کمالوندی
Warga Jerman juga Galang Petisi Larang Trump
Masyarakat Jerman meluncurkan sebuah petisi online untuk melarang Donald Trump, bakal calon presiden AS dari Partai Republik masuk ke negara itu.
Petisi tersebut merupakan respon atas komentar Trump agar seluruh Muslim dilarang masuk ke Amerika. Sejauh ini 35.000 warga Jerman telah menandatangani petisi untuk melarang Trump.
Sebelum Jerman, 500 ribu warga Inggris juga menyetujui sebuah petisi untuk melarang Trump masuk ke negara mereka. Petisi itu rencananya akan dibahas di parlemen Inggris dalam beberapa hari mendatang.
Sementara itu, seorang anggota parlemen Jerman menyerukan agar Trump dilarang memasuki negara itu, dengan alasan komentarnya yang menyerang Muslim.
Dieter Janecek, anggota Partai Hijau Jerman, mengatakan kepada majalahSpiegel bahwa komentar Trump terhadap kelompok minoritas dan pengungsi bisa merupakan tindak pidana penghasutan kebencian.
Trump juga mengusulkan kepada pemerintah AS agar melarang para pengungsi memasuki negara itu. Ia baru-baru ini juga mengomentari serangkaian serangan seksual yang terjadi di kota Cologne pada malam tahun baru.
Dalam Tweetnya, Trump menulis bahwa rakyat Jerman sedang menghadapi serangan besar-besaran pengungsi yang diperbolehkan masuk ke negara mereka.
Belgia Hentikan Ekspor Senjata ke Saudi
Deputi Perdana Menteri Belgia menekankan penghentian eskpor senjata negara itu ke Arab Saudi.
Sebagaimana dilaporkan situs berita RTL, Ahad (10/1) Kris Peeters, Deputi PM Belgia mengatakan, pada situasi seperti sekarang ini dan dengan memperhatikan kondisi kawasan, ekspor senjata ke Saudi tidak boleh dilanjutkan.
Peeters juga menyinggung soal peristiwa terbaru di Timur Tengah dan hubungan Iran-Saudi.
"Pemerintah federal Belgia harus mengambil tindakan dengan memperhatikan kompetensi," ujarnya.
Namun, pada saat yang sama Deputi PM Belgia tidak secara langsung berbicara tentang pemutusan hubungan dagang antara Saudi dan Belgia.
Pekan lalu, pasca eksekusi mati Syeikh Nimr Baqir Al Nimr, ulama Syiah terkemuka Saudi dan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Saudi di Tehran, Riyadh memutus hubungan dengan Tehran.
Peluncuran Rudal Balistik Rusia di Tahun 2016
Kementerian Pertahanan Rusia mengabarkan peluncuran rudal-rudal balistik lintas benua negara itu pada tahun 2016.
Kantor berita Ita Tass (10/1) melaporkan, Kemenhan Rusia mengumumkan, Pasukan Rudal Strategis Rusia, akan melakukan 16 peluncuran rudal balistik lintas benua untuk tahun 2016.
Menurut laporan itu, intensitas peluncuran rudal uji coba, pada tahun 2017 harus ditambah. Di tahun yang sama, Pasukan Rudal Strategis Rusia dijadwalkan melakukan 100 latihan taktis dan khusus.
Selain itu, pasukan Rusia juga akan melakukan latihan komando dan ketentaraan. Pelatihan untuk meningkatkan kesiapan dalam kondisi sulit juga akan digelar.
Kemenhan Rusia mengatakan, siaga militer sudah disiapkan dalam level tertinggi operasi, meliputi lebih dari 40 divisi rudal dan setiap bagian pelatihan tahun 2016 akan mendapat pelatihan yang cukup.
Pada tahun 2016, Pasukan Rudal Strategis Rusia akan melanjutkan pemeriksaan hal-hal yang mungkin terjadi dalam kesiapan tempur mereka.
Polisi Jerman Catat 516 Kasus Kekerasan di Cologne
Kepolisian Jerman mengatakan jumlah kekerasan selama perayaan Tahun Baru 2016 di Kota Cologne mencapai 516 kasus, termasuk 40 persen yang berkaitan dengan kekerasan seksual.
Seperti dilansir AFP, polisi Jerman pada hari Ahad (10/1/2016) menyatakan bahwa 19 tersangka berada di bawah penyelidikan dan seorang pria Maroko (19 tahun) ditangkap atas tuduhan pencurian.
Menurut keterangan polisi Cologne, mereka yang dicurigai melakukan kekerasan selama perayaan Tahun Baru di dekat stasiun kereta api kota kebanyakan pencari suaka dan imigran dari Afrika Utara.
Skala serangan Cologne mendapat sorotan media-media dunia dan membuat Kanselir Jerman Angela Merkel mengecam tindakan tersebut.
Rencana Kunjungan Menlu Jerman ke Arab Saudi Menuai Kritikan Pedas
Program lawatan Menteri Luar Negeri Jerman, Frank Walter Steinmeier ke Arab Saudi menuai reaksi dan protes keras dari berbagai partai di negara ini.
Koran Welt Jerman melaporkan, Frank Walter Steinmaeier dalam waktu dekat dijadwalkan berkunjung ke Arab Saudi dan mengingat eksekusi mati besar-besaran di Riyadh serta krisis di kawasan, rencana tersebut memicu kritik luas di pemerintah Berlin.
Partai Sosialis Kristen Jerman mengkritik keras rencana kunjungan Meier ke Arab Saudi dan pertemuan dengan Raja Salman bin Abdulaziz.
Norbert Röttgen, ketua Dewan Hubungan Luar Negeri di parlemen Jerman terkait hal ini menandaskan, mengingat aksi eksekusi besar-besaran di Arab Saudi, lawatan Meier ke negara ini tidak dapat dibenarkan.
Armin Laschet, wakil ketua partai Sosialis Kristen juga mengkritik keras Steinmeier dan mengatakan, mengingat aksi eksekusi luas di Arab Saudi dan pelanggaran HAM di negara ini, maka lawatan tersebut harus dibatalkan.
Putin Kembali Protes Sanksi Barat Anti-Rusia
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan, sanksi Barat terhadap Moskow pasca transformasi Ukraina adalah keputusan bodoh dan merugikan, namun juga membawa sisi positif bagi Rusia.
Menurut laporan Itar-Tass, Senin (11/1) Putin saat diwawancarai Koran Bild cetakan Jerman menyatakan, reaksi Barat terkait transformasi Ukraina dan aneksasi Crimea oleh Rusia adalah keliru dan tujuannya untuk meredam laju Moskow, bukannya mendukung Ukraina.
Ia mengatakan, Barat seharusnya berpikir soal kemajuan bersama dan memerangi beragam isu yang dihadapi kedua pihak, bukannya menjatuhkan sanksi.
Putin mengakui, sanksi memiliki dampak negatif bagi perekonomian Rusia, khususnya bagi perusahaan negara ini yang bergerak di pasar finansial global.
Presiden Rusia di bagian lain wawancaranya seraya mengisyaratkan eskalasi terorisme di dunia mengatakan, Rusia menuntut kerjasama internasional dalam memerangi fenomena terorisme.
Ia juga menuding Barat terlibat dalam krisis global yang berujung pada maraknya terorisme.
"Dunia menghadapi ancaman kolektif dan Kami meminta seluruh negara baik di Eropa maupun belahan dunia lainnya menyatukan upaya mereka guna memerangi segala bentuk ancaman," ungkap Putin.
Di kesempatan tersebut, Putin juga memprotes meluasnya Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke perbatasan Rusia pasca tumbangnya Uni Soviet di tahun 1991 serta program anti udara Amerika Serikat. "Meluasnya NATO memicu krisis internasional," tandas Putin.
Lagi, Turis Asing Diserang di Laut Merah Mesir
Sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan bahwa dua penyerang bersenjata telah menyerang sebuah hotel di kota resor Laut Merah, Hurghada, Jumat (8/1/2016)
Seperti dilansir Reuters, dua wisatawan asing dilaporkan terluka dalam penyerangan itu, salah satu korban luka berasal dari Denmark dan lainnya dari Jerman.
Menurut sumber-sumber keamanan, para penyerang tiba melalui laut untuk meluncurkan aksinya, tetapi pasukan keamanan berhasil menggagalkan rencana mereka dan melumpuhkan seorang penyerang yang memakai sabuk bom bunuh diri.
Mesir sedang menghadapi gelombang militansi yang menyasar pasukan keamanan di daerah-daerah terpencil di Sinai, namun sekarang fokus pada target yang sebelumnya dianggap aman seperti, resor wisata di Laut Merah.
Kelompok teroris ISIS mengatakan pada Jumat bahwa mereka telah menyerang wisatawan Zionis di Kairo pada Kamis lalu. Sumber-sumber keamanan menyebutkan mereka adalah wisatawan Arab-Israel. Tidak ada yang terluka dan serangan itu ditujukan untuk pasukan keamanan Mesir.
Pada 31 Oktober 2015, sebuah pesawat sipil Rusia jatuh di Sinai dan menewaskan seluruh penumpangnya sebanyak 224 orang. Pemerintah Rusia percaya bahwa pesawat itu jatuh karena aksi terorisme.
Demo Anti-El Sisi di Mesir terus Berlanjut
Seiring dengan kian dekatnya peringatan Revolusi 25 Januari di Mesir, kubu oposisi di berbagai desa dan kota negara ini menggelar demonstrasi.
Seperti diberitakan Kantor Berita Anatolia Turki, kubu oposisi Mesir Jumat (8/1) menggelar demonstrasi atas seruan Koalisi Nasional Pro Legalitas dan Anti-Kudeta, menuntut pelengserang Abdel Fattah el-Sisi dan pengadilan bagi pada komandan kudeta militer.
Para demonstran mengutuk penembakan mati tiga mahasiswa Mesir oleh aparat keamanan di Madinat Al Ashir min Ramadan, Provinsi al-Sharqiya.
Selama aksinya demonstran membawa spanduk mengutuk kondisi keamanan negara mereka yang parah, kenaikan harga komoditi serta bahan bakar. Mereka juga meneriakkan slogan pentingnya mencegah pelanggaran hak bangsa Mesir dan menuntut warga berdemo di bundaran-bundaran negara ini.
Demonstran juga meminta rakyat menggelar demo akbar di peringatan kelima Revolusi 25 Januari.
Seruan untuk menggelar demo di peringatan Revolusi 25 Januari menggema ketika Abdel Fattah el-Sisi baru-baru ini memperingatkan kubu oposisi terkait penyelenggaraan demonstrasi memperingati Revolusi 25 Januari 2011.
Mali Minta Bantuan Rusia Atasi Krisis Internal
Rakyat Mali meminta bantuan Rusia untuk menyelesaikan krisis di negara mereka.
Situs berita Africa Time (10/1) melaporkan, 50 persen rakyat Mali meminta bantuan pemerintah Vladimir Putin, Presiden Rusia untuk mengakhiri krisis di negaranya.
Menurut masyarakat Mali, Rusia mampu menyelesaikan krisis di negaranya.
Rakyat Mali mengaku tidak puas dengan kerja pemerintah Perancis dalam menyelesaikan krisis di negaranya, pasalnya Paris tidak menginginkan perdamaian di Mali.
Sekalipun Perancis dan PBB berupaya menciptakan stabilitas di Mali, tapi rakyat Mali masih khawatir dengan terus meluasnya ketidakamanan di negaranya.
Cina-Pakistan Gelar Manuver Militer Gabungan
Cina dan Pakistan menggelar manuver militer maritim bersama.
Afghan Voice Agency (AVA), Ahad (10/1) melaporkan, Laksamana Syed Arifullah Hussaini, Komandan Angkatan Laut Pakistan mengatakan, latihan militer gabungan laut antara Cina dan Pakistan dimulai hari ini, Ahad (10/1) di perairan Laut Cina Timur.
Sementara itu, Laksamana Muda, Yu Manjian, Komandan AL Cina menyebut hubungan Islamabad-Beijing, bersahabat.
"Dengan dilaksanakannya manuver militer laut ini, kondisi perdagangan dan ekonomi dua negara dapat dipulihkan, dan dengan dimulainya kerja sama ekonomi Cina-Pakistan, perekonomian kawasan otomatis membaik," ujarnya.
Strategi Pakistan yang semakin mendekati Cina untuk menghadapi upaya negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat yang memperluas hubungan dengan India, menciptakan perimbangan kekuatan baru di kawasan.
Ujung-ujungnya situasi itu diprediksi akan meningkatkan persaingan senjata antara Pakistan dan India.



























