-orang mukmin. Seandainya Allah menghendaki hukuman yang sebenarnya terhadap mereka, niscaya Dia tidak hanya menghentikan perjalanan mereka, tetapi juga akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang munafik tidak punya kesanggupan untuk melihat cahaya ilahi. Ibarat kilau petir di angkasa, sinarnya menyilaukan mata mereka.
2. Orang munafik tidak memiliki cahaya di dalam dirinya, karena itu untuk bergerak ia harus memanfaatkan bias cahaya orang-orang mukmin.
3. Sekalipun orang munafik adakalanya menjejakkan kakinya ke depan, ia tetap tidak akan bisa maju dan terhenti dari gerakan.
4. Orang munafik sewaktu-waktu bisa mendapat murka Allah karena perbuatan-perbuatan yang ia lakukan.
5. Orang munafik tidak akan bisa menipu Allah, dan Allah akan memberikannya balasan dan hukuman. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 15-17
Ayat ke 15
Artinya:
Allah pun akan menghina mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
Imam Ali Ridha as, cucu Rasul Allah Saw berkata, "Allah Swt bukan pembuat makar, tipu daya dan penistaan. Maksud dari ungkapan makar, tipu daya dan penistaan Allah itu pembalasan dari Allah atas perbuatan makar dan pelecehan para musuh."
Balasan apakah gerangan yang lebih keras daripada kebingungan, keragu-raguan, kebutaan hati dan kesesatan, yang menimpa Munafikin? Sesuai dengan sunnah-Nya, Allah Swt memberikan kesempatan kepada para pembuat dosa dan orang-orang zalim. Kesempatan ini merupakan rahmat, jika manusia dapat menggunakannya untuk bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Jika tidak demikian, maka justru akan semakin menenggelamkan seseorang ke dalam jurang dosa dan akhirnya akan membinasakannya.
Di antara balasan-balasan Allah bagi para munafik ialah menyerahkan nasib mereka kepada mereka sendiri yang akan mengakibatkan kebingungan dan kesesatan mereka. Mereka tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, tidak pula memiliki ketenangan dan ketenteraman hidup.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Balasan Allah sesuai dengan dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia. Balasan perbuatan olok-olok dan penghinaan, juga olok-olok dan penghinaan.
2. Jangan sekali-kali kita sampai terlena oleh berbagai kesempatan yang diberikan oleh Allah. Karena jika kita tak dapat memanfaatkannya dengan baik, maka hal itu justru akan merupakan azab, bukannya rahmat.
3. Allah adalah pelindung orang-orang mukmin. Jika orang-orang munafik mengolok-olok mereka, maka Allah pun akan membalas memperolok-olok mereka dan memberikan balasan yang setimpal.
Ayat ke 16
Artinya:
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka tak mendatangkan untung, dan mereka bukan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dunia yang kita hidup di dalamnya ini, bagaikan sebuah pasar. Dan kita semua adalah para pedagang yang mau tak mau harus menjual modal-modal yang kita miliki. Modal manusia berupa usia, akal dan fitrah, ilmu pengetahuan dan kemampuan serta seluruh potensi yang Allah berikan kepada kita. Di dalam pasar ini, sekelompok orang memperoleh untung dan kebahagiaan, dan sekelompok lain mengalami kerugian. Kelompok kedua ini bukan hanya tidak mendapat keuntungan, bahkan modal pokok mereka juga musnah; bagaikan penjual es batu yang jika barang dagangannya itu tidak laku, bukan hanya tidak memperoleh untung, tetapi modal pokoknya pun mencair dan hilang.
Al-Quran di banyak tempat, mengumpamakan perbuatan-perbuatan baik dan buruk manusia dengan perdagangan. Sebagaimana di dalam ayat 9 surat as-Shaff, iman dan jihad disebut sebagai perdagangan yang penuh keuntungan. Al-Quran mengatakan yang artinya, "Wahai orang-orang beriman. Maukah Aku tunjukkan kepada kalian kepada sebuah perdagangan yang akan menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? Yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian."
Di dalam ayat 16 surat al-Baqarah ini, munafikin disebut sebagai para pedagang yang menjual petunjuk dan membeli kesesatan. Mungkin yang dimaksud dengan ayat ini ialah bahwa mereka itu bahkan telah melepaskan bekal-bekal fitrah dan potensi-potensi pemberian Allah yang merupakan faktor hidayah mereka dengan membiasakan diri berbuat dosa dan kemunafikan. Karena orang-orang Munafik bukanlah orang-orang yang memiliki hidayah lalu dijual untuk membeli kesesatan.
Bagaimanapun juga, dalam perdagangan ini mereka tidak hanya memperoleh kerugian bahkan mereka tak pernah sampai ke tujuan-tujuan jahat mereka. Karena pada kenyataannya Islam terus semakin berkembang dan meluas, sementara mereka semakin terhina.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hendaklah kita jangan berpikir hanya memperoleh keuntungan dalam perdagangan harta kita saja. Tapi hendaknya kita perhatikan pula, dengan apa jiwa dan hati kita, kita jual, dan apa yang kita peroleh darinya? Apakah
hasil perdagangan kita ini berupa hidayah dan kebahagian? ataukah kesesatan dan kesusahan?
2. Petunjuk dan kesesatan adalah hasil perbuatan kita sendiri, bukan paksaan atau kehendak Allah, bukan pula takdir dan kemauan ilahi, tanpa peran kehendak kita sedikit pun di dalamnya.
3. Nifak, tidak memiliki akhir kecuali kesesatan dan kerugian. Bertentangan dengan iman yang membawa manusia kepada kebahagiaan dan kebaikan.
Ayat ke 17
Artinya:
Perumpamaan mereka, yaitu munafikin, seperti orang yang menyalakan api. Ketika api itu menerangi sekitarnya, Allah menghapus cahaya mereka itu, dan meninggalkan mereka dalam kegelapan tanpa dapat melihat.
Ayat-ayat yang telah dipelajari pada pertemuan-pertemuan yang lalu, menceritakan tentang tingkah laku dan ucapan-ucapan Munafikin. Ayat ini, memberikan perumpamaan orang-orang munafik dengan orang yang berada di tengah padang pasir gelap lalu menyalakan api untuk menerangi sekitarnya. Cahaya iman munafik seperti cahaya api, lemah, tidak tahan lama, disertai dengan asap, abu dan pembakaran.
Ia menampakkan cahaya iman, tetapi di dalamnya tersembunyi api kekafiran. Cahaya iman yang lemah inipun sesungguhnya merupakan sinar fitrah yang bersih yang Allah tanamkan di dalam diri mereka. Namun karena pengaruh negatif sifat fanatik (ta'assub) dan keras kepala, maka secara perlahan fitrah tersebut semakin melemah. Sampai ketika tirai-tirai kezaliman dan kebodohan telah menyelimuti seseorang, ia pun menutupi fitrah dan cahaya iman tadi.
Oleh karena fitrah dan cahaya iman itu lemah maka kegelapan kufur menyelubungi seluruh wujud mereka. Dengan memilih jalan kemunafikan, orang-orang munafik berpikir demikian bahwa mereka akan mampu mengambil hati orang-orang kafir yang ahli neraka dan juga mengambil hati orang-orang mukmin yang merupakan ahli cahaya. Mereka berusaha mengambil manfaat dari dunia orang-orang kafir, sekaligus akhiratnya orang-orang mukmin.
Itulah mengapa al-Quran menyerupakan mereka dengan seseorang yang menyalakan api untuk menerangi sekitarnya. Ia telah mengumpulkan api, yaitu neraka dan cahaya, yaitu nur yang muncul dari api itu, sekaligus untuk dapat memanfaatkan keduanya. Akan tetapi medan kehidupan bagaikan padang pasir luas yang gelap. Dapat menyeberangi dan melewati bahaya yang menghadang dengan selamat membutuhkan cahaya yang kuat dan kekal. Karena angin topan berbagai peristiwa di dunia ini, akan memadamkan api yang lemah, dan menjebak manusia ke dalam kegelapan.
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Cahaya yang dimiliki oleh munafik seperti cahaya api yang lemah dan tak tahan lama.
2. Keberadaan munafik di tengah masyarakat, merupakan sumber nyala api dan fitnah.
3. Untuk sampai kepada cahaya, munafik menggunakan api yang nyalanya disertai dengan debu, asap dan pembakaran.
4. Pada akhirnya Allah Swt menimpakan kehinaan pada orang munafik, dan cahaya yang hanya lahiriyah itu pun akan Allah padamkan.
5. Masa depan munafik gelap dan tak memiliki harapan untuk selamat.
6. Kemunafikan dan sikap mendua, itu pun di hadapan Allah Swt sama sekali tidak menunjukkan kecerdikan dan kepandaian. Tetapi ia adalah sumber kegelapan dan kehancuran.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 11-14
Ayat ke 11-12
Artinya:
Dan jika dikatakan kepada mereka, janganlah kalian membuat kerusakan di bumi, mereka berkata kami adalah orang-orang pembuat kebaikan.
Ketahuilah bahwa mereka itu adalah para pembuat kerusakan, namun mereka tidak merasa.
Nifak adalah penyakit menular yang jika tidak dicegah, akan cepat menjalar menjangkiti orang banyak di dalam masyarakat. Sehingga beragam penyakit seperti sikap suka menjilat, berbohong, riya, kepura-puraan, sikap mendua dan lain sebagainya, akan menyeret masyarakat ke arah kehancuran. Oleh karena munafik itu sendiri bukan orang yang taat melaksanakan perintah-perintah agama, ia pun selalu menginginkan agar orang lain berbuat hal yang sama.
Oleh sebab itu ia selalu melecehkan, merendahkan dan mempermainkan perintah-perintah Allah serta menertawakan orang-orang yang taat menjalankan kewajiban agamanya. Al-Quran menjelaskan berbagai contoh perbuatan orang-orang munafikin ini di dalam surat al-Taubah dan al-Munafikin. Disebutkan bahwa mereka lari dari medan jihad menghadapi musuh-musuh Islam, sehingga mengakibatkan kelemahan mental para pejuang. Atau ketika mereka mengeluarkan sedekah dan bantuan-bantuan keuangan, mereka melakukannya disertai dengan sikap menghina kepada orang-orang mukmin.
Memang, nifak merupakan sumber segala kerusakan di dalam masyarakat. Bahkan munafik yang sudah buta sehingga tidak dapat lagi melihat berbagai hakikat, menganggap kerusakan dirinya sebagai kebaikan. Karena menurut pandangannya, hal-hal seperti berdamai dengan musuh dan menghindari pertumpahan darah, merupakan kebaikan bagi masyarakat. Oleh karena itu peperangan harus dihindari dan akibat-akibatnya harus dicegah, meskipun pada kenyataannya hal itu justru akan mengakibatkan lemahnya agama dan orang-orang yang beriman.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyakit nifak tidak bersifat pribadi. Karena ia akan mencakup seluruh anggota masyarakat.
2. Diantara tanda-tanda nifak, ialah sifat suka menganggap diri sendiri baik dan lebih terhormat dari pada orang lain. Menurut mereia, hanya kami yang baik dan suka berbuat kebaikan, sementara orang lain tidak.
3. Jika nifak sudah tertanam kuat di dalam hati seseorang, maka ia sudah tak akan lagi mampu berpikir dan berperasaan dengan baik dan benar, lalu ia tak lagi bersedia mendengarkan dan melihat kebenaran dan hakikat.
4. Orang-orang mukmin harus mengenali dan mengetahui slogan-slogan indah namun kosong yang biasa diucapkan oleh munafikin, agar terhindar dari tipu daya mereka.
5. Kecerdikan dan kepandaian yang tidak membawa kemaslahatan bagi masyarakat adalah ketidakpedulian dan kebodohan.
Ayat ke 13
Artinya:
Jika dikatakan kepada mereka: berimanlah sebagaimana orang-orang itu beriman, mereka mengatakan: "Apakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu beriman?"Ketahuilah bahwa sesungguhnya merekalah yang bodoh, namun mereka tak menyadari.
Diantara tanda-tanda dan bukti-bukti nifak, ialah takabbur dan merasa diri sendiri sebagai orang yang paling baik dan menganggap orang lain hina. Mereka merasa diri sendiri sebagai orang yang berakal, pandai dan cerdas, sementara orang-orang yang beriman mereka anggap sebagai orang-orang yang bodoh, dungu dan berpikiran sederhana.
Oleh karena itu, ketika dikatakan kepada mereka, apa sebab kalian memisahkan diri dari barisan dan kelompok masyarakat serta tidak beriman? Ketika menjawab, mereka mencap rakyat yang selalu turut berjuang dan membela agama serta para pemimpin mereka baik di masa suka maupun duka, sebagai orang-orang yang bodoh.Sementara sikap munafik mereka anggap sebagai kecerdasan dan kepandaian.
Dalam menjawab pernyataan mereka itu, al-Quran mengatakan, kalian yang menganggap mukminin sebagai orang-orang yang bodoh, justru merupakan orang-orang bodoh yang sesungguhnya. Akan tetapi repotnya ketika kalian tidak menyadari kebodohan kalian sendiri. Sedangkan hal yang lebih buruk dari kebodohan ialah ketidaksadaran akan kebodohan kalian sendiri. Sebuah sifatyang membuat seseorang merasa memahami segala sesuatu, sedangkan orang lain disangkanya bodoh semua, padahal ia sendiri yang bodoh.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Penghinaan terhadap orang-orang beriman, merupakan bagian dari watak orang-orang munafikin yang menganggap diri mereka lebih tinggi dan lebih baik dari pada orang lain.
2. Terhadap seorang yang sombong, kita harus bersikap sebagaimana sikap si sombong itu sendiri. Seseorang yang memandang hina kepada orang-orang yang beriman juga harus dipandang hina di dalam masyarakat, agar ia menyadari kesombongan dan keangkuhannya, lalu meninggalkan sifat tersebut.
3. Sikap menghina dan mengejek adalah perbuatan orang bodoh. Karena orang yang pandai berbicara berdasarkan logika. Sedangkan orang bodoh, berbicara dan bersikap dengan menghina dan meremehkan orang lain.
4. Allah Swt akan menghinakan munafikin di dunia ini dan membuka kedok mereka yang buruk di hadapan masyarakat umum.
Ayat ke 14
Artinya:
Dan jika mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: kami beriman. Dan jika mereka berkumpul dengan setan-setan mereka, mereka berkata: kami bersama kalian, karena kami hanya bermaksud mengejek (orang-orang yang beriman).
Di antara tanda-tanda lain kemunafikan ialah bahwa seorang munafik tidak memiliki satu kepribadian dan identitas yangkokoh dan mandiri. Di lingkungan manapun ia akan menyesuaikan diri dengan warna lingkungan tersebut. Ketika ia berada di kalangan orang-orang Mukmin maka ia menunjukkan keimanan dan kebersamaan. Dan ketika ia berada di kalangan musuh-musuh agama dan umat serta pemimpin Islam, maka ia pun akan bersatu suara dengan mereka dan berbicara tentang hal-hal yang anti orang-orang beriman. Untuk menarik perhatian mereka ia pun menertawakan serta melecehkan kaum mukmin.
Ayat-ayat ini juga memperingatkan kita agar jangan sampai tertipu oleh sikap lahir seseorang. Siapapun yang mengaku sebagai orang yang beriman, janganlah kita menerimanya begitu saja dan memperlakukannya sebagai seorang mukmim. Tetapi hendaknya kita lihat terlebih dahulu dengan siapa ia bergaul dan siapa teman-teman dekatnya. Adalah hal yang tak dapat diterima, bahwa seseorang beriman tetapi ia juga bersahabat baik dengan musuh-musuh agama. Iman tak dapat bercampur dengan sikap bersahabat dan berdamai dengan musuh-musuh agama.
Dari ayat tadi terdapat tigapoin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Setan, tidak terbatas pada setan yang merupakan makhluk halus. Manusia pun dapat menjadi penyebab tersesatnya orang lain dapat disebut sebagai setan. Untuk itu kita harus menjauhkan diri dari manusia yang seperti itu.
2. Rencana rahasia, pertemuan secara sembunyi-sembunyi anti pemerintahan Islam, menunjukkan tidak adanya keberanian menyatakan akidah dan keyakinan. Munafikin yang selalu menghina dan melecehkan ahli iman. Mereka manusia pengecut dan tak memiliki mental yang lurus.
3. Munafikin adalah kaki tangan musuhyang ada di dalam masyarakat. Di depan musuh, mereka mengatakan: Inna ma'akum, sesungguhnya kami bersama kalian, bukan bersama orang-orang mukmin.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 8-10
Ayat ke 8
Artinya:
Diantara orang-orang itu, ada yang mengatakan: "kami beriman kepada Allah dan hari akhir.' padahal mereka bukan orang-orang yang beriman."
Al-Quran yang merupakan kitab hidayah, menjelaskan kepada kita sifat-sifat orang-orang Mukmin, Kafir dan Munafik. Tujuan dari penjelasan ini agar kita dapat mengenali diri kita sendiri, agar kita dapat mengenali diri kita termasuk golongan yang mana. Selain untuk diri sendiri, penjelasan ini akan membantu kita untuk mengenali orang lain agar dapat menentukan sikap yang sesuai terhadapnya dan bahkan dalam menghadapi masyarakat.
Sejak awal surah al-Baqarah hingga ayat 8, 4 ayat berbicara tentang orang-orang Mukmin, dua ayat tentang orang-orang Kafir, sedangkan ayat ke 8 ini dan seterusnya, berjumlah 13 ayat, memaparkan tentang manusia-manusia yang masuk ke dalam kelompok ke 3. Yaitu orang-orang yang tidak memiliki sinar cahaya seperti yang dimiliki oleh kelompok pertama, namun tidak pula memiliki keberanian dan keterusterangan yang dimiliki oleh kelompok ke dua. Mereka tidak mempunyai iman di dalam hati. Tapi pada saat yang sama, lidah mereka tidak pula menyatakan kufur. Mereka itu adalah Munafikin. Orang yang sesungguhnya berhati Kafir tetapi mengaku beriman secara lahir.
Setelah Rasul Allah Saw berhijrah dari Mekah ke Madinah, dan kaum musyrik mengalami kekalahan berat dalam perang menghadapi Muslimin, sebagian rakyat Mekah dan Madinah mengakui secara lahir sebagai Muslim. Hal itu dilakukan , meskipun hati mereka tak pernah menerima Islam, namun terpaksa diucapkan demi menyelamatkan jiwa dan harta mereka, atau demi mencapai posisi dan kedudukan di antara Muslimin. Kemudian mereka berusaha bersikap seperti layaknya umat Islam yang lain.
Jelas sekali bahwa orang-orang seperti ini adalah pengecut yang tidak memiliki harga diri dan keterusterangan. Tidak seperti orang-orang Kafir lain yang menyatakan kekufuran mereka secara terang-terangan. Dengan demikian, barisan mereka terpisah dari orang-orang yang benar-benar beriman.
Bagaimanapun, hipokritas, hati bercabang, dan bermuka dua, adalah fenomena yang selalu dihadapi oleh setiap revolusi dan perubahan-perubahan sosial. Dan jangan sekali-kali mengira bahwa semua orang yang menunjukkan keimanan dan kesetiaan serta kebersamaan, lalu hatinya pun memiliki konsistensi yang sama. Betapa banyak orang-orang yang pada lahirnya sangat Islami, namun di dalam hati, sangat memusuhi Islam.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman adalah perkara hati, bukan lidah. Oleh sebab itu untuk mengenali orang-orang tertentu, kita tidak boleh mencukupkan dengan pernyataan-pernyataan lahiriah mereka.
2. Dasar keimanan adalah iman kepada Pencipta dan Hari Kebangkitan.
3. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati manusia.
Ayat ke 9
Artinya:
Mereka berusaha menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Tetapi mereka tidak menipu siapa pun kecuali diri mereka sendiri. Sedangkan mereka tidak merasa.
Munafikin mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang cerdik dan pandai. Dengan menunjukkan keimanannya, mereka merasa dapat menipu Allah, Tuhan orang-orang mukmin, sekaligus memperoleh perlakuan dan hak-hak yang sama sebagai muslim yang lain. Mereka berusaha menipu Nabi dan orang-orang beriman, sampai jika datang saat yang tepat mereka pun akan melancarkan serangan mereka terhadap Islam. Akan tetapi Allah Swt mengetahui kekufuran batin mereka dan mengenali hipokritas atau sikap mendua mereka. Lalu Allah Swt mengungkapkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka dan membuka kedok mereka yang buruk untuk orang-orang yang beriman.
Sikap orang-orang munafik bak seorang pasien yang datang untuk berobat kepada dokter. Saat diberi perintah dan resep obat yang mesti dimakan olehnya, ternyata ia tidak mentaati dan berbohong kepada dokter dan mengatakan bahwa obat-obat yang diberikan sudah ia makan. Dalam kondisi yang demikian, tentu saja si pasien menyangka dirinya telah menipu si dokter. Padahal ia hanya menipu dan menimpakan kerugian pada dirinya sendiri. Karena sesungguhnya akibat buruk kebohongannya itu hanya akan menimpa dirinya sendiri.
Jadi, orang yang terkena penyakit kemunafikan ini, menyangka telah menipu Allah dan orang-orang beriman. Sedangkan sesungguhnya ia tidak menipu siapa pun kecuali dirinya sendiri.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seorang munafik sejatinya adalah penipu. Kita harus berhati-hati jangan sampai termakan oleh sikap-sikap lahir para penipu ini.
2. Kita sendiri jangan sekali-sekali menipu orang lain. Dan mesti kita sadari bahwa seorang yang menggali lubang, maka ia sendiri yang akan terperosok ke dalam lubang itu.
3. Sikap Islam terhadap munafik, sama sebagaimana sikap munafik itu sendiri terhadap Islam. Seorang munafik secara lahir ia menyatakan dirinya sebagai muslim, maka Islam pun secara lahir memperlakukannya sebagai seorang muslim. Munafik tidak memiliki iman di dalam hatinya. Allah pun, di Hari Kiamat, akan menimpakan azab kepadanya sama sebagaimana kepada orang-orang Kafir.
4. Munafik menganggap dirinya sebagai orang yang cerdik dan pandai. Padahal ia tidak tahu bahwa pihak yang ingin dibohonginya Allah Swt, Zat Yang Maha Mengetahui segala rahasia dan perasaan hati semua manusia.
Ayat ke 10
Artinya:
Di dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah mereka dengan penyakit, dan mereka akan menerima azab yang pedih, karena sebelum ini mereka selalu berbohong.
Menurut al-Quran, jiwa manusia, sama sebagaimana tubuhnya, kadang-kadang terkena penyakit, yang jika tidak diobati akan semakin parah dan terus berkembang sampai suatu saat, kemanusiaan orang itu pun akan musnah pula. Kemunafikan atau nifak adalah penyakit jiwa yang paling berbahaya yang mengancam jiwa dan hati kita semua.
Manusia yang sehat tidak memiliki lebih dari satu wajah, sementara antara lahir dan batinnya terdapat keserasian yang baik dan sempurna. Lidahnya mengatakan hal-hal yang ada di dalam hatinya, dan tingkah lakunya sesuai dengan pikiran-pikirannya. Tetapi jika tidak demikian, maka jiwa telah menjadi sakit dan terkena penyimpangan.
Penyakit nifak mempersiapkan lahan yang subur bagi penyakit-penyakit jiwa lain, seperti kikir, dengki dan tamak. Dan bagaikan akar-akar penyakit kanker ia akan semakin menghujam di hati dan jiwa si munafik. Al-Quran menyebut sumber utama yang menumbuhkan penyakit nifak ini ialah watak suka berbohong dan akan berkembang terus bersamanya. Tentu saja bohong tidak terbatas hanya pada lidah.
Suatu perbuatan pun, yang dilakukan tidak sesuai dengan akidah seseorang (dengan tujuan dan niat jahat kepada pihak lain) juga merupakan kebohongan perbuatan. Bangkai binatang yang terjatuh ke dalam air, lalu menebarkan bau tak sedap, setiap kali hujan menyiraminya, bukannya hujan tersebut menghapus polusi yang ditimbulkan oleh bangkai tersebut, tapi hujan itu justru semakin menyebarkannya.
Nifak bagaikan bangkai, yang jika bersemayam di dalam hati manusia, setiap petunjuk yang datang dari Allah Swt, meskipun berupa rahmat, seorang Munafik hanya menunjukkan sikap riya dan bukannya menerima petunjuk tersebut dengan serius. Akhirnya penyakit nifaknya semakin bertambah parah.
Nifak memiliki makna yang luas mencakup segala sikap mendua di antara perkataan dan perbuatan, lahir dan batin. Makna seperti ini kadang kala juga muncul dari seorang mukmin; seperti riya dan sikap pamer dalam melaksanakan ibadah. Artinya, ia melakukan ibadah dan perbuatan-perbuatan baik lainnya adalah karena selain Allah. Maka yang demikian ini pun termasuk sejenis nifak.
Rasulullah Saw bersabda, "Tiga sifat jika salah satunya terdapat pada seseorang maka ia adalah seorang munafik, meskipun ia berpuasa, melakukan shalat dan menganggap dirinya sebagai seorang muslim. Tiga sifat tersebut ialah khianat dalam memegang amanat, dusta ketika berbicara dan ingkar janji."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nifak adalah penyakit jiwa dan munafik bagai seorang yang sakit, tidak sehat dan tidak pula mati. Ia bukan mukmin bukan pula kafir.
2. Nifak berkembang bagaikan penyakit kanker, yang jika tidak segera diobati akan menguasai seluruh wujud manusia dan sifat-sifat kemanusiaannya. (IRIB Indonesia)



























