کمالوندی

کمالوندی

Presiden Rusia dan Menteri Luar Negeri Cina menekankan perluasan hubungan dan kerjasama bilateral kedua negara.

Vladimir Putin dan Wang Yi dalam pertemuan di Moskow, ibukota Rusia, Jumat (11/3/2016) menekankan peningkatan hubungan Moskow-Beijing di berbagai sektor.

Putin mengatakan, Rusia dan Cina dalam beberapa tahun terakhir telah memperkuat kerjasama strategis dan mempertahankan kerjasama erat di bidang politik, ekonimi, budaya dan internasional, di mana sekarang hubungan ini harus lebih luas dibandingkan sebelumnya.

"Rusia dan Cina memiliki pandangan luas untuk saling menjalin kerjasama praktis," pungkasnya seperti dikutip Xinhua.

Sementara itu, Menlu Cina dalam pertemuan tersebut juga menyerukan peningkatan level kerjasama dengan Rusia.

Serangan jet tempur rezim Zionis Israel ke Jalur Gaza telah merenggut nyawa seorang anak Palestina dan melukai tiga lainnya.

Menurut IRNA, jet tempur Israel pada Sabtu (12/3/2016) dini hari menarget sebuah pusat milik Brigade al-Qassam, sayap militer Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) di distrik Beit Lahia, utara Gaza.

Pasca kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang mengakhiri Perang 50 Hari pada musim panas 2014, Israel telah berulang kali melanggar perjanjian tersebut.

Khatib Jumat Tehran, menilai partisipasi tinggi dalam pemilu 26 Februari sebagai kemenangan sistem Republik Islam dan rakyat Iran.

Ayatullah Ahmad Khatami dalam khutbahnya, menyoroti kehadiran luar biasa rakyat Iran dalam pemilu parlemen dan Dewan Ahli Kepemimpinan, dan mengatakan bahwa pemenang sejati pemilu dalam 36 tahun terakhir di Iran adalah sistem Republik Islam dan rakyat.

Menurutnya, sistem Republik Islam senantiasa menjadi target serangan media Barat. Partisipasi meyakinkan bangsa Iran dalam pemilu pekan lalu merupakan sebuah perlawanan heroik terhadap intervensi asing.

Ketika membandingkan pelaksanaan pemilu di Iran dengan negara-negara lain, Ayatullah Khatami menerangkan bahwa kehadiran 62 persen rakyat Iran di kotak-kotak suara telah membuat dunia tercengang, sementara partisipasi di negara-negara Barat tidak lebih dari 30 sampai 50 persen.

Berbicara tentang upaya kekuatan-kekuatan dunia untuk merongrong Revolusi Islam, Ayatullah Khatami menegaskan mereka dan antek-anteknya perlu mengetahui bahwa sistem Republik Islam Iran diatur berdasarkan undang-undang dasar dan strateginya tidak akan pernah berubah.

Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Khatami merespon pernyataan Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) yang menyerang Hizbullah Lebanon. Ia mengatakan, negara-negara P-GCC ingin menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel dan bertindak sejalan dengan kebijakan rezim penjajah itu.

Menurutnya, keputusan beberapa negara untuk menjalankan kebijakan Amerika Serikat dan Israel akan merugikan mereka sendiri.

“Langkah seperti itu akan mambawa dampak buruk bagi negara-negara tersebut dan mengundang protes luas bangsa-bangsa regional,” tandasnya.

Ia menganggap keamanan Lebanon tidak lepas dari pengorbanan Hizbullah dan menegaskan bahwa Republik Islam Iran dengan seluruh kemampuannya akan membela gerakan perlawanan Lebanon dalam melawan pendudukan Zionis.

Duta Besar Republik Islam Iran di Jakarta, mengabarkan minat Indonesia untuk memperluas kerjasama dengan Iran khususnya setelah Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).

Seperti dikutip, Valiollah Mohammadi Nasrabadi pada hari Ahad (6/3/2016) mengatakan, Iran dan Indonesia selama satu tahun terakhir dan sebelum implementasi perjanjian nuklir telah memulai pembicaraan untuk memperluas kerjasama di periode setelah JCPOA.

Soal kunjungan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif ke Jakarta, Nasrabadi menerangkan bahwa kepala jawatan diplomatik Iran akan menghadiri KTT Luar Biasa OKI dengan tema Palestina dan al-Quds al-Syarif, serta melakukan pembicaraan dengan sejumlah pejabat tinggi negara lain termasuk Indonesia di sela-sela pertemuan tersebut.

KTT Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada 6-7 Maret 2016.

Menurut Dubes Iran, Zarif juga diagendakan untuk bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo dan Menlu Retno Marsudi.

Nasrabadi juga menyoroti peningkatan hubungan dan kerjasama kedua negara, dan mengatakan para pejabat Tehran dan Jakarta sudah mengintensifkan diskusi setelah pelaksanaan JCPOA dan pihak Indonesia menyatakan ketertarikan untuk memperkuat kerjasama dengan Iran.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, mengatakan sikap dan pandangan Republik Islam terhadap kejahatan rezim Zionis akan dipaparkan dalam KTT Luar Biasa OKI di Jakarta, Indonesia.

Ia menyampaikan hal itu kepada wartawan setelah mendarat di Jakarta, Ahad (6/3/2016), seperti dikutip kantor berita IRNA.

“Organisasi Kerjasama Islam (OKI) diminta untuk menggelar KTT Luar Biasa untuk membahas masalah Palestina dan setelah satu tahun, pertemuan itu terlaksana berkat kerja keras pemerintah Indonesia,” tambahnya.

Ia mengapresiasi pemerintah RI dalam menggelar sidang tersebut pada waktunya dan mengatakan, Republik Islam Iran dalam KTT Luar Biasa OKI akan memaparkan prinsip-prinsip kebijakan luar negerinya tentang Palestina dan sikapnya terhadap tindakan Israel dan bahaya rezim Zionis bagi Dunia Islam.

Zarif menuturkan bahwa mekanisme kerjasama di OKI dan metode memperbaiki hubungan juga akan dibahas selama pembicaraan dengan para pejabat Indonesia.

Terkait kerjasama Tehran dan Jakarta, Zarif mengatakan hubungan kedua negara mengalami kemajuan yang baik dalam satu tahun terakhir dan kunjungan ini juga akan dimanfaatkan untuk memajukan hubungan dengan Indonesia.

Kepala jawatan diplomatik Iran ini lebih lanjut menjelaskan tentang agenda kunjungannya ke Singapura, Thailand, Brunei, Australia dan Selandia Baru. Ia mengatakan bahwa delegasi Iran akan mengikuti Dialog Kerjasama Asia (ACD) ke-14 di Thailand.

“Kerjasama politik dan ekonomi serta perang melawan terorisme dan ekstremisme akan menjadi agenda utama pembicaraan dengan para pejabat Indonesia, Singapura, Thailand, Brunei, Australia dan Selandia Baru,” terangnya.

KTT Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada 6-7 Maret 2016.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran menilai penyebutan teroris terhadap Gerakan Muqawama Islam Lebanon (Hizbullah) sebagai strategi yang keliru dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam.

Brigadir Jenderal Sayid Hassan Firouzabadi mengungkapkan hal itu pada Minggu (6/3/2016) ketika mereaksi keputusan Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) dan para menteri dalam negeri negara-negara anggota Liga Arab yang memasukkan Hizbullah ke dalam daftar organisasi teroris.

"Hizbullah adalah anak bangsa Lebanon, nama baik Islam, sumber martabat dan kebanggaan umat Islam," imbuhnya.

Ia menjelaskan, pengusiran tentara rezim Zionis Israel dari Lebanon selatan dan pembersihan wilayah ini dari keberadaan Zionis serta pendirian perisai pertahanan yang tak tertembus untuk melawan Israel adalah di antara hadiah yang diberikan oleh Hizbullah kepada rakyat Lebanon.

Brigjen Firouzabadi lebih lanjut menyinggung prestasi Hizbullah bagi rakyat Lebanon dan bahkan bagi semua bangsa di kawasan.

"Perlawanan penuh terhadap rezim Zionis yang berambisi menduduki Lebanon dan upaya untuk persatuan berbagai kelompok di negara ini guna mendukung kepentingan nasional Lebanon merupakan fakta yang tidak dapat diingkari yang diperankan Hizbullah dalam beberapa tahun terakhir," pungkasnya.

P-GCC pada Rabu, 2 Maret 2016 memasukkan Hizbullah Lebanon ke dalam daftar kelompok teroris. Langkah tersebut diikuti oleh para Mendagri negara-negara anggota Liga Arab dalam pertemuan mereka di Tunisia.

Langkah itu disambut hangat oleh rezim Zionis Israel, namun dikecam oleh kalangan internal Lebanon dan para pendukung Muqawama.

Bab pertama: ukiran pada batu akik dan mafaatnya

a-Melindungi dari kematian buruk dan agar meninggalkan dunia dengan iman

Imam Ja’fa as-Sadiq as berkata: “Barang siapa memakai cincin [dengan batu] akik dan di atasnya ditulis

مُُحَمَّدٌ نَبِیُّ اللّه عَلِیٌّ وَلِیُّ الله

Maka Allah Swt akan menjaganya dari kematian buruk dan pemiliknya akan meninggalkan dunia dengan fitrah tauhid.” (Wasail 5/90, Jamiul Akhbar 134, Tsawab al-A’mal 174, I’laam ad-Din 392)

b- Banyak keturunan dan rejeki

Imam Ja’far as-Sadiq as berkata: “Siapa pun yang ingin harta dan anaknya banyak, dan agar rejekinya diluaskan, maka hendaknya dia menyiapkan cincin perak akik dan di atasnya ditulis

مَا شَاءَ اللهِ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اِن تَرِن اَنَا اَقَلُّ مِنکَ مَالاً وَ وَلداً

Dan hendaknya dia setiap hari banyak berzikir

اَستَغفِرُ اللهَ رَبِّی وَ اَتُوبُ اِلَیهِ"

Minggu, 06 Maret 2016 17:41

Hikayat Kemenangan Sayidah Zainab as

Tanggal 5 Jumadil Awal tahun 5 Hijriyah, Sayidah Zainab as, cucu Rasulullah Saw, putri Imam Ali dan Fatimah az-Zahra as, terlahir ke dunia. Putri Imam Ali as ini terkenal atas ketakwaan, ketinggian ilmu, kefasihan bahasa, dan keberaniannya dalam membela kebenaran. Ketika Dunia Islam menghadapi situasi genting, Zainab as bangkit untuk membela cita-cita agama terakhir ini dan dengan tekad baja, ia berjuang agar cahaya kebenaran tidak padam.
 

Peringatan hari kelahiran Sayidah Zainab as tahun ini dilakukan dalam nuansa yang berbeda. Makam suci beliau di selatan kota Damaskus, Suriah sudah berkali-kali menjadi target serangan kelompok takfiri. Serangan itu didasari oleh pemikiran menyimpang dan interpretasi distorsif atas teks-teks agama Islam. Sebuah ideologi di mana pada masa dulu telah menghalalkan pembunuhan Imam Husein as, cucu baginda Rasulullah Saw dan para pengikutnya di Karbala.

 

Di dunia modern, ideologi yang sama menghalalkan pembantaian warga tak berdosa dan penghancuran makam suci para keturunan dan sahabat Rasulullah Saw. Situasi ini membuat relung hati para pencinta Rasul Saw dan Ahlul Baitnya tersayat-sayat. Mereka secara sukarela berangkat ke Suriah untuk melindungi makam Sayidah Zainab as dan sekarang dikenal dengan sebutan “Para Pembela Haram.”

 

Selain warga Suriah, Iran, Irak, Lebanon, dan Afghanistan, orang-orang dari Eropa dan Amerika juga terlihat di barisan Para Pembela Haram. Mereka tidak hanya melindungi makam-makam suci, tapi juga menjaga pemikiran Ahlul Bait as; sebuah pemikiran yang merefleksikan Islam murni.

 

Pada kesempatan ini, kita akan menelaah bagian tertentu dari buku “Aftab dar Hijab” yang berbicara tentang kehidupan Sayidah Zainab as dan ditulis oleh Sayid Mehdi Shujae. Penulis asal Iran ini adalah seorang cendekiawan produktif yang telah menulis berbagai buku tentang Ahlul Bait Nabi as. Dalam buku Aftab dar Hijab, Sayid Mehdi Shujae mengangkat kisah kehidupan Sayidah Zainab dalam bahasa yang indah dan sentuhan yang lembut.

 

Aftab dar Hijab mengawali kisahnya tentang kelahiran Sayidah Zainab as dan menulis, “Engkau dilahirkan ke dunia pada tahun keenam Hijriah. Husein sangat senang dengan kehadiranmu melebihi siapa pun. Ia bergegas ke arah ayahnya dan dengan gembira berteriak, ‘Ayah… ayahku sayang, Allah memberikan aku seorang adik perempuan.’ Sayidah Zahra kemudian berkata, ‘Wahai Ali kekasihku, kita beri nama apa anak perempuan kita ini?’ Ali menjawab, ‘Penamaan putra-putri kita lebih pantas dilakukan ayahmu. Aku tidak akan mendahului Rasulullah dalam pemberian nama bayi perempuan ini.’”

 

Rasulullah Saw sedang dalam perjalanan. Ketika kembali, beliau bergegas menuju rumah Sayidah Zahra as. Ayah dan ibumu (Zainab) berkata sedang menanti kepulanganku untuk memberi sebuah nama kepadamu. Rasulullah kemudian memelukmu (Zainab) dengan erat di pelukannya, mencium wajahmu yang tersenyum dan bersabda, “Penamaan bayi mulia ini adalah urusan Allah. Aku sedang menanti nama dari langit untuknya. Malaikat Jibril turun dan membawa nama ‘Zainab’ dari langit untukmu, Wahai perhiasan ayah.”

 

Zainab as memulai kehidupannya di sebuah keluarga yang sarat nilai-nilai spiritual dan kemuliaan. Karena, keluarga itu terhiasi oleh keberadaan pribadi-pribadi agung seperti, Rasulullah Saw, Ali as, dan Fatimah as. Zainab sejak kecil sudah memiliki pemahaman yang luas dan jiwa yang penuh makrifat. Saat masih kecil, ia sudah hafal pidato fenomenal ibunya, Sayidah Zahra yang sarat dengan pengetahuan Islam dan ia sendiri menjadi salah seorang perawi pidato itu.

 

Sayidah Zainab juga mewarisi ketinggian ilmu dan kemuliaan akhlak ayahnya, Imam Ali as. Di usia dewasa, ia dikenal dengan julukan Aqilah Bani Hasyim karena kecerdasannya. Ia adalah seorang wanita pintar dan memiliki pemahaman bak samudera.

 

Di bagian lain buku Aftab dar Hijab dikisahkan, “Keutamaan, kesempurnaan, kezuhudan, irfan, kesucian, dan ibadahmu membahana di seluruh geografi Islam. Jika seseorang berkata, ‘Alimah, jika orang lain berujar ‘Arifah, dan jika individu lain bertutur, Fadhilah, semua pikiran tertuju ke arahmu dan semua mata hati kembali ke sisimu… Julukan-julukan seperti, Mahbubah al-Mustafa berkisah tentang pertalianmu dengan keluarga wahyu… Masyarakat dalam sejarah dan pikirannya tidak menemukan sosok yang sama seperti engkau kecuali ibumu, Zahra yang melahirkanmu dan membimbingmu. Oleh karena itu, mereka memanggilmu dengan sebutan al-Siddiqah al-Sughra… Engkau adalah wanita mulia dalam keluarga dan kemuliaan wanita-wanita lain tidak akan menyamai kemuliaanmu.”

 

Ada banyak pelamar menanti ketika Sayidah Zainab mencapai usia dewasa, tapi ia menikah dengan Abdullah bin Jakfar, putra dari pamannya. Abdullah termasuk orang kaya Arab di masa itu, tapi Zainab sama sekali tidak menambatkan hatinya pada kehidupan materi. Abdullah adalah putra Jakfar al-Tayyar yang gugur syahid dalam perang Mu'tah. Ia dikenal sangat dermawan dan menjadi kebanggaan Bani Hasyim.

 

Buku Aftab dar Hijab lebih lanjut berkisah tentang peristiwa lamaran Zainab as dan menulis, “Bukan perkara mudah untuk melamar putri Ali, meskipun sang pelamar adalah Abdullah bin Jakfar, keponakan Ali sendiri dan orang yang paling dekat dengan keluarga Nabi Saw. Pada akhirnya, Abdullah mengutus seorang perantara untuk menyampaikan lamaran dan meminta jawaban atas perkara penting itu.”

 

Pria tua yang menjadi perantara memulai tugasnya dengan mengutip ucapan Rasulullah Saw yang bersabda, “Anak-anak perempuan kami untuk anak-anak lelaki kami dan anak-anak lelaki kami untuk anak-anak perempuan kami.” Ia juga berkata kepada Ali bahwa engkau tentukan maharnya dengan mahar ibunya, Fatimah as. Tetapi, pernikahan di matamu (Zainab) tidak sama seperti di mata wanita-wanita lain. Ketika itu engkau hanya berkata, ‘Aku menikah dengan syarat suamiku tidak memisahkanku dari Husein.’”

 

Dalam peristiwa Karbala, Abdullah bin Jakfar sempat meminta Imam Husein as untuk mengurungkan niatnya pergi ke Irak, tapi beliau tidak menerima permintaan itu, Abdullah akhirnya mengirimkan dua anaknya, Aun dan Muhammad untuk menyertai Imam Husein as ke Irak dan Sayidah Zainab as juga ikut dalam rombongan itu.

 

Sayidah Zainab as memiliki pemikiran yang tinggi dan ia tidak mengurung dirinya dalam kehidupan lahiriyah. Oleh sebab itu, keputusannya menyertai Imam Husein as ke Karbala adalah untuk menghidupkan agama Allah Swt. Demikianlah kehidupan Zainab yang bangkit melawan penguasa lalim dan durjana, Yazid bin Muawiyah. Risalah penting Zainab as dalam kebangkitan besar itu berhubungan dengan masa setelah gugurnya Imam Husein as dan para sahabatnya. Pada waktu itu, Zainab bangkit untuk memberi pencerahan kepada masyarakat.

 

Dalam pesannya, wanita mulia ini menekankan masalah rasionalitas dan penggunaan akal sehat. Dengan senjata logika dan argumentasi, Zainab menyadarkan opini publik tentang dimensi kebangkitan Karbala untuk menegakkan kebenaran. Pidatonya di Kufah dan juga di istana Yazid adalah sebuah analisa komprehensif tentang kondisi masyarakat Islam pada masa itu. Ia menyampaikan khutbahnya dengan kalimat yang indah dan penuh makna.

 

Buku Aftab dar Hijab menulis, “Ia telah menimpukkan tanah ke pundak musuh. Ia menyelesaikan tugas dengan sempurna dan tidak menyisakan pertanyaan. Hal yang ia sisakan hanya rasa takjub. Yazid, para pembesar istana, dayang-dayang, tentara, pengawal, dan bahkan rombongan yang bersamanya semua terpana. Apakah engkau Zainab yang sedang berduka? Bukankah engkau Zainab yang sedang ditawan?... Nada pidatonya bukan nada tawanan, tapi nada kepahlawanan dan kegagahan… Semua acara dan jamuan di istana sedianya digelar untuk membuatmu terhina dan kalah, tapi engkau justru dengan gagah berani dan penuh keperkasaan menghancurkan musuhmu dan mencampakkannya jauh-jauh.”

 

Sayidah Zainab as cukup mengetahui bahwa Husein as bukan milik sebuah wilayah geografi atau milik era tertentu saja. Ia harus menjelaskan dimensi kebangkinan Husein as sedemikian rupa sehingga menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa tertindas di sepanjang sejarah dan yang terjadi sekarang juga seperti itu.

Minggu, 06 Maret 2016 17:33

Shalat Jamaah Pertama

Pasca pengangkatan [bi’tsat] Rasulullah Saw, perintah yang pertama kali turun dari Allah kepada beliau adalah melaksanakan shalat.

Di awal hari-hari pengangkatan, suatu hari Rasulullah Saw berada di puncak kota Mekah dimana malaikat Jibril pada waktu itu turun kepada beliau dan menghentakkan kakinya di lereng gunung dan di tempat bekas kakinya memancar air yang jernih. Malaikat Jibril mengambil wudhu dari air tersebut dan kepada Rasulullah Saw dia berkata, ambillah wudhu, kemudian mengajari beliau shalat dan dia sendiri juga mengerjakan shalat.”

Rasulullah pulang ke rumahnya dalam kondisi gembira karena hadiah yang bernilai ini dan kepada istrinya, Sayidah Khadijah dan Sayidina Ali as berkata, “Ambillah wudhu dan shalatlah seperti saya!”

Setelah itu Rasulullah Saw juga terkadang pergi ke lembah-lembah Mekah untuk melaksanakan shalat dan Sayidina Alipun mengikuti beliau dan terkadang juga pergi ke masjidil haram atau Mina untuk mengerjakan shalat bersama Sayidah Khadijah dan Sayidina Ali as.

Khatib Shalat Jumat Tehran menilai kehadiran luas rakyat Iran dalam pemilu Majelis Syura Islam (parlemen) dan Dewan Ahli Kepemimpinan Iran (khobregan) menunjukkan kehidupan, pemahaman dan kewaspadaan rakyat Iran.

Hujatulislam Kazem Sedighi, Khatib Jumat Tehran dalam khutbahnya menyampaikan kegembiraan atas keamanan dan ketenangan penuh dalam atmosfir pemilu di Iran kali ini.

Ia menuturkan, rakyat Iran, untuk menjaga Revolusi Islam selalu menunjukkan kesiapan mereka di setiap arena dengan kewaspadaan dan suka citanya. Salah satu manifestasinya adalah kehadiran luas rakyat dalam pemilu hari ini.

Khatib Jumat Tehran juga menyinggung upaya musuh untuk menginfiltrasi dan menduduki Iran khususnya pasca kesepakatan nuklir.

"Eksistensi republik Islam bergantung pada kehadiran rakyat dalam pemilu dan penentuan nasib Iran serta eksistensi Keislaman pemerintah bergantung pada Wilayatul Fakih," ujarnya.

Ia menjelaskan, infiltrasi dilakukan dengan menunjuk langsung mata-mata oleh musuh atau sejumlah negara asing mengkader pejabat-pejabat di kursus-kursus mahasiswa atau merubah demografi masyarakat.

Sedighi menegaskan, musuh pemerintah dan revolusi harus tahu bahwa rakyat Iran sampai hari ini tidak pernah tunduk pada dominasi kekuatan manapun dan tidak pernah mematuhi musuh.

Pemilu Majelis Syura Islam (parlemen) ke-10 dan Dewan Ahli Kepemimpinan Iran (khobregan) ke-5, Jumat (26/2) digelar serentak di seluruh Iran.

Pemilu Majelis Syura Islam Iran dan Khobregan dimulai Jumat (26/2) pukul 8.00 hingga 18.00. Di beberapa tempat pemungutan suara, jika dibutuhkan dan mendapat pengesahan Kementerian Dalam Negeri Iran, batas waktu itu bisa diperpanjang.

Masyarakat Iran akan memilih 290 anggota Majelis Syura Islam dan 88 anggota Dewan Ahli Kepemimpinan Iran.